BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan pelestarian nilai-nilai kepribadian dan. pengembangan budaya bangsa dengan memanfaatkan seluruh potensi

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari pada Kamis, 10 April 2014 pukul WIB. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ±

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun.

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan nasional merupakan sesuatu hal yang penting bagi Indonesia dan

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menerus meningkat, memerlukan modal yang besar jumlahnya. Pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu alternatif yang

BAB I PENDAHULUAN. Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1: Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara. Sumber: Pusdatin Kemenparekraf & BPS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 07 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia

1. BAB I PENDAHULUAN

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu industri strategis jika ditinjau dari segi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah wilayah atau daerah mempunyai banyak Bangunan serta Benda Cagar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Oleh HY. Agus Murdiyastomo.

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

BAB I Pengembangan Museum Kereta Api di Ambarawa Penekanan pada fasilitas museum yang Variatif dan atraktif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB III Analisa Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Potensi Visual sebagai Dayatarik Wisata di Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. keberadaban. Pengalihan kewenangan pemeliharaan dan pelestarian kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, dan dilandasi adat

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kegiatan wisata bukan lagi menjadi sesuatu yang tergolong barang

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, selain itu juga dikenal sebagai kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

MUSEUM NEGERI JAWA BARAT SRI BADUGA DI BANDUNG (Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernacular)

BAB I PENDAHULUAN. Makanan modern yang beredar tersebut menarik minat para generasi muda

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata sehingga meningkatkan produktifitas. Dalam hal ini yang. Museum Benteng Vredeburg untuk mengembangkan fasilitas museum.

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanah yang subur, yang merupakan sumber daya alam yang sangat berharga bagi

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aset yang menguntungkan bagi suatu negara. Dalam UU

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan

BAB I PENDAHULUAN. Maamun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah IX yang menjadi Sultan ketika itu. Menurut

BAB I. Bersama dengan Lamongan di barat laut, Gresik di barat, Bangkalan di timur laut,

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

fauna, gua masegit sela (disepanjang Pulau Nusakambangan) dan suasana alam yang

BAB 1 PENDAHULUAN Kondisi Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB II URAIAN TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2014 SAJARAH CIJULANG

BAB. III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan pertama yang dibangun sejalan dengan pendirian kota adalah pendopo kabupaten dan masjid agung. Bangunan pendopo kabupaten yang sekarang masih berdiri kokoh di Jalan Dalem Kaum, merupakan tonggak sejarah kota Bandung, karena masjid agung kini sudah berubah bentuk. Dalam perjalanan sejarah yang panjang ini, kota Bandung banyak mewariskan bangunan bangunan yang bernilai historis, sebagai salah satu bukti (sumber artefak) dari eksistensi dan kejayaan kota itu pada masa lampau. Sejalan dengan perkembangan fungsi dan kehidupan kota, antara tahun 1820-an hingga tahun 1940-an, secara bertahap di kota Bandung berdiri bangunan-bangunan megah dan modern sampai mencapai jumlah lebih dari 50 bangunan. Dan sebagian besar bangunan bangunan itu didirikan oleh pemerintah kolonial dan pihak swasta asing untuk kegiatan pemerintahan, pendidikan, ekonomi, transportasi, sosial budaya (sarana kesehatan dan hiburan), agama, dan militer. Namun kini jumlah bangunan bangunan tersebut sudah semakin berkurang. Bangunan-bangunan yang didirikan oleh pihak kolonial, secara garis besar memiliki dua langgam arsitektur. Bangunan-bangunan yang didirikan antara perempat pertama abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20 umumnya 1

