BAB II TINJAUAN TEORITIS. antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milimeter air raksa (mmhg) (Guyton, 2014). Berdasarkan Seventh Joint National

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan

Karakteristik Umum Responden

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat melaksanakan masing-masing tugasnya (Kertohoesodo, 1979).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. berikut: Variabel bebas yaitu faktor-faktor pemicu hipertensi sesuai

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Hipertensi dan Prehipertensi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

Mengetahui Hipertensi secara Umum

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat

BAB IV HASIL PENELITIAN. diambil dari para wanita akseptor kontrasepsi oral kombinasi dan injeksi

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Temanggung yang berusia tahun. Hasil pengukuran tekanan

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Proporsi kematian

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Apakah labu siam menurunkan tekanan darah.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas seseorang salah satunya adalah penyakit hipertensi.hipertensi atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Hipertensi Tekanan darah (Blood Pressure = BP) adalah perkalian antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler perifer (Pheripheral Vascular Resistance = PVR). Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dalam dua angka. Angka yang pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika darah dipompa dan mengalir keluar dari jantung (ketika jantung berkontraksi). Angka yang kedua disebut tekanan diastolik, yaitu angka yang menunjukkan besarnya tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir masuk kembali kedalam jantung (ketika jantung mengendur/relaksasi). Walau demikian pada praktiknya terutama untuk usia di atas 40 tahun yang lebih riskan jika angka diastoliknya tinggi, yaitu di atas 90 mmhg (Adib, 2009; Diehl, 1990). Untuk dapat mengetahui tekanan darah maka perlu dilakukan pengukuran. Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan alat sphygmomanometer dan stetoskop, bersama dengan tes laboratorium dan diagnostik (JNC 7, 2003). Menurut WHO, tekanan darah dianggap normal jika kurang dari 135/85 mmhg, dan dinyatakan hipertensi bila lebih dari 140/90 9

mmhg dan diantara nilai tersebut dinyatakan normal tinggi. Joint National Committee on Detection and Treatment of High Blood Pressure (JNC) (2014) mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmhg pada usia <60 tahun dan 150/90 mmhg pada usia 60 tahun. Hipertensi diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, rentannya dari tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi maligna (Doenges, 1999). Pendapat para dokter di Indonesia untuk ukuran ideal tekanan darah orang Indonesia berkisar 110-120/80-90 mmhg. Batasan ini berlaku bagi orang dewasa diatas 18 tahun. Menurut dr. Andang Joesoef SpJP(K), Direktur Pelayanan Medis Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Tekanan darah 120-139/80-89 mmhg dikategorikan pre-hipertensi dan perbaikan dalam gaya hidup diperlukan untuk menurunkan tekanan darah, dan tekanan darah di atas 140/90 mmhg merupakan hipertensi yang membutuhkan pengobatan. (Adib, 2009). Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18 Tahun menurut JNC 7 (2003). Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan (mmhg) Sistolik diastolik Normal < 120 < 80 Prehipertensi 120-139 80-89 Hipertensi Stadium I 140-159 90-99 Hipertensi Stadium II > 160 > 100 10 Tekanan darah tinggi sering dijuluki silent killer (pembunuh diam-diam). Penderita hipertensi tidak menyadari bahwa dirinya

11 mengidap hipertensi sebab 70% penderita tidak merasakan gejala. Penderita seperti ini baru akan mengetahui kondisi tekanan darahnya telah tinggi setelah memeriksakan tekanan darahnya ke dokter atau mantri/perawat. Orang dapat mengidap hipertensi selama bertahun-tahun tanpa menyadarinya hingga terjadi kerusakan organ vital yang cukup parah dan mengakibatkan kematian. Walau demikian ada juga penderita yang merasakan gejala pusing, tengkuk terasa kencang dan sering berdebar-debar (Diehl, 1990). Hipertensi adalah penyakit yang bisa menyerang siapa saja, baik muda maupun tua, kaya ataupun miskin. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit mematikan di dunia. Walaupun tidak bisa membunuh penderitanya secara langsung namun dapat memicu penyakit lain yang tergolong keras, berat dan mematikan. Komite Nasional Pencegahan, Deteksi, Evaluasi dan Penanganan Hipertensi melaporkan bahwa tekanan darah yang tinggi dapat meningkatkan risiko serangan jantung, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal. Hipertensi juga merupakan salah satu faktor risiko paling berpengaruh sebagai penyebab panyakit jantung (kardiovaskuler) (Diehl, 1990; Adib, 2009).

