PENGARUH LAMA PEMERAMAN TERHADAP NILAI BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK DAN SERAT KASAR PAKAN KOMPLIT BERBASIS PUCUK TEBU TERFERMENTASI MENGGUNAKAN EM-4

dokumen-dokumen yang mirip
KANDUNGAN NUTRISI SILASE JERAMI JAGUNG MELALUI FERMENTASI POLLARD DAN MOLASES

BAB I PENDAHULUAN. kasar yang tinggi. Ternak ruminansia dalam masa pertumbuhannya, menyusui,

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

KANDUNGAN NUTRISI SILASE JERAMI JAGUNG MELALUI FERMENTASI POLLARD DAN MOLASES

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

SKRIPSI KUALITAS NUTRISI SILASE LIMBAH PISANG (BATANG DAN BONGGOL) DAN LEVEL MOLASES YANG BERBEDA SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERNAK RUMINANSIA

PERUBAHAN TERHADAP KADAR AIR, BERAT SEGAR DAN BERAT KERING SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 03 Pebruari :23 - Update Terakhir Selasa, 17 Pebruari :58

I. PENDAHULUAN. Pemenuhan kebutuhan pakan hijauan untuk ternak ruminansia, selama ini telah

KANDUNGAN NUTRISI SILASE PELEPAH DAUN SAGU SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK RUMINANSIA DENGAN LAMA FERMENTASI DAN KOMPOSISI SUBSTRAT YANG BERBEDA

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. penampilan barang dagangan berbentuk sayur mayur yang akan dipasarkan

Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki

MEMBUAT SILASE PENDAHULUAN

KUALITAS NUTRISI SILASE LIMBAH PISANG (BATANG DAN BONGGOL) DAN LEVEL MOLASES YANG BERBEDA SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERNAK RUMINANSIA

Kualitas Silase Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) dengan Penambahan Dedak Halus dan Ubi Kayu

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

TINJAUAN PUSTAKA. baik dalam bentuk segar maupun kering, pemanfaatan jerami jagung adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi. Setiap ternak ruminansia membutuhkan makanan berupa hijauan karena

KAJIAN KUALITAS NUTRIEN SILASE TOTAL MIXED RATION BERBAHAN DASAR ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) YANG DIENSILASE DENGAN Lactobacillus plantarum

AGROVETERINER Vol.5, No.1 Desember 2016

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan peningkatan permintaan daging kambing, peternak harus

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang,

PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

Coleman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah:

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

Feed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46

Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba)

PENGGUNAAN ONGGOK SEBAGAI ADITIF TERHADAP KANDUNGAN NUTRIEN SILASE CAMPURAN DAUN UBIKAYU DAN GAMAL

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah sapi perah FH pada periode

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

KONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

I. PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap peningkatan produksi ternak. Namun biaya pakan

MATERI DAN METODE. Materi

THE EFFECT OF PROBIOTIC FEED SUPPLEMENT ON MILK YIELD, PROTEIN AND FAT CONTENT OF FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBREED

PEMANFAATAN LIMBAH PRODUKSI MIE SEBAGAI ALTERNATIF PAKAN TERNAK

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

Pengaruh Molases pada Silase Kulit Umbi Singkong...Fachmi Fathur R

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI

Jurnal Imu Peternakan Terapan. 1(1):17-24, Oktober 2017 ISSN

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh kualitas, kuantitas,

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

I. PENDAHULUAN. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

G. S. Dewi, Sutaryo, A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

PENDAHULUAN. Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat populer, mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, dan mampu beradaptasi

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2017, VOL. 17, NO. 2. Annisa Savitri Wijaya 1, Tidi Dhalika 2, dan Siti Nurachma 2 1

PEMBUATAN BIOPLUS DARI ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba

pkecernaan NUTRIEN DAN PERSENTASE KARKAS PUYUH (Coturnix coturnix japonica) JANTAN YANG DIBERI AMPAS TAHU FERMENTASI DALAM RANSUM BASAL

PEMANFAATAN Indigofera sp. DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA DOMBA JANTAN

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

KECERNAAN JERAMI PADI FERMENTASI DENGAN PROBIOTIK STARBIO TERHADAP DOMBA JANTAN LOKAL

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum ) TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA KAMBING LOKAL

