BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Teknik Industri Semester Ganjil 2006/2007

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4. RULA Tool ini tidak memberikan rekomendasi yang spesifik terhadap modifikasi pekerjaan. APLIKASI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

BAB 13 LIBERTY MUTUAL TABLES CARRYING LOWER TASKS

BAB 11 LIBERTY MUTUAL TABLES LIFTING LOWER TASKS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

Grip Strength BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk

Universitas Indonesia

19/03/2013. Apa Itu RULA? Contoh RULA Worksheet. Klasifikasi Skor RULA. Penghitungan Skor RULA. Contoh Kasus

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB II LANDASAN TEORI

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

BAB 9. 2D BIOMECHANICS

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Perbaikan Postur Kerja dengan Pendekatan Metode RULA dan NIOSH di Bagian Produksi Mixer

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

1 Universitas Indonesia

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

ANALISIS AKTIVITAS ANGKAT BEBAN PISAU HAND PRESS

BAB II LANDASAN TEORI

POSTUR KERJA. 1. Video postur kerja operator perakitan 2. Foto hasil screencapture postur kerja

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

BAB 2. REVISED NIOSH LIFTING EQUATION

Cut Ita Erliana dan Ruchmana Romauli Rajagukguk. Lhokseumawe Aceh Abstrak

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL SISTEM MANUSIA MESIN

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA PERBAIKAN SISTEM KERJA YANG ERGONOMIS PADA PABRIK KECAP MURNI, BANGKA

PEMBELAJARAN X ERGONOMI DAN PRODUKTIVITAS KERJA

Sem inar N asional W aluyo Jatm iko II F TI U P N V eteran Jaw a Tim ur ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT

PENILAIAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO PADA SAAT MELAKAKUKAN PEKERJAAN DENGAN METODE MANUAL TASKS RISK ASSESSMENT

BAB I PENDAHULUAN. berdiri yang di lakukan secara terus menerus atau dalam jangka waktu yang lama

BIOMEKANIKA PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA

BAB II TINJAUN PUSTAKA Pengertian Ergonomi Ergonomi berasal dari kata Ergon (kerja) dan Nomos (hukum alam) dan

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

ERGONOMI PENGGUNAAN KOMPUTER Ergonomi:

Metode dan Pengukuran Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BIOMEKANIKA. Ergonomi Teknik Industri Universitas Brawijaya

BAB I PENDAHULUAN. kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Sistem Rangka dan Otot. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi

Analisis Sistem Kerja Sortasi Biji Kopi Dengan Menggunakan Pendekatan Ergonomi Di CV. Kopi Tunah Kolak Jaya

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA OPERATOR MENGGUNAKAN METODE RULA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

1 Pedahuluan. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN X

BAB 7. MANTRA TAMPILAN

kekuatan fisik manusia kekuatan atau daya fisik

ANALISA BEBAN KERJA PADA OPERATOR VISUAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) DI PT. JAPPRO BATAM

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi dan Konsep Dasar Ergonomi Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu : Ergon dan Nomos. Ergon berarti kerja dan Nomos berarti hokum alam. Berdasarkan akar katanya, ergonomic dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hokum-huku atau kaidah kerja (Bridger, 1995). Ergonomi dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain atau perancangan (Eka Nurmianto, 1996). Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasiinformasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem kerja sehingga orang dapat bekerjadan hidup dalam sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman (Sutalaksana, 1979). Ergonomi juga memberi peranan penting dalam meningkatkan factor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya desain suatu sistem kerja utuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual. Hal itu adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja, desain suatu perkakas kerja (handtools) untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrument dan sistem pengendali agar didapat optimasi

19 dalam proses transfer informasi dengan dihasilkannya suatu respon yang cepat dapata meminimumkan resiko kesalahan, serta supaya didapatkan optimas, efisiensi kerja dan hilangnya resiko kesehatan akibat metode kerja yang kurang tepat (Nurmianto, 1996). Tiga sasaran utama dari ergnomi adalah : (Alexander, 1985) 1. keselamatan 2. kenyamanan 3. efisiensi Kenyamanan Ergonomi Kesehatan Efesiensi a) Produksi b) Fisiologi c) Mental Gambar 2.1 Tiga Sasaran Utama Ergonomi

20 Alexander dan Pulat menyatakan beberapa akibat yang akan terjadi apabila ergonomi tidak diterapkan : 1. Berkurangnya output produksi 2. Meningkatnya waktu hilang 3. Meningkatnya biaya kesehatan dan material 4. Menigkatnya ketidakhadiran pekerja 5. Rendahnya kualitas pekerjaan 6. Timbulnya cedera dan ketegangan 7. Meningkatnya kemungkinan terjadi kecelakaan kerja 8. Meningkatnya turnover pekerja 9. Berkurangnya kapasitas kerja dalam menghadapi hal darurat Sebagai disiplin ilmu yang bersifat multi disipliner dengan menggabungkan elemen-elemen fisiologi, psikologi, anatomi, engginerring, hygienic, social dan ilmuilmu lainnya, maka ergonomi akan berkaitan dengan aktivitas kerja yang mempunyai tujuan sebagai berikut (Prasetyowibowo, 2002) : 1. Meningkatkan kemampuan fisik dan mental, khususnya untuk keamanan dan keselamatan, serta mengurangi atau menghilangkan beban fisik dan mental yang berlebihan untuk kenyamanan atau keserasian operasional. 2. Pengintegrasian secara rasional aspek-aspek fungsional, teknis, ekonomis, social budaya, dan lingkungan pada suatu sistem untuk peningkatan efisiensi hhubungan timbale balik manusia dan mesin

21 3. Mengorganisasikan suatu aktivitas kerja ke arah produktivitas untuk peningkatan kepuasan kerja operator, konsumen pekerja dalam memenuhi kesejahtraan social. Beberapa manfaat langsung dari ergonomic antara lain : 1. Pekerjaan menjadi lebih cepat selesai 2. Minimasi resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja 3. Berkurangnya kelelahan 4. Meningkatkan kualitas hidup 5. Gairah dan kepuasan kerja lebih tinggi 6. Produktifitas meningkat 7. Minimasi biaya Alexander dan Pulat menyatakan beberapa akibat yang akan terjadi apabila ergonomi tidak diterapkan : (Alexander, 1985) 1. Berkurangnya output produksi 2. Meningkatnya waktu hilang. 3. Meningkatnya biaya kesehatan dan material. 4. Meningkatnya ketidakhadiran pekerja. 5. Rendahnya kualitas pekerjaan. 6. Cidera dan ketegangan. 7. Meningkatnya kemungkinan terjadi kecelakaan. 8. Meningkatnya turnover pekerja.