12 2.2 Penyebab Terjadinya Hipertensi Pada 90% kasus hipertensi penyebabnya belum diketahui secara pasti (Diehl, 1990). Menurut Adib (2009) 90% kasus hipertensi esensial/primer ini ada kaitannya dengan faktor genetik atau keturunan. 10% disebabkan oleh gangguan pada ginjal, aterosklerosis pada nadi-nadi ginjal, kelenjar adrenal yang terlalu aktif, atau tumor pada kelenjar adrenal. Menurut Doenges (1999) hipertensi sekunder yang 10% ini terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, sering kali dapat diperbaiki. Pendapat Guyton (1994) hipertensi yang disebabkan kelainan fungsi pengatur tekanan darah digolongkan menjadi hipertensi renal, hipertensi hormonal dan hipertensi neurogenik. Meskipun penyebab hipertensi esensial belum diketahui dengan tepat namun diketahui ada 4 faktor pemicu yang sangat berperan dalam terjadinya kasus hipertensi. Faktor-faktor tersebut antara lain garam, sumbatan pada pembuluh darah, kegemukan dan estrogen (Diehl, 1990). Faktor lain yang terkadang dapat mengakibatkan hipertensi adalah obatobatan dan preeklampsi (Diklat PJT-RSCM, 2008). Menurut Sheps (2005) ada dua faktor pemicu hipertensi sekunder yang dapat dikontrol. Dua faktor pemicu tersebut adalah pola makan dan pola aktivitas fisik. Pola makan umumnya karena banyak konsumsi natrium dan lemak. Aktivitas fisik yang kurang

13 atau bahkan terlalu berlebihan biasanya berakibat fatal pada sistem kerja jantung. Pada sumber lain disebutkan beberapa faktor yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Faktor internal yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi adalah pengerasan pembuluh darah dan hormonal. Pengerasan pembuluh darah dipengaruhi oleh usia. Ada dua jenis hormon yang dalam keadaan tidak seimbang dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi yaitu hormon prostaglandin dan aldosteron. Sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan pola makan dimana garam yang dinyatakan sebagai penyebab nomor satu (Simorangkir, 2005). Dari pernyataan-pernyataan para ahli diatas dapat ditarik benang merah terkait faktor pemicu pada hipertensi sekunder yang dapat dimodifikasi. Dibawah ini merupakan uraian dari faktor-faktor pemicu tersebut. 2.2.1 Garam Garam (sodium cloride) adalah zat tambahan makanan nomor dua setelah gula yang paling banyak digunakan atau disalah gunakan. Garam memang penting bagi tubuh namun tubuh hanya membutuhkan 500 mg atau 1/10 sendok teh setiap hari. Namun pada masakan yang kita konsumsi setiap hari mengandung garam 15-20 gram garam (3-4 sendok teh), 30-40 kali lebih banyak dari yang dibutuhkan tubuh. Jumlah ini kira-kira 10 kali lebih banyak dari

