DAYA INSEKTISIDAL EKSTRAK DAUN TEMBELEKAN (Lantana camara Linn.) dan BUAH LERAK (Sapindus rarak DC.) PADA HAMA GUDANG Callosobruchus chinensis

dokumen-dokumen yang mirip
Daya Insektisidal Minyak Nilam (Pogostemon cablin Benth) dan Ekstrak Lerak (Sapindus rarak DC.) pada Hama Gudang Sitophilus zeamais (Motsch.

Ciawi, Bogor a Korespondensi: Muhammad Adi Nugraha, E mail:

LIA RAMDEUNIA. Aktivitas Ekstrak Daun, Ranting dan Biji Suren (Toona sureni

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tersebut padi atau beras mengalami proses penurunan kualitas dan kuantitas.

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012

POTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN

BAB I PENDAHULUAN. menyerang produk biji-bijian salah satunya adalah ulat biji Tenebrio molitor.

Aktivitas Minyak dan Serbuk Enam Spesies Tumbuhan terhadap Peneluran dan Mortalitas Callosobruchus sp. (Coleoptera: Bruchidae)

Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura

PENGARUH EKSTRAK DAUN MIMBA (Azedirachta indica) TERHADAP MORTALITAS ULAT DAUN (Plutella xylostella) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L)

PENGARUH EKSTRAK-METANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn.) TERHADAP DAYA TETAS TELUR, MORTALITAS DAN PERKEMBANGAN LARVA Aedes aegypti Linn.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sayuran sawi sehari-harinya relatif cukup tinggi, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai (Capsicum annum L.) merupakan tanaman semusim yang

POTENSI BIOAKTIVITAS INSEKTISIDA DARI EKSTRAK KLOROFORM TUMBUHAN API-API JAMBU (Avicennia Marina)

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L.Mer) merupakan salah satu komoditi pangan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kedelai dan industri pakan ternak. Rata rata kebutuhan kedelai setiap tahun sekitar ± 2,2 juta

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2014 di Laboratorium. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

PENGUJIAN BIOINSEKTISIDA DARI EKSTRAK KLOROFORM KULIT BATANG TUMBUHAN Bruguiera gymnorrhiza Lamk. (RHIZOPHORACEAE)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi pada lahan basah dan lahan kering. Hasil produksi tomat di Indonesia dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengendalian hama dan penyakit melalui insektisida

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al.,

I. PENDAHULUAN. lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di

BAB I PENDAHULUAN. masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi penduduk Indonesia yang diperlukan setiap hari. Salah satunya

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kakao terbesar di dunia seiring dengan

BAHAN DAN METODE. Pestisida, Medan Sumut dan Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Medan

AGROVIGOR VOLUME 7 NO. 2 SEPTEMBER 2014 ISSN

PEMANFAATAN EKSTRAK KLOROFORM KULIT BATANG TUMBUHAN NYIRI BATU (Xylocarpus moluccensis (Lamk) M. Roem.) (Meliaceae) SEBAGAI BIOINSEKTISIDA

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kecepatan Kematian. nyata terhadap kecepatan kematian (lampiran 2a). Kecepatan kematian Larva

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berbentuk eksperimen semu (Quasi ekspperiment) yaitu meneliti

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 di Laboratorium Proteksi

Oleh: Nur Alindatus Sa Diyah

PENDAHULUAN. Di seluruh dunia, produksi kentang sebanding dengan produksi gandum,

METODOLOGI PENELITIAN

PERLUASAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA NABATI RSA1 PADA TIGA SPESIES SERANGGA HAMA SAYURAN NUR ASYIYAH

ABSTRAK EFEK LARVISIDA EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sirih hijau (Piper betle L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella tanaman

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi

PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK NIKOTIN FORMULA 1 (PELARUT ETHER) TERHADAP MORTALITAS Aphis gossypii (HOMOPTERA; APHIDIDAE)

KISARAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA BOTANI FTI-1 DAN KEAMANANNYA PADA BIBIT BEBERAPA FAMILI TANAMAN

BAB I PENDAHULUAN. satu hama daun yang penting karena hama ini bersifat polifag atau mempunyai

Concentrations Test Of Tuba Root Powder (Derris elliptica Benth) Against Aphis glycines Matsumura (Homoptera: Aphididae) Mortality on Soybean Plants

Efektivitas Abu Sekam dan Minyak Goreng Pada Pengendalian Hama Gudang Kacang Hijau. Kardiyono

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat: Penelitian dilakukan di Green House Kebun Biologi, Fakultas. 2. Waktu: Bulan Desember Februari 2017.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2014 di

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa ayat di dalam Al-Qur an menunjukkan tanda-tanda akan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Komponen Bioaktif, Jurusan

Studi Potensi Bioherbisida Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia catappa) Terhadap Gulma Rumput Teki (Cyperus rotundus)

BAB III METODE PENELITIAN

UJI EFEKTIVITAS PESTISIDA NABATI BINTARO (Cerbera manghas) TERHADAP HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura) PADA TANAMAN KEDELAI

I. PENDAHULUAN. Masyarakat luas telah menyadari bahwa pestisida merupakan senyawa yang dapat

KEEFEKTIFAN EKSTRAK TIGA JENIS TUMBUHAN TERHADAP Paracoccus marginatus DAN Tetranychus sp. PADA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.

