Bab V Analisis Hasil Pengolahan Data

dokumen-dokumen yang mirip
Bab III Metode Penelitian

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BUKU V SISTEM ALAT BANTU

PETUNJUK PENGOPERASIAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Start. Preventive Maintenance. Kelainan Temperatur. N Pembongkaran PHE. Y Perbaikan. Pencucian.

Perencanaan Ulang Instalasi Perpipaan dan Pompa pada Chlorination Plant PLTGU PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik

OPTIMALISASI PROSES PEMEKATAN LARUTAN UNH PADA SEKSI 600 PILOT CONVERSION PLANT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

COOLING WATER SYSTEM

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN

PERENCANAAN ULANG DAN PEMILIHAN POMPA INSTALASI DESTILATE WATER PADA DESALINATION PLANT UNIT 6 DI PT PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK

III. METODE PENELITIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

PETUNJUK PENGOPERASIAN

PENGUJIAN KEANDALAN PEMBANGKIT UAP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TES TERTULIS. 1. Terkait Undang-Undang RI No 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan Bab XI Pasal 2 apa kepanjangan dari K2 dan berikut tujuannya?

Dosen Pembimbing : Ir. Teguh Yuwono Ir. Syariffuddin M, M.Eng. Oleh : ADITASA PRATAMA NRP :

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada sebuah perusahaan bus pengangkutan karyawan dengan operasional rata rata

DAFTAR PUSTAKA Muara Karang Steam Power Plant : Instruction Book For Hypochlorite Generation Equipment Volume I

HASIL DAN PEMBAHASAN

Permasalahan. - Kapasitas terpasang 7,10 MW - Daya mampu 4,92 MW - Beban puncak 31,75 MW - Defisit daya listrik 26,83 MW - BPP sebesar Rp. 1.

BAB II PROFIL UNIT PEMBANGKITAN MUARA KARANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. PT.Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) merupakan perusahaan minyak

PENGOPERASIAN COOLING WATER SYSTEM UNTUK PENURUNAN TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN EVAPORATOR. Ahmad Nurjana Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengelolaan Limbah Agroindustri

PROTOTIPE SISTEM MONITOR DAN KONTROL BERBASIS JAVA UNTUK PENGEMBANGAN SCADA PADA FASILITAS PENDUKUNG DI PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG

STIKOM SURABAYA BAB IV PEMBAHASAN 4.1. PROSES MESIN AUTOMATIC MIXING

SISTEM KERJA HIDROLIK PADA EXCAVATOR TIPE KOMATSU PC DI PT. UNITED TRACTORS TBK.

BAB III PENGUMPULAN DATA. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DATA

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG

BAB II LANDASAN TEORI

Oleh : Heldi Usman

LAMPIRAN II PERHITUNGAN

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

DESIGN SIMULATOR FRESH WATER TANK DI PLTU DENGAN WATER LEVEL CONTROL MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA SISTEM PENJERNIHAN AIR MENGGUNAKAN SAND FILTER DAN KARBON FILTER SERTA PENDISTRIBUSIAN AIR DI APARTEMEN THE PAKUBUWONO VIEW

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROSES KERJA GAS COMPRESSOR DIDALAM PENGOLAHAN GAS ALAM DI PT. CNOOC SES Ltd.

METODOLOGI PENELITIAN

Desain Fasilitas Penerima LNG berdasarkan NFPA 59A Studi Kasus PLTG Gilimanuk, PLTG Pemaron, dan PLTG Pesanggaran

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017), ( X Print)

PROTOTIPE SISTEM MONITOR DAN KONTROL BERBASIS JAVA UNTUK PENGEMBANGAN SCADA PADA FASILITAS PENDUKUNG DI PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG

PENGARUH PERUBAHAN BEBAN TERHADAP SISTEM UAP EKSTRAKSI PADA DEAERATOR PLTU TANJUNG JATI B UNIT 2

ANALISIS EFISIENSI PRESSURE EXCHANGER (PX) DI SEA WATER REVERSE OSMOSIS (SWRO) PADA SEA WATER DESALINATION PLANT

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses PLTU dibutuhkan fresh water yang di dapat dari proses

