IDENTIFIKASI LETAK DAN JENIS SESAR BERDASARKAN METODE GAYABERAT SECOND VERTICAL GRADIENT STUDI KASUS SESAR LEMBANG, KOTA BANDUNG, JAWA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

INTERPRETASI EPISENTER DAN HIPOSENTER SESAR LEMBANG. Stasiun Geofisika klas I BMKG Bandung, INDONESIA

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di

2014 INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

Yesika Wahyu Indrianti 1, Adi Susilo 1, Hikhmadhan Gultaf 2.

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat

ANALISIS STRUKTUR PATAHAN DAERAH PANASBUMI LAHENDONG - TOMPASO SULAWESI UTARA BERDASARKAN DATA SECOND VERTICAL DERIVATIVE (SVD) ANOMALI GAYABERAT

IV. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KETELITIAN PENGUKURAN GAYABERAT MENGGUNAKAN METODE GRID TERATUR DAN GRID ACAK

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Potensial Mineral dengan Menggunakan Metode Gravitasi di Lapangan A, Pongkor, Jawa Barat

BAB 2 LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dengan batas koordinat UTM X dari m sampai m, sedangkan

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER

TEORI DASAR. variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah. eksplorasi mineral dan lainnya (Kearey dkk., 2002).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak

PEMETAAN SESAR NUSA LAUT BERDASARKAN HIPOSENTER GEMPA BUMI NUSA LAUT AGUSTUS SEPTEMBER 2015 DAN DATA GRAVITASI

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... INTISARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR...

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah

ANALISIS ANOMALI UDARA BEBAS DAN ANOMALI BOUGUER DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR

INTERPRETASI MIKROGRAVITY ANTAR WAKTU SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMPREDIKSI (PREKURSOR) TERJADINYA GEMPABUMI (Studi Kasus : Sesar Cimandiri Jawa Barat)

BAB V ANALISIS DAN DISKUSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA ANOMALI 4D MICROGRAVITY DAERAH PANASBUMI ULUBELU LAMPUNG PERIODE Muh Sarkowi

BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel

EKSPLORASI GAYA BERAT, oleh Muh Sarkowi Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta Telp: ; Fax:

BAB I PENDAHULUAN. lempeng besar (Eurasia, Hindia-Australia, dan Pasifik) menjadikannya memiliki

Unnes Physics Journal

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan

Pemodelan Dua Dimensi Data Gaya Berat (Gravity) pada Zona Sesar Lembang

BAB II METODE PENELITIAN

Identifikasi Zona Patahan di Sebelah Barat Gunung Api Seulawah Agam Berdasarkan Nilai Anomali Gravitasi

Gambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data gayaberat daerah

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

III. TEORI DASAR. kedua benda tersebut. Hukum gravitasi Newton (Gambar 6): Gambar 6. Gaya tarik menarik merarik antara dua benda m 1 dan m 2.

Unnes Physics Journal

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH KOMPTENSI APLIKASI METODE GAYABERAT MIKRO ANTAR WAKTU UNTUK PEMANTAUAN INTRUSI AIR LAUT DI KAWASAN SEMARANG UTARA

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

III. TEORI DASAR. Dasar dari metode gayaberat adalah hukum Newton tentang gayaberat dan teori

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

PEMETAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANAS BUMI MG DENGAN METODE GRAVITASI. Magfirah Ismayanti, Muhammad Hamzah, Lantu

IDENTIFIKASI JALUR SESAR MINOR GRINDULU BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN MAGNET

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

BAB II TEORI DASAR METODE GRAVITASI

GEOFISIKA GEOFISIKA

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 63 INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Peta Daerah Penelitian...3. Gambar 2. Peta Fisiografi Daerah Lampung...5. Gambar 3. Peta Mendala Geologi Sumatera...

