KUALITAS PROTEIN SUSU SAPI SEGAR BERDASARKAN WAKTU PENYIMPANAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Praktikum Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Acara II PENGARUH SUHU TERHADAP LAJU RESPIRASI

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. senyawa lain selain protein dalam bahan biasanya sangat sedikit, maka penentuan

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR DAN LEMARI PENDINGIN TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN PADA DADIH KERBAU DENGAN METODA KJELDAHL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara.

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Alat yang digunakan pada analisis kuantitatif protein kasar adalah

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

PEMBUATAN YOGHURT SUSU SAPI DENGAN BANTUAN MIKROORGANISME DALAM PLAIN YOGHURT MENGGUNAKAN ALAT FERMENTOR

UJI COLIFORM FECAL PADA IKAN LELE (Clarias batracus) DAN IKAN KAKAP. (Lates calcarifer) DI WARUNG TENDA SEA FOOD SEKITAR KAMPUS

Uji Didih, Alkohol dan Derajat Asam Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

PENETAPAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE KJELDAHL

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Prosiding Farmasi ISSN:

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

BAB III TEKNIK PELAKSANAAN. Kegiatan ini dilaksanakan di Balai POM di Gorontalo, Jalan Tengah, Toto

PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN. 2012). Sapi berasal dari famili Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

MATERI DAN METODE. Materi

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI DALAM LEMARI ES TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSIKROFILIK

Bahan kimia : * Asam sulfat pekat 98%, Asam borat 2 % Natrium salisilat, Natrium nitroprusida, Natrium hypokhlorida, Natrium hidroksida, Kalium hidrog

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

TINJAUAN PUSTAKA. Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

Lampiran 1. Prosedur uji

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia ke arah peningkatan

Uji Organoleptik dan Tingkat Keasaman Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Jambi) ataupun yang berasal dari daging seperti sosis dan urutan/bebontot

PENETAPAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE KJELDAHL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan nama sapi Grati. Bentuk dan sifat sapi PFH sebagian besar

PEMBUATAN SUSU DARI KULIT PISANG DAN KACANG HIJAU

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk mengetahui mutu kerupuk ikan Selais (Crytopterus bicirhis) hasil

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

laporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi jenis ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) secara sepintas

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

Lampiran 1. Diagram Pembuatan Tepung Kaki Ayam Broiler. Kaki Ayam Broiler. Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit

PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO

PENGARUH SUHU DAN WAKTU PASTEURISASI TERHADAP MUTU SUSU SELAMA PENYIMPANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RINGKASAN PENDAHULUAN

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu ialah cairan hasil sekresi yang keluar dari kelenjar susu (kolostrum) pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TELUR ASIN PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. lengkap dan telah dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Susu dapat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental yang dilakukan untuk

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

STUDI KASUS KADAR FORMALIN PADA TAHU DAN KADAR PROTEIN TERLARUT TAHU DI SENTRA INDUSTRI TAHU DUKUH PURWOGONDO KECAMATAN KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

PAPER BIOKIMIA PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. baik sekali untuk diminum. Hasil olahan susu bisa juga berbentuk mentega, keju,

BAB III TEKNIK PELAKSANAAN. Selatan, Bone Bolango Gorontalo selama dua bulan, mulai bulan Maret sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk kedalam jenis penelitian eksperimen

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :

I. PENDAHULUAN. Ikan rucah merupakan ikan-ikan kecil dengan ukuran maksimum 10 cm yang ikut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

Transkripsi:

ISSN: 2503-4588 KUALITAS PROTEIN SUSU SAPI SEGAR BERDASARKAN WAKTU PENYIMPANAN Elisa Putri Universitas Sains Cut Nyak Dhien Langsa Jl. Jend. A. Yani No. 218, Telp: (0641)-4811056/ fax: (0641)-4811056 Program Studi Farmasi, Universitas Sains Cut Nyak Dhien Langsa e-mail: elisa58putri@yahoo.com Penyimpanan susu sapi segar di dalam lemari es dilakukan untuk menunda perubahan kualitas kadar protein susu. Secara umum, perubahan suhu mengakibatkan penundaan seluruh perubahan akibat reaksi biokimia (dekarboksilasi, deaminasi dan reaksi Strickland) akibat mikroorganisme. Proses ini menyebabkan perubahan zat gizi yang dikandung susu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui umur penyimpanan susu sapi segar pada suhu 4 O C yang masih layak dikonsumsi berdasarkan kualitas kadar protein sesuai dengan SNI susu segar No. 01-3141-1992. Pemeriksaan kadar protein dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan. Sampel susu sapi segar diambil dari peternakan sapi di Jl. Brigjend Katamso Medan. Sampel dibagi menjadi 5 (lima) kelompok, dengan variasi waktu penyimpanan yaitu 0 jam (control), 3 jam, 6 jam, 9 jam, dan 12 jam, dan sampel susu disimpan di dalam lemari es (4 o C) Analisis kadar protein dilakukan dengan metode Kjeldhal. Dari hasil penelitian kadar protein 0 jam (control) adalah 4,26%, 3 jam 3,72%, 6 jam 3,21%, 9 jam 2,65%, dan 12 jam 1,82%. Terdapat pengaruh yang tidak signifikan waktu penyimpanan terhadap kualitas kadar protein p<0,05. Namun yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) susu segar No. 01-3141-1992 untuk dikonsumsi, yaitu susu sapi segar yang disimpan selama 6 jam pada suhu 4 o C. Kata Kunci: Kadar protein, susu sapi segar, waktu penyimpanan PENDAHULUAN Susu adalah cairan yang dihasilkan dari sekresi kelenjar mammae hewan mamalia yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan gizi (AAK, 1991). Dalam kebijakan pembangunan nasional, subsektor peternakan mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah. Tujuan pembangunan subsektor peternakan antara lain mencukupi target gizi sesuai dengan yang dicanangkan dan bersumber dari protein hewani. Target pemerintah untuk konsumsi masyarakat akan protein hewani asal ternak adalah sebesar 4,6 g/kapita/hari (Ressang dan Nasoetion, 1989). Susu sebagai salah satu produk ternak mempunyai kandungan zat gizi yang lengkap seperti protein (3,5%), lemak (3,9%), laktosa (4,9%), mineral, dan vitamin (0,7%). Sifat zat gizi tersebut mudah dicerna dan diserap secara sempurna (Adnan, 1984). susu sapi sagar merupakan bahan pangan yang sangat tinggi gizinya, bukan saja bagi manusia tetapi juga bagi jasad renik pembusuk, karena itu susu merupakan komoditi yang sangat mudah rusak, sehingga apabila penanganannya tidak baik maka akan timbul penyakit berbahaya (Hadiwiyoto, 1983). Kontaminasi bakteri mampu berkembang secara cepat sekali sehingga susu menjadi tidak bisa diolah lebih lanjut atau tidak pantas lagi dikonsumsi manusia (Winarno, 1993). Akibat aktivitas mikroba dalam memetabolisme protein akan menyebabkan bau busuk seperti indol, kadaverin, 14