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISA DATA. kenaikan hampir 26% dari estimation cost saat tender. Hal tersebut tentu saja

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENURUNAN VACUUM PADA SAAT BACKWASH CONDENSER TERHADAP HEAT RATE TURBIN DI PLTU

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

Kata Kunci : PLC, ZEN OMRON, HP Bypass Turbine System, pompa hidrolik

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

Pendekatan Pendapatan

BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS Sistem Daur Ulang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam prosesnya Pembangkit ListrikTenaga Uap menggunakan berbagai

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PJB (PEMBAKITAN JAWA BALI) UP MUARA KARANG

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Flow Chart Flow chart diagram alir digunakan untuk menggambarkan alur proses atau langkah-langkah secara berurutan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU)

ALAT PENDETEKSI TINGGI PERMUKAAN AIR SECARA OTOMATIS PADA BAK PENAMPUNGAN AIR MENGUNAKAN SENSOR ULTRASONIK BERBASIS MIKROKONTROLER

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi -

BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN

Komponen mesin pendingin

BAB III SPESIFIKASI TRANSFORMATOR DAN SWITCH GEAR

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN

Jurnal e-dinamis, Volume 3, No.3 Desember 2012 ISSN

TUGAS AKHIR (ME ) STUDI TEKNIS EKONOMIS ANTARA MAIN RING SISTEM DENGAN INDEPENDENT SISTEM BALLAST PADA KAPAL TANKER MT YAN GT

P R O P O S A L. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), LPG Generator System

PERENCANAAN ULANG INSTALASI POMPA PENYALUR BASE OIL DI PT PERTAMINA PRODUCTION UNIT GRESIK

PENGEMBANGAN SISTIM PELAYANAN AIR BERSIH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB 4 PEMBAHASAN Analisa komposisi gas kota. Seperti yang telah dipaparkan pada bab 2, komposisi gas kota diasumsikan sebagai berikut :

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

Oleh Fretty Harauli Sitohang JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN ITS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Lokasi PLTU Cilacap

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012

Transkripsi:

Bab V Analisis Hasil Pengolahan Data V.1 Analisis Kondisi Hypochlorite Plant PLTU Muara Karang Dalam analisis penelitian sistim hypochlorite plant PLTU Muara Karang ini dilakukan analisis terhadap beberapa faktor yang berhubungan dengan aspekaspek performance dari sistim hypochlorite plant. Aspek performance sistim hypochlorite plant yang dianalisa tersebut adalah : 1. Produksi Hypochlorite Plant 2. Dosis (Kadar Chlorine) Injeksi Hypochlorite Plant 3. Kebutuhan Sodium Hypochlorite PLTU V.1.1 Produksi Hypochlorite Dengan regresi linear berdasarkan tabel IV.3 (kadar konsentrasi chlorine keluar modul GH), maka dapat ditemukan perkiraan kadar konsentrasi chlorine produk keluar GH, dengan menggunakan rumus II.1, maka akan dapat juga ditemukan perkiraan jumlah produksi GH dalam berbagai arus kerja (terutama diatas 2500 A). Tabel V.1. Perkiraan Produksi Generator Hypochlorite Arus (A) Flow Air Laut Masuk Generator Hypochlorite (m3/h) Konsentrasi Out Generator Hypochlorite (ppm) Produksi Generator Hypochlorite (kg/h) (1) (2) (3) (4)=(2)*(3)/1000 500 55 119.25 6.56 1000 55 168.36 9.26 1500 55 222.72 12.25 2000 55 363.02 19.97 2500 55 447.19 24.60 3000 55 519.24 28.56 3500 55 604.29 33.24 4000 55 689.34 37.91 4500 55 774.39 42.59 54