Analisis Indeks Kerentanan Tanah di Wilayah Kota Padang (Studi Kasus Kecamatan Padang Barat dan Kuranji)

BAB I PENDAHULUAN. Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH BATUI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA SECOND HORIZONTAL DERIVATIVE DAN FORWARD MODELLING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data gayaberat. Adapun metode penelitian tersebut meliputi prosesing/

INTERPRETASI ANOMALI GAYA BERAT DAERAH LUWUK, SULAWESI TENGAH

Identifikasi Perubahan Muka Air Tanah Berdasarkan Data Gradien Vertikal Gaya Berat Antar Waktu

STUDI PENERAPAN METODE ANALISIS DERIVATIF PADA DATA POTENSIAL GRAVITASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Analisis Percepatan Tanah Maksimum Wilayah Sumatera Barat (Studi Kasus Gempa Bumi 8 Maret 1977 dan 11 September 2014)

BAB IV INTERPRETASI SEISMIK

Identifikasi Sesar di Perairan Misool, Papua Barat dengan Menggunakan Metode Magnetik Nur Novita Sari a, Okto Ivansyah b, Joko Sampurno a*

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

SESAR LEMBANG DAN RESIKO KEGEMPAAN

STUDI ANOMALI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SEKITAR MANIFESTASI AIR PANAS, DESA WAGIR LOR, KEC. NGEBEL, KAB. PONOROGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK

GEOLOGI DAERAH KLABANG

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 66 DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran... 69

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur Bujur

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Sketsa gaya tarik dua benda berjarak R.

BAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI. 5.1 Analisis Data Anomali 4D Akibat Pengaruh Fluida

PENGUKURAN GAYA BERAT DI G. BATUR PEBRUARI - MARET 2009

TESIS PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH YAPEN DAN MAMBERAMO, PAPUA BERDASARKAN ANOMALI GRAVITASI

Pendugaan Struktur Kantong Magma Gunungapi Kelud Berdasarkan Data Gravity Menggunakan Metode Ekivalen Titik Massa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan eksplorasi perminyakan, batuan karbonat memiliki

MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH

GEOMETRI BATUAN DASAR (BASEMENT) DAERAH SERANG BANTEN BERDASARKAN DATA GAYABERAT BASEMENT GEOMETRY OF SERANG BANTEN BASED ON GRAVITY DATA

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

J.G.S.M. Vol. 15 No. 4 November 2014 hal

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

Transkripsi:

Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 5, No. 1, Januari 2016, Hal 21-26 IDENTIFIKASI LETAK DAN JENIS SESAR BERDASARKAN METODE GAYABERAT SECOND VERTICAL GRADIENT STUDI KASUS SESAR LEMBANG, KOTA BANDUNG, JAWA BARAT M. Wildan Firdaus 1), Agus Setyawan 1) dan Mahmud Yusuf 2) 1) Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang 2) Departemen Instrumentasi dan Kalibrasi Alat Geofisika, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jl.Angkasa I no.2, Kemayoran, Jakarta, Indonesia E-mail: muhwildanf@st.fisika.undip.ac.id ABSTRACT Gravity measurement has been done in Lembang area, Bandung on 2014. Measurement were perform with relative gravity (Scintrex CG-5) with 28 measuring point around Lembang fault. The aim of this research is to observe gravity response Bouguer anomali toward Lembang fault structure along 22 kilometers from eastern to west. In this research, we use second vertical gradient to known about the location and kind of fault structure. As the result from this research shown the Bouguer anomali has a distribution value around -2 mgal 52 mgal, this result indicated that Lembang Fault are located between high and low Bouguer anomali. While the result from second vertical gradient indicated that Lembang Fault is a normal fault. Keywords: gravity, Bouguer, SVG, fault, Lembang ABSTRAK Telah dilakukan pengukuran gayaberat di daerah Lembang, Bandung pada tahun 2014. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode gayaberat relative (Scintrex CG -5) dengan 28 titik yang tersebar di sekitar Sesar Lembang. Tujuan penelitian ini untuk melihat respon anomali Bouguer terhadap kenampakan struktur patahan Lembang yang berarah Barat Timur sepanjang 22 kilometer. Pada penelitian ini digunakan analisis second vertical gradient untuk mengetahui keberadaan letak dan jenis sesar Lembang. Hasil yang didapatkan dari penelitan menunjukkan Anomali Bouguer daerah penelitian memiliki sebaran nilai -2 mgal sampai dengan 52 mgal, hasil tersebut menunjukan lokasi Sesar Lembang berada diantara nilai Bouguer rendah dan tinggi pada daerah penelitan. Sedangkan hasil analisis SVG menunjukkan Sesar Lembang merupakan jenis sesar normal. Kata kunci: gayaberat, Bouguer, SVG, sesar, Lembang PENDAHULUAN Gaya berat merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan dalam penggambaran struktur geologi bawah permukaan. Metode ini menggunakan prinsip variasi medan gravitasi bumi akibat perbedaan densitas secara lateral. Dalam perkembangannya metode gaya berat mengalami kemajuan yang cukup signifikan sehingga metode gayaberat sangat menunjang dalam penelitian mengenai ketebalan sedimen, batas batuan dasar (basement), sumber energi, air tanah, dan rekayasa sipil. Salah satu penerapan metode gayaberat dilakukan untuk memetakan struktur geologi berupa sesar. Dimana dalam metode ini digunakan untuk memperkirakan letak dan jenis sesar.dalam penelitian ini, penulis memperkirakan letak sesar daerah penelitian berdasarkan respon anomali Bouguer serta dengan analisis second vertical gradient. Kawasan Lembang merupakan salah satu daerah yang potensial di daerah Bandung sebagai sentra pertanian, peternakan, dan pariwisata. Akan tetapi dilihat dari sudut pandang geologi, kawasan ini merupakan daerah yang rawan bencana karena diapit oleh gunung api Tangkuban parahu dan patahan Lembang yang masih aktif. Patahan Lembang melintang dari timur-barat sepanjang 22 km, berupa sesar normal dengan bagian utaranya relative lebih turun sedalam 450 meter, terutama di bagian timur patahan [1]. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kertapati (2006) patahan ini merupakan patahan yang masih aktif bergerak dan merupakan sumber getaran yang dapat dirasakan sebagai gempa [2]. Pernyataan tersebut didukung dengan adanya catatan pergeseran 21