sketol, CO 2, H 2S, dan NH 3 (Nurwantoro, 1997). Untuk mencegah hal ini, pendinginan yang cukup dan penyimpanan dalam lemari es penting sekali (Pelczar, 2005). Secara umum, perubahan suhu mengakibatkan penundaan seluruh perubahan yang terjadi salama penyimpanan. Akibatnya reaksi biokimia dan perubahan akibat pertumbuhan mikroba menjadi lambat atau menurun. Dampaknya adalah daya simpan produk lebih panjang. Produk atau bahan pangan direkomendasikan disimpan pada suhu di bawah 10 o C, biasanya yaitu 4 o C (Estiasih, 2009). Susu segar mempunyai suhu penyimpanan yaitu 0 sampai 1 o C (Winarno, 1980). Susu segar yang tanpa pengolahan terlebih dahulu hanya bertahan selama satu hari. Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat. Dengan demikian maka salah satu cara terpenting yang cukup spesifik untuk menentukan jumlah protein secara kuantitatif adalah dengan menggunakan metode Kjeldahl. Metode ini untuk menganalisis kadar protein kasar dalam bahan makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan metode ini adalah kandungan nitrogennya. Dengan mengalikan hasil analisis tersebut dengan angka konversi (Winarno, 1992). Abubakar, dkk (2001) dalam penelitiannya Pengaruh Suhu dan Waktu Pasteurisasi Terhadap Mutu Susu Selama Penyimpanan menyatakan bahwa susu pasteurisasi masih baik dikonsumsi sampai umur penyimpanan 15 jam pada suhu kamar. Dan berdasarkan hasil penelitian Salputra, D (2012) Pengaruh Lama Penyimpanan Susu Mentah pada Refrigerator Terhadap Kadar Protein, Lemak, Viskositas, dan Nilai Organoleptik Yoghurt menyatakan bahwa penyimpanan susu mentah pada suhu refrigerator sampai 48 jam masih dapat menghasilkan kualitas yoghurt sesuai standar SNI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui umur penyimpanan susu sapi segar pada suhu 4 O C yang masih layak dikonsumsi berdasarkan kualitas kadar protein sesuai dengan SNI susu segar No. 01-3141-1992. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan true experiment (experimental murni). Terdapat dua variabel yaitu, waktu penyimpanan sebagai variabel bebas (X). Kadar protein sebagai variabel terikat (Y). Penentuan kadar protein ditentukan dengan metode Kjeldhal. Analisa protein cara Kjeldhal pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu proses destruksi, destilasi, dan titrasi. Pada tahap destruksi sampel dipanaskan dengan asam sulfat pekat panas dan katalisator selenium sehingga terbentuk (NH 4) 2SO 4. Selanjutnya tahap destilasi ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH 3) dengan penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Ammonia yang dibebaskan selanjutnya ditangkap oleh larutan asam standar. Asam standar yang digunakan dalam penelitian ini adalah H 3BO 3 2% dan 15

indikator campuran untuk mengetahui asam dalam jumlah berlebih (metil biru 0,1% (b/v) dan indikator metil merah 0,2 % (b/v) dalam etanol). Destilasi diakhiri apabila semua ammonia telah terdestilasi sempurna dengan ditandai destilasi tidak bereaksi basis. Banyaknya H 3BO 3 yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan asam klorida 0,1 N. Akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna menjadi merah muda. Dan penentuan kadar protein pada susu segar dapat dihitung sebagai berikut: kadar protein = ( V 1 V 2 )x N x 14,008 x fk x fp w (mg) x 100% fk: faktor konversi untuk protein susu adalah 6,38 (Sudarmadji, 1989). Untuk melihat pengaruh waktu peyimpanan terhadap kualitas protein susu sapi maka digunakan teknik regresi linier sederhana. PEMBAHASAN Kadar protein ditentukan dengan metode Kjeldhal. Sampel susu sapi segar disimpan di dalam lemari es pada suhu 4 o C, dengan variasi waktu penyimpanan 0 jam (control), 3 jam, 6 jam, 9 jam, dan 12 jam. Tabel 1. Rerata kadar protein susu sapi segar selama penyimpanan Waktu Penyimpanan Kadar Protein (%) ± SD P 0 jam 4,26 ± 1,07 3 jam 3,73 ± 1,65 6 jam 3,21 ± 0,04 0,05 9 jam 2,62 ± 1,55 12 jam 1,82 ± 0,55 Dari Tabel 1. Menunjukkan bahwa rerata kadar protein dari susu sapi segar terjadi penurunan selama penyimpanan (3 jam, 6 jam, 9 jam, dan 12 jam). Kadar protein pada kondisi control (0 jam) adalah 4,26%, kemudian terjadi penurunan sebesar 0,53% selama penyimpanan 3 jam menjadi 3,37%, kadar protein selama penyimpanan 6 jam yaitu 3,21% dan terjadi penurunan sebesar 1,05%, kemudian selama penyimpanan 9 jam kadar protein susu sapi segar menurun sebesar 1,64% menjadi 2,62%, sedangkan pada penyimpanan selama 12 jam kadar protein sebesar 1,82% dan telah terjadi penurunan kadar protein sebesar 2,44% dari rerata kadar protein pada kondisi kontrol. Berdasarkan Tabel 1. Maka diketahui bahwa terjadi penurunan selama penyimpanan 3 jam, 6 jam, 9 jam, dan 12 jam. 16

