DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol I. No 1. Maret 2016

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan tembakau telah lama diketahui merupakan faktor yang merugikan

GAMBARAN PENGETAHUAN STAIN GIGI PADA PEROKOK DI KELURAHAN BAHU LINGKUNGAN V

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK TERHADAP KEBIASAAN MEROKOK DIKALANGAN MAHASISWA LAKI-LAKI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GAMBARAN PENGETAHUAN BAHAYA MEROKOK TERHADAP KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MASYARAKAT DI DUSUN NGEBEL, KASIHAN BANTUL

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP TERJADINYA DRY MOUTH PADA PEROKOK FILTER DI KELURAHAN SUKAWARNA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan hal yang biasa di jumpai saat ini sehingga menjadi

BAB IV METODE PENELITIAN. 1. Ruang lingkup tempat. Bandarharjo, Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

PERSEPSI ANAK SEKOLAH DASAR MENGENAI BAHAYA ROKOK (STUDI PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KOTA DEMAK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui mulut, dan pada kalangan usia lanjut. 2 Dry mouth berhubungan dengan

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TERJADINYA STOMATITIS NIKOTINA PADA PEGAWAI NON-AKADEMIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PELAJAR DI SALAH SATU SMA DI BANJARMASIN MENGENAI MASALAH MEROKOK

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

LESI YANG DIDUGA STOMATITIS NIKOTINA PADA NELAYAN YANG MEMILIKI KEBIASAAN MEROKOK

HUBUNGAN MEROKOK DENGAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PRIA DEWASA DI DESA POYOWA KECIL KECAMATAN KOTAMOBAGU SELATAN KOTA KOTAMOBAGU

ANALISIS HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PEWARNAAN EKSTRINSIK PADA KARYAWAN JURUSAN KEPERAWATAN GIGI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TASIKMALAYA

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

ABSTRAK. Kata kunci: pengetahuan orang tua, cara menyikat gigi, tingkat kebersihan rongga mulut. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. percaya diri. Salah satu cara untuk mendapatkan kesehatan rongga mulut adalah dengan

Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL MENGENAI KESEHATAN RONGGA MULUT DENGAN KESEHATAN PERIODONTAL IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS X BANDUNG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

BAB I PENDAHULUAN. Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. Bandarharjo, Kota Semarang Jawa Tengah.

SEBAGAI PEROKOK. Oleh: ARSWINI PERIYASAMY

ABSTRAK PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMAKAIAN OBAT KUMUR CHLORHEXIDINE PADA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DALAM MENURUNKAN JUMLAH KOLONI BAKTERI AEROB

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TERJADINYA GANGGUAN PENGECAPAN PADA PEGAWAI NON-AKADEMIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ABSTRAK. Kata kunci: persepsi, minat, remaja, alat ortodontik cekat, maloklusi

BAB 1 PENDAHULUAN. jika gigi mengalami sakit akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Kesehatan gigi

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.

Correlation Analysis between Patient Characteristic with Patient Satisfactory Level in RSGMP UMY

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN TINDAKAN MENJAGA KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA MURID SD SHAFIYYATUL AMALIYYAH PADA TAHUN

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

ABSTRAK. Kata kunci: Menggosok gigi, perilaku, pendidikan kesehatan.

HUBUNGAN KEBIASAAN MENYIKAT GIGI DAN STATUS KESEHATAN GINGIVA PADA PENGGUNA GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN DI KELURAHAN BATU KOTA

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

PERBANDINGAN ph DAN AKTIVITAS ENZIM AMILASE AIR LIUR PADA PEROKOK FILTER DAN NONFILTER DI KALANGAN PENARIK BECAK BERMOTOR DI KOTA MEDAN TAHUN 2011

DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol II. No 2. September 2014

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

HUBUNGAN UMUR DAN SIKAP MENGENAI GIGI TIRUAN DENGAN LAMA PENGGUNAAN GIGI TIRUAN PADA PASIEN DI KLINIK GIGI ILHAM BANJARMASIN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN DUKUNGAN PENERAPANNYA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL

HUBUNGAN PENGETAHUAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT DENGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA SMA NEGERI 9 MANADO

ABSTRAK. Plak gigi, obat kumur cengkeh, indeks plak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

