BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN SACCHAROMYCES CEREVISIAE TERHADAP TINGKAT PRODUKSI BIOETANOL DENGAN BAHAN BAKU TETES TEBU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Metode Fermentasi Variasi Jumlah Yeast

Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Literatur. Pengadaan Alat dan Bahan a. Pengadaan alat b. Pengadaan tetes tebu

IV. Hasil dan Pembahasan

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut, pemerintah mengimpor sebagian BBM. Besarnya ketergantungan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PENDAHULUAN. Berbagai jenis tumbuhan di Indonesia mempunyai banyak manfaat bagi. kelangsungan hidup manusia. Salah satunya adalah tanaman aren (Arenga

Effect of ammonium concentration on alcoholic fermentation kinetics by wine yeasts for high sugar content

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bahan bakar. Sumber energi ini tidak dapat diperbarui sehingga

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Salami Daging Kelinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Warna Silase Rumput Gajah purpureum) pengaruh penambahan S. cerevisiae pada berbagai tingkat

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

PENDAHULUAN. Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jurnal Atomik., 2016, 01 (2) hal 65-70

ETHANOL D Jurusan Teknik Kimia. Abstrak. cukup tinggi tersebut, memproduksi etanol. sebagai. fermentasi sebesar 3,21%.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

TETES TEBU (MOLASE) SEBAGAI BAHAN BAKU UT AMA WAHYUDI L-

I. PENDAHULUAN. Tempoyak durian yang menjadi makanan khas daerah Lampung, merupakan aset daerah yang ternyata memiliki keunikan.

BAB I PENDAHULUAN. Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji Somogyi-Nelson pada substrat kulit buah kakao

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan ekspor non migas. Selain itu juga kakao juga digunakan

Pengaruh Jumlah Ragi dan Waktu Fermentasi terhadap Kadar Bioetanol yang Dihasilkan dari Fermentasi Kulit Pepaya

VARIASI KONSENTRASI ENZIM STARGEN TM 002 PADA PROSES SAKARIFIKASI DAN FERMENTASI SERENTAK PATI SORGUM MENJADI BIOETANOL

PENGARUH KONSENTRASI INOKULUM Saccharomyces cerevisiae PADA FERMENTASI ETANOL LIMBAH KULIT PISANG RAJA (Musa paradisiaca cv.raja)

BAB I PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu jenis buah yang digemari, selain rasanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SUBSTITUSI EKSTRAK AMPAS TEBU TERHADAP LAJU KEASAMAN DAN PRODUKSI ALKOHOL PADA PROSES PEMBUATAN BIOETHANOL BERBAHAN DASAR WHEY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN C PERHITUNGAN UMPAN DAN PRODUK

BAB IV HASIL PENELITIAN

KADAR BIOETANOL LIMBAH PADAT BASAH TAPIOKA (DIENDAPKAN 5 HARI) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

FERMENTASI ETANOL DARI SAMPAH TPS GEBANG PUTIH SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH KONSENTRASI RAGI TERHADAP UJI ORGANOLEPTIK TAPE UBI JALAR

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KONSENTRASI RAGI TERHADAP KADAR ETANOL HASIL FERMENTASI JERAMI PADI (Oryza sativa) SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN BIOETANOL ALTERNATIF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Calf starter merupakan susu pengganti (milk replacer) yang diberikan ke

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar merupakan jenis umbi-umbian yang dapat digunakan sebagai pengganti

SIDANG TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakterisasi Kulit Nanas. tinggi tersebut maka kulit nanas memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai

Pengaruh Hidrolisa Asam pada Produksi Bioethanol dari Onggok (Limbah Padat Tepung Tapioka) Oleh :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang

UJI KUALITATIF ETANOL YANG DIPRODUKSI SECARA ENZAMATIS MENGGUNAKAN Z. MOBILIS PERMEABEL

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini meningkat. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BUAH COKELAT SEBAGAI BIOETHANOL SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia semakin tahun

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA ph OPTIMUM UNTUK PERKEMBANGBIAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PROSES FERMENTASI FRUKTOSA PADA SUSU MENJADI ASAM LAKTAT

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, dunia pengobatan saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. fosil (Meivina et al., 2004). Ditinjau secara global, total kebutuhan energi dunia

ANALISIS KADAR BIOETANOL DAN GLUKOSA PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

<-- ' ' '\' l~i~ ;~~ B riicl~"':ii

BIOETANOL DARI BONGGOL POHON PISANG BIOETHANOL FROM BANANA TREE WASTE

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. A. Pemanfaatan Rumput Ilalang Sebagai Bahan Pembuatan Bioetanol Secara Fermentasi.