2 berlanggam Indische Empire Stijl. Bangunan-bangunan yang dibuat antara awal abad ke-20 hingga awal tahun 1940-an berlanggam Art Deco (Tropische Art Deco). Langgam arsitektur yang disebut terakhir kaya akan kesan kemegahan, tetapi anggun. Bangunan-bangunan tertentu, seperti Gedong Papak, Villa Isola, Gedung Pakuan, Gedung Sate, ITB, Markas Kodam III Siliwangi. Gedung Merdeka, dan lain-lain, memiliki ciri khas yang menunjukkan percampuran unsur arsitektur tradisional Indonesia dan arsitektur Eropa. Keberadaan bangunan bersejarah di kota Bandung dalam jumlah cukup banyak, menyebabkan kota Bandung mendapat julukan Museum Arsitektur Bangunan Kuno dari sejumlah orang (khususnya orang asing) yang memahami nilai sejarah dan nilai arsitektur bangunan tua. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, keberadaan bangunan-bangunan bersejarah di kota Bandung, mendapat perhatian besar dari pemerintah. Hal itu dibuktikan dengan pembuatan sekaligus pemberlakuan Monumenten Ordonantie Nomor 19 Tahun 1931 (kemudian diubah menjadi Monumenten Ordonantie Nomor 21 Tahun 1934), yaitu undang-undang perlindungan bangunan-bangunan kuno dan benda budaya lainnya. Undang-undang tersebut diwarisi oleh Pemerintah Republik Indonesia, bahkan telah direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (BCB). Sangat disayangkan, sampai Masa Reformasi sekarang ini, undang-undang tersebut belum direalisasikan sebagaimana mestinya. Hal itu antara lain dibuktikan oleh tindakan yang bertentangan dengan undang-undang tersebut.

3 Beberapa waktu yang lalu, terjadi pemusnahan bangunan bersejarah, tergusur oleh pelaksanaan proyek pembangunan fisik kota. Misalnya, gedung dengan nama Lux Vincet di Jalan R.E. Martadinata dekat Taman Pramuka, musnah akibat perkembangan pembangunan fisik kota. Tindakan itu sebenarnya bersifat kontradiksi dengan kebijakan pemerintah mengenai pengembangan wisata kota. Bangunan-bangunan tersebut adalah bagian dari kekayaan budaya dan salah satu potensi daya tarik kota. Ironisnya, bangunan-bangunan bersejarah di kota Bandung justru lebih banyak mendapat perhatian dari bangsa lain. Sebaliknya, warga masyarakat Bandung umumnya terkesan kurang menaruh perhatian terhadap aset budaya tersebut. Sikap demikian itu boleh jadi disebabkan oleh pemikiran, bahwa bangunan-bangunan bersejarah di kota Bandung bukan warisan leluhur mereka, melainkan peninggalan pemerintah kolonial Belanda. Dengan kata lain, bangunan - bangunan bersejarah di kota itu merupakan arsip arsitektur bangunan tua yang bernilai estetis tinggi. Walaupun sebagian besar bangunan bersejarah di kota Bandung adalah peninggalan pihak kolonial, tetapi sekarang bangunan-bangunan itu bukan hanya milik pemerintah dan warga masyarakat kota Bandung, melainkan sudah menjadi bagian dari asset budaya dan kebanggaan bangsa Indonesia secara nasional. Dalam TAP MPR No. IV/MPR/1978 yang sampai sekarang masih berlaku, antara lain dinyatakan, bahwa tradisi dan peninggalan sejarah yang memiliki nilai-nilai perjuangan dan kebanggaan serta kemanfaatan nasional, perlu dibina dan dipelihara untuk diwariskan kepada generasi muda.

4 Namun dengan semakin banyaknya jumlah bangunan bersejarah yang berkurang, maka akan mengakibatkan semakin berkurangnya jumlah wisatawan asing yang akan datang ke Bandung, karena salah satu obyek wisata yang menarik perhatian mereka adalah bangunan bersejarah. Diantara bangunan bersejarah yang sampai saat ini masih berdiri kokoh adalah Villa Isola yang terletak di wilayah Universitas Pendidikan Indonesia, wilayah utara kota Bandung, adalah sebuah bangunan kuno peninggalan tahun 1930an yang memiliki nilai sejarah dan arsitektural tinggi. Keunikan Villa Isola yang dirancang oleh C.P.W. Schoemaker merupakan sebuah aset yang sangat berharga bagi kegiatan pariwisata kota Bandung. Sampai sekarang, Villa Isola (juga disebut sebagai Bumi Siliwangi) masih menjadi tempat tujuan bagi para wisatawan mancanegara dan nusantara, terutama yang memiliki ketertarikan terhadap bangunan kuno dan peninggalan-peninggalan bersejarah kota Bandung. Namun, ketiadaan pendukung-pendukung kegiatan kepariwisataan yang selaras terhadap pemanfaatan Bumi Siliwangi yang saat ini seolah olah Untouchable memperkuat eksistensi Villa Isola sebagai Kantor Rektorat UPI atas kebijakan Civitas Akademik ( Rektorat ). Selain itu banyak dari masyarakat Bandung yang belum mengetahui mengenai seluk beluk Villa Isola baik dari segi sejarah hingga keindahan arsitektur membuat banyak dari mereka tidak sadar tentang pentingnya Villa Isola bagi peninggalan sejarah kota Bandung. Maka dari itulah, saya, selaku mahasiswa UPI yang tidak hanya mencintai, tapi juga memandang Villa Isola sebagai bangunan bersejarah yang perlu