22 2.2 Deskripsi Tempat Kerja [Ergoweb Job Evaluator Toolbox] Karakteristik tempat kerja merupakan interaksi antara tiga parameter, yaitu : 1. Pekerja, yang meliputi ukuran, kekuatan, batas dari gerakan, pendidikan, harapan, dan kapasitas fisik atau mental. 2. Tempat kerja, yang meliputi bagian-bagian, peralatan, furniture, control (display) dan objek fisik lainnya. 3. Lingkungan kerja, yang meliputi iklim, penerangan, suara, getaran dan kualitas atmosfer lainnya. Ketiga parameter tersebut saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Pekerja Tempat Kerja Lingkungan Kerja Gambar 2.2 Hubungan Parameter Deskripsi Tempat kerja

23 2.3 Faktor Resiko Kerja Beberapa karakteristik dari setting kerja telah diasosiasikan dengan munculnya luka-luka (interaksi utama antara pekerja dengan tempat kerja), diantaranya adalah : 1. Postur tubuh 2. Tenaga 3. Kecepatan 4. Pengulangan 5. Durasi 6. Waktu penyembuhan 7. Usaha dimanik yang besar 8. Getaran Karakteristik Lingkungan (interaksi utama antara pekerja dengan lingkungan kerja), antara lain : 1. Tekanan panas 2. Tekanan dingin 3. Getaran seluruh tubuh 4. Pencahayaan 5. Suara

24 2.4 Tubuh Manusia 2.4.1 Sistem Muskuloskeletal [OSHA (Occupational Safety and Health Administration) ] Sistem muskuloskeletal yaitu sistem otot rangka atau otot yang melekat pada tulang yang terdiri atas otot-otot serat lintang yang sifat gerakannya dapat diatur yang secara umum berfungsi sebagai berikut : 1. Menyelenggarakan pergerakan yang meliputi pergerakan bagian-bagian tubuh atau gerakan tubuh secara keseluruhan. 2. Mempertahankan sikap tertentu, karena adanya kontraksi otot secara lokal yang memungkinkan orang melakukan sikap berdiri, jongkok dan sikap lainnya. 3. Menghasilkan panas karena adanya proses kimia dalam otot yang dapat digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh. Adanya ketidakharmonisan antara kemampuan kerja manusia dengan kerja yang dilakukannya adalah gangguan sistem muskuloskeletal yang biasanya juga disebut Repetitive Strain Injuries (RSI), Cumulative Trauma Disorders (CTD), atau Activity-Work-Related Musculoskeletal Disorders (WMSD). Gangguan muskuloskeletal (Musculoskeletal Disorder / MSD) menurut OSHA (Occupational Safety and Health Administration) adalah gangguan pada otot, urat syaraf, tendon, ligamen, persendian, kartilago, pembuluh darah dan tulang belakang. Gangguan ini juga didefinisikan sebagai OCD (Occupational Cervicobrachial Disorder) oleh Komite Kesehatan pada organisasi perindustrian di Jepang yaitu sebagai gangguan organik dan atau fungsional yang dikarenakan

25 kelelahan neuromuskuler akibat posisi tubuh yang statis atau karena gerakan yang berulang-ulang dalam waktu lama dari anggota badan bagian atas. Benezech dan L Epee (1983) menyatakan bahwa telah banyak para ahli medis meneliti operator pada suatu kondisi kerja tertentu menggambarkan kecenderungan untuk mengalami beberapa keluhan antara lain : (Nurmianto, 1996) 1. Algias : penyakit pada juru ketik, sekretaris atau pekerja lain yang postur bekerjanya membungkuk ke depan. 2. Osteo articular deviations : skoliosis para pemain biola dan kifosis (bungkuk) pada pemikul keranjang. 3. Rasa nyeri pada otot dan tendon : rusaknya tendon achiles bagi para penari. 4. Iritasi pada cabang saraf tepi : saraf ulnar bagi para pengemudi kendaraan, tukang kunci, tukang pandai besi, reparasi arloji, penjilidan buku, pemotong kaca dan pengendara sepeda. MSD sendiri dipengaruhi oleh karakteristik dari pekerja itu sendiri yang meliputi umur (contohnya tendon seseorang akan kehilangan elastisitasnya seiring dengan peningkatan umur), kekuatan fisik pribadi dan kebugaran pribadi. (Bridger, 1995) Ketegangan fisik digabung dengan ketegangan psikologis akan lebih meningkatkan gejala MSD itu sendiri. Ketegangan psikologis yang dimaksud misalnya rasa ketidakpuasan kerja atau target kerja yang membebani pekerja. Sebagian besar dari gejala MSD tahap awal akan hilang setelah istirahat.

26 2.4.2 Pembebanan Otot Ada dua jenis pembebanan otot yaitu : (Grandjean, 1985) 1. Pembebanan otot dinamis dikarakterisasikan sebagai alternatif ritmik dari kontraksi dan ekstensi, peregangan dan relaksasi. Contoh : memutar roda. 2. Pembebanan otot statis dikarakteristikan sebagai keadaan statis dari kontraksi otot yang terjadi dalam jangka waktu lama, yang biasanya diimplikasikan sebagai sikap tubuh. Contoh : menahan beban dengan tangan terentang horisontal. Selama pembebanan otot statis, pembuluh darah tertekan oleh tekanan dalam dari jaringan otot sehingga darah tidak dapat mengalir ke otot. Dalam pembebanan otot dinamis, otot bekerja seolah-olah sebagai pompa dalam sistem peredaran darah. Pompa ini mendorong darah keluar dari otot dan memasukkan darah bersih ke dalam otot, sehingga suplai darah menjadi beberapa kali lebih besar daripada keadaan normal. Dalam pembebanan otot statis yang berat, otot tidak memperoleh gula darah atau oksigen dari darah dan harus bergantung pada persediaannya sendiri. Asam laktat juga tidak dapat dipecah kembali sehingga akan bertumpuk dan menghasilkan rasa sakit atau kelelahan otot. (Grandjean, 1985) Oleh karena itu pembebanan otot statis yang lama akan menyebabkan rasa sakit dan pembebanan otot dinamis yang lama tidak akan menyebabkan rasa sakit yang sama.