Kadar Protein (%) Chempublish Journal volume 1 No.2 (2016) Untuk memperjelas penurunan kadar protein dari susu sapi segar, diilustrasikan melalui grafik di bawah ini: maka Kadar Protein (%) vs Lama Penyimpanan 5 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0,00 3,00 6,00 9,00 12,00 Waktu Penyimpanan (jam) Gambar 1. Grafik Rerata kadar protein susu sapi segar selama penyimpanan Dari Gambar 1. di atas terlihat bahwa telah terjadi penurunan kualitas kadar protein dari susu sapi segar selama penyimpanan. Dan yang masih baik untuk dikonsumsi sesuai Standar Nasional Indonesia susu sapi segar No. 01-3141-1992 adalah susu sapi segar yang disimpan selama 6 jam pada suhu 4 o C. Untuk melihat pengaruh penurunan kadar protein susu sapi segar maka dilakukan uji regresi. Hasil analisis regresi diperoleh. Tabel 2. Statistik Regresi Regression Statistics Multiple R 0,997 R Square 0,994 Adjusted R Square 0,992 Standard Error 0,081 Observations 5 Nilai multiple R sebesar 0,997 menunjukkan hubungan antara waktu penyimpanan (X) dan kualitas kadar protein susu sapi segar (Y) atau sebesar 99,7%. Sementara besarnya pengaruh variabel X (waktu penyimpanan) terhadap Y (kualitas kadar protein susu sapi segar) adalah 0,994. Adjusted R square menunjukkan mutu penjajakan model dalam populasi, adapun besarannya adalah 0,992 dengan standar kesalahan 0,081. 17

Tabel 3. Anova Df SS MS F Significance F Regression 1 3,696 3,696 552,286 0,00016 Residual 3 0,020 0,006 Total 4 3,716 Coefficient s Intercept 4,322 0,063 X Variable 1-0,202 0,009 Standar d Error t Stat P-value 68,20 Lowe r 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0 % 0 6,95E-06 4,120 4,523 4,120 4,523-23,50 - - - 0 0,000169 0,230 0,175-0,230 0,175 Kriteria penerimaan atau penolakan Ho adalah F hit F tab maka Ho ditolak atau dengan kata lain jika nilai signifikansi F 0,05 maka model diterima. Besarnya nilai signifikansi F adalah 0,00016 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh waktu penyimpanan terhadap penurunan kualitas kadar protein susu sapi segar. Kemudian dilanjutkan dengan melihat signifikansi pengaruh tersebut dengan menggunakan uji-t. Diperoleh nilai t hit sebesar -23,500, dengan kriteria penerimaan atau penolakan Ho adalah t tab t hit t tab maka Ho ditolak. Dari hasil analisis diperoleh nilai t hit (X variabel 1) -2,02-23,500 2,02 maka Ho diterima, artinya bahwa pengaruh waktu penyimpanan tidak signifikan terhadap penurunan kualitas kadar protein susu sapi segar. Berdasarkan hasil penelitian telah terjadi penurunan kadar protein dari susu sapi segar selama penyimpanan di dalam lemari es (4 o C). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arifin pada tahun 2009 bahwa ada pengaruh lama penyimpanan pada lemari pendingin (2 o C 8 o C) terhadap kadar laktosa dan protein di dalam ASI. Salputra, D pada tahun 2012 menyatakan pula dalam penelitiannya bahwa penyimpanan susu mentah pada suhu refrigerator memiliki pengaruh terhadap penurunan kadar protein. Penurunan kadar protein susu sapi segar selama penyimpanan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pertumbuhan mikroorganisme. Pencemaran mikroorganisme di dalam susu sapi segar dapat disebabkan pada saat di dalam ambing, juga ketika susu diambil dari putting. Lubang di ujung putting itu tidak tertutup dan biasanya basah. Pencemaran berikutnya timbul dari tubuh dan kotoran sapi, alat-alat yang kurang bersih, dan lingkungan kandang (lantai, air, dan udara). Maka kandungan mikroorganisme pada susu merupakan fungsi dari umur yang menentukan tingkat perkembangan flora alam, 18