Dengan bantuan interpolasi perbandingan dari tabel V.1, dan membandingkannya dengan tabel III.1 (hasil komisioning sistim hypochlorite plant), maka dapat dilihat bahwa secara umum produksi yang dihasilkan oleh GH, menurun sebesar rata-rata 31%, dibandingkan dengan saat pertama kali GH terinstalasi (komisioning) pada tahun 1982. Rumus Interpolasi dari tabel V.1 : V. 1 Tabel V.2. Perkiraan Penurunan Produksi Generator Hypochlorite Jumlah CWP Operasi Data Saat Comisioning Produk (kg/h) Arus (A) Data Uji Coba Produk (kg/h) Arus (A) Produk Seharusnya (kg/h) Produk Tercapai (%) Rata Rata Produk (1) (2) (3) (4) (5) (6)=(2)*(5)/(3) (7)=(6)/(4) (8)= (7)/7 1 9.23 631 6.56 500 7.31 89.70% 2 18.46 1,262 9.26 1000 14.62 63.32% 3 27.69 1,893 19.97 2000 29.25 68.26% 4 36.92 2,525 24.60 2500 36.56 67.27% 69.04% 5 46.15 3,156 28.56 3000 43.87 65.09% 6 55.38 3,787 33.24 3500 51.19 64.93% 7 64.61 4,418 42.59 4500 65.81 64.72% V.1.2 Dosis (Kadar Chlorine) Injeksi Hypochlorite Plant Dengan mengacu pada tabel V.1, maka dapat ditemukan perkiraan konsentrasi (kadar chlorine) injeksi pada sisi inlet air pendingin (chlorine demand) pada berbagai arus kerja GH adalah sebagai berikut : 55

Tabel V.3. Perkiraan Konsentrasi Chlorine Pada Sisi Inlet Air Pendingin (Perkiraan Chlorine Demand) Arus (A) Produk Hypochlorite Plant (kg/h) setara Cl 2 Konsentrasi Chlor Inlet Air Pendingin 1,2,3 (ppm) Konsentrasi Chlor Inlet Air Pendingin 4,5 (ppm) (1) (2) (3)=((2)*1000/19680) (4)=((2)*1000/(2*16800)) 500 6.56 0.33 0.20 1000 9.26 0.47 0.28 1500 12.25 0.62 0.36 2000 19.97 1.01 0.59 2500 24.60 1.25 0.73 3000 28.56 1.45 0.85 3500 33.24 1.69 0.99 4000 37.91 1.93 1.13 4500 42.59 2.16 1.27 Dengan kondisi saat ini dimana hanya 2 generator hypochlorite plant yang dapat beroperasi saja dengan arus kerja masing-masing 2500 A dan 3000 A (maksimal), maka kebutuhan injeksi bagi air pendingin untuk 5 unit pembangkit dengan 7 CWP sangatlah kurang. Dari tabel V.3. dapat dilihat bahwa dengan hanya mengoperasikan 2 GH 2500 A dan 3000 A, maka perkiraan chlorine demand dari ke-2 GH, jika ke-2 GH digunakan untuk salah satu unit pembangkit type #1, #2, #3 saja akan naik 2,7 ppm (1.25 ppm + 1.45 ppm), sementara jika digunakan untuk salah satu type unit pembangkit #4, #5 saja akan naik 1,32 ppm (0.73 ppm + 0.85 ppm). Dengan asumsi : 1. Mode injeksi shock dozing : a. Mengharapkan kadar residual pada sisi outpool air pendingin 2x dari kadar chlorine pada sisi outpool dari mode injeksi continous (0.4 ppm) b. Dilakukan dengan durasi 2 jam setiap minggu 2. Mode injeksi continous dozing : a. Mengharapkan kadar residual pada sisi outpool air pendingin sebesar 0,2 ppm 56