KAJIAN PENGOLAHAN JERAMI PADI SECARA KIMIA DAN BIOLOGI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguat, dan pakan tambahan (Sudarmono dan Sugeng, 2008).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

PENGANTAR. Latar Belakang. kegiatan produksi antara lain manajemen pemeliharaan dan pakan. Pakan dalam

PEMANFAATAN NUTRISI RANSUM KOMPLIT DENGAN KANDUNGAN PROTEIN BERBEDA PADA KAMBING MARICA JANTAN

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan karena keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Ternak sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan

BAB III MATERI DAN METODE. complete feed eceng gondok (Eichhornia crassipes) dengan kemasan silo berbeda

PENGARUH BAKTERI ASAM LAKTAT SEBAGAI STARTER PADA PROSES ENSILASE THE EFFECT OF LACTIC ACID BACTERIA AS STARTER ON ENSILAGE PROCESSED

BAB I. PENDAHULUAN. pertanian atau sisa hasil pertanian yang bernilai gizi rendah sebagai bahan pakan

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bintoro dkk (2010) sagu ( Metroxylon sp) merupakan tanaman

Transkripsi:

183 Buana Sains Vol 16 No 2: 183-188 PENGARUH LAMA PEMERAMAN TERHADAP NILAI BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK DAN SERAT KASAR PAKAN KOMPLIT BERBASIS PUCUK TEBU TERFERMENTASI MENGGUNAKAN EM-4 Ahmad Iskandar Setiyawan dan Nurita Thiasari Fakultas Pertanian Universitas Tribhuwana Tunggadewi Abstract Total Mixed Ration (TMR) is a technology development of silage. The aims of TMR is making feed to keep from microbia, but also contains nutrients to supply nutriens requirement. In the fermentation process have major obstacles in the long ripening. In the long period of the fermentation process which make decrease the nutrient content of feed due to used of feed nutrients by the microbes. TMR research still not optimal so make this research become important to conduct about optimal microbes in the fermentation process of the nutrient content in the manufacture of Total Mixed Ration especially based shoot sugarcane. The method of this research used completely randomized design (CRD) with directional pattern. This research used 2 treatments, the inoculum EM4 (P1) and without inoculum (P0); with the curing time of 0, 7, 14, and 21 days. The results showed that the use of inoculum EM4 in TMR shoot sugarcane can decrease crude fiber content of 29.31% to 24.9% at day 7 compared with the controls, which had decreased on day 21. In the dry matter (BK) there are significantly differences (p <0.01) at 21 days between the ripening without EM4 (45.69 ± 7.2) and with EM4 (38.39 ± 0.9), whereas organic matter (BO) is not there is a significantly difference. The conclusion of this study is the use of microbial (EM4) in making total mixed ration based on shoot sugarcane, fermentation has occurred on day 7 with a decrease in crude fiber content of 5%, ph 4, and increase in dry weight of 39.91% from dry matter early. Keywords ; Total Mixed Ration, fermentation, shoot sugarcane Pendahuluan Ketersediaan pakan hijauan di musim kemarau menurun jumlahnya. Dengan dicanangkannya program pemerintah dalam hal ini kementrian pertanian tentang swasembada daging ketersediaan hijauan menjadi salah satu faktor penghambat. Teknologi pakan ternak saat ini sudah mengalami banyak kemajuan, khususnya ternak ruminansia. Salah satu teknologi pakan yang bisa diterapkan yaitu pembuatan pakan komplit. Menurut Mide (2011), pakan komplit merupakan pakan yang cukup mengandung nutrien untuk ternak dalam tingkat fisiologis tertentu yang dibentuk dan diberikan sebagai satu-satunya pakan yang mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi tanpa tambahan substansi lain kecuali air. Semua bahan pakan tersebut, baik pakan kasar maupun konsentrat dicampur secara homogen menjadi satu.