sedangkan suhu penyimpanan menentukan kecepatan perkembangbiakan semua jenis mikroorganisme (Palczar, 2005). Protein merupakan sumber nutrisi yang paling baik untuk pertumbuhan mikroorganisme, kemudian mikroorganisme tersebut akan menguraikan protein menjadi metabolit berbau busuk, seperti indol, kadeverin, asam-asam organik, CO 2, H 2S, dan sketol. Jika asam amino, peptida, dan senyawa-senyawa organik bermolekul rendah telah habis maka mikroorganisme akan menghasilkan enzim-enzim proteolitik yang mampu memecahkan protein bermolekul tinggi menjadi oligopeptida dan asam-asam amino bebas yang nantinya juga akan dimanfaatkan oleh mikroorganisme sebagai energi. Pada mekanisme reaksi tersebut akan menghasilkan air, dan secara otomatis konsentrasi protein akan menurun (Buckle, 2007). Proses rusaknya protein oleh mikroorganisme pada dasarnya dapat terjadi melalui 3 (tiga) tahap. Di awali dengan reaksi dekarboksilasi, yaitu reaksi pelepasan karbon dioksida (CO 2) yang akan menghasilkan kadeverin dan putresin. Kemudian reaksi deaminasi asamasam manino merupakan reaksi pelepasan ammonium oleh enzim-enzim amino dehidrogenase, dan akan menghasilkan asam piruvat. Tahap selanjutnya adalah reaksi Strickland yang melibatkan reaksi deaminasi oksidatif alanin dan deaminasi reduktif asam-asam amino menjadi asam asetat, asam lemak, karbon dioksida, dan amonia (Nurwantoro, 1997). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa susu sapi segar yang masih baik dikonsumsi sesuai dengan SNI susu segar No.01-3141-1992 sampai umur penyimpanan 6 jam di dalam lemari es pada suhu 4 o C. DAFTAR PUSTAKA AAK. 1991. Berternak Sapi Perah. Kanisisu, Yogyakarta. Abubakar, Triyantini, R. Sunarlim, H. Sutiyanto. dan Nurjannah. 2001. Effect of Temperature and Time of Pasteurization on the Milk Quality During Storage. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 6(1):45-50. Adnan, M. 1984. Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Andi, Yogyakarta. Arifin, Z. Indarto. dan Murwati. 2009. Pengaruh Penyimpanan ASI Terhadap Kadar Laktosa dan Protein Ibu Menyusui di Wilayah Puskesmas Jogola. Jurnal Poltekes Surakarta. (2):24-5. Bukcle, K. A. 2007. Ilmu Pangan. UI-Press, Jakarta. Estiasih, T. 2009. Teknologi Pengolahan Pangan. PT. Bumi Aksara, Jakarta. Hadiwiyoto, S. 1983. Hasil-Hasil Olahan Susu, Ikan, Daging, dan Telur. Liberty, Yogyakarta. 19

Nurwantoro. 1997. Mikrobiologi Pangan Hewani-Nabati. Kanisius, Yogyakarta. Pelczar, M. J. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI-Press, Jakarta. Ressang, A. A. dan A. M. Nasoetion. 1989. Pedoman Mata Pelajaran Ilmu Kesehatan Susu. Ditjen Peternakan. Direktorat Bina Produksi Peternakan. Jakarta. Salputra, D. 2012. Pengaruh Lama Penyimpanan Susu Mentah pada Refrigerator Terhadap Kadar Protein, Lemak, Viskositas, dan Nilai Organoleptik Yoghurt. Diploma Tesis, Universitas Andalas. Sudarmadji, S. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta. Winarno, F. G. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Winarno, F. G. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi, dan Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 20