b. Dilakukan terus-menerus selama 24 jam atau 166 jam (sudah dikurangi durasi shock dozing, 1 week = 168 hour) Ini berarti sistim hypochlorite plant yang ada saat ini hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan injeksi satu unit pembangkit type #1, #2, #3 (100 MW) saja dengan mode injeksi continous dozing, karena untuk mengharapkan konsentrasi residual 0,2 ppm, maka konsentrasi chlorine pada sisi inlet air pendingin harus 2,21 ppm (0,2 x faktor perkalian (11,05x)). Sementara untuk kebutuhan injeksi shock dozing unit pembangkit type #1, #2, #3 (100 MW) dengan chlorine demand 2x dari injeksi continous dozing (±4,42 ppm), sistim hypochlorite plant yang ada sudah tidak mampu. Sementara untuk penggunaan sebagai injeksi continous dozing dan shock dozing bagi unit pembangkit type #4, #5 (200 MW), kondisi hypochlorite plant saat ini sudah tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan injeksi sodium hypochlorite bagi sistim air pendingin (continous dozing = 1.85 ppm (0,2 x 9.27), shock dozing = 3.70 ppm (2 x 1.85 ppm). V.1.3 Kebutuhan Sodium Hypochlorite PLTU Dengan bantuan interpolasi perbandingan dari tabel V.3 (perkiraan konsentrasi chlorine pada sisi inlet air pendingin), maka kebutuhan sodium hypochlorite bagi tiap type unit pembangkit dapat ditemukan, baik bagi injeksi continous dozing maupun bagi injeksi shock dozing. Rumus Interpolasi dari tabel V.3 : V. 2 57

Tabel V.4. Perkiraan Kebutuhan Sodium Hypochlorite PLTU Produk : 42.59 Kg/h Konsentrasi Chlor #1, #2, #3 : 2.16 ppm Konsentrasi Chlor #4, #5 : 1.27 ppm Type Dozing Unit #1, #2, #3 Unit #4, #5 Kebutuhan #1, #2, #3 (kg/h) Kebutuhan #4, #5 (kg/h) Jumlah Continous Dozing 2.21 1.85 130.74 124.08 254.82 Shock Dozing 4.42 3.71 261.45 248.84 510.29 Karena durasi shock dozing dilakukan 2 jam seminggu maka kebutuhan sodium hypochlorite bagi shock dozing dalam 1 tahun adalah : (2 x 52.143) x 510,29 kg/h = 53.216,10 kg/year Kebutuhan sodium hypochlorite bagi continous dozing dalam 1 tahun adalah sebagai berikut: [8760 - (2 x 52.143)] x 254,82 = 2.205.649,04 kg/year Sehingga total kebutuhan sodium hypochlorite baik untuk injeksi continous dozing dan shock dozing dalam 1 tahun adalah : 2.205.649,04 kg/year + 53.216,10 kg/year = 2.258.865,14 kg/year V.2 Alternative Solusi Rehabilitasi Kinerja Sistim Hypochlorite Plant PLTU Muara Karang Dalam pembahasan analisis solusi dari alternative rehabilitasi kinerja sistim hypochlorite plant PLTU Muara Karang ini, dibahas tentang perkiraan kemampuan produksi dari tiap alternative solusi yang diajukan serta perkiraan biaya yang akan timbul dari pemilihan tiap alternative solusi tersebut. Adapun alternative solusi rehabilitasi sistim hypochlorite plant PLTU Muara Karang yang dibahas sesuai dengan opsi yang dibangun pada bab III sebelumnya, yaitu : 58

