BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
KEANEKARAGAMAN SERANGGA DALAM TANAH DI PANTAI ENDOK LOMBOK BARAT. M. Liwa Ilhamdi 1 1

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan tanaman pinus. Pinus yang memiliki klasifikasi berupa : Species : Pinus merkusii (van Steenis, et al., 1972).

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. I. Ekologi Tanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sebaran jenis serangga yang unik. Selain jenis-jenis yang sebarannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Serangga merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang harus dijaga kelestariannya dari kepunahan

BAB I PENDAHULUAN. golongan hewan yang dominan di muka bumi sekarang ini. Dalam jumlah,

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam satu komunitas yang sering disebut dengan. banyak spesies tersebut (Anonimus, 2008).

KEANEKARAGAMAN SERANGGA DI HUTAN ALAM RESORT CIBODAS, GUNUNG GEDE PANGRANGO DAN HUTAN TANAMAN JATI DI KPH CEPU DWI PRATIWI TOFANI

Konsep Keanekaragaman METODE Tempat dan Waktu Penelitian

TAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid.

ASAS- ASAS DAN KONSEP KONSEP TENTANG ORGANISASI PADA TARAF KOMUNITAS

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah

BAB I PENDAHULUAN. satu keaneragaman hayati tersebut adalah keanekaragaman spesies serangga.

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan medium atau substrat tempat hidup bagi komunitas

Rosichon Ubaidillah (Museum Zoologicum Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi - LIPI)

BAB I PENDAHULUAN. Anggapan ini terbentuk berdasarkan observasi para ahli akan keanekaragamannya

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembentukan, peruntukan, dan perkembangannya ditujukan untuk memenuhi

Komponen rantai makanan menurut nicia/jabatan meliputi produsen, konsumen, dan pengurai. Rantai makanan dimulai dari organisme autotrof dengan

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. hidup dari bidang pertanian (Warnadi & Nugraheni, 2012). Sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dunia dan akhirat sebagai wahyu ilahi, di dalam Alqur an banyak berisi

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya hutan dalam dasawarsa terakhir dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menurut Borroret al (1992) serangga berperan sebagai detrivor ketika serangga memakan bahan organik yang membusuk dan penghancur sisa tumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, subsektor perkebunan mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

Sistem Populasi Hama. Sistem Kehidupan (Life System)

Analisis Keanekaragaman..I Wayan Karmana 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dan berkaitan dengan lingkungan hidupnya. Dalam komunitas organisme

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah Brazil dan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai ecosystem engineer (Keller & Gordon, 2009) atau juga soil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA

Individu adalah satu makhluk hidup, misalnya seekor semut, seekor burung dan sebuah pohon.

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

PENYEBARAN KOMUNITAS FAUNA DI DUNIA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 20 mm per hari) begitu pula dengan produksi bijinya. Biji gulma

Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bioindikator adalah kelompok atau komunitas organisme yang saling. keberadaan atau perilakunya sangat berhubungan

RUANG LINGKUP EKOLOGI

I. TOLAK PIKIR PERLINDUNGAN TANAMAN

Keanekaragaman Jenis Serangga Tanah Di Areal Kerja Hutan Kemasyarakatan Sesaot Lombok Barat Nusa Tenggara Barat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Inventarisasi Serangga Pada Pohon Tembesu (Fragraea fragrans Roxb) INVENTARISASI SERANGGA PADA POHON TEMBESU (Fragraea fragrans Roxb)

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura buah apel (Malus sylvestris (L.) Mill) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

Berdasarkan kemampuan menyusun bahan organik, organisme penyusun ekosistem dibedakan menjadi organisme autotrof dan heterotrof.