M. Wildan Firdaus, dkk Identifikasi Letak dan Jenis Sesar... Sesar Lembang dengan laju rata-rata sekitar 0,3 sampai 1,4 cm/tahun yang dipantau dengan menggunakan metode GPS [3]. Hasil analisis morfotektonik menunjukkan morfologi daerah Sesar Lembang merupakan daerah tektonik aktif yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh aktivitas tektonik Sesar Lembang [4]. Hasil rekaman aktivitas tektonik dengan mengunakan metode Single Event Determination (SED) dan metode Joint Hypocenter Determination (JHD) menunjukkan bahwa pusat lokasi gempa bumi berada pada daerah sekitar sesar dengan kedalaman 3 km hingga 7 km. Adanya aktivitas kegempaan pada daerah sesar Lembang juga diperkirakan akibat adanya hubungan kemenerusan tiga sesar utama yang ada pada jawa barat yaitu Sesar Cimandiri Sesar Lembang Sesar Baribis [3]. Meskipun aktivitas rekaman gempa yang tercatat BMKG masih digolongkan dalam kategori gempa ringan, namun demikian hal ini akan sangat membahayakan mengingat Kota Lembang merupakan salah satu tujuan wisata serta merupakan daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. METODE PENELITIAN Anomali Bouguer Anomali Bouguer adalah perbedaan nilai gayaberat terukur dengan nilai gayaberat teoritis untuk suatu model teoritis bumi. Untuk mendapatkan nilai Anomali Bouguer, hasil pengukuran di lapangan perlu dilakukan koreksi data. Setelah dilakukan koreksi, maka akan diperoleh persamaan anomali Bouguer [5] yaitu : = + + (1) = + 0.308765 0.04193 h+ h (2) Dengan BA adalah anomali Bouguer lengkap, GObs gayaberat observasi/ pengamatan, Gn gayaberat normal / teoritis pada lintang, FAC koreksi udara bebas, BGC koreksi Bouguer, TC koreksi terrain, ρ rapat massa, h ketinggian pengukuran, Δh beda tinggi titik amat dengan topografi sekitar. Second Vertical Gradient Metode second vertical gradient (SVG) digunakan untuk memunculkan sumber-sumber anomali yang bersifat lokal atau dangkal. Metode ini sangat baik digunakan untuk mengetahui diskontinuitas dari sutu struktur bawah permukaan, khususnya dalam melakukan interpretasi struktur patahan atau sesar. Dengan menggunakan metode ini, keberadaan struktur patahan di suatu daerah akan dapat diketahui dengan baik [6]. Medan potensial U dengan sumber tidak berada didalamnya akan memenuhi persamaan Laplace sesuai dengan persamaan berikut [6] (Sarkowi, 2014) : = 0 (3) Untuk metode gayaberat, persamaanya sesuai dengan persamaan : = 0 (4) + + = 0 (5) Selanjutnya untuk suatu penampang 1-D anomali SVG, persamaanya sesuai dengan persamaan berikut: = = (6) Untuk data gayaberat 1-D dengan grid teratur anomali second vertical gradient dapat diturunkan melalui proses filtering dimana persamaan konvolusinya diberikan oleh :, =,, (7) dimana F adalah filter second vertival gradient sesuai dengan persamaan (5) dan adalah anomali gaya berat sebagai data input. Sedangkan untuk menentukan jenis struktur sesar dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan: < = sesar turun (8) > = sesar naik (9) 22

Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 5, No. 1, Januari 2016, Hal 21-26 Geologi Daerah Penelitian Secara geologis, Sesar Lembang merupakan salah satu landmark yang paling menarik di dataran tinggi Bandung. Terletak di lereng selatan dari Gunung Tangkubanparahu dan merupakan ekspresi geomorfologi yang jelas dari neotektonik di cekungan Bandung [1]. Secara morfologi Sesar Lembang diekspresikan berupa gawir sesar (fault scarp) dengan dinding gawir menghadap ke arah utara. Sesar Lembang yang terbentuk pada jaman kuarter pleistosen (sekitar 500.000 tahun yang lalu). Sejarahnya jaman dulu gunung api raksasa Sunda meledak dan meruntuhkan tubuhnya. Kemudian menyisakan sedikit gunung api parasitnya. Akibat kekosongan penampung magmatis mengakibatkan batuan dari erupsi gunung api Sunda patah, patahan ini yang kemudian dikenal dengan Sesar Lembang. Sesar tersebut memanjang dar timur ke barat, dimana bagian timur mengalami penurunan lebih terlihat dibandingkan dengan bagian barat [1], yang diperlihatkan pada Gambar 1. Data mentah hasil pengukuran selanjutnya dilakukan proses reduksi atau koreksi data. Tujuan dari dilakukannya koreksi data yaitu untuk menghilangkan faktor faktor yang mempengaruhi besar nilai gayaberat di stasiun pengukuran. Nilai gayaberat yang terukur pada alat gravimeter tidak hanya berasal dari nilai gayaberat yang disebabkan oleh variasi densitas di bawah permukaan. Nilai tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya posisi lintang, elevasi, topografi daerah pengukuran dan juga pasang surut. Oleh karena itu perlu dilakukan proses untuk menghilangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi besar nilai gayaberat sehingga didapatkan nilai gayaberat yang hanya disebabkan oleh variasi densitas di bawah permukaan [8]. Data yang telah dilakukan proses koreksi menghasilkan nilai anomali Bouguer lengkap, nilai ini yang kemudian nantinya digunakan sebagai data untuk proses pengolahan selanjutnya hingga interpretasi. Berdasarkan peta topografi yang dilihat dengan citra satelit, perkiraan awal lokasi sesar Lembang dapat dilihat berdasarkan kenampakan bentang alam berupa adanya suatu struktur yang terbagi dua secara rapi dan memanjang. Hal ini berkaitan dengan sifat suatu struktur sesar yang memanjang, dinamis, membelah batuan dan senantiasa berkembang [9] ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 1. Peta geologi lembar Bandung [7] (Silitonga, 2003) HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran gayaberat di daerah sekitar Lembang dilakukan selama empat hari, terhitung sejak 15 September 2014 hingga 17 September 2014 dengan 28 titik stasiun pengukuran. Gambar 2. Kontur topografi daerah penelitan 23