1. Perbaikan Sistim Hypochlorite Plant 2. Membangun Sistim Hypochlorite Plant Baru 3. Membeli Sodium Hypochlorite V.2.1 Perbaikan Sistim Hypochlorite Plant Dengan skenario bahwa untuk memenuhi kebutuhan sodium hypochlorite diatas, hypochlorite plant yang ada saat ini akan dilakukan perbaikan sehingga seluruh peralatan yang tidak ada maupun rusak akan diperbaiki dan diadakan kembali agar sistim hypochlorite plant dapat berproduksi kembali secara lengkap serta dengan asumsi : 1. Mempertimbangkan masukan dari seksi pemeliharaan bahwa pengoperasian hypochlorite plant PLTU yang aman bagi kelangsungan operasi hypochlorite plant secara terus-menerus (keandalan bagi mode injeksi continous dozing) adalah beroperasi pada arus kerja 3000 A. 2. Pola operasi hypochlorite plant 3:1 (3 generator operasi, 1 generator standby / pemeliharaan) maka mengacu kepada tabel V.3. (perkiraan konsentrasi chlorine sisi inlet air pendingin), maka produksi hypochlorite plant dalam 1 tahun adalah : (28,56 x 3 x 8760) = 750.556,8 kg/year Dengan demikian maka tanpa menghitung biaya rehabilitasi bagi perbaikan hypochlorite plant, alternative ini tidak dapat dilakukan karena produk yang ingin dicapai tidak akan pernah terpenuhi sekalipun perbaikan dapat dilakukan. (kebutuhan pertahun menurut perhitungan = 2.258.865,14 kg/year sedangkan perkiraan produksi setelah perbaikan plant lama dengan operasi 3000 A = 750.556,8 kg/year) V.2.2 Membangun Sistim Hypochlorite Plant Baru Penentuan kapasitas sistim hypochlorite plant yang akan dibangun harus mempertimbangkan beberapa hal : 59

1. Produksi setiap jam dari plant yang akan dibangun dalam harus mampu untuk melayani kebutuhan injeksi sodium hypochlorite bagi seluruh sistim pendingin PLTU, ketika semua pembangkit seluruhnya beroperasi. 2. Dengan mengasumsikan bahwa pengoperasian generator hypochlorite yang aman secara terus-menerus adalah 3000 A dari maksimal arus kerja 4500 A (keandalan bagi mode injeksi continous dozing), dimana hasil produksi generator hypochlorite pada arus kerja 3000 A adalah 67% dari kemampuan produksi maksimal (28.56 kg/h : 42,59 kg/h), maka kapasitas plant yang akan dibangun produksi perjamnya harus 1,49x dari kebutuhan sodium hypochlorite yang diperlukan (vendor menggunakan acuan produksi pada kemampuan maksimal peralatan). 3. Dengan pola operasi generator hypochlorite 1:1 (1 generator hypochlorite operasi, 1 generator hypochlorite standby / pemeliharaan), maka kapasitas plant pada point 2 harus dikalikan 2. Dengan pertimbangan hal diatas maka kita dapat menentukan kapasitas plant yang akan dibangun sebagai berikut : 1. Kebutuhan sodium hypochlorite perjam adalah : 2.258.865,14 kg/year 8760 Kebutuhan sodium hypochlorite = 257,86 kg/h 2. Kapasitas generator hypochlorite yang akan dipasang adalah : (1,49 x 257,86 kg/h) = 384,21 kg/h 3. Dengan pola operasi 1:1, maka kapasitas sistim hypochlorite plant yang akan dibangun adalah : 2 x 384,21 kg/h Dengan asumsi berdasarkan biaya investasi sistim hypochlorite plant yang ada (lampiran 3), maka biaya investasi yang harus dikeluarkan adalah : 2 x 384,21 kg/h U$ 10.738 U$ 4.558.725,95 1,81 kg/h 60