Oleh Yos Wahyu Harinta Fakultas Pertanian, Universitas Veteran Bangun Nusantara, Jl.Letjen Sujono Humardani No.1,Sukoharjo

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

PENGARUH INSEKTISIDA BOTANI BERBENTUK SERBUK BIJI TERHADAP HAMA KUMBANG Callosobruchus chinensis L. (Coleoptera: Bruchidae) PADA BENIH KACANG HIJAU

I. PENDAHULUAN. ketersediaan beras di suatu daerah. Salah satu hal yang mempengaruhi

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor.

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

HASIL DAN PEMBAHASAN

dari tanaman mimba (Prijono et al. 2001). Mordue et al. (1998) melaporkan bahwa azadiraktin bekerja sebagai ecdysone blocker yang menghambat serangga

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.)

ABSTRACTS. Keywords: Celery leaf extract, Callosobruchus chinensis L.

ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BIJI NIMBA (Azadirachta indica A. Juss) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP NYAMUK AEDES AEGYPTI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

UJI EFIKASI EKSTRAK DAUN MIMBA TERHADAP LARVA DOLESCHALLIA POLIBETE CRAMER (NYMPHALIDAE: LEPIDOPTERA) PADA TANAMAN HANDEULEUM (GRAPTOPHYLLLUM PICTUM)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor pembatas proses produksi pertanian adalah hama. Hama timbul dan

Upaya Pemanfaatan Ekstrak Biji Keben Barringtonia asiatica (L.) Kurz terhadap Kematian Kutu Tempurung Hijau Coccus viridis pada Tanaman Kopi Coffea sp

KONTAK DAN FUMIGASI UNTUK PENGENDALIAN

RENDAMAN DAUN PEPAYA (Carica papaya) SEBAGAI PESTISIDA NABATI UNTUK PENGENDALIAN HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura) PADA TANAMAN CABAI

AKTIVITAS INSEKTISIDA EKSTRAK BUAH CABAI JAWA

Jurnal Hexagro. Vol. 1. No. 2 Agustus 2017 ISSN

UJI AKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN KELADI BIRAH (Alocasia indica Schott) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp. ABSTRAK

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian RAL (Rancangan Acak Lengkap), dengan 7 perlakuan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium. dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

BIOAKTIVITAS EKSTRAK METANOL DAN FRAKSI N-HEKSANA DAUN SUNGKAI (PERONEMA CANESCENS JACK) TERHADAP LARVA UDANG (ARTEMIA SALINA LEACH)

PENGARUH EKSTRAK BIJI MIMBA TERHADAP PENEKANAN SERANGAN WERENG BATANG PADI COKLAT

PERLUASAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA NABATI FTI-2 TERHADAP BEBERAPA JENIS HAMA GUDANG

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

III. METODE PENELITIAN. Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Jarak cina (Jatropha multifida Linn) sebagai pestisida nabati pengendali hama

Kajian Daya Insektisida Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) Terhadap Perkembangan Serangga Hama Gudang Sitophilus oryzae Linn

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan salah satu komoditas pangan yang harus

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

ABSTRAK UJI EKSTRAK BUAH CABAI RAWIT SEBAGAI PESTISIDA NABATI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA ULAT TITIK TUMBUH PADA TANAMAN SAWI

PEMANFAATAN DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb) UNTUK MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti ABSTRAK

Transkripsi:

Jurnal Agronida ISSN 2407-9111 Volume 1 Nomor 2, Oktober 2015 63 DAYA INSEKTISIDAL EKSTRAK DAUN TEMBELEKAN (Lantana camara Linn.) dan BUAH LERAK (Sapindus rarak DC.) PADA HAMA GUDANG Callosobruchus chinensis Insekticide Power of Tembelekan Leaf Extract (Lantana camara Linn.) dan Fruit of Lerak Extract (Sapindus rarak DC.) to Callosobruchus chinensis Warehouse Pest Indah Pratiwi a, Setyono b dan Nur Rochman b amahasiswa S1 Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda Bogor bstaf Pengajar Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda Bogor Jl. Tol Ciawi 1, Kotak Pos 35 Bogor 16720 E mail : indah.pratiwi@unida.ac.id ABSTRACT This study aims to determine the ability of leaf extract tembelekan (Lantana camara Linn.) and fruit of lerak (Sapindus rarak DC.) in controlling Callosobruchus chinensis warehouse pests. This research was conducted in September 2014 until January 2015 in the Laboratory of Entomology, SEAMEO BIOTROP. In this study, there are two experiments that using the tembelekan leaf and lerak fruit extract. The experimental design used is completely randomized design (CRD) with three replicates for each level of concentration of the extract. Tembelekan leaf extract concentrations used for each of the preliminary test are 0.0%; 0.5%; 1.0%; 1.5%; 2.0%; 2.5% and 3.0% (v / v). Lerak fruit extract concentrations are 0.0%; 1.0%; 1.5%; 2.0%; 2.5%; 3.0% and 3.5% (w / v). The concentrations used for the main test are determined based on preliminary test results. The extract concentrations used for the main test are 0.0%; 0.75%; 1.5%; 3.0%; 6.0%; 12.0% and 24.0%. L.camara leaf and fruit of lerak extracts have not succeed in killing the insect C. chinensis by 95% for 72 hours. The highest mortality for 72 hours is at a concentration of 3% for tembelekan leaf extract and 1.5% for fruit of lerak extrack with the same value, which amounted to 73.3%. Allegedly at concentrations more than 3% for tembelekan leaf extract and concentrations more than 1.5% for lerak fruit extrack have repellant effect. Keywords: fruit of lerak, Callosobruchus chinensis, leafof tembelekan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan ektrak daun tembelekan (Lantana camara Linn.) dan buah lerak (Sapindus rarak DC.) dalam mengendalikan hama gudang Callosobruchus chinensis. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai Januari 2015 di Laboratorium Entomologi, SEAMEO BIOTROP. Pada penelitian ini terdapat dua percobaan yaitu dengan ekstrak daun tembelekan dan buah lerak. Rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga kali ulangan untuk setiap taraf konsentrasi bahan ekstrak. ekstrak daun tembelekan yang digunakan untuk uji pendahuluan masing-masing adalah 0.0%; 0.5%; 1.0%; 1.5%; 2.0%; 2.5% dan 3.0% (v/v). ekstrak buah lerak masing-masing 0.0%; 1.0%; 1.5%; 2.0%; 2.5%; 3.0% dan 3.5% (w/v). yang digunakan untuk uji utama ditentukan berdasarkan hasil uji pendahuluan. yang digunakan untuk uji utama masing masing ekstrak adalah 0.0%; 0.75%; 1.5%; 3.0%; 6.0%; 12.0% dan 24.0%. Ekstrak daun L.camara dan buah lerak tidak berhasil dalam mematikan serangga C. chinensis sebesar 95% selama 72 jam. tertinggi selama 72 jam berada pada konsentrasi 3% untuk ekstrak daun tembelekan dan 1.5% untuk buah lerak dengan nilai yang sama, yaitu sebesar 73.3%. Diduga pada konsentrasi di atas 3% untuk ekstrak daun tembelekan dan konsentrasi di atas 1.5% untuk buah lerak memiliki efek repellant. Kata kunci : buah lerak, Callosobruchus chinensis, daun tembelekan