14 yang mampu diolah oleh ginjal. Upaya tubuh dalam berhomeostasis adalah dengan menjaga agar garam tersebut dalam keadaan cair yaitu dengan menahan kadar air dalam tubuh. Hal tersebut meningkatkan tekanan darah karena harus mendorong cairan garam melalui penyaring-penyaring pada ginjal (Diehl, 1990). Menurut Guyton dan Hall (1997) bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Ketika volume darah dalam tubuh meningkat, maka tekanan darah juga meningkat. 2.2.2 Masalah pada Pembuluh Darah Sumbatan pada pembuluh darah umumnya diakibatkan karena melekatnya lemak dan kolesterol yang semakin lama semakin mengeras pada dinding-dinding pembuluh nadi. Penumpukan lemak ini dikarenakan konsumsi makanan tinggi lemak secara berlebihan. Beberapa jenis makanan yang kandungan kolesterolnya tinggi antara lain daging kambing, jerohan, kulit ayam alpukat dan durian, namun yang menghasilkan energi sangat tinggi serta dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi antara lain daging kambing dan durian. Energi yang dihasilkan setiap satu ons daging kambing adalah 125-350 kkal sementara kebutuhan kalori seorang dengan usia 40-70 tahun untuk laki-laki 1499-1899 kkal dan untuk perempuan 1167-1450 kkal. Pada orang normal (tanpa hipertensi) disarankan pemenuhan

15 energi maksimal yang dapat diambil dari makanan jenis lemak hanyalah 30% sedangkan untuk penderita hipertensi tidak disarankan untuk mengkonsumsi makanan dengan kandungan kolesterol tinggi (Simorangkir, 2005). Seiring bertambahnya usia, kadar kolesterol total akan meningkat secara bertahap (Dalyoko, 2011). Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku (bisa karena arteriosklerosis), sehingga tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan darahnya (Diehl, 1990). Tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi "vasokonstriksi", yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah (Guyton dan Hall, 1997). Masalah pada pembuluh darah salah satu faktor penyebabnya adalah merokok. Hubungan antara rokok dengan peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Selain dari lamanya, risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari. Merokok lebih dari satu pak perhari menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran

16 darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi. (Suyono- Slamet, 2001; Nurkhalida, 2003; Price dkk, 1995). 2.2.3 Kegemukan/Obesitas Obesitas atau kegemukan merupakan kondisi indeks massa tubuh > 25 (berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m)). obesitas juga merupakan salah satu faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi bahkan obesitas merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah. Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air.

17 Orang yang obesitas memiliki kemungkinan lima kali lebih besar untuk terserang hipertensi (Adib, 2009). Hampir semua orang yang kelebihan berat badan 20% pada akhirnya menderita tekanan darah tinggi (Diehl, 1990). Hal tersebut dikarenakan setiap kilogram lemak membutuhkan ribuan pembuluh darah tambahan. Sehingga dibutuhkan tekanan darah yang lebih tinggi untuk memompanya. 2.2.4 Hormon Ketika tekanan darah atau volume darah dalam arteriola eferen turun (kadang-kadang sebagai akibat dari penurunan asupan garam), enzim renin mengawali reaksi kimia yang mengubah protein plasma yang disebut angiotensinogen menjadi peptida yang disebut angiotensin II. Angiotensin II berfungsi sebagai hormon yang meningkatkan tekanan darah dan volume darah dalam beberapa cara. Sebagai contoh, angiotensin II menaikkan tekanan dengan cara menyempitkan arteriola, menurunkan aliran darah ke banyak kapiler, termasuk kapiler ginjal. Angiotensin II merangsang tubula proksimal nefron untuk menyerap kembali NaCl dan air. Hal tersebut akan mengurangi jumlah garam dan air yang diekskresikan dalam urin dan akibatnya adalah peningkatan volume darah dan tekanan darah (Campbell, dkk. 2004).

