Pubertas Terlambat pada Anak Thalassemia di RSAB Harapan Kita Jakarta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. yang ditandai dengan berkurangnya sintesis rantai. polipeptida globin (α atau β) yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Thalassemia adalah penyakit kelainan darah herediter dimana tubuh

BAB I PENDAHULUAN. orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

OBAT YANG MEMPENGARUHI REPRODUKSI PRIA KELOMPOK 23

BAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada

BAB I PENDAHULUAN UKDW. serta diwariskan melalui cara autosomal resesif (Cappillini, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010

BAB V PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Responden menurut Usia. sisanya merupakan kelompok remaja awal.

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dengan usia 6-14 tahun saat sedang duduk di bangku SD

HORMON REPRODUKSI JANTAN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB V PEMBAHASAN. apakah ada hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian anemia pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Transfusi darah adalah salah satu praktek klinis yang umum dilakukan pada

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Usia tulang merupakan indikator utama untuk menilai maturitas tulang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Korelasi Kadar Feritin Serum dengan Kematangan Seksual pada Anak Penyandang Thalassemia Mayor

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lemak, dan protein. World health organization (WHO) memperkirakan prevalensi

1 Universitas Kristen Maranatha

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

Salah satu fungsi utama sistem endokrin adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Epidemiologi Deskriptif Talasemia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan

Fisiologi poros GnRH-LH/FSH- Estrogen

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pubertas merupakan suatu tahap penting dalam proses tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium

Pubertas Terlambat pada Thalassemia Mayor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru

Pengetahuan Mengenai Insulin dan Keterampilan Pasien dalam Terapi

Hubungan antara Kadar Feritin dengan Kadar BUN-Kreatinin pada Pasien Talasemia Beta Mayor di RSD dr. Soebandi Jember

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak. menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dirawat di Rumah Sakit minimal selama 1 bulan dalam setahun. Seseorang yang

Hubungan Kadar Hemoglobin Sebelum Transfusi dan Zat Pengikat Besi dengan Kecepatan Pertumbuhan Penderita Thalassemia Mayor

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Thalassemia mayor merupakan masalah

Gambaran Tanda Pubertas pada Murid Sekolah Dasar

Pemeriksaan Jumlah Trombosit pada Penderita Thalasemia-β Mayor yang telah di Splenektomi Lebih Dari Tiga Bulan

RINGKASAN. commit to user

Perbedaan Kadar Thyroid Stimulating Hormone dan Free Thyroxine pada Pasien Talasemia Β-Mayor dengan Kelasi Besi Deferasirox dan Deferiprone

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komponen utama adalah hemoglobin A dengan struktur molekul α 2 β 2.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

membutuhkan zat-zat gizi lebih besar jumlahnya (Tolentino & Friedman 2007). Remaja putri pada usia tahun, secara normal akan mengalami

Pendekatan Mutakhir Kelasi Besi pada Thalassemia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit

ABSTRAK PERAN ERITROPOIETIN TERHADAP ANEMIA ( STUDI PUSTAKA)

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

Anatomi/organ reproduksi wanita

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

CLINICAL MENTORING TATALAKSANA ANEMIA DEFISIENSI BESI DALAM PRAKTEK SEHARI-HARI

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

Thalassemia merupakan kelompok kelainan

Obat-obat Hormon Hipofisis anterior

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

Penyakit periodontitis merupakan salah satu masalah yang banyak. dijumpai baik di negara berkembang, sedang berkembang, dan bahkan di negara

SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masuk dalam daftar Global Burden of Disease 2004 oleh World

How to Prevent Short Stature in Infant Born with Small Gestational Age

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama hari, 3-6 hari adalah waktu keluarnya darah menstruasi. perdarahan bercak atau spotting (Baziad, 2008).

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya penyakit dibagi menjadi menular dan penyakit

thiobarbituric acid (TBA) tidak spesifik untuk MDA (Montuschi et al., 2004; Singh, 2006; Rahman et al., 2012). Isoprostan (IsoPs) adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan besarnya jumlah penderita kehilangan darah akibat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kriteria inklusi penelitian. Subyek penelitian ini adalah kasus dan kontrol, 13

Dr. HAKIMI, SpAK. Dr. MELDA DELIANA, SpAK. Dr. SISKA MAYASARI LUBIS, SpA

Transkripsi:

Artikel Asli Pubertas Terlambat pada Anak Thalassemia di RSAB Harapan Kita Jakarta Hermien W Moeryono, Fajar Subroto, Aditya Suryansyah Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta Latar belakang. Thalassemia adalah salah satu penyakit kelainan darah yang cukup banyak diderita oleh anak-anak di Indonesia. Dengan penanganan thalassemia yang baik maka angka harapan hidup anak thalassemia meningkat. Transfusi darah terus-menerus menimbulkan masalah timbunan besi dalam tubuh, dan paling sering menyebabkan pubertas terlambat pada anak thalassemia. Tujuan. Melihat angka kejadian keterlambatan pubertas pada anak thalassemia, kadar serum ferritin dan hubungannya dengan terapi kelasi besi yang didapat di RSAB Harapan Kita Jakarta. Metode. Penelitian dilakukan secara deskriptif pada 1 anak thalassemia yang dirawat di Rumah Sakit Anak Bunda (RSAB) Harapan Kita dari 1 Januari 008 31 Maret 011. Data diambil dari rekam medis dan dianalisis dengan SPSS 17.0 Hasil. Pasien thalassemia anak dan berada dalam usia pubertas adalah 8,6% laki-laki dan 71,% perempuan. Anak yang mengalami keterlambatan pubertas 5 anak (35,7%), yaitu anak (1,3%) perempuan dan 3 anak (1,%) laki-laki. Kadar serum ferritin di atas 10000 ng/ml dijumpai pada anak (1,3%) dan 13 anak (9,9%) memiliki status gizi kurang. Loss to follow up anak (8,6%) dan yang meninggal anak (1,3%). Rata-rata jumlah transfusi 108,6±,3 cc/kgbb/tahun dan rata-rata kadar serum ferritin adalah 7130,1±361, ng/ml. Kesimpulan. Angka kejadian pubertas terlambat pada thalassemia di RSAB Harapan Kita Jakarta adalah 35,7%. Keterlambatan pubertas itu dapat karena deposit besi yang tinggi dalam tubuh dan terapi besi yang tidak adekuat. Selain itu pubertas juga dipengaruhi oleh status gizi dari anak tersebut. Anak thalassemia di RSAB Harapan Kita 9,9% memiliki status gizi yang kurang. Untuk itu deteksi dini untuk melihat tanda-tanda pubertas pada anak thalassemia sangat diperlukan untuk anak perempuan yang sudah menginjak usia 8 tahun dan anak laki-laki 9 tahun sehingga penanganan dari keterlambatan pubertas dapat dimulai sejak awal. Dengan terapi kelasi besi yang adekuat diharapkan anak thalassemia mengalami perkembangan pubertas yang sama dengan anak normal. Sari Pediatri 01;1(3):16-6. Kata kunci: thalassemia, pubertas terlambat Alamat korespondensi: Dr. Hermien W Moeryono, SpA. Staf. Divisi Hematologi Anak RS Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta, Jl. Letjen S. Parman Kav. 87, Slipi. Telp. +61-56688 16 Sari Pediatri, Vol. 1, No. 3, Oktober 01