64 Setyono et al. Daya insektisida ekstrak daun tembeleken Indah Pratiwi, Setyono dan Nur Rochman. 2015. Daya Insektisidal Ekstrak Daun Tembelekan (Lantana Camara Linn.) dan Buah Lerak (Sapindus Rarak Dc.) pada Hama Gudang Callosobruchus Chinensis Jurnal Agronida 1(2): 63 70. LATAR BELAKANG PENDAHULUAN Di Indonesia kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan tanaman kacang kacangan yang penting setelah kacang kedelai (Glycine maxl.) dan kacang tanah (Arachis hypogeal L.).Kandungan protein dan vitamin kacang hijau tidak jauh berbeda dengan kacang kedelai dan kacang tanah. Namun demikian, kandungan karbohidrat dan vitamin B kacang hijau lebih tinggi (Suprapto & Sutarman 1982). Menurut Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi (2013) perkembangan produktivitas kacang hijau selama kurun waktu 10 tahun terakhir (2003 2013) berfluktuasi dan cenderung meningkat sebesar 1.80%, sedangkan luas panen dan produksi berfluktuasi dan cenderung menurun masing-masing sebesar 3.94% dan 2.21%. Luas panen dan produksi tertinggi pada tahun 2003 yaitu masing-masing sebesar 344 558 ha dan 335 224 ton, sedangkan produktivitas tertinggi pada tahun 2013 sebesar 11.62 ku/ha. Salah satu sebab rendahnya hasil tersebut adalah karena adanya serangan hama dan patogen tanaman. Kerusakan oleh hama dan penyakit tidak terbatas pada tanaman yang ada di lapangan, tetapi juga pada kacang hijau yang disimpan di gudang (Suprapto & Sutarman 1982). Hama pascapanen yang sering menimbulkan kerusakan pada kacang hijau, baik yang akan digunakan untuk benih maupun untuk konsumsi adalah kumbang biji kacang hijau, Callosobruchus chinensis (Coleoptera: Bruchidae) (Soekarno 1977 dalam Priyono 1987). Saat ini pengendalian hama pascapanen pada biji kacang hijau umumnya menggunakan insektisida sintetik, seperti fenitrotion, malation, metil bromida dan parathion (Tauthong & Wanleelag 1978). Penggunaan insektisida sintetik yang kurang bijaksana dapat menyebabkan efek samping seperti kematian organisme bukan sasaran, terjadinya resistensi dan resurjensi, serta adanya residu insektisida pada bahan pangan. Beberapa upaya pengendalian Callosobruchus chinensis yang bersifat ramah lingkungan, salah satunya adalah penggunaan insektisida nabati. Insektisida nabati biasanya diperoleh melalui m etode ekstraksi untuk mendapatkan senyawa-senyawa aktif alami yang dapat menekan populasi hama sasaran. Tumbuhan yang diketahui memiliki sumber insektisida nabati adalah daun tembelekan (Lantana camara Linn.) dan buah lerak (Sapindus rarak DC.) TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan ekstrak daun tembelekan (Lantana camara Linn.) dan buah lerak (Sapindus rarak DC.)dalam mengendalikan hama gudang Callosobruchus chinensis. MATERI DAN METODE TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi, SEAMEO BIOTROP Bogor, pada bulan September 2014 hingga Januari 2015. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian adalah biji kacang hijau, daun tembelekan, buah lerak, serangga uji Callosobruchus chinensis (Coleoptera: Bruchidae), rotary evaporator, corong Buchner, pipet volumetrik 10 ml, pipet Mohr 1 ml dan 5 ml, erlenmeyer, gelas ukur, kertas saring Whatman (diameter 7 cm), tempat pemeliharaan serangga uji, etanol 96%, ring glass (diameter 5 cm), kaca segi empat (7 cm x 7 cm), mikroskop dan Fluon. Metode 1. Uji Pendahuluan Uji pendahuluan dilakukan untuk menentukan taraf konsentrasi dari ekstrak daun tembelekan dan buah lerak untuk uji utama. ekstrak daun tembelekan yang digunakan untuk uji pendahuluan masingmasing adalah 0.0%; 0.5%; 1.0%; 1.5%; 2.0%; 2.5% dan 3.0% (v/v). ekstrak buah lerak masing-masing 0.0%; 1.0%; 1.5%; 2.0%; 2.0%; 3.0% dan 3.5% (w/v). Mardiningsih et al. (2010) menyatakan bahwa lerak dengan bahan

Jurnal Agronida ISSN 2407-9111 Volume 1 Nomor 2, Oktober 2015 65 aktif saponin pada konsentrasi 0.5%, 1.0% dan 2.0% efektif dalam mengendalikan Aphis gossypii di lapang. Pengujian dilakukan dengan metode residu menggunakan kertas saring (Prijono 1999). Masing masing bahan ekstrak sebelumnya dilarutkan dengan etanol berdasarkan konsentrasi yang akan diuji. Kertas saring yang telah diteteskan ekstrak dikeringanginkan sebelum diletakkan di atas kaca segi empat. Ring gelas yang telah dioleskan fluon ditempatkan di atas kertas saring. Sebanyak 20 ekor serangga dimasukkan ke dalam ring, kemudian permukaan atas ring gelas ditutup dengan kaca segi empat. Pengujian diulang sebanyak tiga kali pada tiap konsentrasi, kemudian kematian serangga diamati pada 24 jam, 48 jam dan 72 jam. Pengamatan dilakukan dengan menghitung persentase serangga yang mati dengan rumus sebagai berikut : P = n N x100% Keterangan: P: Persentase kematian n: Jumlah individu yang mati N: Jumlah individu yang digunakan 2. Uji Utama Prosedur penelitian utama sama dengan prosedur saat pengujian pendahuluan, namun serangga yang digunakan sebanyak 30 ekor untuk tiap konsentrasi. yang digunakan ditentukan berdasarkan hasil uji pendahuluan ekstrak daun tembelekan yang digunakan untuk uji utama masing-masing adalah 0.0%; 0.75%; 1.5%; 3.0%; 6.0%; 12.0% dan 24.0% (v/v). ekstrak buah lerak masing-masing 0.0%; 0.75%; 1.5%; 3.0%; 6.0%; 12.0% dan 24.0% (w/v). RANCANGAN PERCOBAAN Terdapat dua percobaan pada penelitian ini, yaitu percobaan dengan ekstrak daun tembelekan dan percobaan dengan ekstrak buah lerak. Rancangan percobaan yang dilakukan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan tiga kali ulangan untuk setiap taraf konsentrasi bahan nabati. Model matematika rancangan acak lengkap (Mattjik dan Sumertajaya 2002) adalah: Keterangan: Yij : nilai pengamatan pada konsentrasi ke-i dan ulangan ke-j µ : nilai rata-rata umum Ai : pengaruh taraf konsentrasi ke-i Ԑij : galat percobaan pada konsentrasi ke-i ulangan ke-j ANALISIS DATA Hubungan antara mortalitas hewan uji dengan konsentrasi yang digunakan dapat dilihat dari persamaan regresi yang dihasilkan dari pengolahan data pada 24, 48 dan 72 jam setelah perlakuan (JSP). Persamaan regresi yang dihasilkan dapat berupa persamaan linier, kuadratik, kubik, dan lainnya. Data kematian pada 24 jam, 48 jam, dan 72 jam diolah dengan analisis regresi polinomial (kuadrat) untuk mengetahui Lethal Concentration (LC). Misalnya, LC 50 merupakan konsentrasi yang menyebabkan kematian sebanyak 50% dari organisme uji yang dapat diestimasi dengan grafik dan perhitungan, pada suatu waktu pengamatan tertentu. Jika regresi polinomial yang nyata adalah kuadratik, maka rumus persamaan kuadrat yaitu y = ax 2 + bx + c Nilai LC 50 dan LC 95 dapat diketahui dengan cara menggantikan y dengan 50 dan 95 kemudian mencari nilai x dari persamaan regresi yang dihasilkan, yaitu dengan rumus: x = b ± b2 4ac 2a HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI PENDAHULUAN EKSTRAK DAUN TEMBELEKAN Hubungan antara konsentrasi ekstrak daun tembelekan dengan mortalitas C. chinensis pada waktu 24, 48 dan 72 JSP (Gambar 1). serangga pada 72 JSP dengan konsentrasi 3% sebesar 63%. Dengan demikian untuk mendapatkan mortalitas 95% pada 72 JSP dibutuhkan konsentrasi yang lebih besar, oleh karena itu konsentrasi yang diperlakukan pada uji utama adalah 0.75%, 1.5%, 3%, 6%, 12%, 24% dan kontrol. Yij = µ + Ai + Ԑij