Sedangkan biaya operasi dan pemeliharaan berdasarkan asumsi biaya operasi dan pemeliharaan sistim hypochlorite yang ada (lampiran 4), maka biaya operasi dan pemeliharaan yang harus dikeluarkan pertahun adalah : 2 x 384,21 kg/h U$ 3.889 U$ 1.651.041,65 pertahun 1,81 kg/h Dengan asumsi bahwa umur ekonomis dari sistim hypochlorite plant adalah 25 tahun, maka pembebanan biaya investasi pertahun adalah (asumsi suku bunga U$ 2%/year) : U$ 233.502,86/year V.2.3 Membeli Sodium Hypochlorite Dengan mengacu kepada konsentrasi sodium hypchlorite cair yang akan digunakan sebagai injeksi air pendingin berkonsentrasi 10% (100.000 ppm) chlorine, maka kebutuhan sodium hypochlorite bagi injeksi sisi air pendingin PLTU harus dihitung ulang, agar kebutuhannya diharapkan dapat menghasilkan konsentrasi residual dititik outpool air pendingin seperti yang diinginkan (continous dozing = 0,2 ppm, shock dozing = 0,4 ppm). Dengan dasar bahwa diperlukan konsentrasi injeksi sodium hypochlorite pada sisi inlet air pendingin dengan pola injeksi : 1. Continus Dozing : a. Type unit pembangkit #1, #2, #3 adalah : 2,21 ppm b. Type unit pembangkit #4, #5 adalah : 1,85 ppm 2. Shock Dozing : a. Type unit pembangkit #1, #2, #3 adalah : 4,42 ppm b. Type unit pembangkit #4, #5 adalah : 3,71 ppm dapat diterapkan, maka kebutuhan sodium hypochlorite konsentrasi 100.000 ppm dapat ditemukan. Kebutuhan sodium hypochlorite dapat ditemukan dengan rumus sebagai berikut : V. 3 61

Dimana : Kebutuhan (Liter/h) Dozing : jenis dozing (ppm) Flow air pendingin (Liter/h) Konsentrasi Sodium Hypochlorite (ppm) dalam hal ini 100.000 ppm Sehingga dari rumus tersebut didapatkan kebutuhan sodium hypochlorite konsentrasi 10% sebagai berikut : Tabel V.5. Perkiraan Kebutuhan Sodium Hypochlorite 10% Konsentrasi : 100,000 ppm Air Pendingin #1, #2, #3 : 19,680,000 liter/h Air Pendingin #4, #5 : 33,600,000 liter/h (2 x 16.800.000 liter/h) Type Dozing Unit #1, #2, #3 Unit #4, #5 Kebutuhan #1, #2, #3 (liter/h) Kebutuhan #4, #5 (liter/h) Jumlah Continous Dozing 2.21 1.85 1304.784 621.6 1,926.38 Shock Dozing 4.42 3.71 1739.712 1,246.56 2,986.27 Berdasarkan tabel V.5 diatas, maka kebutuhan sodium hypochlorite konsentrasi 10% selama 1 tahun sebagai berikut : 1. Kebutuhan Continous Dozing : [8760 - (2 x 52.143)] x 1,926.38 = 16.674.194,34 liter/year 2. Kebutuhan Shock Dozing : (2 x 52.143) x 2,986.27 = 311.426,15 liter/year Sehingga kebutuhan total sodium hypochlorite konsentrasi 10% selama 1 tahun adalah : 16.674.194,34 liter/year + 311.426,15 liter/year = 16.985.620,49 liter/year Dengan mengacu harga sodium hypochlorite cair konsentrasi 10% tahun 2000 adalah Rp 1.000/liter (U$ 0,12/Liter, kurs U$ rata-rata tahun 2000 = Rp 62

8.510/U$), maka biaya pembelian sodium hypochlorite konsentrasi 10% selama 1 tahun adalah : 16.985.620,49 liter x U$ 0,12 = U$ 2.038.274,46/year Selain biaya pembelian sodium hypochlorite jadi pada alternative ini juga timbul biaya investasi. Biaya investasi ini terutama bagi pembelian peralatan sarana injeksi sodium hypochlorite pada saluran sisi inlet air pendingin pembangkit. Peralatan sarana injeksi yang akan diadakan, spesifikasinya mengikuti / berdasarkan perhitungan kebutuhan sodium hypochlorite jadi tersebut, ketika alternative sodium hypochlrite cair jadi dengan konsentrasi 10% akan digunakan sebagai keputusan rehabilitasi sistim hypochlorite plant yang ada. Adapun peralatan utama dari sistim injeksi sodium hypochlorite tersebut adalah : 1. Tangki penampung harian 2. Pompa supply sodium hypochlorite 3. Kontrol aliran sodium hypochlorite 4. Katup pengatur aliran sodium hypochlorite 5. Katup pengatur tekanan pompa 63