M. Wildan Firdaus, dkk Identifikasi Letak dan Jenis Sesar... Nilai anomali Bouguer daerah penelitian berkisar antara -2 mgal hingga 52 mgal. Untuk mempermudah dalam melakukan interpretasi maka dilakukan overlay peta anomali Bouguer dengan peta topografi dan google earth yang ditunjukkan pada Gambar 3 dan Gambar 4. Gambar 3. Anomali Bouguer daerah penelitian pada Google Earth warna ungu hingga putih dengan nilai sekitar - 2 mgal hingga 28 mgal. Nilai anomali Bouguer ini merupakan gabungan nilai antara anomali residual (dangkal) dan anomali regional (dalam), sehingga perlu dilakukan pemisahan pada kedua anomali tersebut. Tujuan dilakukannya pemisahan anomali yaitu untuk mengetahui sumber anomali dalam dan dangkal. Dalam penelitian ini digunakan pemisahan dengan menggunakan metode moving average. Proses ini dibantu dengan melakukan analisis spectral untuk mendapatkan bilangan gelombang cut off yang digunakan untuk menentukan lebar jendela pada proses moving average. Dari hasil pemisahan didapatkan peta anomali Bouguer regional dan residual yang ditunjukkan pada Gambar 5 dan Gambar 6. Gambar 4. Anomali Bouguer daerah penelitan pada topografi Berdasarkan hasil perhitungan metode Parasnis, didapatkan nilai densitas rata-rata batuan daerah penelitian sebesar 2,7 g/cc. Hasil tersebut sesuai dengan keterangan peta geologi daerah penelitian yang menyebutkan bahwa daerah sekitar sesar Lembang disusun oleh batuan beku hasil erupsi dua gunung api, yaitu Gunung Sunda dan Gunung Tangkubanparahu [7]. Sebaran nilai anomali pada daerah penelitian digolongkan menjadi dua bagian, yaitu anomali Bouguer tinggi ditunjukkan oleh warna kuning hingga putih dengan nilai sekitar 30 mgal 52 mgal dan anomali Bouguer rendah ditunjukkan oleh Gambar 5. Anomali Bouguer regional Gambar 6. Anomali Bouguer residual Hasil anomali regional yang didapat tidak jauh berbeda dengan hasil anomali Bouguer, hal ini disebabkan penyebab efek 24

Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 5, No. 1, Januari 2016, Hal 21-26 residualnya sangat dangkal sehingga efek anomali regional sangat dominan. Pada gambar kontur anomali residual dapat dilihat dan dibedakan secara jelas bahwa terjadi penurunan nilai Bouguer menjadi -10 mgal hingga 8 mgal dan juga terdapat berkurangnya variasi anomali. Sedikitnya variasi anomali disebabkan karena lokasi sesar yang telah diketahui berupa gawir ( fault scrap) ditambah dengan kecenderungan topografi yang memperjelas bidang sesar [8]. Pola yang diperlihatkan oleh kontur anomali Bouguer baik regional maupun residual menunjukkan adanya perbedaan nilai tinggi redah yang jelas pada bagian utara dan selatan daerah penelitian. Pola tersebut dipisahkan oleh suatu struktur kelurusan yang rapat berarah barat timur yang merupakan lokasi sesar Lembang. Analisis Second Vertical Gradient Untuk memeperjelas lokasi dan mengetahui jenis sesar Lembang, maka digunakan analisis second vertical gradient. Pada prinsipnya analisis second vertical gradient merupakan salah satu metode pemisahan anomali. Second vertical gradient memiliki prinsip yang sama dengan metode pemisahan moving average yang mana dilakukan untuk memunculkan efek dangkal dari pengaruh regionalnya. pada analisis second vertical gradient anomali yang disebabkan oleh struktur geologi akan memiliki nilai mutlak maksimum dan nilai mutlak minimum serta dibatasi dengan nilai nol atau mendekati nol sebagai batas karakteristik geologi [10]. Gambar 7. Kontur hasil Second Vertical Gradient Nilai nol yang ditunjukkan pada peta hasil second vertical gradient menunjukkan lokasi dimana sesar Lembang berada. Hasil tersebut besesuaian dengan peta anomali Bouguer lengkap ( Gambar 4), peta anomali regional (Gambar 5) dan peta anomali residual (Gambar 6). Dapat dipastikan lokasi sesar Lembang tepat diantara dua nilai Bouguer minimum dan maksimum, hal ini sesuai dengan sifat anomali gayaberat yang disebabkan oleh sesar yaitu lokasi sesar berada diantara anomali gayaberat minimum dan maksimum [11]. Dalam melakukan analisis jenis sesar pada daerah penelitian perlu dilakukan proses sayatan melintang pada hasil second vertical gradient yang terindikasi sebagai sesar. Hasil sayatan kemudian ditampilkan dalam bentuk grafik untuk selanjutnya dilakukan analisis penentuan jenis sesar berdasarkan nilai yang didapatkan yang dijunjukkan pada Gambar 7. Penentuan penarikan penampang SVG daerah penelitian dibantu dengan data geologi daerah penelitian. Penarikan penampang dibuat memotong arah sesar dengan tujuan untuk mengetahui sebaran nilai second vertical gradient disekitar sesar. Hasil perhitungan second vertical gradient menunjukkan nilai second vertical gradientmax lebih besar dari nilai second vertical gradientmin yang berarti sesar pada daerah tersebut merupakan sesar turun (normal fault). Dimana bagian utara penelitian bergerak relative turun dibandingkan dengan bagian selatannya. 25