Thalassemia adalah salah satu penyakit kelainan darah yang cukup banyak diderita oleh anak- di Indonesia. Thalassemia banyak terdapat baik pada ras Melayu maupun Cina. 1 Anak dengan penyakit thalassemia memerlukan transfusi secara terus-menerus untuk mempertahankan kadar Hb >9 g/dl tergantung dari derajat anemia yang diderita. Thalassemia dibagi menjadi thalassemia mayor, thalassemia minor, dan thalassemia intermedia. Thalassemia yang lebih banyak terdapat di Asia Tenggara khususnya Indonesia adalah thalassemia. Faktor-faktor yang dikatakan memiliki kontribusi dalam etiologi dari kegagalan tubuh kembang anak thalassemia adalah adanya anemia kronis, toksisitas dari terapi kelasi besi deferoxamine, peningkatan konsumsi energi karena digunakan untuk hematopoiesis dan kerja jantung, defisiensi zat gizi seperti kalori, asam folat, zinc, dan vitamin A, gangguan homeostasis kalsium, dan kelainan pada tulang, serta disfungsi hepar dan pankreas. 3, Pada saat ini pasien thalassemia dapat memiliki status kesehatan yang lebih baik dengan pemberian transfusi darah lebih dini. Tetapi transfusi darah itu juga membawakan masalah baru yaitu timbunan besi dalam tubuh pasien. Anak dengan thalassemia seringkali mengalami gangguan tumbuh kembang, dikarenakan anemia kronis yang diderita. Gangguan dari timbunan besi pada thalassemia yang paling sering adalah pubertas terlambat, diikuti amenorrhea sekunder, hipoparatiroid, hipotiroid, dan diabetes mellitus. 3, Timbunan besi yang berlebih menyebabkan gangguan fungsi hati sampai gagal jantung. 5 Timbunan besi dapat diatasi dengan pemberian kelasi besi seperti deferoxamine, deferasirox, maupun deferiprone. 3 Pada thalassemia usia tulang mengalami keterlambatan pada umumnya di atas 6-7 tahun. Keterlambatan tumbuh kembang dapat dipengaruhi baik dari deposit besi di dalam tubuh maupun tingkat gizi/nutrisi. 5 Pada fase pubertas perkembangan alat kelamin dipengaruhi oleh hormon pertumbuhan (growth hormone) dan sekresi dari hormon sex steroid. 3,6,7 Kriteria keterlambatan tumbuh dari anak thalassemia terlihat dari tinggi badan anak yang berada di bawah dari SD (standar deviasi) atau anak tumbuh kurang dari cm/tahun. Sedangkan pubertas yang terlambat tampak dari keterlambatan perkembangan payudara (telarche) atau menstruasi pertama (menarche) pada anak perempuan umur 13 tahun dan diameter testis <cm pada anak laki-laki umur 1 tahun. -6,8 Untuk mengatasi hal tersebut pasien thalassemia yang mengalami pubertas tersebut maka diperlukan terapi hormon yaitu pemberian estrogen atau testosterone untuk merangsang pubertas. 6 Terapi hormon diberikan bekerja sama dengan Bagian Endokrinologi Anak untuk memantau perkembangan pubertas. Tujuan dari penelitian untuk menilai angka kejadian pubertas terlambat pada anak thalassemia, kadar serum ferritin, dan hubungannya dengan terapi kelasi besi. Metode Penelitian retrospektif deskriptif, data diperoleh dari rekam medis pasien yang dirawat dengan diagnosis thalassemia di RSAB Harapan Kita Jakarta. Subjek adalah pasien thalassemia, usia pubertas, berobat di RSAB Harapan Kita dan di rumah sakit lain. Didapatkan 1 pasien thalassemia sejak 1 Januari 008 sampai dengan 31 Maret 011, terdiri dari laki-laki dan 10 perempuan. Kriteria inklusi adalah pasien thalassemia baik pasien lama maupun baru, usia pubertas, yaitu 1-18 tahun untuk anak laki-laki dan 13-18 tahun untuk anak perempuan. Setelah diagnosis thalassemia ditegakkan maka dilakukan skrining genetika untuk melihat jenis thalassemia. Kemudian dilakukan skrining untuk melihat berapa orang yang mengalami keterlambatan pubertas. Data yang didapat dianalisis dengan statistik SPSS 17.0 untuk windows. Dari analisis ditentukan karakteristik pasien thalassemia pada usia pubertas di Indonesia. Hasil Selama periode penelitian didapat 1 orang anak thalassemia yang berada pada usia pubertas. Karakteristik subjek tertera pada Tabel 1. Semua anak thalassemia tersebut menderita thalassemia. Kadar serum ferritin yang di atas 10000 ng/ ml dijumpai pada anak dan 13 anak memiliki gizi kurang. Dua anak yang meninggal dan anak dilakukan splenektomi. Jadi subjek yang mengalami keterlambatan pubertas 5 anak. Sari Pediatri, Vol. 1, No. 3, Oktober 01 163