Gambar V.1 Typical Peralatan Injeksi Sodium Hypochlorite Sementara spesifikasi yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : 1. Tanki penampung harian Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan sodium hypochlorite pada tabel V.5 dan dengan asumsi tanki penampung harian dapat menampung kebutuhan sodium hypochlorite selama 1 minggu, maka kapasitas tanki penampung harian yang dibutuhkan adalah : Continous Dozing : (168 2) x 1.926,38 = 319.779,08 liter/week Shock Dozing : 2 x 2.986,27 = 5.972,54 liter/week sehingga kapasitas tanki yang dibutuhkan adalah : 319.779,08 liter/week + 5.972,54 liter/week = 325.751,62 liter/week atau dibutuhkan kapasitas tanki penampung ±350.000 liter 64

2. Pompa supply Karena kebutuhan injeksi sodium hypochlorite terbesar pada tiap jamnya ketika beroperasi pada mode injeksi shock dozing, maka kapasitas pompa yang diperlukan adalah kapasitas dengan acuan shock dozing. Dengan asumsi bahwa 1000 liter sodium hypochlorite cair sama dengan volume 1 m3, maka kapasitas pompa supply untuk menginjeksi sodium hypochlorite yang dibutuhkan adalah 3,5 m3/h. Selain itu jumlah pompa yang dibutuhkan dalam sistim injeksi sodium hypochlorite ini berjumlah 2 buah, dimana untuk mengantisipasi pola operasi 1:1 (1 pompa beroperasi, 1 pompa standby / pemeliharaan). 3. Katup pengatur tekanan Katup pengatur tekanan yang digunakan dalam sistim injeksi ini mempunyai 2 mode pengaturan, sehingga diperlukan 2 buah katup pengatur tekanan, dimana fungsinya adalah mencegah terjadinya overpressure pada pipa supply sisi discharge pompa. Sebagaimana dimana diketahui bahwa sistim pemipaan sistim hypochlorite plant menggunakan bahan non-metal untuk mencegah korosi pipa (biasanya digunakan bahan fiber atau pvc) oleh cairan sodium hypochlorite yang bersifat korosif terhadap metal. Katup pengatur tekanan utama adalah katup yang bekerja secara auto dengan input besaran tekanan control pressure, sementara katup pengatur tekanan manual merupakan back-up bila katup pengatur tekanan utama dalam pemeliharaan. Spesifikasi ke-2 katup diasumsikan sama untuk bekerja pada tekanan 4 kg/cm2 seperti pada tekanan injeksi sistim hypochlorite plant sebelumnya 4. Katup pengatur aliran Spesifikasi katup pengatur aliran sodium hypochlorite diasumsikan sama dengan spesifikasi katup pengatur tekanan pada point 5, dimana katup tersebut bekerja pada tekanan 4 kg/cm2. 65

Jumlah katup yang digunakan untuk mengatur aliran sodium hypochlorite ini sebanyak 9 buah sesuai dengan banyaknya kanal sisi inlet sistim air pendingin pembangkit 5. Kontrol aliran sodium hypochlorite Spesifikasi kontrol aliran sodium hypochlorite yang digunakan adalah pengontrol aliran dengan range maksimum 750 liter/h. Jumlah pengontrol aliran yang digunakan untuk mengatur bukaan katup pengatur aliran sodium hypochlorite ini sebanyak 9 buah sesuai dengan banyaknya kanal sisi inlet sistim air pendingin pembangkit Berdasarkan spesifikasi kebutuhan peralatan diatas dan dengan asumsi harga pembelian peralatan yang telah dilakukan PT PJB UP Muara Karang pada tahun 2008, terhadap peralatan yang mendekati spesifikasi tersebut, maka biaya investasi yang dikeluarkan untuk membangun sistim injeksi sodium hypochlorite adalah : U$ 174.646,39 Tabel V.6. Harga Pembelian Peralatan Sejenis PT PJB UP Muara Karang 2008 No. Equipment Price Purchase (Year) Quantity Total 1 Vessel (tanki) Chemical cap. 500 KL Rp 1,050,000,000. 2008 1 Rp 1,050,000,000. 2 Pump cap. 5 m3/h Rp 43,250,000. 2008 2 Rp 86,500,000. 3 Pressure Control range 0 10 kg/cm2 Rp 27,950,000. 2008 1 Rp 27,950,000. 4 Flow Control range 0 1 m3/h Rp 43,700,000. 2008 9 Rp 393,300,000. 5 Control Valve range 0 10 kg/cm2 Rp 20,925,000. 2008 11 Rp 230,175,000. Rp 1,787,925,000. Kurs ratarata 2008 (per U$ 1) Rp 10,237.4 Biaya Investasi (U$) U$ 174,646.39 Dengan asumsi bahwa umur ekonomis dari sistim hypochlorite plant adalah 25 tahun, maka pembebanan biaya investasi pertahun adalah (asumsi suku bunga U$ 2%/year) : U$ 8.945,46/year 66

