BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks administrasi negara, peran sumber daya aparatur. unsur yang sangat vital bagi berlangsungnya kehidupan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Instansi Pemerintah adalah organisasi yang merupakan kumpulan orangorang

BAB I PENDAHULUAN. bidang pemerintahan sekarang ini telah terjadi perubahan yang sangat besar. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, mewujudkan pemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. sehingga proses pencapaian tujuan pun terhambat. Tingkat kepedulian

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Strategi Implementasi..., Baragina Widyaningrum, Program Pascasarjana, 2008

I. PENDAHULUAN. 1945, negara dan pemerintah, menyelenggarakan tugas pemerintahan dan. strategis dalam mengemban tugas pemerintahan dan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bank, Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan

2016 PENGARUH KOMPETENSI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI PADA SUB BAGIAN KEPEGAWAIAN DAN UMUM DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, Kementerian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. terdiri dari pejabat negara dan pegawai negeri untuk menyelenggarakan tugas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. manusialah yang menjalankan fungsi-fungsi manajemen yaitu POAC ( Planning,

BAB I PENDAHULUAN. suatu prosedur yang berbelit-belit, dari meja satu ke meja lainnya, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintah dan pembangunan nasional sangat

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam reformasi birokrasi saat ini dan persaingan global mendorong

2016, No ) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Ta

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 41 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar,

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 22 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI BADAN SAR NASIONAL

PENGARUH PENILAIAN KINERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA SUB BAGIAN KEPEGAWAIAN DAN UMUM DI DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4266); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaha

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Terkait dengan penilaian kinerja, dalam pasal 75 UU ASN disebutkan

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola kepemerintahan yang baik (Good Governance) merupakan issue

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 57

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. Kedudukan pemerintah daerah berkaitan dengan otonomi daerah, bergulirnya otonomi

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan baik individu maupun

2 Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhe

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu SDM harus dibina dengan baik agar terjadi peningkatan efesiensi,

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 43 Tahun 2015 tentang Tambahan

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ( LKIP ) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang berhasil diciptakan untuk memudahkan pekerjaan manusia, akan tetapi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PERTANIAN. Tunjangan Kinerja. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

profesional, bersih dan berwibawa.

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BERDASARKAN BEBAN KERJA KEPADA PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 24 Tahun : 2014

1. PENDAHULUAN. Perencanaan Dan..., Widyantoro, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

-1- REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 6 Tahun 2005 Seri D PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih (clean

KEBIJAKAN UMUM FORMASI JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

PROPOSAL INOVASI PELAYANAN PUBLIK Judul Inovasi : Penerapan Sistem Manajemen Absensi Real Time (SMART) melalui Face Scan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.675, 2016 KEMENDIKBUD. Tunjangan Kinerja. Juklak. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu badan atau organisasi, sumber daya manusia merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

BAB V PENUTUP. sebagaimana telah tercantum di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA. A. Pengertian Pembinaan dan Konsep Pembinaan

BAB I. PENDAHULUAN. negara dan pembangunan bangsa dewasa ini diantaranya adalah tatanan organisasi

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada kesempurnaan aparatur negara khususnya Pegawai Negeri Sipil

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

BERITA NEGARA. No.1496, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Tunjangan Kinerja. Pegawai. Pelaksanaan.

Jakarta, Maret 2013 Kepala Badan Kepegawaian Negara. Eko Sutrisno

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis dan menentukan. Disamping peranannya sebagai pengelola,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Pembentukan, Pemberian, Tambahan Penghasilan, Prestasi Kerja.

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

RUMUSAN PERTEMUAN TEKNIS PENGELOLA DATA KEPEGAWAIAN LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP

2017, No Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 tentang Badan Nasional Pengelola Perbatasan; 3. Peraturan Presiden Nomor 119 Tahun 2015 tent

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya kewenangannya dipegang oleh pemerintahan pusat sekarang

BAB I PENDAHULUAN. kepadanya dengan baik dan benar sesuai peraturan yang berlaku.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dalam konteks administrasi negara, peran sumber daya aparatur negara menjadi unsur yang sangat vital bagi berlangsungnya kehidupan pemerintahan dan pembangunan. Di Indonesia peran tersebut dilaksanakan oleh pegawai negeri sipil, yang dalam pemerintahan sering kali disebut sebagai mesin birokrasi. Menciptakan good governance dan clean government menjadi peran dan fungsi pegawai negeri sipil yang sangat strategis (Sedarmayanti, 2012 : 5). Kebutuhan akan reformasi menuju terciptanya pegawai negeri sipil yang efisien semakin dirasakan, sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi sebagai hasil dari pembangunan dan akibat perubahan eksternal pada tingkat regional dan global. Kecenderungan umum dalam pertumbuhan di segala bidang juga melahirkan tuntutan mengenai perlunya pegawai negeri sipil (PNS) yang lebih profesional, terampil, terbuka, dan berorientasi pelayanan kepada masyarakat. Pada saat ini penilaian terhadap aparatur negara, khususnya pegawai negeri sipil, masih memperlihatkan fenomena yang tidak menggembirakan. Wajah buruk yang diperlihatkan pegawai negeri sipil (birokrasi) Indonesia yang sangat menonjol dimata masyarakat adalah penyelewengan internal,