27 Beberapa contoh pembebanan otot statis yang sering terjadi adalah sebagai berikut : (Grandjean, 1985) 1. Pekerjaan yang melibatkan penekukan (bending) di pinggang belakang baik ke depan maupun ke samping. 2. Menahan benda dengan lengan. 3. Manipulasi dimana lengan harus menjangkau secara horisontal. 4. Berdiri dengan satu kaki ketika kaki lain harus menginjak pedal. 5. Berdiri di satu tempat dalam waktu yang lama. 6. Mendorong atau menarik benda berat. 2.4.3 Alat Gerak Atas Tubuh Alat gerak atas tubuh terdiri dari cervical spine, kepala, bahu, dan lengan serta pergelangan tangan. Dari sudut pandang anatomikal, tiap-tiap struktur ini dapat dipisahkan satu sama lain, akan tetapi dari sudut pandang ergonomi, struktur-struktur tersebut sebaiknya dianggap sebagai satu kesatuan. Tangan merupakan penggerak utama dari tubuh dan merupakan fokus dari kebanyakan kerja fisik yang dilakukan dalam sebuah pekerjaan. Stabilisasi postur dari tangan dan lengan sangat penting apabila ingin melakukan pekerjaan dengan seluruh gerakan yang benar. Banyak faktor-faktor yang berbeda yang dapat menyebabkan seseorang mengalami sakit pada alat gerak atas pada saat bekerja. Menurut Kroemer (1989), beberapa penyebab di luar pekerjaan adalah aktivitas santai, umur, jenis kelamin, kehamilan, dan iklim yang dingin. Gaya, postur, dan pengulangan merupakan tiga

28 variabel ergonomi utama yang dihubungkan dengan cedera muskuloskeletal pada saat kerja. Pekerjaan dengan risiko tinggi merupakan pekerjaan yang memerlukan gerakan yang diulang-ulang, bertenaga pada alat gerak yang bergerak di luar jangkauan kerjanya, seperti bekerja dengan pergelangan tangan melakukan gerakan flexion, extension, dan pronation. Solusinya adalah dengan mengurangi pengulangan yang dilakukan, gaya yang dilakukan, atau dengan mengubah metode kerja atau merancang ulang peralatan untuk memperbaiki postur tubuh yang melakukan pekerjaan atau untuk memberikan keuntungan mekanikal kepada pekerja. 2.4.4 Masalah pada Otot dan Rangka pada Posisi Duduk dan Berdiri Sewaktu seorang pekerja bekerja pada posisi duduk atau berdiri, bagian pergerakan tulang belakang, terutama daerah gerak pinggang, berada dalam keadaan yang disebut extreme postures (keadaan posisi postur yang ekstrim). Dalam keadaan ini maka resiko terkena sakit/ radang (bahkan yang lebih buruk) pada sambungan system otot, menjadi meningkat jauh lebih besar (Bridger, 1995). Beberapa akan dibahas disini : 2.4.4.1 Extreme Posture dan Nyeri (Pain) Hal ini diteliti oleh Genaidy dan Karwowski (1993). Untuk sambungan bahu, ketidaknyamanan tingkat tinggi terjadi ketika tangan (dari bahu kebawah) diangkat menjauh dari tubuh kearah mana saja. Untuk siku,

29 posisi terlentang statis adalah yang mengakibatkan stress otot paling tinggi, diikuti oleh posisi telungkup statis, sedangkan meregang dan melenturkan adalah posisi yang paling tidak membawa stress. 2.4.4.2 Nyeri Pinggul (Punggung Bawah) Nyeri Pinggul (daerah sekitar punggung bawah) adalah salah satu ketidaknyamanan yang paling umum yang dihubungkan dengan pekerjaan. Muncul pada sangat banyak aktifitas sehari-hari, seperti menyetir, pekerjaan rumah tangga, bahkan berkebun. Walau anatomi tulang sudah cukup baik, tetapi menemukan penyebab nyeri pinggul/punggung bawah sering membingungkan. Hal ini disebabkan karena nyeri ini tidak saja diakibatkan oleh ruas-ruas tulang belakang semata, karena cenderung tidak diakhiri oleh nyeri syaraf pada orang dewasa. Sehingga pnyebabnya bisa dari berbagai tekanan dan stress otot daerh tersebut, sampai kepada masalah yang berakar pada syaraf. Kumar (1990) menyatakan bahwa beban mekanik adalah faktor resiko untuk nyeri ini. 2.4.4.3 Nyeri Punggung (Nyeri Belakang) dan Kelelahan Otot Kesimpulan yang dicapai pada penyelidikan tentang nyeri ini adalah bahwa resiko nyeri punggung tinggi pada tugas yang melakukan pengulangan, mengangkat beban didepan tubuh, posisi kerja kedapan, dengan posisi tubuh yang diusahakan memanjang (misalnya dalam meraih sesuatu yang jauh). Jika

30 pekerja memberikan keluhan nyeri belakang, maka tugas penerapan ergonomi adalah untuk mencari penyebabnya dilingkungan kerja. Diluar hal itu maka kita serahkan pada pertolongan medis. 2.4.4.4 Masalah Tulang Belakang pada Posisi Berdiri Nyeri pinggul(punggung bawah) sangat umum pada pekerja-pekerja yang berdiri. Adams dan Hutton (1983) yang mengadakan penelitian untuk ini, menyatakan terdapat 2 sambungan intervertebal disk joints dan facet joints pada daerah ini, sambungan intervertebal disk menahan tekanan beban dari atas, sedangkan sambungan facet menahan tekanan beban dari sisi. Tekanan beban yang berlebihan pada bagian facet akan menyebabkan osteoarthritis, yang biasa terjadi pada pekerja yang berdiri terlalu lama. Karena itu sangat dianjurkan agar posisi berdiri digantikan dengan posisi kerja duduk. Nyeri pinggul juga menyebabkan kelelahan otot karena postur tubuh saat berdiri menyebabkan beban berlebihan pada bagian pinggul dan dengan cepat menyebabkan kelelahan. Pada posisi berdiri juga menyebabkan peredaran darah dan cairan tubuh lain dengan mudah mengalir kebawah tetapi sangat sulit untuk kembali keatas karena posisi berdiri menjadikan perjalanan cairan tubuh keatas menjadi sangat melawan gaya gravitasi sehingga terjadi penumpukan darah atau cairan tubuh pada bagian bawah tubuh. Hal ini dapat menyebabkan kejang otot dan nyeri, serta kelelahan yang berlebihan.

31 2.5 Posisi Tangan dan Kaki (Limbs) yang Optimal untuk Aplikasi Gaya (Force) dan Perancangan Kerja [Bridger,1995] Dalam rangka untuk meminimumkan kelelahan dan resiko terhadap rusaknya tulang dan otot dalam kondisi kerja yang repetitive (berulang-ulang) maka dalam penempatan dan pengoperasian posisi kendali (control) harus seergonomis mingkin sehingga pengoperasiannya dalam keadaan yang paling efisien. Disamping itu dalam mendapatkan inklinasi (kemiringan) sudut posisi kaki atau tangan relatif terhadap horisintal agar gaya maksimum dapat diterapkan maka kondisi berikut haruslah dapat dipenuhi : 1. Analisa biomekanika secara global dengan mmpertimbangkan kondisi masingmasing otot. 2. Penyederhanaan model biomekanika yang berdasarkan pada system sambungan tulang untuk memprediksi beban pada ruas tulang belakang untuk mengangkat benda kerja. 3. Metode empiris untuk pengukuran langsung terhadap kekuatan (strength) otot. 2.6 Checklist International Labour Office (ILO) Checklist International Labour Office (ILO) merupakan suatu checklist yang berguna untuk mengetahui permasalahan yang ada dalam suatu perusahaan dengan melakukan pengamatan langsung mengenai kondisi lingkungan pabrik dan wawancara dengan supervisor pabrik dan dispesifikkan hanya pada Lini Total Assembly. Pedoman praktis ergonomik yang dikeluarkan oleh ILO ini berjumlah 128