KARYA TULIS ILMIAH. Gambaran Merokok sebagai Faktor Risiko Pada Penderita Karsinoma Laring di RSUP. H. Adam Malik Medan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

ABSTRAK. Efektivitas menyikat gigi, indeks plak, metode horizontal, metode roll

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN FREKUENSI KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMBIRSARI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ASAP DENGAN KEJADIAN DISKOLORASI GIGI (Studi Pada Pekerja Pengasapan Ikan di Desa Bandarharjo, Kota Semarang, Jawa Tengah)

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol I. No 2. September 2016 PERBEDAAN INDEKS KARIES GIGI ANTARA SISWA DENGAN STATUS GIZI LEBIH DAN STATUS GIZI NORMAL

Hubungan Merokok dan Kejadian Nasofaring

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP KEJADIAN STROKE DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

ABSTRAK. Kata kunci : gingivitis kehamilan, indeks gingiva modifikasi, usia kehamilan, sosio- ekonomi, pola makan, oral hygiene

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan terhadap

ABSTRAK HUBUNGAN FREKUENSI MAKAN TERHADAP GEJALA MAAG PADA MAHASISWA AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran CAKRADENTA YUDHA POETERA G

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

GAMBARAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI- LAKI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. setelah katarak. Pada tahun 2013, prevalensi kebutaan di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB III METODE PENELITIAN

Kata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta

Transkripsi:

27 DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol I. No 1. Maret 2016 Laporan Penelitian HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PEMBENTUKAN STAIN (NODA GIGI) PADA PASIEN DI POLI GIGI RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA Enny Khalisa, Rosihan Adhani, Syamsul Arifin Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin ABSTRACT Background: (teeth ) is pigmented deposit on teeth surface. is an esthetic problem for some people. affected by some factors, one of them is smoking. Purpose: The purpose of this research is to identify the relation between smoking habit (smoking duration, cigarettes type, and cigarettes smoked per day) with formation of. Methods: Type of this research was observational analytic with cross sectional design. The method used was interview about smoking duration, cigarettes type, number of cigarettes smoked per day and clinical examination to look the presence of in teeth surface on 30 male smokers patients in dental clinic RSUD Ratu Zalecha Martapura. Results: The results presented 23 respondents (76,7%) from 30 respondents had formation. There was no relation between smoking duration with formation where p value on statistic test of kolmogorov-smirnov was 0,992 (>0,05). There was no relation between cigarettes type with formation where p value on statistic test of fisher was 0,071 (p>0,05). There was no relation between number of cigarettes smoked per day with formation where p value on statistics test of kolmogorov-smirnov was 0,652 (p>0,05). Keywords: smoking habbit, ABSTRAK Latar Belakang: (noda gigi) adalah deposit berpigmen pada permukaan gigi. merupakan masalah estetik bagi sebagian orang. dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah merokok. Tujuan: Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok (lama merokok, jenis rokok, dan rokok yang dihisap per hari) dengan pembentukan. Metode: Jenis penelitian ini menggunakan rancangan analitik observasional dengan desain cross sectional. Metode yang dilakukan adalah wawancara mengenai lama merokok, jenis rokok, dan jumlah rokok yang hisap per hari serta pemeriksaan klinis untuk melihat ada atau tidak pembentukan di permukaan gigi pada 30 pasien laki-laki perokok di poli gigi RSUD Ratu Zalecha Martapura. Hasil: Hasil penelitian yang diperoleh yaitu terdapat 23 responden (76,7%) yang memiliki pembentukan dari 30 responden. terdapat hubungan antara lama merokok dengan pembentukan, dimana nilai p pada uji statistik dengan mengunakan kolmogorov-smirnov adalah 0,992 (p>0,05). terdapat hubungan antaar jenis rokok dengan pembentukan, dimana nilai p pada uji statstik dengan mengunakan fisher adalah 0,071 (p>0,05). terdapat hubungan antara jumlah rokok yang dihisap per hari dengan pembentukan, dimana nilai p pada uji statstik dengan mengunakan kolmogorovsmirnov adalah 0,653 (p>0,05). Kata-kata kunci: kebiasaan merokok, Korespondensi: Enny Khalisa, Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Jalan Veteran 128B, Banjarmasin, Kalsel, email: khalisaenny@gmail.com