2 misalnya inefisiensi, pengambilan keputusan yang berbelit-belit, prosedur pelayanan yang sangat panjang, koordinasi antar instansi yang masih lemah, dan sebagainya (Sedarmayanti, 2012 : 7). Sebagai sebuah ilustrasi pegawai negeri sipil belum berfungsi secara maksimal sebagai penggerak pembangunan dan melayani masyarakat, bahkan sering dirasakan menjadi beban dalam penyelenggaraan program-program pemerintahan dan pembangunan. Kemampuan pegawai negeri sipil masih sangat terbatas dalam mengimplementasikan berbagai kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah pusat. Kinerja birokrasi identik dengan ketidakefisienan dan high-cost economy. Hal ini ditengarai dengan tingginya angka ICOR (Incremental Capital-Output Ratio) di bidang manufaktur yang menunjukkan rata-rata 5,59, yang diartikan untuk menghasilkan satu satuan output dibutuhkan 5 komponen input (Effendi, 2006 : 3). Pegawai negeri sipil juga masih terlihat jauh dari sikap sebagai abdi masyarakat dalam memberikan pelayanan publik yang menjadi tugasnya. Sebagai gambaran, berdasarkan penelitian terhadap aparat/birokrasi Pemerintah Daerah, kemampuan pelayanan publik yang dilakukan ternyata hanya mencapai 43,98 persen. Namun untuk tugas-tugas birokrasi yang mencerminkan kekuasaan atau wewenang pemerintah (yaitu pengaturan dan pengawasan), seperti pemberian ijin, pelaksanaan aturan, dan pengawasan kegiatan masyarakat paling sedikit mencapai 75 persen (Sasono dalam Thoha dan Dharma, 2009 : 56).

3 Sementara itu, menurut laporan Global Competetitiveness Report pada World Economic Forum (2010) menyebutkan rangking kemampuan daya saing Indonesia pada tahun 2006 berada pada peringkat 51 namun pada tahun 2007 turun ke peringkat 54. Studi dari Booz Allen Hamilton (2008) menemukan fakta bahwa Indonesia merupakan negara dengan tingkat good governance paling rendah diantara negara-negara tetangganya. Indeks good governance Indonesia adalah 2,8, sedangkan Singapura 8,9, Malaysia 7,7, Thailand 4,8, dan Filipina 3,47 (Nugroho, 2008 : 35). Disebutkan juga dalam laporan Global Competetitiveness Report pada World Economic Forum (2010) bahwa kemampuan manajemen birokrasi menempati urutan ke-42 dari 48 negara dan kemampuan daya saing terhadap negara-negara lain menempati urutan ke-41 dari 48 negara. Bahkan, sebelumnya diungkapkan oleh Der Spiegel, Transparancy International, Economic Intelligent Unit, JETRO yang menganggap bahwa justru birokrasilah yang menjadi pangkal bagi hambatan liabilitas/utang terhadap kemampuan daya saing Indonesia di tingkat global (Taufik dalam Thoha dan Dharma, 2009 : 96). Oleh karena itu, perlu diupayakan pengaturan atau pengelolaan terhadap aparatur/birokrasi, baik di tingkat pusat maupun daerah dengan suatu bentuk manajemen yang baik. Pengelolaan aparatur negara khususnya pegawai negeri sipil sebenarnya telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 43, Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 8, Tahun 1974 tentang pokok-pokok Kepegawaian. Undang-Undang Nomor 43, Tahun 1999 pada intinya