5 dilestarikan dan dimanfaatkan di bidang pariwisata dengan cara yang benar. Mencoba untuk menganalisis dan menyusun pilihan-pilihan kemungkinan yang dapat dilakukan pihak UPI, bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Kota Bandung dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, dalam membangun Villa Isola tanpa merusak keaslian dan nilai-nilai yang dimilikinya. Selain itu perlu diperhatikan pula dalam kegiatan pelestarian guna menjaga keutuhan Villa Isola sehingga dapat terus dimanfaatkan untuk generasi mendatang. B. Perumusan Masalah 1) Apa potensi yang dimiliki Villa Isola sebagai objek daya tarik wisata? 2) Jenis aktivitas wisata apa saja yang cocok untuk diterapkan pada pengembangan Villa Isola, mengingat Villa Isola selain dimanfaatkan juga harus dilestarikan? 3) Kegiatan pelestarian apa yang sebaiknya dilakukan untuk mempertahankan kelestarian Villa Isola? C. Tujuan Penelitian 1) Mengidentifikasi potensi yang dimiliki Villa Isola sebagai objek daya tarik wisata. 2) Mengidentifikasi aktivitas wisata yang cocok untuk pengembangan Villa Isola. 3) Mengidentifikasi kegiatan pelestarian yang harus dilakukan untuk mempertahankan kelestarian Villa Isola

6 D. Manfaat Penelitian 1) Memperoleh gambaran mengenai Villa Isola dari sudut pandang pelestarian. 2) Memperoleh gambaran mengenai Villa Isola dari sudut pandang kepariwisataan. 3) Mengetahui potensi-potensi Villa Isola yang dapat dimanfaatkan di masa depan. 4) Membuat perencanaan konsep pemanfaatan dan pelestarian Villa Isola dengan memperhatikan aspek lingkungan, sosial, dan budaya. E. Definisi Operasional 1) Villa Isola Villa Isola merupakan lokasi yang akan dikembangkan sebagai objek daya tarik wisata dalam upaya pelestarian 2) Objek Daya Tarik Wisata Pengertian objek dan daya tarik wisata menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 yaitu yang menjadi sasaran perjalanan wisata yang meliputi : a) Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, seperti : pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka.

7 b) Karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro (pertanian), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan. c) Sasaran wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua, industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah, tempat-tempat ziarah dan lain-lain. 3) Pelestarian Pengertian pelestarian atau konservasi, dari kata conservation, sebagai suatu upaya untuk mempertahankan tetapi sekaligus dapat menerima adanya perubahan. Pelestarian adalah upaya untuk menjaga kesinambungan yang menerima perubahan dan/atau pembangunan. Hal ini bertujuan untuk tetap memelihara identitas dan sumber daya lingkungan dan mengembangkan beberapa aspeknya untuk memenuhi kebutuhan modern dan kualitas hidup yang lebih baik. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang terjadi secara alami dan terseleksi, tidak berlangsung secara drastis. Kegiatan pelestarian ini bisa berbentuk pembangunan atau pengembangan dan melakukan upaya preservasi, restorasi, replikasi, rekonstruksi, revitalisasi, dan/atau penggunaan untuk fungsi baru suatu aset masa lalu. Dan perlu ditekankan bahwa pelestarian merupakan pula upaya mengelola perubahan, untuk kemudian menciptakan pusaka masa mendatang.