32 buah petunjuk praktis dan pedoman tersebut telah diuji coba di Indonesia dan Thailand dalam dua seminar. 2.7 Ergoweb Risk Factor Identification Survey (Software Ergoweb Risk Factor Identification Survey) Checklist umum untuk faktor risiko yang dapat diaplikasikan pada pekerjaan untuk menunjukkan keberadaan kondisi yang berhubungan dengan cedera. Setelah mendapatkan informasi mengenai faktor risiko pada pekerjaan, penguji dapat memilih alat analisis yang paling cocok untuk perhitungan risiko pekerjaan tersebut. Checklist ini digunakan untuk membantu menentukan adanya faktor risiko pada pekerjaan Anda dan checklist ErgoWeb ToolBox terbaik untuk digunakan pada analisis pekerjaan yang lebih lanjut. Checklist ini juga dapat digunakan untuk menghitung tingkatan risiko yang berhubungan dengan suatu pekerjaan. Berikan nilai nol untuk "Tidak Pernah", nilai satu untuk "Kadang-kadang", dan nilai dua untuk "Sering". Jumlahkan nilai pada daftar tersebut. Pekerjaan dengan nilai yang tinggi dapat dianggap sebagai pekerjaan dengan risiko tertinggi. Proses perhitungan tidak divalidasi oleh test study.

33 2.8 Walkthrough Checklist For Upper Extremity Cummulative Trauma Disorders Checklists ini dapat digunakan untuk melihat pekerjaan yang melibatkan tangan, lengan, bahu, dan/atau leher. Apabila checklist menunjukkan adanya masalah ergonomi potensial, checklist tersebut dapat menuntun ke RULA, sebuah tool untuk mensurvey kerja tubuh bagian atas (tangan) secara lebih detail. Checklist ini juga digunakan untuk review yang mendalam dari sebuah pekerjaan, dan untuk membantu anda mengidentifikasikan apakah RULA dapat digunakan untuk menjelaskan masalah ergonomi secara lebih lanjut. 2.9 AAMA Metabolic Model AAMA Metabolic Model merupakan sebuah metode yang disederhanakan untuk memperkirakan kebutuhan energi untuk sebuah pekerjaan. Rekomendasi konsepsual akan diberikan bila ditemukan adanya masalah ergonomi potensial. Model ini memperkirakan kebutuhan metabolisme untuk pergerakan kerja. Hasil perhitungan ini kemudian dibandingkan dengan tingkat metabolisme maksimum dari seseorang atau kelompok yang melakukan kerja untuk menguji risiko akibat kerja fisik yang berlebihan. Mengikuti pertimbangan analisis ini akan mengurangi kemungkinan kecelakaan kardiovaskuler dan penurunan produktivitas akibat kelelahan fisik.

34 2.9.1 Penggunaan AAMA Metabolic Model Gunakan Model ini bila: Sebuah desain memerlukan kerja fisik seperti berjalan, berlari, jongkok, mengangkat, mendorong atau menarik, atau gerakan yang berulang-ulang (contohnya gerakan lengan yang berulang). Gunakan Metode Estimasi Metabolisme Kerja lain bila : 1. Dibutuhkan kebutuhan metabolisme kerja yang pasti. Untuk masalah ini dapat digunakan evaluasi konsumsi oksigen langsung. 2. Pekerjaan melibatkan pengulangan menekuk/lifting/berjongkok. 3. Pekerjaan memerlukan interaksi dengan peralatan/komponen/muatan yang memiliki berat lebih dari 13.6 kg. 4. Terdapat lebih dari 15 siklus kerja lengkap per menit. 2.9.2 Asumsi dan Pembatasan pada AAMA Metabolic Model Nilai dari model ini dipengaruhi oleh asumsi yang membatasi ketergantungannya dan cakupan aplikasinya. Namun, tool ini merupakan tool yang berguna ketika diaplikasikan dengan situasi yang tepat dengan menggunakan keputusan yang tepat atas pembatasannya.

35 Asumsi Perhitungan Metabolisme Kerja Total 2. Tingkat metabolisme yang diestimasikan dari range parameter kerja (pergerakan lengan, berjalan, lifting, push/pull) merupakan refleksi yang akurat dari kebutuhan metabolisme dalam kerja. 3. Estimasi tingkat metabolisme akan menghasilkan refleksi yang akurat dari kebutuhan metabolisme kerja tanpa pertimbangan spesifik dari hal-hal berikut : a. jenis kelamin dari pekerja yang melakukan pekerjaan b. berat tubuh pekerja yang melakukan pekerjaan c. teknik mengangkat (lifting) d. teknik membawa (carrying) e. teknik push (pulling) Asumsi Perhitungan Kapasitas Kerja Fisik (Physical Work Capacity) 2. Seorang pria rata-rata 35 tahun memiliki kapasitas aerobik 16 kkal/menit dan kapasitas aerobik selama 8 jam sebesar 5.2 kkal/menit. 3. Seorang wanita rata-rata 35 tahun memiliki kapasitas aerobik sebesar 12 kkal/menit dan kapasitas aerobik selama 8 jam sebesar 4 kkal/menit. 4. Kapasitas aerobik, dengan mengabaikan kebugaran, adalah akurat dan sesuai dengan usia pekerja.

36 Asumsi Perhitungan Waktu Maksimum 1. Kapasitas aerobik, dengan mengabaikan kebugaran, adalah akurat dan sesuai dengan usia pekerja. 2. Asumsi yang sama terdapat juga pada Perhitungan Metabolisme Kerja Total. Asumsi Perhitungan Kerja atau Istirahat 1. Pekerja Anda memiliki energi metabolik istirahat sebesar 2 kkal/menit. 2. Asumsi yang sama terdapat juga pada Perhitungan Metabolisme Kerja Total. 3. Asumsi yang sama terdapat juga pada Perhitungan Kapasitas Kerja Fisik (Physical Work Capacity). 2.9.3 Pengumpulan Data pada AAMA Metabolic Model Penggunaan umum dari AAMA Metabolic Model memerlukan tujuh langkah dalam pengumpulan data yang meliputi analisis gerakan kerja dan pengamatan terhadap pekerja yang sedang melakukan pekerjaan. Benerapa kategori yang dibentuk untuk menjelaskan gerakan kerja menggunakan konsep umum dan kualitatif. Hal ini ditujukan untuk mencapai penyederhanaan pengamatan dan pengamatan yang tidak memakan waktu.