4 memuat Manajemen Pegawai Negeri Sipil (MPNS), yang didalamnya mencakup penetapan norma, standar, prosedur, formasi, pengangkatan, pengembangan kualitas sumber daya pegawai negeri sipil, pemindahan, gaji, tunjangan, kesejahteraan, pemberhentian dinas, hak, kewajiban dan kedudukan hukum. Disinilah arti pentingnya penerapan manajemen yang baik dalam bidang kepegawaian untuk mewujudkan profesionalisme pegawai negeri sipil untuk mendukung kinerja pemerintah. Masalah di atas menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dalam kaitannya dengan peran pelayanan yang dilakukan pegawai negeri sipil. Untuk itu, pegawai negeri sipil harus memiliki kinerja yang tinggi agar anggapan buruk yang selama ini melekat pada aparatur negara dapat dihindari. Kinerja pegawai negeri sipil ditunjukkan dengan usaha-usaha mereka dalam melaksanakan dan menghasilkan output yang berkenaan dengan tugas dan pekerjaannya. Dengan demikian, pembinaan terhadap pegawai negeri sipil harus terus dikembangkan sesuai dengan dinamika organisasi dan lingkungan strategisnya. Detasemen Markas (Denma) Mabes TNI selaku unsur penanggungjawab pelayanan dan pengamanan dilingkungan Mabes TNI mempunyai tugas dan tanggung jawab yang luas dan kompleks, membutuhkan penyelesaian yang cepat, terarah, dan terkoordinasi serta memerlukan suatu prosedur kerja yang mengatur dengan jelas dan tegas pembagian tugas, hubungan dan tata kerja setiap pejabat sampai dengan eselon yang terendah

5 sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. Terkait dengan pelayanan yang selama ini dilaksanakan, terutama dalam pelayanan administrasi kepegawaian, terdapat beberapa hal yang belum memenuhi target atau terealisasi dengan baik seperti contoh penerbitan Surat Ketetapan (SK). Secara lebih jelas gambaran belum optimalnya pelayanan kepegawaian di lingkungan Denma Mabes TNI, antara lain dapat dilihat pada pencapaian program atau kegiatan yang dicantumkan dalam tabel berikut: Tabel: 1.1 Indikator Kinerja Pelayanan Kepegawaian Denma Mabes TNI Tahun 2013 No Kegiatan Pelayanan Kepegawaian Target Realisasi Persentase 1. Penetapan Pensiun PNS dan TNI 120 SK 55 SK 45,8 2. Status dan Kedudukan PNS 71 SK 21 SK 29,6 Sumber : Laporan Tahunan Denma Mabes TNI Tahun 2013 Berdasarkan prestasi pencapaian kegiatan-kegiatan pelayanan kepegawaian di atas, maka dapat digambarkan bahwa kualitas pelayanan di lingkup Denma Mabes TNI belum dikatakan optimal. Hal ini juga menjelaskan terdapat beberapa kegiatan yang belum dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan perencanaannya. Dengan kata lain, sumber daya manusia (pegawai) belum memiliki kinerja yang baik, sehingga belum dapat mengimplementasikan program-program atau kegiatan-kegiatan sesuai dengan tujuan dan target yang telah ditentukan.

6 Kenyaataan lain dari observasi penulis di lapangan menunjukan bahwa pegawai negeri sipil Denma Mabes TNI memiliki tingkat disiplin yang kelihatan semakin menurun sehingga mengundang keprihatinan semua pihak. Menurunnya atau bahkan rendahnya disiplin pegawai dari tahun ke tahun terlihat secara kasat mata di lapangan, yakni dari semakin meningkatnya tingkat kemangkiran, keterlambatan masuk kantor, dan pulang kerja lebih awal dari jam kerja yang ditentukan. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 1.2 berikut : Tabel : 1.2 Rekapitulasi presensi anggota Denma Mabes TNI tahun 2012 sd 2014 No Keterangan Ketidakhadiran 2012 2013 2014 1 SAKIT 96 orang 107 orang 129 orang 2 IJIN 131 orang 141 orang 214 orang 3 TERLAMBAT 78 orang 72 orang 93 orang 4 TANPA KETERANGAN 45 orang 61 orang 69 orang Sumber : Laporan bagian personalia Denma Mabes TNI tahun 2012 s.d 2014 Apabila kondisi tersebut (terkait dengan kedisiplinan PNS) dibiarkan dan tidak ada tindak lanjut dari yang berwenang dikhawatirkan akan semakin menurunkan kinerja PNS tersebut. Hal ini tentu saja akan berakibat pada kinerja organisasi secara keseluruhan Sementara itu, penulis juga mencoba mengaitkan belum optimalnya pelayanan di Denma Mabes TNI dengan masalah kompensasi yang berlaku di lingkup organisasi ini. Sebagaimana diketahui selama ini kompensasi yang berlaku di lingkungan pegawai negeri sipil dianggap belum mampu menyentuh