66 Setyono et al. Daya insektisida ekstrak daun tembeleken 70 60 50 40 30 20 10 0 24 JSP 48 JSP 72 JSP Gambar 1 Hubungan antara konsentrasi ekstrak daun tembelekan pada uji pendahuluan dengan kematian C. chinensis pada waktu 24, 48 dan 72 JSP HASIL UJI PENDAHULUAN EKSTRAK BUAH LERAK Hubungan antara konsentrasi ekstrak buah lerak dengan mortalitas C. chinensis pada waktu 24, 48 dan 72 JSP (Gambar 2). serangga pada 72 JSP dengan konsentrasi 1.5% sebesar 40%. Dengan demikian untuk mendapatkan mortalitas 50% dan 95% pada 72 JSP dibutuhkan konsentrasi yang lebih besar, oleh karena itu konsentrasi yang diperlakukan pada uji utama adalah 0.75%, 1.5%, 3%, 6%, 12%, 24% dan kontrol. HASIL UJI UTAMA EKSTRAK DAUN TEMBELEKAN Hubungan antara konsentrasi eksrak daun tembelekan terhadap mortalitas C. chinensis pada 24, 48 dan 72 JSP (Gambar 3). serangga dari konsentrasi 0% - 3% secara umum meningkat sebab yang sedikit turun hanya 0.75% - 3% pada 72 jam, turun pada konsentrasi 6%, naik pada konsentras 12% dan turun kembali pada konsentrasi 24%. Dengan demikian mortalitas tertinggi diperoleh bukan pada konsentrasi tertinggi melainkan pada konsentrasi 3%. 8 7 6 5 4 3 2 1 24 Jam 48 Jam 72 Jam Gambar 3 Hubungan antara konsentrasi ekstrak daun L.camara pada uji utama dengan kematian C.chinensis pada waktu 24, 48 dan 72 JSP a. C. chinensis pada 24 JSP 45,0 4 35,0 3 25,0 2 15,0 1 5,0 24 JSP 48 JSP 72 JSP serangga pada waktu 24 JSP dari berbagai konsentrasi dan ulangan disajikan pada Gambar 4. Hubungan mortalitas C. chinensis dengan konsentrasi cenderung membentuk pola kuadratik dengan persamaan y = -0.0441x 2 + 1.3008x + 22.405 dengan nilai R² = 0.0884. Dari persamaan tersebut diperoleh nilai mortalitas maksimum sebesar 31.99% terjadi pada konsentrasi 13.55%, dengan demikian LC 50 dan LC 95 tidak dapat dicapai. Gambar 2 Hubungan antara konsentrasi ekstrak buah lerak pada uji pendahuluan dengan kematian C. chinensis pada waktu 24, 48 dan 72 JSP 5 4 3 2 1 y = -441x 2 + 1,3008x + 22,405 R² = 884 () Gambar 4 Persamaan regresi pada 24 JSP