184 Total Mixed Ration (TMR) merupakan pengembangan teknologi silase. Silase adalah pakan produk fermentasi hijauan, hasil samping pertanian dan agroindustri dengan kadar air tinggi yang diawetkan dengan menggunakan asam, baik yang sengaja ditambahkan maupun secara alami dihasilkan bahan selama penyimpanan dalam kondisi anaerob. Lebih lanjut dijelaskan oleh Schroeder (2004) dan Jones et al. (2004), tujuan utama pembuatan silase adalah untuk mengawetkan dan mengurangi kehilangan zat makanan suatu hijauan untuk dimanfaatkan pada masa mendatang. Teknologi yang sekarang berkembang adalah pembuatan pakan yang tidak hanya sekedar awet (silase), tetapi juga mengandung nutrien sesuai dengan kebutuhan ternak maka dikembangkan paket teknologi Total Mixed Ration (TMR). Selain itu, TMR-PT bisa disimpan dalam waktu yang lama sehingga mengatasi permasalahan ketersediaan hijauan pada musim kemarau. Pembuatan TMR-PT juga ikut menunjang program pemerintah Swasembada daging yang dicanangkan pemerintah dan diharapkan bisa diterapkan di masyarakat. Penggunaan bahan baku lokal dan limbah hasil samping industri pembuatan gula yaitu pucuk tebu dalam TMR-PT membuat harga produksi bisa diminimalkan. Permasalahan yang dihadapi dalam pembuatan Total Mixed Ration Pucuk Tebu (TMR-PT) yaitu belum adanya kajian lama optimal dalam pembuatan Total Mixed Ration berbasis pucuk tebu. TMR merupakan modifikasi dari pembuatan silase, dalam proses fermentasi terdapat kendala dalam lama pemeraman. Semakin lama proses fermentasi berlangsung maka berdampak pada menurunnya kandungan nutrisi pakan akibat perombakan nutrisi-nutrisi pakan, terutama protein yang dilakukan oleh bakteri proteolitik. Dhalika, et al. (2011) dalam pembuatan pakan komplit berbasis batang pisang dilakukan fermentasi selama 3 minggu. Sedangkan Bahri (2012) dalam pembuatan pakan komplit terfermentasi berbasis jerami jagung dilakukan pemeraman selama 6 minggu. Untuk menjawab permasalahan tersebut maka perlu dilakukan kajian tentang efektifitas mikrobia dalam pembuatan total mixed ration berbasis pucuk tebu. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2016, di Lab. Sentral Universitas Tribhuwana Tunggadewi. Analisis bahan kering (BK), bahan organik (BO) dan serat kasar (SK) dilaksanakan di Lab. Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas Brawijaya. Materi Penelitian Materi penelitian berupa pucuk tebu dari kebun tebu di desa Sumbersekar Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, konsentrat dengan komposisi pollard, dedak halus, jagung giling, bungkil kedelai dan molasses (formulasi dapat dilihat pada Tabel 1); serta inokulan bakteri EM4 komersial dilarutkan dengan dosis 2% (v/b) atau 20 ml/kg bahan

185 (Santoso et al., 2011). Peralatan yang dibutuhkan meliputi gunting, timbangan, plastik bening kapasitas 8-10 kg, plastik hitam, vakum cleaner, termometer, ph strip, dan berbagai macam bahan dan alat untuk analisis bahan kering, bahan organik dan serat kasar. Rancangan penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini rancangan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah. Dengan 2 perlakuan yaitu dengan inokulum EM4 (P1), tanpa inokulum (P0); dan waktu pemeraman 0, 7, 14, dan 21 hari. Pengulangan tiap variabel dilakukan 6 kali. Prosedur penelitian Prosedur penelitian dibagi dalam 3 tahap, yaitu : tahap persiapan, tahap proses fermentasi, dan tahap pengamatan. 1. Tahap Persiapan. Persiapan pembuatan ransum komplit (TMR). Bahan pakan dicampur sesuai dengan formulasi sampai homogen. Formulasi pakan dapat dilihat pada Tabel 1. Hay pucuk tebu sebelum dicampur dicacah terlebih dahulu 3 sampai 5 cm. 2. Tahap proses fermentasi. Bahan pakan yang sudah dicampur sampai homogen dimasukkan ke dalam toples yang sudah dimodifikasi. Kemudian ransum dibagi menjadi 2, yang 1 (P1) di beri inokulum EM4 yang sudah dilarutkan dengan dosis 2% (v/b) atau 20 ml/kg bahan (Santoso et al., 2011) sebelum dimasukkan ke dalam 18 toples dan sisanya tanpa pemberian inokulum (P0) dimasukkan ke dalam 18 toples yang lain. 3. Tahap pengamatan. Pengamatan produksi gas yang dilakukan setiap hari selama 21 hari. Pengambilan sampel untuk analisa BK, BO dan SK dilakukan pada hari ke 0, 7, 14 dan 21. Analisa data Data yang diperoleh dilakukan analisa independent t-test. Tabel 1. Formulasi TMR Bahan Pakan Jumlah (gram) hay pucuk tebu 55 polard 3 dedak halus 5 jagung giling 9 bungkil kedelai 12 molases 1 total 100 nutrisi Protein kasar : 11,6% lemak kasar : 5,7% serat kasar : 27,8% Hasil dan Pembahasan Kandungan bahan kering (BK) Kandungan bahan kering (BK) pakan komplit terfermentasi berbasis daun tebu dapat dilihat pada tabel 2. Berikut ini : Tabel 2. Kandungan BK pakan komplit terfermentasi berbasis daun tebu Parameter Kontrol BK 0 hari ns 33,42±0,7 34,42±2,1 BK 7 hari ** 46,58±1,6 39,91±0,7 BK 14 hari ** 47,32±3,8 41,47±3,9 BK 21 hari ** 45,69±7,2 38,39±0,9 Ket : ns = tidak beda nyata; ** = berbeda sangat nyata