37 Langkah Satu Tempatkan gerakan kerja lengan dalam salah satu dari kategori berikut : 1. Sedikit pergerakan tangan atau lengan. 2. Kerja dengan gerakan tangan dalam jangkauan 20 inch (50 cm). 3. Gerakan lengan ekstensif tanpa menekuk atau tanpa keterlibatan anggota tubuh lain. 4. Gerakan seluruh anggota tubuh. Bernard menjelaskan kategorisasi ini sebagai refleksi dari postur pekerja. Dengan mengamati secara garis besar pergerakan tangan, maka bisa didapatkan suatu kejelasan atas posisi pekerja. Langkah Dua Ukur jarak rata-rata yang ditempuh selama berjalan/membawa selama 1 menit. Jarak yang ditempuh ketika melakukan pushing/pulling tidak perlu diikutsertakan. Langkah Tiga Tempatkan berat beban yang diangkat selama bekerja dalam salah satu dari kategori berikut : 1. Kebanyakan komponen atau peralatan dengan berat kurang dari 4 lbs (1.8 kg).

38 2. Kebanyakan komponen atau peralatan dengan berat antara 4 lbs (1.8 kg) dan 11 lbs (4.99 kg). 3. Kebanyakan komponen atau peralatan dengan berat lebih dari 11 lbs (4.99 kg). Langkah Empat Tempatkan frekuensi kerja ke dalam salah satu dari kategori berikut : 1. Siklus kerja kurang dari dua siklus per menit. 2. Siklus kerja antara dua sampai lima siklus per menit. 3. Siklus kerja lebih dari lima siklus per menit. Langkah Lima Ukur gaya rata-rata yang dilakukan pekerja selama melakukan pushing dan/atau pulling. Langkah Enam Ukur jarak rata-rata yang ditempuh dalam satu menit ketika melakukan pushing/pulling. Jarak yang ditempuh ketika berjalan/membawa tidak termasuk dalam pengukuran ini. Dan juga, dalam pengukuran ini tidak terdapat jarak yang ditempuh ketika kembali ke stasiun kerja setelah melakukan pushing/pulling suatu beban menuju ke tujuannya.

39 Langkah Tujuh Umur, jenis kelamin, dan lamanya waktu kerja total merupakan variabel yang terpenting dalam menentukan kekuatan aerobik maksimal (physical work capacity) dari pekerja. Apabila model ini diterapkan pada seorang pekerja, masukkan data deskriptif yang benar pada lembar kerja Anda. Apabila model ini diterapkan pada pekerja secara umum, kekuatan aerobik maksimum dalam populasi kerja Anda perlu dijelaskan untuk menghindari risiko cedera fisik. Kekuatan aerobik maksimum lebih kecil : 1. Bagi pekerja yang lebih tua bila dibandingkan dengan pekerja yang lebih muda. 2. Bagi wanita bila dibandingkan dengan pria pada umur yang sama. 3. Bagi kerja dengan periode waktu yang lama bila dibandingkan dengan kerja dengan periode waktu yang pendek. Atau dengan contoh lain : 1. Seorang pria 50 tahun bekerja 510 menit memiliki kekuatan aerobik maksimum yang lebih rendah daripada pria 30 tahun yang bekerja selama 510 menit. 2. Seorang wanita 30 tahun bekerja 510 menit memiliki kekuatan aerobik maksimum yang lebih rendah daripada pria 30 tahun yang bekerja selama 510 menit.

40 3. Seorang wanita 45 tahun bekerja 510 menit memiliki kekuatan aerobik maksimum yang lebih rendah daripada wanita 45 tahun yang bekerja selama 240 menit. Terdapat variasi individual dari kekuatan aerobik maksimum karena kebugaran seseorang. Namun, penduan-panduan ini merupakan aturan umum yang baik. Ketika mempertimbangkan jumlah waktu untuk melakukan pekerjaan, masukkan juga waktu yang diperlukan untuk istirahat dan makan siang. Sebagai contoh, apabila waktu kerja terdapat dua kali istirahat 15 menit, sebuah periode untuk makan siang 30 menit, dan waktu kerja aktual 7 jam, maka masukkan waktu kerja selama 8 jam (480 menit). 2.10 Liberty Mutual Maximum Acceptable Lifting/Lowering Weight Tool Model ini digunakan untuk memperkirakan berat maksimum yang dapat diterima untuk pekerjaan mengangkat atau menurunkan yang berulang-ulang (repetitif). Model ini mengidentifikasikan batasan psikofisikal pada pekerjaan manual material handling. Metode ini didasarkan pada penerimaan manusia terhadap penyakit atau ketidaknyamanan selama bekerja pada kondisi normal. Model ini dirancang untuk menghitung toleransi subyektif seseorang terhadap ketegangan pada pekerjaan manual material handling. Berat beban maksimal yang dapat diterima untuk pekerjaan manual material handling dapat ditentukan dengan menggunakan pendekatan ini.

41 2.10.1 Penggunaan Liberty Mutual Maximum Acceptable Lifting/Lowering Weight Tool Gunakan Model ini Bila: 1. Diperlukan estimasi kasar untuk berat beban maksimum yang dapat diterima 2. Tidak terdapat teknik khusus yang digunakan pada pekerjaan lifting 3. Frekuensi pekerjaan kurang dari atau sama dengan 4.3 angkatan per menit 4. Membuat standar untuk lifting dengan pendekatan epidemiological, biomechanical, dan physiological 2.10.2 Asumsi dan Pembatasan pada Liberty Mutual Maximum Acceptable Lifting/Lowering Weight Tool Nilai dari model ini dipengaruhi oleh asumsi yang membatasi kegunaannya dan cakupan aplikasinya. Namun, tool ini merupakan tool yang berguna ketika digunakan pada situasi yang cocok dengan pertimbangan pada kelemahannya. Asumsi karakteristik kerja 1. Berat maksimum yang dapat diterima dari lift/lower didasarkan pada pegangan yang terletak di tengah-tengah dari dimensi lebar objek. 2. Liftings dan lowering dilakukan secara dinamis melalui jarak vertikal yang diberikan. 3. Beberapa derajat perputaran tubuh terlibat dalam pekerjaan lifting/lowering yang sebenarnya

42 4. Data yang terdapat di tabel memberikan berat maksimum yang dapat diterima untuk pekerjaan manual lifting/lowering individual. 5. Frekuensi dari pekerjaan rendah (4.3 lift/lower per menit atau lebih lambat). 6. Pekerjaan Lifting/lowering dilakukan oleh pekerja industri. 7. Pekerjaan Lifting/lowering didasarkan pada penanganan kotak dengan pegangan. 8. Lebar objek (dimensi diluar tubuh) adalah 34, 49 atau 75 cm. 9. Jarak vertikal dari lift/lower adalah 25, 51, atau 76 cm. 10. Persentase dari populasi industri adalah 10, 25, 50, 75, atau 90 persen. 11. Frekuensi dari lifts/lowers adalah satu lift/lower setiap 5 detik, 9 detik, 14 detik, 1 menit, 2 menit, 5 menit, 30 menit, atau 8 jam. 12. Range pengangkatan dibagi atas: a. Lantai ke tinggi genggaman b. Tinggi genggaman ke tinggi bahu c. Tinggi bahu ke jangkauan lengan 13. Range yang lebih rendah dikategorikan sebagai berikut: a. Tinggi genggaman ke lantai b. Tinggi bahu ke tinggi genggaman c. Jangkauan lengan ke tinggi bahu