Jurnal Agronida ISSN 2407-9111 Volume 1 Nomor 2, Oktober 2015 67 b. C. chinensis pada 48 JSP serangga pada waktu 48 JSP dari berbagai konsentrasi dan ulangan disajikan pada Gambar 5. Hubungan mortalitas serangga kuadratik dengan persamaan y = -0.0913x 2 + 2.4745x + 36.643 dengan nilai R² = 0.1041. Pada persamaan di atas, ketika nilai y digantikan dengan 50 diperoleh nilai x yang merupakan LC 50, yaitu sebesar 7.44%. Nilai LC 95 tidak dapat diperoleh karena mortalitas maksimum hanya sebesar 53.40%. 9 8 7 6 5 4 3 2 1 10 8 6 4 2 y = -913x 2 + 2,4745x + 36,643 R² = 0,1041 y = -0,1239x 2 + 3,42x + 43,996 R² = 0,1956 () Gambar 5 Persamaan regresi pada 48 JSP c. C. chinensis pada 72 JSP serangga pada waktu 72 JSP dari berbagai konsentrasi dan ulangan disajikan pada Gambar 6. Hubungan mortalitas serangga kuadratik dengan persamaan y = -0.1239x 2 + 3.42x + 43.996 dengan nilai R² = 0.1956. Pada persamaan di atas, ketika nilai y digantikan dengan 50 diperoleh nilai x yang merupakan LC 50, yaitu sebesar 1.88%. Nilai LC 95 tidak dapat diperoleh karena mortalitas maksimum hanya sebesar 67.59%. () Gambar 6 Persamaan regresi pada 72 JSP HASIL UJI UTAMA EKSTRAK BUAH LERAK Hubungan antara konsentrasi eksrak buah lerak terhadap mortalitas C. chinensis pada 24, 48 dan 72 JSP disajikan pada Gambar 7. Secara umum mortalitas serangga C.chinensis dari konsentrasi 0% - 0.75% meningkat, naik pada konsentrasi 1.5%, turun pada konsentrasi 3% - 12% dan naik kembali pada konsentrasi 24%. Dengan demikian mortalitas tertinggi diperoleh bukan pada konsentrasi tertinggi melainkan pada konsentrasi 1.5%. 8 7 6 5 4 3 2 1 5 45,0 4 35,0 3 25,0 2 15,0 1 5,0 y = -531x 2 + 1,632x + 26,877 R² = 0,1785 24 Jam 48 Jam 72 Jam Gambar 7 Hubungan antara konsentrasi ekstrak buah lerak pada uji utama dengan kematian C. chinensis pada waktu 24, 48 dan 72 JSP a. C. chinensis pada 24 JSP serangga pada waktu 24 JSP dari berbagai konsentrasi dan ulangan disajikan pada Gambar 8. Hubungan mortalitas serangga kuadratik dengan persamaan y = -0.0531x 2 + 1.632x + 26.877 dengan nilai R² = 0.1785. Dari persamaan tersebut nilai mortalitas maksimum sebesar 39.41% dengan demikian LC 50 dan LC 95 tidak dapat diperoleh. Gambar 8 Persamaan regresi pada 24 JSP ()

68 Setyono et al. Daya insektisida ekstrak daun tembeleken b. C. chinensis pada 48 JSP serangga pada waktu 48 JSP dari berbagai konsentrasi dan ulangan disajikan pada Gambar 9. Hubungan mortalitas serangga kuadratik dengan persamaany = -0.0769x 2 + 2.2278x + 39.75 dengan nilai.r² = 0.1329. Pada persamaan di atas, nilai y digantikan dengan 50 sehingga diperoleh nilai x yang merupakan LC 50, yaitu sebesar 5.73%. Nilai LC 95 tidak dapat dicapai karena mortalitas maksimum hanya sebesar 55.88%. 7 6 5 4 3 2 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 y = -769x 2 + 2,2278x + 39,75 R² = 0,1329 y = -43x 2 + 1,1699x + 54,91 R² = 214 () Gambar 9 Persamaan regresi pada 48 JSP c. C. chinensispada 72 JSP serangga pada waktu 72 JSP dari berbagai konsentrasi dan ulangan disajikan pada Gambar 10. Hubungan mortalitas serangga kuadratik dengan persamaan y = -0.043x2 + 1.1699x + 54.91 dengan nilai R² = 0.0214. Berdasarkan garis regresi pada Gambar 10 dapat diketahui bahwa pada konsentrasi 0% sudah dapat mematikan 50% C. chinensis. Gambar 10 Persamaan regresi pada 72 JSP () PEMBAHASAN Pembiakan C.chinensis dilakukan pada media kacang hijau karena kacang hijau merupakan salah satu bahan pangan yang cocok untuk perkembangan serangga selain kacang kedelai. Kacang hijau juga salah satu bahan pangan yang sering diserang oleh C. chinensis. Proses pelarutan ekstrak daun Daun tembelekan dilakukan sesuai konsentrasi yang dibutuhkan untuk tahap uji pendahuluan, yaitu 0.0%; 0.5%; 1.0%; 1.5%; 2.0%; 2.5% dan 3.0%. untuk uji utama didapatkan setelah menghitung nilai yang diperoleh saat uji pendahuluan. Hasil ekstraksi buah lerak adalah berupa pasta berwarna coklat muda dengan tekstur yang lengket. Sebanyak 50 g buah lerak (kadar air 26.22%) yang diekstraksi dengan pelarut etanol dapat menghasilkan 40 50 g ekstrak lerak. Ekstrak lerak kemudian dilarutkan dengan etanol kembali pada berbagai taraf konsentrasi yang dibutuhkan untuk uji pendahuluan yaitu 0.0%; 1.0%; 1.5%; 2%; 2.5%; 3% dan 3.5%. saat uji utama untuk ektrak daun tembelekan dan buah lerak sama, yaitu 0.0%; 0.75%; 1.5%; 3%; 6%; 12% dan 24%. Pada penelitian ini, cara kerja kedua ekstrak terhadap mortalitas serangga adalah sebagai racun kontak, yaitu serangga akan mati apabila bersinggungan langsung (kontak) dengan ekstrak kedua bahan. Serangga uji yang digunakan tidak memiliki umur yang sama. Sudarmo (2005) menyatakan bahwa pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangga hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu: (1) merusak perkembangan telur, larva dan pupa, (2) menghambat pergantian kulit, (3) mengganggu komunikasi serangga, (4) menyebabkan serangga menolak makan, (5) menghambat reproduksi serangga betina, (6) mengurangi nafsu makan, (7) memblokir kemampuan makan serangga, (8) mengusir serangga (repellant), (9) menghambat perkembangan patogen penyakit dan (10) mematikan serangga. serangga tertinggi dihasilkan pada konsentrasi yang rendah. Penyebabnya diduga disebabkan oleh sifat insektisida nabati, metode (ekstraksi dan pengujian), aktifitas serangga dan keseragaman umur. Menurut Syahroni dan Prijono (2013) berhentinya fungsi