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

Kuliah ke-2. R. Soedradjad Lektor Kepala bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dunia, termasuk juga keanekaragaman Arthropodanya. 1. Arachnida, Insecta, Crustacea, Diplopoda, Chilopoda dan Onychophora.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Primak et al, tahun 1998 bahwa Indonesia merupakan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015

Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

5/4/2015. Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

KEANEKARAGAMAN PLANKTON. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 12. Ekosistem Dan Pencemaran LingkunganLatihan Soal 12.1

BIODIVERSITAS 3/31/2014. Keanekaragaman Hayati (Biodiversity) "Ragam spesies yang berbeda (species diversity),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian m dpl dan dapat hidup baik

12/3/2015 KONSEP ILMU LINGKUNGAN KONSEP ILMU LINGKUNGAN KONSEP ILMU LINGKUNGAN. Manusia? Manusia dan lingkungan?

ABSTRAK DIVERSITAS SERANGGA HUTAN TANAH GAMBUT DI PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman bawang merah merupakan salah satu komoditas rempah-rempah

BAB VII PEMBAHASAN UMUM

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MODUL ONLINE 22.1 ARTI PENTING LINGKUNGAN HIDUP BAGI MANUSIA PENDALAMAN MATERI ISU-ISU LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah (Marlinda, 2008). Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasll penelitian disajikan dengan memaparkan hasil pengukuran faktor

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

I. PENDAHULUAN. Hutan merupakan salah satu ekosistem yang jumlahnya cukup luas di Indonesia,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Patogen serangga adalah mikroorganisme infeksius yang membuat luka atau

Ekologi ilmu tentang rumah atau tempat tinggal organisme atau rumah tangga mahluk hidup.

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

SISTEM KERJA ALAM TEMPAT KITA TINGGAL

Transkripsi:

3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Biodiversitas Biodiversitas mencakup keseluruhan ekosistem. Konsep tersebut mencoba untuk menekan variasi habitat yang diterapkan pada suatu area. Biodiversitas meliputi seluruh jenis variasi alam seperti tingkat molekular dan genetis hingga ke tingkat spesies dan bahkan subspesies (Daroz 1999). Menurut Myers (1996) dalam Daroz (1999) komponen spesies meliputi seluruh jenis tanaman, binatang dan mikroorganisme. Keanekaragaman adalah suatu perbedaan dalam bentuk atau sifat diantara anggota-anggota suatu kelompok. Keanekaragaman dalam level ekosistem terbagi menjadi tiga, yaitu keanekaragaman alpha, keanekaragaman gamma dan keanekaragaman beta (McNoughton dan Wolf 1990). Menurut Magguran (1988) terdapat pengertian dari semua level keragaman tersebut, yaitu: 1. Keanekaragaman titik (point diversity), yaitu nilai keanekaragaman pada suatu unit contoh yang diukur. 2. Keanekaragaman alpha (alpha diversity), yaitu nilai keanekaragaman pada suatu habitat yang homogen (gabungan keanekaragaman titik). 3. Keanekaragaman gamma (gamma diversity), yaitu nilai keanekaragaman pada suatu pulau atau landscape (gabungan keanekaragaman alpha). 4. Keanekaragaman epsilon (epsilon diversity), yaitu nilai keanekaragaman suatu wilayah biogeografi (gabungan keanekaragaman gamma). McNoughton dan Wolf (1990) menyatakan bahwa terdapat hubungan kondisi suatu populasi dengan komposisi suatu genetik. Suatu populasi mungkin beragam dalam struktur umum, fase perkembangan, atau komposisi genetik dari individu-individu penyusunnya. Dalam ekologi, umumnya keanekaragaman mengarah pada keanekaragaman spesies yang pengukurannya melalui jumlah spesies dalam komunitas dan kelimpahan relatifnya. Daroz (1999) menyatakan bahwa suatu keragaman spesies dapat memiliki pengertian yang tepat, yakni mempunyai nilai pasti untuk menentukan bukan