43 Asumsi Subject Subyek adalah pekerja industri Asumsi Pakaian Variasi pada temperatur tubuh yang disebabkan oleh jenis cara berpakaian yang berbeda dikendalikan dengan memberikan seluruh subyek pakaian dengan pakaian dari katun yang digunakan oleh doktor operasi. Asumsi Posisi Tubuh Lifting dinamis bebas tanpa teknik khusus. 2.10.3 Pengumpulan Data pada Liberty Mutual Maximum Acceptable Lifting/Lowering Weight Tool Penggunaan umum dari Liberty Mutual Tables memerlukan 6 langkah. Ukur dan tempatkan data-data berikut pada lembar kerja. Langkah Satu Mengidentifikasikan range lifting umum untuk pekerjaan anda. Range pengangkatan dikategorikan sebagai berikut: 1. Lantai ke tinggi genggaman 2. Tinggi genggaman ke tinggi bahu 3. Tinggi bahu ke jangkauan lengan Range yang lebih rendah dikategorikan sebagai berikut:

44 1. Tinggi genggaman ke lantai 2. Tinggi bahu ke tinggi genggaman 3. Jangkauan lengan ke tinggi bahu Langkah Dua Identifikasikan frekuensi umum lifting/lowering untuk pekerjaan lifting anda. Frekuensi lifting/lowering yang berbeda tersedia pada tabel yang disediakan oleh Liberty Mutual yang meliputi satu lift/lower setiap 5 detik, 9 detik, 14 detik, 1 menit, 2 menit, 5 menit, 30 menit, dan 8 jam. Langkah Tiga Identifikasikan lebar kotak (dimensi selain tubuh): 34, 49, atau 75 cm. Langkah Empat Identifikasikan jarak vertikal dari lifting/lowering: 25, 51, atau 76 cm. Langkah Lima Tentukan persentil dari populasi industri yang akan melakukan pekerjaan ini: 10, 25, 50, 75 dan 90 persen populasi. Langkah Enam Tentukan jenis kelamin. Dengan mempertimbangkan data-data diatas anda dapat menentukan maximum acceptable lift/lower from the Liberty Mutual Tables. Bila data

45 yang tersedia pada tabel tidak cocok dengan karakteristik kerja anda, maka anda tidak perlu untuk menggunakan metode ini. Apabila anda memilih untuk melajutkan, disarankan agar anda memilih data pekerjaan anda sebagai berikut: 1. Untuk lebar kotak, pilih lebar terdekat yang lebih panjang. 2. Untuk jarak, pilih jarak terdekat yang lebih panjang 3. Untuk persentase populasi, pilih persentile terdekat yang lebih kecil. 4. Untuk frekuensi, pilih frekuensi terdekat yang lebih tinggi. Dengan menggunakan asumsi akan memberikan hasil pada estimasi konservatif. Apabila model ini digunakan pada satu pekerja, masukkan data yang cocok pada lembar kerja. Bila model ini digunakan untuk pekerja secara umum, lowest maximum acceptable weight dalam populasi kerja anda perlu untuk dipertimbangkan untuk menghindari physical overexertion. Terdapat variasi individual dari maximum acceptable weight for lifting/lowering tasks karena kemampuan fisik yang berbeda-beda. 2.11 RULA Survey Model ini berfungsi untuk mengidentifikasi pekerjaan yang menyebabkan risiko dari trauma/cedera yang kumulatif (cumulative trauma disorder) melalui analisis postur, gaya, dan penggunaan otot. Model ini merupakan tool yang lebih detail yang menguji hubungan pekerja dengan faktor risiko kerja dari postur, gaya, penggunaan otot, dan pergerakan. Analisis mengindikasikan derajat hubungan pekerja dengan risiko ini dan menyediakan metode untuk memprioritaskan pekerjaan

46 untuk memandu investigasi pekerjaan lebih lanjut. Tool ini tidak memberikan rekomendasi khusus untuk modifikasi pekerjaan. Penulis merancang instrumen ini untuk menjadi survey yang cepat dan mudah sehingga memudahkan untuk mengetahui apakah diperlukan analisis yang lebih detail. 2.11.1 Penggunaan RULA Survey Gunakan Model ini Bila: 1. Diperlukan sebuah analisis awal, yang merupakan screening tool untuk memutuskan derajat keterkaitan pekerja dengan risiko pada alat gerak tubuh bagian atas yaitu a. postur b. kontraksi otot statis c. gerakan yang berulang d. gaya 2. Diperlukan sebuah prioritas mengenai pekerjaan yang memerlukan modifikasi. Urutan pekerjaan dengan faktor risiko alat gerak atas ini dapat dibuat dengan membandingkan nilai dari berbagai pekerjaan yang disurvey dengan menggunakan tool ini. 3. Diperlukan pendekatan untuk pengurangan risiko dengan pertimbangan mendalam untuk pekerjaan dengan risiko pada alat gerak atas. Analis dapat menentukan faktor mana yang berperan banyak pada risiko pekerjaan dengan melihat penilaian dari setiap faktor.

47 4. Diperlukan analisis sebelum dan sesudah modifikasi tempat kerja. Dengan menilai suatu pekerjaan dengan tool ini sebelum dan sesudah modifikasi kerja, nilai peningkatan kuantitatif relatif terhadap keempat faktor risiko alat gerak atas dapat ditentukan. 2.11.2 Asumsi dan Pembatasan pada RULA Survey Nilai dari model ini dipengaruhi oleh asumsi yang membatasi ketergantungannya dan cakupan aplikasinya. Namun, tool ini merupakan tool yang berguna ketika diaplikasikan dengan situasi yang tepat dengan menggunakan keputusan yang tepat atas pembatasannya. Asumsi dan pembatasannya adalah sebagai berikut : 1. Faktor risiko yang dipilih dievaluasi. Tool ini tidak mempertimbangkan faktor risiko alat gerak atas seperti : a. waktu tanpa istirahat. b. variasi individual pekerja seperti umur, pengalaman, ukuran/kekuatan, atau sejarah klinikal. c. faktor lingkungan tempat kerja. d. faktor psikofisikal. 2. Pengamatan postur pekerja tidak meliputi analisis terhadap posisi jari (namun, gaya yang mungkin terjadi di sepanjang jari-jari tetap diperhitungkan). 3. Waktu tidak diukur. Faktor ini penting ketika mempertimbangkan kelelahan otot dan kerusakan jaringan lunak dari kontraksi dan gaya isometrik.