Jurnal Agronida ISSN 2407-9111 Volume 1 Nomor 2, Oktober 2015 69 tubuh serangga secara menyeluruh akibat peracunan oleh senyawa aktif dalam ekstrak tumbuhan tidak berlangsung secara cepat dan bersamaan. Pengujian daya insektisidal ekstrak daun tembelekan dan buah lerak tidak menunjukkan bahwa mortalitas C. chinensis mengalami peningkatan bersamaan dengan peningkatan konsentrasi yang digunakan. Pada konsentrasi 0% (kontrol) baik perlakuan daun tembelekan dan lerak, mortalitas C. chinensis mencapailebih dari 20% pada uji pendahuluan dan uji utama. Hasil uji pendahuluan ekstrak daun tembelekan pada 72 JSP, mortalitas serangga tertinggi terdapat pada konsentrasi 3% yaitu sebesar 63%. serangga tertinggi untuk ekstrak buah lerak terdapat pada konsentrasi 1.5% yaitu sebesar 40%. Hasil uji utama secara keseluruhan menunjukkan bahwa ekstrak lerak lebih menimbulkan efek toksik daripada ekstrak daun tembelekan. Pada taraf konsentrasi yang lebih rendah yaitu 1.5%, mortalitas serangga mencapai 73.3% yang sama dengan mortalitas pada daun tembelekan dengan konsentrasi 3%. Tidak diperolehnya nilai LC 95 bukan berarti kedua ekstrak tersebut tidak dapat digunakan sebagai insektisida nabati. Serangga C. chinensis terbang menghindari kertas saring yang diteteskan dengan kedua ekstrak sehingga tidak terjadi kontak langsung antara serangga dan bahan ekstrak. Hasil penelitian ini menunjukkan kedua ekstrak memiliki sifat mengusir serangga (repellant), terutama pada konsentrasi tinggi. Efek toksik yang ditimbulkan oleh ekstrak daun tembelekan dan buah lerak berasal dari bahan aktif yang terkandung di dalamnya. Senyawa terpenoid seperti triterpenoid (Connolly dan Hill 2002) dan steroid seperti sitosterol (Huang dan Huang 2004) terdapat di dalam jaringan tumbuhan tembelekan. Senyawa triterpenoid memiliki fungsi sebagai penolak serangga. Tanaman tembelekan dapat digunakan sebagai bahan pembuat lotion anti nyamuk karena mengandung zat zat yang tidak disukai nyamuk, diantaranya lantadene A, lantadene B, KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Kesimpulan Ekstrak daun tembelekan dan buah lerak tidak berhasil dalam mematikan serangga C. chinensis sebesar 95% selama 72 jam. lantanolik acid, lantic acid, β-caryophylane, γ- terpidene, α-pinene dan ρ-cymene (Rahma et al. 2013). Buah lerak memiliki kandungan senyawa kimia seperti triterpena, alkaloid, steroid, antrakuinon, tannin, flavonoid dan saponin. Senyawa saponin dalam lerak diketahui mampu mengendalikan larva C. pavonana. Ekstrak methanol lerak pada konsentrasi 3% mampu mengendalikan C. pavonana dengan kematian larva sebesar 100%, sedangkan ekstrak air lerak pada konsentrasi 3.8% mampu menyebabkan kematian larva sebesar 86% pada pengamatan ke 96 JSP (Syahroni dan Prijono 2013). Ekstrak methanol lerak dan ekstrak air lerak yang diteliti memiliki nilai LC 50 dan LC 95 masingmasing sebesar 1.001 dan 2.358 serta 1.898 dan 3.721. Menurut Prijono (1999) efek residu insektisida kontak dipengaruhi oleh ketersediaan residu yang dapat berpindah ke tubuh serangga, transfer insektisida dari permukaan ke tubuh serangga dan respon serangga setelah terkena insektisida. Sifat toksik senyawa tanaman terhadap serangga dapat berupa gangguan terhadap perkembangan serangga secara langsung (intrinsik) maupun tidak langsung (ekstrinsik), sedangkan efek antifeedant yang dikandung tanaman dapat dideteksi serangga melalui sistem indera (efek antifeedant primer), atau mempengaruhi syaraf pusat serangga yang mengatur proses makan (efek antifeedant sekunder). Saponin bersifat sebagai surfaktan yang mempunyai struktur bipolar, yaitu di dalam molekulnya terdapat bagian yang bersifat hidrofilik dan hidrofobik sehingga dapat menyatukan senyawa non polar dan senyawa polar, termasuk mengikat lapisan lemak dalam air. Saponin berinteraksi dengan membran sel dengan cara menurunkan tegangan permukaan membran sel sehingga permeabilitas membran sel meningkat (Tekeli et al. 2007). Hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya kebocoran sel yang selanjutnya terjadi kematian sel dan lambat laun mengakibatkan kematian serangga. tertinggi selama 72 jam berada pada konsentrasi 3% untuk ekstrak daun tembelekan dan 1.5% untuk buah lerak dengan nilai yang sama, yaitu sebesar 73.3%. Diduga pada konsentrasi >3% untuk ekstrak daun