Khalisa : Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Pembentukan 28 PENDAHULUAN Merokok merupakan suatu kebiasaan yang biasa kita jumpai di setiap tempat di dunia. Kebiasaan ini sudah begitu luas dilakukan baik dalam lingkungan berpendidikan tinggi maupun berpendidikan rendah. 1 Merokok telah diketahui dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Menurut World Health Organization (WHO), lingkungan asap rokok adalah penyebab berbagai penyakit, dan juga dapat mengenai orang sehat yang bukan perokok. 2 Prevalensi merokok di dunia masih cukup tinggi. Tahun 2003, di Inggris populasi dewasa diperkirakan merokok sebanyak 12,5 juta orang, 27% pada pria dan 24% pada wanita. Di Amerika Serikat dilaporkan prevalensi merokok 26,4% pada pria dan 22% pada wanita. Di Indonesia prevalensi merokok tampak lebih tinggi lagi yaitu pada pria dilaporkan sekitar 50-70% sedangkan pada wanita 3% (2). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan prevalensi perokok di Kalimantan Selatan sebesar 20,0%, sedangkan pada hasil 2013 menunjukkan prevalensi perokok sebesar 22,1%. Terlihat terjadi peningkatan jumlah perokok dari 2007 ke 2013. 3 Sehingga untuk mengatasi hal itu,kementerian Kesehatan menetapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk melakukan kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi, dan atau penggunaan rokok. Pada Undang-Undang no. 36 2009 pasal 115 tentang Kesehatan disebutkan dimana saja KTR berlaku, seperti: fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat ibadah, tempat kerja, angkutan umum dan tempat lainnya. 4 Kandungan senyawa kimiawi dan temperatur asap rokok yang tinggi dapat menyebabkan gangguan secara lokal di dalam rongga mulut. Perubahan yang terjadi pada jaringan rongga mulut dapat diklasifikasikan ke dalam lesi malignan dan non-malignan. Pada jaringan gigi, rokok menyebabkan diskolorasi pada permukaan enamel terutama pada servikal gigi. berwarna hitam kecokelatan disebabkan oleh getah tembakau yang merupakan hasil dari sisa pembakaran tembakau. Hal ini menyebabkan masalah estetis dan juga merupakan faktor predisposisi penumpukan plak. 5 Berdasarkan data Riskesdas (2013), prevalensi perokok saat ini di wilayah Kabupaten Banjar sebanyak 21,5% dan termasuk salah satu wilayah di Kalimantan Selatan yang tertinggi prevalensi perokoknya. Pada studi pendahuluan yang dilakukan calon peneliti ditemukan bahwa di Poli Gigi RSUD Ratu Zalecha Martapura banyak pasien yang mengeluhkan adanya di gigi. Atas dasar fakta diatas maka calon peneliti tertarik untuk melakukan penelitian apakah ada hubungan merokok dengan pembentukan pada pasien di Poli Gigi RSUD Ratu Zalecha Martapura. Dimana belum pernah dilakukan penelitian tentang hal ini di rumah sakit tersebut. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini yaitu penelitian analitik observasional yang ditujukan untuk menggali lebih dalam terhadap bagaimana dan mengapa suatu fenomena kesehatan itu terjadi. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat yang memeriksakan keadaan rongga mulutnya di Poli Gigi RSUD Ratu Zalecha Martapura. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Menurut Gay dan Diehl, jumlah sampel minimal adalah 30 responden. Kriteria inklusi dan kriteria eksklusi penelitian ini sebagai berikut: Kriteria inklusi adalah pasien yang mempunyai kebiasaan merokok, pria usia minimal 18, dapat membuka mulut dengan baik, tidak memakai gigi tiruan lengkap, bersedia menjadi responden dan kooperatif. Kriteria eksklusi adalah pasien pengguna obat kumur jangka panjang yaitu >3 kali sehari setiap hari dan pasien yang mengkonsumsi teh dan kopi >3 kali sehari setiap hari. Instrumen pada penelitian kali ini adalah kuesioner, sonde, dan kaca mulut. Analisis data menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Penelitian ini dinyatakan laik etik oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin melalui surat keterangan No. 015/KEPK-FK UNLAM/EC/VI/2014. HASIL PENELITIAN Analisis yang dilakukan pada penelitian menggunakan analisis deskriptif dengan melihat tabulasi silang (cross-tab) kebiasaan merokok (lama merokok, jenis rokok, dan jumlah rokok yang dihisap per hari) terhadap pembentukan. 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Umur responden penelitian antara 18-56 dengan rata-rata umur 35,6. Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 1.