48 4. Gerakan yang berulang-ulang diberikan berat marginal. 5. Tidak dianjurkan adanya pengabaian kerja khusus. 2.11.3 Pengumpulan Data pada RULA Survey Tool ini didisain untuk analisis terhadap pekerjaan yang ada dengan cara seperti menggunakan checklist. Tool ini dapat digunakan oleh engineer yang merancang sebuah proses kerja bila dapat dibayangkan posisi tubuh, kontraksi otot statis, gerakan berulang, dan gaya. Cara termudah untuk menggunakan tool ini adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaannya pada saat anda mereview pekerjaan anda. Lalu, masukkan data yang Anda kumpulkan ke komputer untuk menganalisis pekerjaannya. Amati pekerja dalam beberapa siklus kerja untuk memilih pekerjaan yang harus dievaluasi. Pilih : 1. posisi yang ditahan untuk sebagian besar waktu dari siklus kerja 2. posisi yang ditahan ketika terdapat muatan kerja terberat 3. posisi yang ditahan ketika posisi postur berada pada tingkat terburuk (pembengkokan sendi yang besar) Hanya salah satu sisi dari tubuh yang diuji. Apabila terdapat beberapa posisi/aktivitas faktor risiko pekerjaan yang tinggi yang berhubungan dengan pekerjaan, survey tiap masalah tersebut.

49 Gambar 2.3 Gambaran Posisi Lengan Atas untuk Analisis RULA Survey Gambar 2.4 Gambaran Posisi Lengan Bawah untuk Analisis RULA Survey

50 Gambar 2.5 Gambaran Posisi Pergelangan Tangan untuk Analisis RULA Survey Gambar 2.6 Gambaran Posisi Leher untuk Analisis RULA Survey

51 Gambar 2.7 Gambaran Posisi Leher untuk Analisis RULA Survey 2.11.4. Cara Kerja perhitungan dari RULA * Faktor Resiko dari Postur Langkah-langkah dibawah ini merupakan prosedur dari kerja penilaian dari resiko postur tubuh : Tubuh dibagi menjadi dua bagian Posisi kerja yang terpilih dari bagian tubuh diteliti Sebuah nilai akan muncul sesuai dengan masing-masing posisi tubuh Nilai segmen dari bagian tubuh akan dihasilkan bila sesuai dengan keadaan yang sudah ada Nilai dari setiap postur akan keluar atas tiap postur yang telah dipilih

52 Tubuh dibagi atas dua bagian : Group A ; lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan telapakan tangan. Yang kedua Group B ; leher, postur tubuh dan bagian lower extremities. * Faktor Resiko dari Otot Setelah didapatkan hasil dari resiko postur tubuh makan dilanjutkan dengan adanya penghitungan gerakan Otot statis. Dan penilaian atas otot ini diberikan oleh Bjorksten, Jonsson dan Grandjean. Sistem penilaiannya adalah sebagai berikut : Bila postur tubuh bergerak statis (diam lebih dari 1 menit), diberi nilai = 1. Bila postur tubuh bergerak dinamis (tidak ada posisi tubuh yang diam lebih dari 1 menit), diberi nilai = 0. * Faktor Resiko dari Tenaga Untuk resiko dari pengeluaran tenaga pun juga diperhitungkan Sistem penilaiannya sebagai berikut : 4.4 lbs (2kg) atau kurang diberikan nilai = 0 Antara 4.4 sampai dengan 22 lbs (2 10 kg) dan bergerak sesekali, nilai = 1 Antara 4.4 sampai dengan 22 lbs (2 10 kg) dan lebih condong ke postur tubuh yang statis (diam lebih dari 1 menit) atau pergerakan yang berulang-ulang (pergerakannya lebih dari 4 kali per menit), nilai = 2 Lebih besar dari 22 lbs (10 kg) tetapi gerakannya dinamis, nilai = 2

53 Lebih besar dari 22 lbs (10 kg) dan pergerakannya statis atau berulang-ulang, nilai = 2 Untuk semua beban, nilai = 3 * Hasil keseluruhan dan Nilai Faktor Resiko Hasil nilai untuk Postur (A) ditambah dengan nilai untuk Otot (A) ditambah lagi dengan nilai untuk Tenaga (A) maka akan menghasilkan Nilai C. Sedangkan hasil nilai untuk Postur (B) ditambah dengan nilai untuk Otot (B) ditambah lagi dengan nilai untuk Tenaga (B) maka akan menghasilkan Nilai D. Dan hal tersebut dapat digambarkan pada tabel dibawah ini : Tabel 2.1 Tabel Lembar Penilaian RULA A Upper Arm Lower Arm Wrist Wrist Twist Use Table A Postur Score A Muscle Force Score C Grand Total B Neck Trunk Leg Use Table B Postur Score B Muscle Force Score D

54 * Tabulasi Nilai Total Peringkat nilai diberikan rentang dari 1 sampai 7 untuk setiap Nilai C dan Nilai D berdasarkan variasi derajat postur yang terpilih. Nilai C dapat dilihat mulai dari kolom paling kiri dan untuk nilai D dapat dilihat mulai dari baris paling atas. Penggunaan tabel ini mulai melihat dari hasil nilai total C kemudian bergerak secara horizontal samapi menemukan nilai D yang sesuai dengan hasil perhitungan, setelah itu nilai yang bertemu pada titik potong, maka nilai itulah yang menjadi Nilai Total. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

55 Tabel 2.2 Tabel Tabulasi Nilai Total Score D (Neck, Trunk, Leg) 1 2 3 4 5 6 7 1 1 2 3 3 4 5 5 2 2 2 3 4 4 5 5 3 3 3 3 4 4 5 6 Score C (Upper Limb) 4 3 3 3 4 5 6 6 5 4 4 4 5 6 7 7 6 4 4 5 6 6 7 7 7 5 5 6 6 7 7 7 8 5 5 6 7 7 7 7

56 2.12 Strain Index Strain Index mengevaluasi tingkatan risiko dari sebuah pekerjaan yang dapat menyebabkan cedera pada tangan, pergelangan tangan, lengan atas, atau siku (distal upper extremity). Strain Index juga mengevaluasi tingkat risiko pekerjaan yang menyebabkan cedera pada tangan, pergelangan tangan, lengan, atau siku (alat gerak atas). Melalui metode semi-kuatitatif, analis dapat mengevaluasi enam variabel kerja (intensitas kerja, durasi kerja, kerja per menit, postur tangan/pergelangan tangan, kecepatan kerja, dan durasi kerja per hari). Variabel semi-kuatitatif pekerjaan diberikan sebuah nilai yang dinamakan multiplier (pengali). Hasil dari pengalian keenam variabel kerja merupakan angka yang disebut Strain Index score. Score ini dibandingkan dengan gradien yang kemudian akan mengidentifikasikan tingkat risiko pekerjaan. 2.12.1 Penggunaan Strain Index Gunakan Model ini Bila ingin mengevaluasi risiko cedera untuk pekerjaan yang dengan kerja tangan yang intensif. 2.12.2 Asumsi dan Pembatasan pada Strain Index Telah ditetapkan batasan dari tool ini : 1. The Strain Index tidak mengevaluasi vibrasi segmental (seperti getaran pada peralatan tangan); sehingga, tool ini tidak akan memprediksikan risiko dari sindrom vibrasi pada lengan-tangan (hand-arm vibration syndrome).