Kejadian hemosiderosis tertera pada Tabel, menggambarkun jumlah transfusi darah per tahun (cc/kgbb/tahun) dan kadar serum ferritin. Loss to follow up anak dan yang meninggal anak. Rata-rata jumlah transfusi 108,6±,3 cc/kgbb/ tahun dan rata-rata kadar serum ferritin adalah 7130,1±361, ng/ml. Semua anak tersebut mendapat terapi kelasi besi deferoxamine subkutan tidak adekuat (tidak teratur). Rata-rata umur anak pada penelitian 15,8±1, tahun dan rata-rata jumlah transfusi,9±16,7 kali. Tabel 1. Karakteristik thalassemia di RSAB Harapan Kita, Januari 008-Maret 011 Karakteristik Jumlah Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Status gizi Normal Kurang Status pasien Hidup Meninggal Splenektomi Ya Tidak Keterlambatan pubertas Ya Tidak Laki-laki Perempuan Tabel. Hemosiderosis dan terapi kelasi besi Jumlah transfusi (cc/kg BB/tahun) >100 <100 Kadar serum ferritin (ng/ml) <10000 >10000 Terapi kelasi besi Adekuat Inadekuat Status terapi pasien saat ini Lanjut Meninggal Loss to follow up 10 1 13 1 1 5 7 3 Jumlah 10 1 0 1 8 Pembahasan Tanda keterlambatan pubertas pada anak yang menderita thalassemia terlihat dari tidak ada tanda menarche atau telarche pada anak perempuan di atas umur 13 tahun atau diameter testis <cm dari anak laki-laki pada umur 1 tahun. Di antara 35 anak yang mengalami keterlambatan pubertas, yaitu anak perempuan dan 3 anak laki-laki. Rerata mendapat terapi hormonal estrogen untuk anak perempuan dan dengan testosterone untuk anak laki-laki. Pemberian terapi hormonal yang diberikan bekerja sama dengan Bagian Endokrinologi RSAB Harapan Kita. Selain kriteria pubertas, juga dilakukan pemeriksaan kadar LH, FSH dan tes stimulasi dengan HCG (pada anak laki-laki) dan HMG (pada anak perempuan). Sebagian besar anak yang mengalami keterlambatan pubertas memiliki kadar serum ferritin di atas 5000 ng/ml, bahkan kadar tertinggi sampai 171 ng/ml. Insidens keterlambatan pubertas sebenarnya dapat dicegah atau dikurangi dengan terapi kelasi besi yang adekuat.,5,9 Keterlambatan pubertas yang terjadi dapat karena kegagalan perkembangan gonad primer yang dikarenakan timbunan besi di ovarium dan testis atau kegagalan sekunder oleh karena siderosis di kelenjar pituitari. 10 Terapi yang diberikan untuk memperbaiki keterlambatan pubertas adalah terapi hormonal seperti testosterone, HCG, dan estrogen maupun L-carnitine terapi. Dilaporkan keterlambatan pubertas juga dapat dikarenakan defisiensi dari L-carnitine sekunder sehingga dengan pemberian suplemen L-carnitine, pertumbuhan, dan kadar LH (luteinizing hormone) meningkat. 5,11 Pada anak thalassemia kejadian hipoksemia, hemosiderosis, dan peningkatan konsumsi energi dapat menyebabkan defisiensi carnitine sekunder. 5 Sehingga baik terapi pengganti hormonal (hormonal replacement therapy) maupun terapi dengan L-carnitine dampak positif bagi anak thalassemia yang menderita keterlambatan pubertas. 5,11 Terapi pengganti hormonal untuk anak lakilaki adalah depot testosterone IM 5-50 mg untuk 6 bulan, kemudian dinilai ulang tanda-tanda pubertas. Jika masih belum ada tanda-tanda pubertas, dosis testosteron dinaikkan menjadi 100 mg/bulan untuk 1 tahun. Untuk anak perempuan diberikan estrogen oral (ethynilestradiol) 100 ng/kg/hari untuk 6 bulan dan dapat dinaikkan menjadi 00 ng/kg/ hari. Untuk menginduksi menarche dapat digunakan 16 Sari Pediatri, Vol. 1, No. 3, Oktober 01