29 Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol I. No 1. Maret 2016 : 27-31 Tabel 1. Karakteristik responden penelitian berdasarkan umur di poli gigi RSUD Ratu Zalecha Martapura No. Kelompok umur () Jumlah responden 1. 18-30 8 26,7 2. 30-40 8 26,7 3. 40-50 9 30 4. >50 5 16,6 Tabel 1 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan kelompok umur. Kelompok umur dengan frekuensi jumlah perokok tertinggi adalah responden berumur 40-50 sebanyak 9 responden (30%) dan yang paling rendah kelompok umur >50 sebanyak 5 responden (16,6%). 2. Pembentukan pada Gigi tase responden berdasarkan ada atau tidak pembentukan pada gigi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. tase responden berdasarkan ada atau tidak pembentukan Responden Ada 23 76,7 ada 7 23,3 30 100 Tabel 2 menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang memiliki di gigi (76,7%) daripada tidak memiliki (23,3%). 3. Hubungan Lama Merokok dengan Pembentukan Hubungan lama merokok dengan pembentukan berdasarkan uji statistik dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hubungan antara lama merokok dan pembentukan Lama mero kok 1-10 11-20 >20 ada 9 30 3 10 12 40 4 13,3 0 0 4 13,3 10 33,4 4 13,3 14 46,7 23 76,7 7 23,3 30 100 Tabel 3 menunjukkan bahwa pada responden yang merokok selama 1-10, 11-20, dan >20 lebih banyak pembentukkan daripada tidak ada. Responden lama merokok >20 yang paling banyak mengalami pembentukkan yaitu 33,4%. Hasil uji statistik menggunakan kolmogoro smirnov memperlihatkan bahwa nilai signifikansi p = 0,992 sehingga dapat disimpulkan bahwa lama merokok tidak ada hubungan terhadap pembentukan. 4. Hubungan Jenis Rokok dengan Pembentukan Hubungan jenis rokok dengan pembentukan berdasarkan uji statistik dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel. 4. Hubungan antara jenis rokok dan pembentukan Jenis rokok ada Kretek 9 30 0 0 9 30 Biasa 14 46,7 7 23,3 21 70 23 76,6 7 23,3 30 100 Tabel 4 menunjukkan bahwa lebih banyak pembentukkan daripada tidak ada pada