4 hanya jumlah spesies pada tempat tertentu, tetapi juga kelimpahan relatifnya, nilai kejarangannya dan kestabilan potensi populasi mereka. Menurut McNeely (1992) keanekaragaman jenis adalah konsep variabilitas makhluk-makhluk hidup yang diukur terhadap seluruh spesies yang ada atau di kawasan tertentu. Semakin besar ukuran populasi suatu spesies maka semakin besar pula keanekaragaman didalamnya. Keragaman spesies menggambarkan keberadaan spesies yang terdapat pada suatu wilayah/biotipe tertentu. Keragaman spesies juga dapat dievaluasi dengan cara menghitung indeks keragaman. Indeks keragaman menunjukkan ukuran jumlah ragam jenisnya. Keanekaragaman jenis terdiri atas dua komponen, yaitu jumlah spesies dan jumlah individu. Jumlah jenis merupakan kekayaan jenis (richness species) dan jumlah individu merupakan kemerataan jenis (eveness species). 2.2 Keanekaragaman Serangga Serangga adalah kelompok terbesar dari hewan beruas (Arthropoda) yang berkaki enam. Karena itulah mereka disebut pula Hexapoda. Arthropoda merupakan filum dengan jumlah anggota terbesar dibandingkan dengan filum lainnya. Filum ini mencapai sekitar 85% dari seluruh jumlah anggota kingdom Animalia yang ada. Sedangkan serangga merupakan hewan dengan jumlah anggota terbesar diantara kelas lainnya dalam filum arthropoda dan hewan lainnya di dunia (British Museum 1974). Menurut May (1992) dalam Speight et al. (1999) saat ini telah dideskripsikan lebih dari 1,5 x 10 6 total organism yang lebih dari 50%-nya adalah serangga. Banyaknya jumlah organisme terungkap dari perbandingan jumlah spesies serangga dengan vertebrata (sebagian besar sub filum dari cordata) sekitar 47000 spesies serangga telah diketahui jenisnya dibandingkan dengan 4000 lebih mamalia. Lebih lanjut, sepertinya sebagian besar vertebrata telah diketahui. Sementara itu spesies serangga masih sedikit yang sudah diketahui. Lebih dari 800.000 spesies insekta sudah ditemukan. Terdapat 5.000 spesies bangsa capung (Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera), 170.000 spesies bangsa kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan kerabatnya (Diptera), 82.000 spesies bangsa kepik (Hemiptera), 360.000

5 spesies bangsa kumbang (Coleoptera) dan 110.000 spesies bangsa semut dan lebah (Hymenoptera) (Wikipedia 2008). 2.3 Hubungan antara Serangga dan Tanaman Perbedaan habitat dan cara hidup memungkinkan terjadinya perbedaan tiap spesies dalam satu kelompok yang hidup bersama dan mengeksploitasi sumber makanan yang sama, dalam hubungan ini serangga mengambil manfaat dari tanaman sebagai sumber makanan (Speight dan Wylie 2000). Hubungan ini dapat berpengaruh besar terhadap evolusi dan kelangsungan hidup serangga atau tumbuhan. Kebanyakan serangga fitofag cenderung untuk menyukai salah satu jenis tanaman. Setelah diuraikan secara kimiawi daun tumbuhan mempunyai isi hara yang hampir mirip. Banyak tanaman khusus yang merupakan bahan makanan suatu jenis tertentu menunjukkan adanya zat yang menarik serangga tersebut dan tidak adanya zat penolak. Satu jenis tanaman cocok sebagai bahan makanan bagi suatu jenis serangga bukan karena kandungan haranya tetapi karena adanya zat penarik. Adanya zat penarik dan penolak ini berkembang evolusi yang sangat panjang (Partosoedjono 1985). Serangga mempunyai jenis yang sangat banyak. Jenis-jenis dari serangga ini memiliki peranan yang berbeda-beda. Serangga memegang peranan yang sangat penting dalam jaringan makanan yaitu sebagai herbivor, karnivor, dan detritivor (Strong et al. 1984). Selain itu serangga juga berperan sebagai indikator kondisi hutan (Samways 1994). Banyaknya peran serangga dikarenakan serangga merupakan kelompok organsime yang sensitif dan dapat memperlihatkan gejala terpengaruh terhadap tekanan lingkungan akibat aktifitas manusia atau akibat kerusakan sistem biotik (oleh gangguan alam), maka Jolivet (1998) dalam Samways (2005) menyatakan bahwa terjadi hubungan timbal balik antara jenis serangga tertentu dan tumbuh-tumbuhan tertentu. Ada serangga yang berperan sebagai dekomposer, parasit, atau predator. Kelompok parasit memiliki kesamaan dengan predator yakni dalam hal memerlukan nutrisi. Perbedaannya predator langsung membunuh sedang parasit tidak membunuh spesies lain atau sumber nutrisi secara langsung. Secara khusus parasit yang selalu menyebabkan kematian inangnya dikenal sebagai parasitoid.