III METODOLOGI PENELITIAN

Pengawetan bahan pangan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Fermentasi Silase Beberapa Jenis Rumput

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

I. PENDAHULUAN. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan bagi. perekonomian Indonesia, karena menghasilkan devisa negara, menyediakan

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

PEMANFAATAN SAMPAH SAYURAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

BAB I PENDAHULUAN. cara pengolahan yang dilakukan adalah dengan fermentasi. Fermentasi telah lama

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

HASIL. Karakteristik, Morfologi dan Fisiologi Bakteri Nitrat Amonifikasi Disimilatif

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

TEKNOLOGI FERMENTASI PANGAN. Agroindustrial Departement, Faculty of Agricultural Technology, Brawijaya University

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim.

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN AWAL 4.1.1. Penentuan Jumlah Yeast Percobaan dilakukan dengan menggunakan 4 konsentrasi starter yeast yang berbeda yaitu 0,5 gram, 1 gram, 1,5 gram dan 2 gram, dan fermentasi dilakukan selama 72 jam karena mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Hadi (2013) bahwa waktu yang paling optimal dalam fermentasi adalah 72 jam. Tujuan dilakukannya percobaan seleksi yeast ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi yeast yang paling baik dalam memproduksi etanol serta mendapat mikroorganisme yang tumbuh dengan cepat dan tahan terhadap mikroorganisme lain sehingga mendapatkan kadar etanol dalam jumlah yang tinggi. Hasil perbandingan dari 4 penambahan yeast dapat dilihat pada tabel 4.1.1. Tabel 4.1. Data kadar etanol dengan variasi jumlah yeast dengn fermentasi 72 jam jumlah Yeast (gram) kadar Etanol 0,5 68,3 1 69,3 1,5 63,3 2 60,5 30

31 Kemudian dari hasil data pengujian penambahan yeast dapat dijelaskan pada gambar 4.1. di bawah ini: 70 68 68.3 69.3 66 Kadar Etanol 64 62 60 63.3 60.5 Etanol 58 56 0.5 1 1.5 2 Yeast (gram) Gambar 4.1. Grafik kadar etanol variasi jumlah yeast dengan waktu fermentasi 72 jam Berdasarkan gambar 4.1 di atas diketahui bahwa penambahan yeast 1 gram menghasilkan etanol yang paling baik dibandingkan dengan pemberian yeast yang lainnya, sedangkan kadar etanol dengan penambahan yeast 1,5 dan 2 gram cenderung menurun, hal ini disebabkan semakin banyak penambahan yeast maka subtrat dan nutrisi yang ada tidak sebanding dengan banyaknya mikroba sehingga menyebabkan subtrat dan nutrisi akan cepat habis dan hal inilah yang menyebabkan kadar etanol menjadi menurun. Sementara untuk penambahan yeast 0,5 gram subtrat dan nutrisi yang ada masih tersisa sehingga ada indikasi bahan masih bisa di fermentasi. Oleh karena itu penambahan yeast dengan berat 1 gram digunakan untuk percobaan selanjutnya.