Khalisa : Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Pembentukan 30 pengguna rokok kretek maupun biasa. Pembentukkan lebih banyak pada pengguna rokok biasa (46,7%) daripada rokok kretek (30%). Hasil uji statistik menggunakan fisher memperlihatkan bahwa nilai signifikansi p = 0,071 sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis rokok tidak ada hubungan terhadap pembentukan. 5. Hubungan Jumlah Rokok yang Dihisap Per Hari dengan Pembentukan Hubungan jumlah rokok yang dihisap per hari dengan pembentukan berdasarkan uji statistik dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel. 5. Hubungan antara jumlah rokok yang dihisap per hari dan pembentukan Jumlah rokok yang dihisap perhari <10 10-20 >20 ada 9 30 1 3, 3 10 33,3 9 30 6 20 15 50 5 16,7 23 76,7 0 0 5 16,7 7 23,3 30 100 Tabel 5 menunjukkan bahwa pada responden yang merokok dengan jumlah per hari <10, 10-20, dan >20 lebih banyak pembentukkan daripada tidak ada. Tertinggi pembentukkan pada responden yang merokok dengan jumlah yang dihisap per hari <10 dan 10-20 yaitu 30%, dan terendah 16,7% pada responden yang merokok dengan jumlah yang dihisap per hari >20. Hasil uji statistik menggunakan kolmogorov smirnov memperlihatkan bahwa nilai signifikansi p = 0,653 sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah rokok yang dihisap per hari tidak ada hubungan terhadap pembentukan. PEMBAHASAN Data di hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara lama merokok, jenis rokok, dan jumlah rokok yang dihisap per hari dengan pembentukan. adanya hubungan ini kemungkinan karena faktor kebersihan rongga mulut responden yang sebagian besar buruk, terlihat dari banyaknya kalkulus. Permukaan kalkulus yang berporus dapat terdiskolorisasi oleh tembakau. 6 Menurut literatur, oral hygiene yang buruk dapat mempengaruhi terbentuknya. 7 adanya hubungan ini kemungkinan juga disebabkan responden sudah melakukan skeling sejak pertama kali merokok hingga dilakukan penelitian ini, sehingga perbedaan diskolorisasi antara responden yang telah merokok selama 1-10 dengan yang telah merokok selama lebih dari 10 tidak tergambar. Hal ini didukung oleh penelitian Bastian dan Reade yang menyatakan bahwa tidak dihubungkan oleh jumlah tembakau yang dikonsumsi tetapi tergantung banyaknya bakteri plak gigi yang menyerap dan melekatkan produk hasil pembakaran tembakau (tar) ke permukaan gigi. Plak gigi merupakan suatu ekosistem mikroflora kompleks yang didominasi oleh bakteri-bakteri fakultatif anaerob seperti Streptococcus dan Actinomyces. 8 Bahan yang menyebabkan dalam rokok adalah tar. Pada mulanya noda ini dianggap disebabkan oleh nikotin, tetapi sebetulnya adalah hasil pembakaran yang berupa tar. Nikotin sendiri tidak berwarna dan mudah larut. Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke rongga mulut sebagai uap padat yang setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi. 9 Menurut Walsh (2004), terbentuk dan memiliki hubungan pada perokok kronik. 10 Perokok kronik berdasarkan Cancer Journal for Clinicians merupakan perokok dengan lama merokok 40 dan jumlah rokok 26 atau lebih, sedangkan dalam penelitian ini rata-rata subjek yang diteliti berusia 35,6 dimana lama merokok responden belum mencapai 40. 11 Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa responden perokok yang memiliki pembentukan (76,7%) lebih banyak dibandingkan tidak ada, hal ini secara teoretis karena kandungan tar pada rokok yang dapat mengendap pada permukaan gigi. Tetapi, tidak ada hubungan antara lama merokok, jenis rokok, dan jumlah yang dihisap per hari dengan terjadinya pembentukan. Peneliti menyarankan sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan pembentukan, seperti konsumsi teh dan kopi jangka panjang. DAFTAR PUSTAKA 1. Hermawan R. Menyehatkan daerah mulut. Yogyakarta: Buku Biru; 2010. hal.155-159.

31 Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol I. No 1. Maret 2016 : 27-31 2. Zailani MZ, Putri DKT, Rachmadi P. Perbandingan status kebersihan kebersihan rongga mulut perokok aktif dan bukan perokok di lingkungan fakultas kedokteran universitas lambung mangkurat. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi 2013;1(2):158-163. 3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Laporan hasil riset kesehatan dasar Provinsi Kalimantan Selatan 2007. CV. Dimas Jaya: Banjarmasin, 2009. 4. Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok. 5. Kang KZ. Hubungan kebiasaan merokok dengan terjadinya stomatitis nikotina pada pegawai non-akademik Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2012. 6. Davies RM, Ellwwod RP. Supragingival calculus and periodontal disease. Periodontal 2000. 2000;15-74-83. 7. Manuel ST, Abhishek P, Kundabala M. Etiology of tooth discoloration- a review. Nig Dent J 2010; 18(2): 56-63. 8. Pratiwi D. Hubungan kebiasaan merokok dan menyikat gigi dengan diskolorisasi gigi tinjauan pada masyarakat di sekitar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia, 2007. 9. Sitepoe M. Kekhususan rokok Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia;2000. 10. Walsh LJ, Jackson YL, Peter V. Tooth discolouration and its treatment using ktp laser-assisted tooth whitening. J Oral Laser Applications 2004; 4: 7-21. 11. Komala W. Hubungan kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2010.