70 Setyono et al. Daya insektisida ekstrak daun tembeleken tembelekan dan konsentrasi >1.5% untuk buah lerak memiliki efek repellant. Saran Berdasarkan hasil yang diperoleh perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai: (1) kandungan senyawa aktif sebenarnya pada tanaman tembelekan dan lerak, (2) pengaruh pelarut yang digunakan, (3) metode pengujian yang memungkinkan serangga menempel langsung pada ekstrak dan (4) penelitian yang sama dengan menggunakan konsentrasi antara 3% 6%. DAFTAR PUSTAKA Connolly, J.D. & R.A. Hill. 2002. Triterpenoids. Nat. Prod. Rep. 19: 494 513. Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi. 2013. Prospek Pengembangan Agribisnis Kacang Hijau. Jakarta: Kementerian Pertanian. Huang, K.F. & K.W. Huang. 2004. Constituents from the stems of Lantana camara (III). J. Chin. Med. 15(2): 109 114. Mardiningsih TL, C Sukmana, N Tarigan, S Suriati. 2010. Efektivitas insektisida nabati berbahan aktif Azadirachtin dan Saponin terhadap mortalitas dan intensitas serangan Aphis gossypii Glover. Bul. Littro 21(2): 171-183 Mattjik A.A, Sumertajaya I.M. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid 1 (2 nd eds). Bogor: Jurusan Statistika, FMIPA, IPB. Prijono, D. 1999. Pemanfaatan Insektisida Alami di Tingkat Petani dalam Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida Alami. Bogor, 9-13 Agustus 1999. Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu. Institut Pertanian Bogor. Priyono A. 1987. Pengaruh tepung daun mimba (Azadirachta indica A. Juss), daun mimbi (Melia azedarach L.) dan daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb) terhadap investasi hama Callosobruchus chinensis L. (Coleoptera:Bruchidae) pada biji kacang hijau (Phaseolus radiatus L.). [skripsi]. Bogor: Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Institut Pertanian Bogor. Suprapto HS, Sutarman T. 1982. Bertanam kacang hijau. Jakarta: Penebar Swadaya. Syahroni YY, Prijono D. 2013. Aktivitas insektisida ekstrak buah Piper aduncum L. (Piperaceae) dan Sapindus rarak DC. (Sapindaceae) serta campurannya terhadap larva Crocidolomia pavonana F. (Lepidoptera: Crambidae). Jurnal Entomologi Indonesia 10(1): 39-50. Bogor Tauthong P, Wanleelag. 1978. Studies on the life history of southern cowpea weevil (Callosobruchus chinensis L.) and it scontrol in pest of stored product. BIOTROP special publication. BIOTROP SEAMEO Regional Center for Tropical Biology. Bogor. April 24-26. Tekeli A, Çelik L, Kutlu HR. 2007. Plant extracts; a new rumen moderator in ruminant diets. Journal of Tekirdag Agricultural Faculty 4:71-79