6 Kira-kira 10% dari total serangga merupakan parasitoid. Kebanyakan, sebanyak 75% berasal dari ordo Hymenoptera, sisanya merupakan anggota ordo Diptera dan Coleoptera (Speight et al. 1999). Springtail (Collembola) merupakan konsumen dari sisa tanaman atau hewan, kotoran, humus dan miselia jamur. Spesies ini menggunakan ekornya untuk melompat atau bergerak, melalui mekanisme kembang-kerut (seperti per) pada bagian ujung bawah posteriornya. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan di Inggris terdapat kehidupan interaksi antara pohon dengan serangga dalam kurun waktu yang panjang menunjukkan bahwa serangga berhubungan dengan berbagai pohon sehingga menimbulkan variasi besar terhadap jenis serangga dimana ordo Lepidoptera memiliki famili yang paling kaya, kemudian disusul oleh Coleoptera (Tabel 1). Tabel 1 Hubungan serangga dengan pohon menyebabkan variasi besar terhadap keragaman jenis serangga Pohon Total Heteroptera Homoptera Lepidoptera Makro Mikro Coleoptera Quercus spp. 284 37 10 106 81 50 Betula spp. 229 12 4 94 84 35 Colylus avellana 73 16 2 18 288 9 Salix spp. 266 22 20 100 73 51 Alnus glutinosa 90 14 8 28 27 13 Crataegus spp. 149 17 1 64 53 14 Fraxinus excelsior 41 10 2 16 9 4 Pinus sylvestris 91 15 3 10 28 35 Ilex aquifolium 7 0 0 2 2 3 Taxus baccata 1 0 0 1 0 0 Prunus spinosa 109 4 2 48 43 12 Populus spp. 97 8 11 33 26 19 Ulmus spp. 84 11 4 33 26 10 Fagus sylvatica 64 4 3 24 16 17 Acer campestre 26 2 2 8 12 2 Carpinus betulus 28 1 0 7 16 4 Juniperus communis 20 6 0 4 8 2 Tilia spp. 31 7 2 15 5 2 Malus spp. 93 18 3 21 42 9 Sorbus aucuparia 28 0 1 2 17 8 Sumber: Speight dan Wylie (2000) Kekayaan fauna adalah suatu fungsi dari lamanya waktu suatu pohon yang telah tumbuh pada suatu wilayah. Semakin lama koeksistansi yang terjadi antara pohon dengan serangga, maka koevolusi yang kuat akan terjadi sehingga