32 4.1.2. Penurunan Kadar Gula Variasi Yeast Berdasarkan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan terlihat bahwa penurunan kadar gula bervariasi pada masing-masing pemberian yeast yang digunakan pada saat proses fermentasi. Bisa dilihat pada data tabel (4.1.2) dan penjelasannya pada (grafik 4.1.2) Table 4.2. Data penurunan kadar gula variasi penambahan yeast dengan waktu fermentasi 72 jam JUMLAH YEAST (gram) PENGAMATAN KADAR GULA WAKTU TERTENTU 0 jam 12 jam 24 jam 36 jam 48 jam 60 jam 72 jam Yeast 0,5 g 15,00 11,40 10,00 7,60 6,60 6,60 6,60 Yeast 1 g 15,00 11,20 8,06 6,70 6,60 6,60 6,60 Yeast 1,5 g 15,00 10,80 7,60 6,60 6,60 6,60 6,60 Yeast 2 g 15,00 7,60 6,80 6,60 6,60 6,60 6,60 Kemudian dari hasil pengamatan kadar gula seperti yang tertera pada (tabel 4.2) dapat dijelaskan pada gambar 4.1.2. berikut ini: Kadar Gula 15 13 11 9 7 5 0 12 24 36 48 60 72 Waktu (Jam) Yeast 0.5 Yeast 1 Yeast 1.5 Yeast 2 Gambar 4.2. Grafik variasi jumlah yeast pengamatan kadar gula waktu tertentu fermentasi 72 jam.

33 Selama berlangsungnya proses fermentasi, kadar gula media cenderung mengalami perubahan. Pada awal fermentasi kadar gula dibuat 15 % dengan menambahkan aquades hal ini dimaksudkan supaya saccharomyces cereviase dapat tumbuh baik selama berlangsungnya proses fermentasi. Wardani (2013) mengatakan kadar gula 15 % dalam fermentasi tetes tebu lebih menghasilkan kadar etanol tinggi dibandingkan dengan kadar gula 20 % dan 25 %. Dari gambar 4.2 di atas dapat disimpulkan bahwa penurunan kadar gula tercepat adalah fermentasi yang menggunakan yeast 2 gram dan penurunan terlambat yaitu fermentasi yang menggunakan yeast 0,5 gram. Perbedaan penurunan kadar gula ini disebabkan karena semakin banyak yeast yang diberikan maka penurunan kadar gulanya akan semakin cepat, sementara pada jam ke-48 untuk semua pemberian yeast sudah tidak bisa merubah gula menjadi etanol ini menandakan bahwa penambahan sedikit atau banyaknya yeast tidak berpengaruh terhadap seberapa banyak gula yang tereduksi hanya sebatas cepat atau lambatnya penurunan kadar gula. 4.2. PENELITIAN LANJUT 4.2.1. KADAR ETANOL VARIASI WAKTU FERMENTASI Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa waktu fermentasi berpengaruh terhadap kadar etanol. Hasil yang diperoleh bervariasi antara lain adalah sebagai berikut: Tabel 4.3. Data hasil pengujian kadar etanol variasi waktu fermentasi dengan yeast 1 gram. Waktu Fermentasi kadar Etanol 24 55,60 48 77,00 72 67,60 96 61,13

34 Kemudian dari hasil data pengujian variasi lama waktu fermentasi dapat dijelaskan pada gambar 4.1.2. di bawah ini: Kadar Etanol 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 55.6 77 67.6 61.3 24 48 72 96 Waktu Etanol Gambar 4.3. Kadar etanol variasi waktu fermentasi dengan yeast 1 gram Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa pada saat awal fermentasi kadar etanol yang dihasilkan masih rendah seiring dengan meningkatnya waktu fermentasi kadar etanol yang dihasilkan semakin meningkat, kadar etanol terendah terdapat pada waktu fermentasi 24 jam yaitu 55 % sedangkan kadar etanol tertinggi diperoleh pada fermentasi 48 jam yaitu 77 %, namun setelah fermentasi 48 jam kadar etanol cenderung menurun. Pada keadaan dimana kadar etanol mengalami penurunan, proses fermentasi sudah terhenti dan laju pertumbuhan mikroba ada pada fase kematian dan hal ini menyebabkan etanol yang dihasilkan terkonversi menjadi asamasam organik seperti asam asetat, asam cuka dan ester. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyawati yang menyatakan bahwa waktu fermentasi berpengaruh terhadap hasil karena semakin lama fermentasi akan meningkatkan kadar bioetanol, namun bila fermentasi terlalu lama nutrisi dalam subtrat akan habis dan khamir tidak lagi dapat memfermentasikan bahan.