186 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kandungan bahan kering selama pemeraman 7, 14, dan 21 hari terdapat perbedaan yang nyata (p<0,01). Hal ini dikarenakan pada pakan komplit yang diberi inokulum terjadi aktifitas fermentasi oleh mikrobia yang tinggi dibanding kontrol untuk menghasilkan asam laktat, sehingga terjadi penurunan kandungan bahan kering. Surono et al., (2006) menyatakan bahwa peningkatan level aditif (inokulan) memacu aktivitas fermentasi sehingga menyebabkan produksi H 2 O juga meningkat. Peningkatan kandungan air selama ensilase menyebabkan kandungan bahan kering silase menurun sehingga menyebabkan peningkatan kehilangan bahan kering. Semakin tinggi air yang dihasilkan selama ensilase, maka kehilangan bahan kering semakin meningkat. Oleh karena itu, peningkatan kehilangan bahan kering juga dipengaruhi oleh peningkatan kadar air yang berasal dari fermentasi gula sederhana. Kandungan bahan organik (BO) Kandungan bahan organik (BO) pakan komplit terfermentasi berbasis daun tebu dapat dilihat pada tabel 3. Berikut ini : Tabel 3. Kandungan BO pakan komplit terfermentasi berbasis daun tebu Parameter Kontrol BO 0 hari ns 89,43±0,6 89,49±0,8 BO 7 hari * 89,21 a ±0,8 90,21 b ±0,9 BO 14 hari ** 88,93 a ±0,5 89,49 b ±0,3 BO 21 hari ns 88,25 a ±0,5 88,63 a ±04 Ket : ns = tidak beda nyata; ** = berbeda sangat nyata Berdasarkan lama pemeraman, kandungan BO pada tabel 3 tidak terjadi penurunan yang nyata baik kelompok kontrol maupun perlakuan. Kandungan bahan organik merupakan BETN dengan komponen penyusun utama pati dan gula yang digunakan oleh bakteri untuk menghasilkan asam laktat. Kandungan serat kasar (SK) Kandungan serat kasar (SK) dan ph pakan komplit terfermentasi berbasis daun tebu dapat dilihat pada tabel 3. Berikut ini : Tabel 3. Kandungan SK dan ph pakan komplit terfermentasi berbasis daun tebu Parameter Kontrol SK 0 hari ** 25,11±0,5 29,31±1,6 SK 7 hari * 25,72±0,9 24,9±0,5 SK 14 hari ns 25,19±2,0 24,99±2,4 SK 21 hari ** 19,52±3,1 23,65 b ±0,5 ph 0 hari 6 6 ph 7 hari 5 4 ph 14 hari 5 4 ph 21 hari 5 4 Ket : ns = tidak beda nyata; ** = berbeda sangat nyata; * = berbeda nyata Berdasarkan lama pemeraman, SK pakan komplit terfermentasi sudah mengalami penurunan, 29,31% menjadi 24,9% dibanding dengan kontrol yang baru mengalami penurunan pada hari ke 21. Penurunan SK kemungkinan disebabkan oleh aktivitas mikrobia yang terdapat di