7 memungkinkan terbentuknya jumlah spesies yang lebih banyak (Speight dan Wylie 2000). Adanya keragaman bentuk dan komposisi tanaman membuka peluang untuk serangga memanfaatkan tanaman. Pada gilirannya, keanekaragaman tanaman mengalami peningkatan yang disebabkan oleh hewan pemakan tanaman (herbivora) terutama serangga (Strong et al. 1984). Artinya apabila keragaman spesies vegetasi meningkat, jumlah spesies serangga juga ikut bertambah. Pada hutan relatif homogen, hutan tanaman jati memiliki variasi jenis vegetasi yang cenderung kecil dan determinasi jumlah panjang jalur per area unit (per m 2 ), juga berpengaruh. Dengan tanaman semak alami akan membuat jumlah individu tanaman akan bervariasi yang merupakan inang serangga, per area unit dan umur mereka (Southwood 1971). 2.4 Faktor Lingkungan Serangga Semua jenis flora dan fauna telah berevolusi untuk menyesuaikan hidup dengan lingkungan. Kehidupan seranggapun sangat bergantung pada habitatnya. Keadaan lingkungan hidup mempengaruhi keanekaragaman bentuk-bentuk hayati dan banyaknya jenis makhluk hidup (biodiversitas) dan sebaliknya keanekaragaman dan banyaknya makhluk hidup juga menentukan keadaan lingkungan (Tarumingkeng 1992). Oleh karena itu faktor lingkungan sangat menentukan dan berpengaruh pada perkembangan serangga. Faktor lingkungan terdiri dari lingkungan abiotik dan lingkungan biotik. Faktor lingkungan fisik atau abiotik mencakup unsur-unsur litosfer (lithosphere) atau lapisan kerak bumi termasuk tanah yang mencakup tipe tanah, bahan induk, serta parameter-parameternya seperti struktur, tekstur, sifat-sifat fisik, kimia dan kesuburan), hidrosfer (hydrosphere), yang meliputi lautan dan perairan lainnya dengan parameter-parameter: arus, kedalaman, salinitas, keasaman (ph), kandungan bahan-bahan, suhu dll.) dan atmosfer (atmosphere, udara: iklim, cuaca, angin, suhu, dll.) (Tarumingkeng 2001). Faktor lingkungan abiotik sangat menentukan struktur komunitas fauna yang terdapat pada suatu habitat, yakni laju pengembangan serangga, kelangsungan hidup, kesehatan dan aktivitas individu, distribusi dan ukuran populasi. Sedangkan faktor lingkungan hayati atau biotik merupakan bagian dari

8 keseluruhan lingkungan yang terbentuk dari semua fungsi hayati makhlukmakhluk hidup yang satu dengan yang lainnya saling berinteraksi. Faktor biotik berpengaruh pada perkembangan populasi serangga hama adalah daya reproduksi dan kemampuan hidup serangga hama, kualitas dan kuantitas bahan makanan yang tersedia, parasit, pemangsa, dan penyakit serangga (Graham 1952). Dalam studi ekologi fauna, pengukuran faktor lingkungan abiotik penting dilakukan karena dapat mengetahui besarnya pengaruh faktor abiotik itu terhadap keberadaan dan kepadatan populasi kelompok fauna ini. Suhu dan kelembaban merupakan salah satu faktor abiotik yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan populasi serangga. Tanaman memodifikasi lingkungan terbaru mereka dan memproduksi iklim mikro yang mungkin akan berbeda dengan iklim makro pada suatu wilayah, atau disebut mesoclimate. Intensitas cahaya, kecepatan angin, suhu dan kelembaban serta distribusi hujan dapat mengubah vegetasi yang ada (Edwards 1980). Serangga termasuk berdarah dingin sehingga pertumbuhannya banyak dipengaruhi suhu lingkungannya. Di daerah-daerah beriklim dingin pertumbuhannya lambat, sedangkan di daerah tropik seperti Indonesia pertumbuhan serangga relatif cepat. Dengan demikian banyaknya generasi yang terjadi di daerah beriklim panas lebih banyak daripada di daerah dingin. Ruslan dan Noor (2007) memaparkan bahwa pada musim kemarau, famili Formicidae dan Nitidulidae akan banyak ditemukan pada permukaan tanah, sedangkan pada musim hujan, famili Formicidae dan Tenebrionidae yang akan lebih banyak ditemukan pada permukaan tanah.