18 Hormon aldosteron berperan meningkatkan tekanan darah pada saat angiotensin II mempengaruhi peningkatan cardiac output dan vasokonstriksi peripheral. Selanjutnya angiotensin II akan merangsang pelepasan antidiuretic hormone (ADH), sekresi aldosteron, dan rasa haus untuk meningkatkan tekanan darah dan volume darah. Selanjutnya angiotensin akan menimbulkan konstriksi arteriol di seluruh tubuh, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Selain itu, angiotensin dapat meningkatkan tekanan arteri dengan bekerja pada ginjal untuk menurunkan eksresi garam dan air. Pengaruh lain angiotensin II adalah perangsangan kelenjar adrenal, yaitu organ yang terletak diatas ginjal, yang membebaskan hormon aldosteron. Hormon aldosteron bekerja pada tubula distal nefron, yang membuat tubula tersebut menyerap kembali lebih banyak ion natrium (Na+) dan air, serta meningkatkan volume dan tekanan darah (Campbell, dkk. 2004). Hal tersebut akan memperlambat kenaikan volume cairan ekstraseluler yang kemudian meningkatkan tekanan arteri selama berjam-jam dan berhari-hari. Efek jangka panjang ini bekerja melalui mekanisme volume cairan ekstraseluler, bahkan lebih kuat daripada mekanisme vasokonstriksi akut yang akhirnya mengembalikan tekanan arteri ke nilai normal. Selain membebaskan hormon aldosteron, adrenalin dapat merangsang jantung berdetak lebih keras sehingga jantung

19 memompa lebih kuat. Pada saat jantung memompa dengan kuat maka mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya (curah jantungnya tinggi). Karena tekanan darah merupakan hasil perkalian antara curah jantung dengan tekanan vaskuler maka tekanan darah berbanding lurus dengan curah jantung, dengan demikian ketika curah jantung meningkat maka tekanan darah juga akan meningkat. Ada beberapa jenis makanan yang dapat memacu adrenalin bekerja (menstimulasi kelenjar adrenal). Ketika adrenalin bekerja efeknya seperti yang disebutkan di atas. Jenis makanan tersebut antara lain kopi, alkohol dan lain-lain (Campbell, dkk. 2004). Hormon lain yang juga berperan meningkatkan hipertensi adalah estrogen merupakan bahan yang sering dikonsumsi oleh kaum wanita misalnya pada pil KB atau pengendali efek berhentinya haid. Estrogen bersifat menahan garam. Juga mempertinggi produksi angiotensin, suatu bahan yang meningkatkan tekanan darah dan mengurangi kelancaran aliran darah ke ginjal. Artinya estrogen sangat berbahaya karena paduan mengikat garam, meningkatkan tekanan darah dan mengurangi kelancaran aliran darah. Meskipun belum ada data secara epidemiologi bahwa hipertensi disebabkan karena esterogen namun Bustan (1997) menyatakan bahwa dengan lamanya

20 pemakaian kontrasepsi estrogen (± 12 tahun berturut-turut), akan meningkatkan tekanan darah. 2.2.5 Kurang Aktivitas Fisik Kurangnya aktivitas fisik ini merupakan faktor pendukung yang sangat berperan dalam terjadinya hipertensi. Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri (Sheps, 2005; Hernelahti, M. 1998). Olahraga ternyata juga dihubungkan dengan pengobatan terhadap hipertensi. Melalui olahraga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit/hari) dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Selain itu dengan kurangnya olahraga maka risiko timbulnya obesitas akan bertambah, dan apabila asupan garam bertambah maka risiko timbulnya hipertensi juga akan bertambah (Sheps, 2005; Suyono- Slamet, 2001).

21 2.3 Kerangka Teori Penggunaan garam berlebih Hormon Esterogen Hormon angiotensin II Menahan kadar air dalam tubuh Menahan garam vasokontiksi Tahanan periver Konsumsi Minuman kopi berlebih Kinerja ginjal Hormon adrenalin Kurang aktifitas fisik Frekuensi denyut jantung Hipertensi Curah jantung Tidak mampu mengembung saat jantung memompa darah Curah jantung Tekanan pada dinding arteri Volume darah Ateri kehilangan kelenturan Aterosklerosis Natrium Kebutuhan nutrisi & O 2 Masalah pada pembuluh darah Insulin Berat badan Masa tubuh Obesitas IMT Tinggi badan Sumbatan lemak & kolesterol Konsumsi makanan tinggi lemak Merusak lapisan endotel Zat kimia beracun (nikotin dan CO) merokok Gambar 2.1 Kerangka Teori (Diehl, 1990 dan Sheps, 2005)