Biaya operasi dan pemeliharaan sistim injeksi hypochlorite diasumsikan dengan biaya operasi dan pemeliharaan sistim hypochlorite plant yang dibayarkan kepada PT PJBS sebagai perusahaan yang memelihara sistim hypochlorite plant milik PT PJB UP Muara Karang tahun 2008 perbulan (lampiran 5). Sehingga didapatkan biaya operasi dan pemeliharaan 1 tahun adalah : U$ 30.113,11/year V.3 Rekomendasi Alternative Solusi Rehabilitasi Sistim Hypochlorite Plant PLTU Muara Karang Dari hasil pembahasan analisis dari tiap alternative solusi rehabilitasi sistim hypochlorite plant PLTU Muara Karang pada sub bab V.2 diatas, maka dapat disimpulkan bahwa rekomendasi rehabilitasi kinerja sistim hypochlorite plant yang paling ekonomis adalah dengan membuat / membangun sistim hypochlorite plant baru. Rekomendasi ini mempunyai biaya tahunan yang lebih ekonomis dibanding dengan alternative solusi rehabilitasi lainnya dengan biaya pertahun U$ 1,884,544.51 Tabel V.7. Perbandingan Opsi Alternative Rehabilitasi Sistim Hypochlorite Plant No. Opsi Kemampuan Menangani Kebutuhan Biaya Investasi (U$/year) Biaya O & M (U$/year) Biaya Pembelian Sodium Hypochlorite (U$/year) Biaya Pertahun (U$/year) 1 2 3 Perbaikan Hypochlorite Plant Membangun Hypochlorite Plant Baru Membeli Hypochlorite Jadi Tidak Mampu Mampu U$ 233,502.86 U$ 1,651,041.65 U$ 1,884,544.51 Mampu U$ 8,945.46 U$ 30,113.11 U$ 2,038,274.46 U$ 2,077,333.03 Saving U$ 192,788.52 67

Dari tabel V.7 diatas dapat terlihat bahwa dengan mengambil opsi tersebut maka akan lebih menghemat biaya pengeluaran dibandingkan jika mengambil keputusan atas opsi membeli sodium hypochlorite jadi. Sehingga biaya manfaat yang dapat disimpan atas selisih opsi tersebut adalah U$ 192,788.52 pertahun, yang jika dikonversikan kedalam rupiah dengan asumsi kurs U$ 1 = Rp 10.000, maka akan mendapat saving biaya manfaat sebesar Rp 1.927.885.200 atau sekitar Rp 1,9 Milyar. Jika penghematan tersebut diperhitungkan dengan masa ekonomis dari pengoperasian sistim hypochlorite plant selama ±25 tahun, dimana seolah-olah biaya penghematan itu diinvestasikan (dalam U$ dengan suku bunga 2%) kembali (opportunity cost), maka akan didapat manfaat diakhir tahun ke-25 sebesar : U$ 3.763.898,28 atau setara dengan Rp 37.638.982.800 (dengan kurs U$ 1 = Rp 10.000) 68