8 4) Benda Cagar Budaya Menurut UU no 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, yang dimaksud dengan benda cagar budaya adalah : (dalam Bab 1 pasal 1) 1) Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak, yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagian atau sisa sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan; 2) Benda alam yang dianggap mempunyai atau diduga mengandung benda cagar budaya termasuk lingkungannya yang diperlukan bagi pengamanannya. F. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang akan digunakan adalah metode deskriptif analisis yaitu metode penelitian yang bertujuan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi saat ini, kemudian data tersebut dikumpulkan, disusun, dijelaskan, dan dianalisa dengan memaparkan suatu keadaan yang terjadi pada saat sekarang serta menjelaskan setiap variabel yang diteliti.

9 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan sebagai sarana pokok dalam penelusuran data yang bertujuan agar data yang dimiliki berbobot dan memadai adalah sebagai berikut: a. Observasi Lapangan b. Pedoman Wawancara c. Studi Literatur d. Studi Dokumentasi 3. Lokasi, Populasi Penelitian Lokasi yang menjadi fokus penelitian akan dilakukan di Villa Isola Jl. Setiabudhi 229 Bandung. Populasi menurut Sugiono ( 1998 : 57 ) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. 4. Teknik Analisis Data Analisis menggunakan sistem SWOT. Analisa SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu : a. Kekuatan (Strength) : adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini.

10 b. Kelemahan (Weakness) : adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini. c. Peluang (Opportunities) : adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang di luar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi di masa depan. d. Ancaman (Threat) : adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi di masa depan. Setelah dilakukan analisis mengenai kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman kemudian akan ditentukan strategi pengembangan yang dihasilkan dari kombinasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal ( peluang dan ancaman) melalui matrik SWOT. G. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi tersusun dengan sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Berisi mengenai latar belakang masalah yang menjadi alasan pengambilan kajian tentang Villa Isola Sebagai Objek Daya Tarik Wisata Dalam Upaya Pelestarian Benda Cagar Budaya. Agar kajian tersebut lebih terfokus, maka dibuat rumusan masalah. Dalam bab ini juga dipaparkan tentang tujuan penulisan yang ingin dicapai dari penelitian ini. BAB II LANDASAN TEORITIS

11 Berisi tentang penjabaran mengenai literatur yang digunakan dan mendukung terhadap permasalahan yang dikaji. Literatur-literatur yang digunakan oleh penulis sebagai tinjauan kepustakaan yang berhubungan dengan kajian pariwisata. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Berisi mengenai metode dan teknik penelitian digunakan untuk mencari sumber-sumber, cara pengolahan sumber-sumber yang akan digunakan. Metode yang akan digunakan adalah metode deskriptif analisis yaitu metode penelitian yang bertujuan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi saat ini, kemudian data tersebut dikumpulkan, disusun, dijelaskan, dan dianalisa dengan memaparkan suatu keadaan yang terjadi pada saat sekarang serta menjelaskan setiap variabel yang diteliti. Sedangkan untuk teknik penelitian, penulis melakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi literatur. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini diuraikan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan hasil penelitian yang diperoleh penulis. Secara garis besar, bab ini menguraikan tentang Pengembangan Villa Isola sebagai objek dan daya tarik wisata agar dapat dijaga kelestariannya serta dapat memberikan keuntungan kepada semua pihak.

12 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini disajikan penafsiran atau pemaknaan penelitian secara terpadu terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh tentang Villa Isola Sebagai Objek Daya Tarik Wisata Dalam Upaya Pelestarian Benda Cagar Budaya dan hasil penelitian di lapangan yang telah dibahas pada bab IV dan hasil dari penjelasan bab-bab sebelumnya yang penulis uraikan disimpulkan dalam sebuah analisis.

13 H. Kerangka Berfikir Villa Isola Identifikasi Masalah Potensi Villa Isola Sebagai Objek Daya Tarik Wisata Upaya Pelestarian Villa Isola Analisis SWOT Peletakan Zonasi Strategi Pengembangan Villa Isola Sebagai Objek Daya Tarik Wisata Rekomendasi kegiatan rekreasi untuk Villa Isola