57 2. The Strain Index tidak mengevaluasi contact trauma; sehingga; tool ini tidak akan memprediksikan risiko hypothenar hammer syndrome. 3. The Strain Index dibatasi untuk memprediksikan risiko neuromusculoskeletal pada alat gerak atas. 4. Tiga dari enam variabel kerja secara subyektif dianalisis oleh analis. 5. Nilai pengali berdasar pada opini profesional penulis dengan bantuan dari prinsip fisiologis, biomekanis, dan epidemiologis yang bertentangan dengan hubungan matematis antara variable kerja. 6. The Strain Index telah diuji hanya pada 25 jenis pekerjaan pada suatu industri. 2.12.3 Pengumpulan Data pada Strain Index Proses penggunaan tool ini meliputi: 1. Mengumpulkan data 2. Pembobotan setiap variabel kerja 3. Menentukan pengali untuk setiap variabel 4. Mengalikan pengali untuk menghitung score Strain Index 5. Mengevaluasi score Strain Index Program komputer pada training ini akan secraa otomatis memilih pengali untuk pekerjaan, menghitung score SI, dan menginterpretasikan signifikansinya setelah variabel kerja tersebut diberi bobot dan dimasukkan ke dalam Data Worksheet Form.

58 Anda dapat secara manual menentukan pengali untuk setiap variabel, menghitung score SI dan menginterpretasikan signifikansinya dengan melihat kembali informasi pada bagian Strain Index: Underlying Concepts. Langkah 1: Mengamati Intensitas Exertion Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, intensitas exertion merupakan estimasi dari persentase kekuatan maksimal distal alat gerak atas yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan pada suatu saat. Amati pekerjaan tersebut beberapa kali dan beri bobot pada usaha yang dirasakan dengan salah satu dari kelima pilihan:

59 Tabel 2.3 Tabel Pengamatan Intensitas Exertion pada Strain Index Usaha yang dirasakan Hampir tidak terasa atau usaha yang santai Persentase dari kekuatan maksimal kurang dari 10% Usaha yang nyata atau definit 10% to 29% Usaha nyata tanpa pergantian ekspresi wajah Usaha yang besar dengan pergantian ekspresi wajah Menggunakan bahu atau tubuh untuk menghasilkan gaya 30% to 49% 50% to 79% 80% atau lebih Langkah 2: Mengamati Durasi Exertion Durasi exertion adalah persentase dari waktu suatu exertion berlangsung selama suatu siklus kerja. Amati suatu pekerjaan untuk suatu periode waktu untuk mendapatkan pengertian dari proses kerja. Kalikan durasi dari periode pengamatan dalam detik (mulailah pengukuran waktu pada awal siklus kerja; catat sampai beberapa siklus; hentikan pengukuran waktu pada akhir dari siklus kerja). Hitung jumlah exertion yang berlangsung selama periode pengamatan.

60 Bagilah durasi pengamatan dengan jumlah exertion untuk menentukan siklus waktu exertion rata-rata. Kalikan durasi dari seluruh exertion dan hitung jumlah exertion. Tentukan rata-rata durasi exertion per siklus dengan membagi durasi dari seluruh exertion dengan jumlah exertion. Penghitungan dengan beberapa percobaan akan menghilangkan kemungkinan data yang cacat. Langkah 3: Mengamati jumlah usaha per menit Kalikan durasi dari beberapa siklus dalam detik dan hitung jumlah exertion yang berlangsung selama periode waktu tersebut. Form data untuk pengukuran "Duration of Exertion" dapat digunakan. Hitung usaha per menit dengan membagi jumlah exertion dengan total waktu pengamatan (dalam menit). Langkah 4: Mengamati postur atau pergelangan tangan Postur tangan / pergelangan tangan diamati dengan mengamati posisi pergelangan tangan pada saat exertion dan menjelaskannya dengan salah satu dari lima posisi yang dirasakan. Postur yang dirasakan dan posisi postur aktual adalah

61 Tabel 2.4 Tabel Pengamatan Postur Atau Pergelangan Tangan pada Strain Index Postur yang Posisi Postur Aktual dirasakan Wrist Extension Wrist Flexion Wrist Ulnar Deviation Perfectly neutral 0 to 10 degrees 0 to 5 degrees 0 to 10 degrees Near neutral 11 to 25 degrees 6 to 15 degrees 11 to 15 degrees Non-neutral 26 to 40 degrees 16 to 30 degrees 16 to 20 degrees Marked deviation 41 to 55 degrees 31 to 50 degrees 21 to 25 degrees Near extreme greater than 55 degrees greater than 50 degrees greater than 25 degrees Langkah 5: Mengamati Kecepatan Kerja Kecepatan kerja merupakan langkah yang dirasakan dalam pekerjaan dan secara subyektif dipilih oleh analis sebagai salah satu dari kelima deskripsi berikut ini: Tabel 2.5 Tabel Pengamatan Kecepatan Kerja pada Strain Index Kecepatan yang Menyita Kecepatan Terburu-buru, tapi Terburu-buru, dan sangat santai waktu gerak normal dapat mengikuti hampir tak dapat pekerja mengikuti

62 Langkah 6: Mengamati durasi dari pekerjaan per hari Durasi dari pekerjaan per hari merupakan waktu total dalam jam yang digunakan per hari untuk melakukan pekerjaan yang sedang diamati. Durasi ini dapat diukur atau digunakan oleh manajemen(pekerja). Pilih satu dari kelima kategori yang merefleksikan waktu durasi pekerjaan. Tabel 2.6 Tabel Pengamatan Durasi dari Pekerjaan per Hari pada Strain Index 1 or fewer 1 to 2 2 to 4 4 to 8 8 or more 2.13. Ekonomi Gerakan [Sutalaksana, 1979] 2.13.1. Prinsip-prinsip Ekonomi Gerakan dihubungkan dengan Tubuh Manusia dan Gerakan-gerakannya 1. Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri gerakan pada saat yang sama. 2. Kedua tangan sebaiknya tidk menganggur pada saat yang sama kecuali pada waktu istirahat. 3. Gerakan kedua tangan akan lebih mudah jika satu terhadap lainnya simetris dan berlawanan arah.

63 2.13.2. Prinsip-prinsip Ekonomi Gerakan dihubungkan dengan Pengaturan Tata Letak Tempat Kerja 1. Sebaiknya diusahakan agar badan dan peralatan mempunyai tempat yang tetap. 2. Tempatkan bahan-bahan yang mudah, cepat dan enak untuk dicapai. 3. Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya sedemikian rupa sehingga alternative berdiri atau duduk dalam menghadapi pekerjaan merupakan suatu hal yang menyenangkan. 4. Tipe tinggi kursi harus sedemikian rupa sehingga yang menduduki bersikap (mempunyai postur) yang baik.