M. Wildan Firdaus, dkk Identifikasi Letak dan Jenis Sesar... mgal/m 2 0.00002 0.000015 0.00001 0.000005 0-0.000005-0.00001-0.000015 0.000016 0 10 20 30-0.000012 Gambar 8. Penampang SVG A-A KESIMPULAN Dapat disimpulkan bahwa letak Sesar Lembang berada diantara nilai anomali Bouguer rendah dan tinggi (-2 mgal 52mGal) pada daerah penelitian, dimana anomali tinggi berada pada daerah selatan penelitian sedangkan anomali rendah berada pada daerah utara penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode second vertival gradient, Sesar Lembang merupakan jenis sesar turun (normal fault) dengan trend bagian utara daerah penelitian yang mengalami penurunan. Hasil tersebut diperkuat oleh data anomali Bouguer daerah penelitian yang menunjukkan daerah utara penelitian memiliki nilai anomali yang rendah dibandingkan dengan nilai anomali pada daerah selatan penelitian. Nilai rendah tersebut menunjukan adanya penurunan densitas yang disebabkan oleh penurunan lapisan pemukaan. Hasil penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa kronologi pembentukan Sesar Lembang diawali oleh letusan gunung api purba yang menyebabkan kekosongan ruang magma. Akibat kekosongan tersebut maka berlaku gaya gravitasi yang menyebabkan lapisan diatasnya mengalami penurunan sehingga terbentuk suatu struktur Sesar Lembang. [2]. Kertapati, E.K., 2006. Aktivitas Gempabumi di Indonesia : Perspektif Regional Pada Karakteristik Gempabumi Merusak. Bandung: Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. [3]. Hasanuddin Z. Abidin, dkk., 2009. Crustal Deformation Studies in Java (Indonesia) Using GPS. Journal of Earthquake and Tsunami Vol. 3 No. 2, pp.77-88. [4]. Hidayat, E. (2009). Analisis Morfotektonik Sesar Lembang. Bandung: ITB. [5]. Lestari, I., & Sarkowi, M. (2013). Analisis Struktur Patahan Daerah Panas Bumi Lahendong Tompaso Sulawesi Utara Berdasarkan Data Second Vertical Gradient (SVD) Anomali Gaya Berat. Seminar Nasional Sains & Teknologi Nasional Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Lampung. [6]. Sarkowi, M. (2014). Eksplorasi Gaya Berat.Yogyakarta: Graha Ilmu. [7]. Silitonga, P. (2003). Peta Geologi Lembar Bandung. Bandung: Pusat Survey Geologi. [8]. Julius, A.M., 2014. Perbandingan Metode Turunan Kedua Vertikal Dengan Data Gempabumi Historis Untuk Identifikasi Langsung Posisi dan Struktur Sesar Metano. Seminar Sehari-Hari Meteorologi Dunia Ke-64. Jakarta, 2014. BMKG Wilayah 2 Ciputat. [9]. Torkis, R. (2012). Analisa dan Permodelan Struktur Bawah Permukaan Berdasarkan Metode Gayaberat di Daerah Prospek Panas Bumi Gunung Lawu. Depok: FMIPA UI. [10].Chumairoh, D. A., Susilo, A., & Wardhana, D. D. (2014). Identifikasi Struktur Bawah Permukaan Berdasarkan data Gayaberat di Daerah Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat. Physics Student Journal Brawijaya University. [11].Dwiyanto, M. I., & Setiawan, A. (2011). Pemodelan Anomali Gravitasi Sesar Dengan Pendekatan Model Sheet. Berkala Fisika, 129-134. DAFTAR PUSTAKA [1]. Brahmantyo, B. (2011). Geologi Cekungan Bandung. Bandung: Master Thesis ITB. 26