187 dalam pakan komplit. Ratnakomala et al. (2006) menyatakan bahwa penambahan inokulum L. plantarum akan mempercepat proses fermentasi dan semakin banyak substrat yang didegradasi. Salah satu nutrien yang didegradasi adalah SK, sehingga kadarnya menurun. Pada tabel 3 diatas dapat dilihat pakan komplit terfermentasi kandungan ph 4 sudah dimulai pada hari ke 7. Hal ini mengindikasikan pada hari ke 7 sudah terbentuk suasana asam dimungkinkan adanya aktvitas bakteri asam laktat, berbeda dengan kontrol yang tidak terdapat penembahan inokulum pada hari ke 7 sampai hari ke 21 kandungan ph tetap 5. Kandungan ph merupakan salah satu indikator tingkat keberhasilan dalam pembuatan pakan komplit terfermentasi. Menurut Balai Litbang Pertanian (2012), dalam pembuatan pakan komplit terfermentasi (silase komplit) kandungan ph silase 3 sampai 4. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas bakteri Lactobacillus. Lebih lanjut dijelaskan tinggi rendahnya aktivitas bakteri Lactobacillus dipengaruhi ketersediaan karbohidrat terlarut yang cukup untuk diubah menjadi asam laktat. Kesimpulan Efektifitas mikrobia dalam pembuatan total mixed ration berbasis pucuk tebu terjadi pada hari ke 7 dengan adanya penurunan kandungan serat kasar sebesar 5%, ph 4, dan kenaikan berat kering sebesar 39,91%. Daftar Pustaka Bahri, S. 2012. Respon Silase Ransum Komplit Berbasis Jerami Jagung Sebagai Pakan Penggemukan Sapi Bali. Laporan Hasil Penelitian Dasar Keilmuan PNBP. Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo. Balai Litbang Pertanian. 2012. Silase Tongkol Jagung Untuk Ternak Ruminansia. Tabloid Sinartani. Edisi 19-24 Juli 2012 No.3466 Tahun XLII hal 6-11 Dhalika, T. E. Y. Setyowati, S. Nurachma, dan Y. A. Hidayati. 2010. Nilai Nutrisi ransum Lengkap Mengandung Berbagai Taraf Hay Pucuk Tebu (Saccharum officinarum) Pada Domba Jantan Yang Digemukkan. Jurnal Ilmu ternak 10 (2) : 79-84. Jones, C.M., A.J. Heinrichs, G.W. Roth, and V.A. Isher. 2004. From harvest to feed: understanding silage management. Publ. Distribution Center, The Pennsylvania State University, 112 Agric. Admin. Bldg, University Park, PA 16802. Mide, M. Z. 2011. Penampilan sapi Bali jantan muda yang diberikan ransum komplit. Tersedia di http://repository.unhas.ac.id/handle/123 456789/608. Diakses 20 Juni 2016. Ratnakomala, S., R. Ridwan, G. Kartika dan Y. Widyastuti. 2006. Pengaruh inokulum Lactobacillus plantarum 1A-2 dan 1BL-2 terhadap kualitas silase rumput gajah (Pennisetum purpureum). J. Biodiversitas. 7 (2) : 131-134. Santoso, B., B. Tj. Hariadi, Alimuddin dan D. Y. Seseray. 2011. Kualitas fermentasi dan nilai nutrisi silase berbasis sisa tanaman padi yang diensilase dengan penambahan inokulum bakteri asam laktat epifit. JITV 16 (1): 1-8.

188 Schroeder, J.W. 2004. Silage Fermentation and Preservation. http://www. ext.nodak. edu/ expubs/ansci/dairy/ as1254w.btm.pdf. Surono. Hadiyanto. A.Y dan M. Christiyanti. 2006. penambahan bioaktivator pada complete feed dengan pakan basal rumput gajah terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik secara in vitro. fakultas peternakan dan pertanian. Universitas Diponegoro. Semarang.