35 4.2.2. Penurunan ph Dari hasil pengamatan fermentasi yang telah dilakukan terlihat bahwa nilai derajat keasaman (ph) bervariasi pada masing-masing waktu (fermentasi). Bisa dilihat pada tabel (4.4) dan penjelasannya pada grafik (gambar 4.4) tersebut. Tabel 4.4. Data hasil pengamatan penurunan ph selama berlangsung proses fermentasi dengan yeast 1 gram Waktu Fermentasi Kadar ph 0 5,00 24 4,50 48 4,40 72 4,33 96 4,26 Kemudian dari hasil pengamatan nilai ph selama berlangsung proses fermentasi seperti yang tertera pada tabel (4.2.2) dapat dijelaskan pada gambar (4.2.2) di bawah ini: Penurunan ph 5.1 5 4.9 4.8 4.7 4.6 4.5 4.4 4.3 4.2 0 20 40 60 80 100 120 Waktu ph Gambar 4.4. grafik perubahan nilai ph selama fermentasi berlangsung dengan yeast 1 gram

36 Selama berlangsungnya proses fermentasi, ph media cenderung mengalami perubahan. Pada awal fermentasi ph dibuat 5,0 dengan menambahkan natrium hidroksida (NaOH) hal ini dimaksudkan supaya saccharomyces cereviase dapat tumbuh baik selama berlangsungnya proses fermentasi. Hartina (2014) mengatakan ph 5 dalam fermentasi tetes tebu lebih menghasilkan kadar etanol tinggi dibandingkan dengan ph 4 dan 4,5. Dari gambar 4.4 di atas dapat disimpulkan bahwa ph mengalami penurunan seiring bertambahnya waktu fermentasi hingga mencapai titik 4,26 pada fermentasi jam ke-96. Penurunan nilai ph dapat disebabkan oleh meningkatnya asam-asam organik seperti asam laktat, asam asetat dan asam cuka pada saat proses fermentasi berlangsung. Purwoko (2009) mengatakan pada saat proses fermentasi asam organik dapat membunuh prokariota secara tidak langsung, karena itu asam organik akan menurunkan nilai ph. 4.2.3. Gula Sisa Tak Terfermentasi Dari hasil pengamatan fermentasi yang telah dilakukan terlihat gula sisa tak terfermentasi bervariasi pada masing-masing waktu (fermentasi). Bisa dilihat pada tabel (4.5) dan dijelaskan pada gambar (4.5) tersebut. Tabel 4.5. Data hasil pengamatan Kadar gula sisa tak terfermentasi dengan yeast 1 gram. Waktu Fermentasi Gula Sisa Tak Terfermentasi 0 15,00 24 11,30 48 7,16 72 6,70 96 6,70

37 Kemudian dari hasil pengamatan kadar gula sisa tak terferementasi seperti yang tertera pada tabel (4.2.3) dapat dijelaskan pada gambar (4.2.3) di bawah ini: 16 Gula Sisa Tak Terfermentasi 14.5 13 11.5 10 8.5 7 5.5 4 0 20 40 60 80 100 Waktu Gula Sisa Tak Terfermentasi Gambar 4.5. Grafik kadar gula sisa tak terfermentasi dengan yeast 1 gram Selama berlangsunya proses fermentasi kadar gula cenderung mengalami penurunan. Pada hari pertama gula sisa masih 10,5 % ini menandakan masih banyak kadar gula yang belum diubah menjadi etanol, seiring bertambahnya waktu fermentasi kadar gula terus mengalami penurunan. Namun pada waktu fermentasi 72 jam gula sisa masih 6,70 % dan sudah tidak bisa menurun lagi, oleh karena itu di waktu fermentasi 96 jam kadar gula sisa tidak mengalami perubahan. Hal ini ada kemungkinan nutrisi yang diberikan tidak cukup sehingga mengakibatkan kadar gula sisa yang tak terfermentasi masih banyak karena Saccharomycess cereviae memerlukan sumber vitamin dan mineral dalam pertumbuhannya.