7 rasa keadilan dan kesejahteraan pegawai negeri sipil. Hal ini dikarenakan kompensasi yang ditetapkan belum mendasarkan pada keadilan internal (internal equity) dan keadilan eksternal (external equity) ( Irfan, 2009 : 33). Bahkan, menurut hasil penelitian bahwa imbalan yang diterima PNS hanya dapat memenuhi separuh kebutuhan hidup sehari-hari (Achmady dalam Thoha, 2009 : 114). Dalam konteks pemberian kompensasi di Denma Mabes TNI, penulis juga menemukan terdapat beberapa hal yang belum berjalan dengan baik. Dalam hal ini, terkait dengan pemberian tunjangan para pegawai misalnya, adanya pembedaan penentuan besaran Tunjangan Kinerja (TK), penentuan pemotongan TK dan penentuan besaran uang Lauk Pauk (LP). Dengan demikian, kompensasi di lingkungan organisasi ini belum bisa memberikan sesuai dengan harapan pegawai secara keseluruhan. Dari uraian-uraian di atas, penulis mencoba memfokuskan penelitian ini mengenai pengaruh dua faktor disiplin kerja pegawai dan kompensasi terhadap kualitas pelayanan kepegawaian di lingkungan Denma Mabes TNI. Dengan demikian, berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ditemukan fokus pembahasan penelitian ini, penulis menentukan judul tesis sebagai berikut: Pengaruh Disiplin dan Kompensasi terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil di Detasemen Markas Mabes TNI

8 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Sebagaimana telah diuraikan pada latar belakang permasalahan diatas, dapat diidentifikasi beberapa hal berikut : 1) Masih ada personil Denma Mabes TNI yang tidak hadir tanpa keterangan. 2) Masih ada personil Denma Mabes TNI yang datang terlambat dan pulang lebih cepat dari waktu yang ditentukan. 3) Masih ada personil yang memperoleh uang lauk pauk di bawah kebutuhannya. 4) Masih ada personil yang tunjangan kinerjanya tidak diberikan sesuai dengan yang seharusnya. Masalah di atas, merupakan rangkaian identifikasi masalah yang berkaitan dengan tugas dan peran Denma Mabes TNI baik sebagai organisasi maupun personal. Berbagai masalah tersebut di prediksi lebih banyak berpengaruh terhadap kinerja pegawai negeri sipil pada Denma Mabes TNI yaitu disiplin dan kompensasi. 1.2.2. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan latar belakang dan identifikasi masalah di atas penulis dapat menguraikan rumusan masalah mengenai faktor-faktor yang

9 berpengaruh terhadap kinerja pegawai negeri sipil di Detasemen Markas Mabes TNI. Oleh karena rumusan masalah tersebut masih sangat luas, maka secara operasional permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut : 1). Apakah disiplin berpengaruh terhadap kinerja personil di lingkungan Denma Mabes TNI? 2). Apakah kompensasi berpengaruh terhadap kinerja personil di lingkungan Denma Mabes TNI? 3). Apakah disiplin dan kompensasi secara bersama berpengaruh terhadap kinerja personil di lingkungan Denma Mabes TNI? 1.2.3. Batasan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang dan identifikasi masalah tersebut diatas, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada masalah yang ditinjau dari aspek operasional maupun kontekstual. Secara operasional permasalahan dibatasi kepada faktor disiplin dan kompensasi serta pengaruhnya terhadap kinerja pegawai negeri sipil pada Denma Mabes TNI 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian. Secara umum maksud dari penelitian ini untuk mengetahui dan mengungkap apakah disiplin dan kompensasi berpengaruh terhadap kinerja personil Denma Mabes TNI.

10 1.3.2 Tujuan Penelitian. untuk: Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, tujuan penelitian ini adalah 1). Mengetahui dan menganalisis pengaruh disiplin terhadap kinerja personil Denma Mabes TNI. 2). Mengetahui dan menganalisis pengaruh kompensasi terhadap kinerja personil Denma Mabes TNI. 3). Mengetahui dan menganalisis pengaruh disiplin dan kompensasi secara bersama-sama terhadap kinerja personil Denma Mabes TNI. 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaat sebagai berikut: 1). Secara akademis, dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam melihat gambaran mengenai pengaruh disiplin kerja pegawai dan kompensasi terhadap kinerja pegawai di lingkungan organisasi publik (pemerintah). 2). Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan wacana untuk diterapkan dalam meningkatkan kinerja pegawai pada organisasi pemerintah. 3). Bagi peneliti diharapkan dapat menambah pengetahuan

11 mengenai sikap pegawai negeri sipil, yang ditunjukkan dari aspek-aspek yang melingkupinya (disiplin kerja pegawai dan kompensasi).