medroxyprogesterone 10mg/hari selama 10 hari jika ukuran uterus telah mencapai 5cm. Jika anak sudah mencapai pubertas maka dosis hormon testosterone dan estrogen disesuaikan untuk masing-masing anak (dosis maintenance). Penyebab keterlambatan pubertas adalah timbunan besi dalam tubuh maka diperlukan terapi kelasi besi yang benar dan adekuat untuk mencegah kelainankelainan yang disebabkan karena timbunan besi. Terapi kelasi besi yang diberikan adalah deferoxamine subkutan, deferiprone oral, maupun deferasirox oral satu kali sehari (once daily). Hasil terapi kelasi besi kombinasi deferiprone dan deferoxamine lebih baik untuk jantung dan hati daripada deferasirox, deferiprone maupun deferoxamine diberikan terpisah. 1-1 Selain karena timbunan besi kegagalan pubertas dapat juga disebabkan karena gizi yang tidak baik. Pada anak thalassemia di RSAB Harapan Kita hampir semua menderita gizi kurang (9,9%) dan hanya satu anak dengan gizi baik. Anemia kronis yang diderita anak thalassemia juga makin menurunkan keadaan gizi sehingga dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan keterlambatan pubertas. Makin buruk gizi anak semakin mudah terkena infeksi. Oleh karena anak thalassemia (0%) mengalami defisiensi zinc. Preparat pemberian zinc pada anak thalassemia pada umur 1-7 tahun dapat memperbaiki pertumbuhan. 15 Selain itu anak 50%-100% mengalami defisiensi vitamin D, tetapi dapat diperbaiki dengan pemberian terapi cholecalciferol selama 3 bulan. 16 Thalassemia anak yang mengalami keterlambatan pubertas seharusnya diperiksa kadar hormon FSH, LH, estradiol, testosterone, GnRH, HCG, dan HMG secara berkala baik untuk mendeteksi keterlambatan pubertas maupun sebagai indikator keberhasilan terapi hormonal. Sebaiknya anak perempuan yang sudah mendapat menarche juga tetap dipantau untuk mendeteksi amenorrhea sekunder. 5 Kesimpulan Pubertas yang terlambat banyak terjadi pada anak dengan thalassemia yang tidak mendapat terapi kelasi besi dengan adekuat. Angka kejadian pubertas yang terlambat di RSAB Harapan Kita Jakarta adalah 35,7%. Keterlambatan pubertas itu dapat karena deposit besi yang tinggi dalam tubuh dan terapi besi yang tidak adekuat. Rata-rata kadar serum ferritin anak thalassemia di RSAB Harapan Kita 7130,1±361, ng/ml dan semua anak tidak mendapatkan terapi kelasi besi yang adekuat. Selain itu pubertas juga dipengaruhi oleh status gizi 9,9% anak memiliki status gizi kurang. Oleh karena itu mendeteksi dini untuk melihat tanda-tanda pubertas pada anak thalassemia sangat diperlukan, untuk anak perempuan usia 8 tahun dan anak laki-laki 9 tahun sehingga pengobatan dapat dimulai lebih dini. Dengan terapi kelasi besi yang adekuat diharapkan anak thalassemia mengalami perkembangan pubertas yang sama dengan anak normal. Daftar pustaka 1. Ismail A, Campbell MJ, Ibrahim HM, Jones GL. Health related quality of life in Malaysian children with thalassemia. Health and Quality of Life Outcomes 006;:39.. Kyriakou A, Skordis N. Thalassemia and aberrations of growth and puberty. Mediterranean J Hematol and Infect Dis 009;1: e009003. 3. Galanello R, Origa R. Beta-thalassemia. Orphanet J Rare Dis 010;5:11-8.. Batubara JRL, Akib A, Pramita D. Delayed puberty in thalassemia major patients. Paediatr Indones 00; 7-8: 13-8. 5. El Beshlaw AE, Mohtar G, Ghafar EA. Assesment of puberty in relation to L-carnitine and hormonal replacement therapy in -thalassemic patients. J Trop Paediatr 008; 6: 375-81. 6. Soliman AT, Khalafallah H, Ashour R. Growth and Factors Affecting in Thalassemia Major. Hemoglobin. 009 ; 33 : S116-S6. 7. Herbert L, Muncie JR. MD, and Campbell, MD. Alpha and beta thalassemia. Am Fam Phys 009; 80: -9. 8. Moayeri H, Oloomi Z. Prevalence of growth and puberty failure with respect to growth hormone and gonadotropin secretion in beta-thalassemia major. Arch Iranian Med 006;9: 39-3. 9. Raiola G, Golati MC, De Sanctis V. Growth and puberty in thalassemia major. J Pediatr Endocrinol Metab 003;(suppl ): 59 66. 10. Aydinok Y, Darcan S, Polat A. Endocrine complications in patients with B thalassemia major. J Trop Pediatr 003;8:50. 11. El Beshlawy A, Abdel Dayem S, Abd El Raouf E. Effect of L-carnitine on growth of Egyptian children with thalassemia major. Med J Cairo Univ 001;69:7 1. Sari Pediatri, Vol. 1, No. 3, Oktober 01 165

1. Pepe A, Meloni A, Capra M. Deferasirox, deferiprone and desferrioxamine treatment in thalassemia major patients: cardiac iron and function comparison determined by quantitative magnetic resonance imaging. Haematologica 011;96:1-7. 13. Maggio A, Vitrano A, Capra M. Improving survival with deferiprone treatment in patients with thalassemia major: A prospective multicenter randomised clinical trial under the auspices of the Italian Society for Thalassemia and Hemoglobinopathies. Blood Cells, Molecules, and Diseases 009; : 7-51. 1. Berdoukas V, Chouliaras G, Moraitis P, Zannikos K, Berdoussi E, Ladis V. The efficacy of iron chelator regimes in reducing cardiac and hepatic iron in patients with thalassemia major: a clinical observational study. J Cardiovasc Magnetic Resonance 009;11:0. 15. Arcasoy A, Cavdar A, Cin S. Effects of zinc supplementation on linear growth in beta-thalassemia (a new approach). American Journal Hematology. 1987; : 17-36. 16. Wood JC, Claster S, Carson S. Vitamin D deficiency, cardiac iron, and cardiac function in thalassemia major. British J Haematol 008;11:891-. 166 Sari Pediatri, Vol. 1, No. 3, Oktober 01