HAK UNTUK MEMPEROLEH NAFKAH DAN WARIS DARI AYAH BIOLOGIS BAGI ANAK YANG LAHIR DARI HUBUNGAN LUAR KAWIN DAN PERKAWINAN BAWAH TANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
KEDUDUKAN HUKUM ANAK LUAR NIKAH PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PPU-VIII/2010

IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TENTANG KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN TERHADAP KOMPILASI HUKUM ISLAM

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap keluarga yang hidup di dunia ini selalu mendambakan agar keluarga itu

BAB V PENUTUP. 1. Permohonan pengujian judicial review diajukan oleh Machica. kekuatan hukum dengan segala akibatnya. Machica dan putranya,

BAB I PENDAHULUAN. mengabulkan sebagian permohonan uji materi terhadap Pasal 2 ayat (2) dan

Dwi Astuti S Fakultas Hukum UNISRI ABSTRAK

PUTUSAN MK NO 46/ PUU-VIII/2010, MEROMBAK HUKUM KELUARGA DI INDONESIA

ABSTRAK. Adjeng Sugiharti

Outer Children Marriages Status After Constitutional Court Decision No: 46/PUU- VII/2010

MOHAMAD ROULLY PARSAULIAN LUBIS ABSTRACT

HUBUNGAN KEPERDATAAN ANAK LUAR KAWIN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 46/PUU-VIII/2010

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016

DASAR HUKUM KEWENANGAN PRAPERADILAN DALAM MEMUTUS PENETAPAN TERSANGKA

DAMPAK PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TERHADAP HAK WARIS ANAK PERKAWINAN SIRI

A. Tenripaang Chairan. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare

BAB I PENDAHULUAN. (uji materil) undang-undang terhadap Undang-undang Dasar Negara Republik

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor

BAB II LEGISLASI ANAK LUAR NIKAH MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI. A. Anak Luar Nikah dalam Mahkamah Konstitusi

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 82 A. Kesimpulan 82 B. Saran. 86 DAFTAR PUSTAKA 88

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGAKUAN ANAK LUAR KAWIN MENJADI ANAK SAH

Rizki Akbar Maria Maya Lestari, SH., M.Sc, M.H Widia Edorita, SH., M.H

ANALISIS KEDUDUKAN ANAK YANG LAHIR DARI PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DALAM KEWARISAN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM HAL BENDA JAMINAN BERALIH

JURNAL IMPLIKASI PUTUAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TERHADAP BAGIAN WARIS ANAK LUAR KAWIN

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. sayang keluarga, tukar pikiran dan tempat untuk memiliki harta kekayaan. 3 apa yang

PROSES PEMBUKTIAN SEORANG ANAK LUAR KAWIN TERHADAP AYAH BIOLOGISNYA MELALUI TES DNA

Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS ANAK PADA PERKAWINAN SIRRI ABSTRAK

IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 46/PUU- VIII/2010 TERHADAP ANAK DARI PERKAWINAN SIRI. Oleh : Pahlefi 1

HAK MEWARIS ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM PERDATA

Monica Putri M.C. Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

BAB I PENDAHULUAN. sebaik-baiknya dan merupakan tunas-tunas bangsa yang akan meneruskan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB III KEWARISAN TERHADAP ANAK DI LUAR NIKAH PASCA- PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/ PUU-VIII/ 2010

PERLINDUNGAN HUKUM KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO: 46/PUU-VIII/2010

STATUS ANAK LUAR NIKAH PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI (MK) NOMOR: 46/PUU-VIII/2010

BAB III PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI DI LUAR PERKAWINAN. A. Sejarah Mahkamah Konstitusi (MK)

PERTENTANGAN SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 DENGAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 34/ PUU-XI/ 2013 TERKAIT PENINJAUAN KEMBALI

Dikta Angga Bhijana Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

HAK KEPERDATAAN ANAK LUAR KAWIN PASCA JUDICIAL REVIEW UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DALAM PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010

BAB III PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TERHADAP ANAK HASIL PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN

Farhan Asyhadi 1.

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak bersentuhan dengan titah dan perintah agama atau kewajiban yang

EMELDA SAVIONITA 1 EMELDA SAVIONITA ABSTRACT

TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN STATUS HUKUM ANAK LUAR KAWIN MENURUT KETENTUAN HUKUM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perkawinan tidak dapat dikatakan sempurna apabila belum

PEMAHAMAN AKTIVIS PEREMPUAN DAN ANAK TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 46/PUU-VIII/2010 TENTANG STATUS ANAK LUAR KAWIN (STUDY DI MALANG)

Oleh I Dewa Ayu Inten Sri Damayanti Suatra Putrawan Bagian Peradilan Fakultas Hukum Universitas Udayana

ABSTRACT. Keyword : Legal status, Applicant, Disputed Elections of Regional Heads, Constitutional Court ABSTRAK

PENGATURAN DAN PENERAPAN PRINSIP PARITAS CREDITORIUM DALAM HUKUM KEPAILITAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Ilmiah DUNIA ILMU Vol.2 No.1 Maret 2016

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah kasus mengenai penetapan asal usul anak:

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

Oleh : Dr.H.Chatib Rasyid,SH.,MH. (Ketua PTA BANDUNG) A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2012 lalu, Mahkamah Konstitusi (MK) mengeluarkan

KEDUDUKAN ISTRI DAN ANAK DALAM PERNIKAHAN DI BAWAH TANGAN MENURUT UU NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

Lex Privatum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

Kajian Yuridis Perlindungan Hukum Terhadap Anak Luar Kawin Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. sah dan anak tidak sah. Menurut Pasal 42 Undang-Undang Nomor 1

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar tahun Hal ini berarti bahwa dalam

ABSTRACT. Keywords : Marriage - Child Outside Marriage Inheritance

ANALISIS YURIDIS KEBEBASAN BERSERIKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PARTAI POLITIK

BAB IV MENGAPA HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA NOMOR 0091/ Pdt.P/ 2013/ PA.Kdl. TIDAK MENJADIKAN PUTUSAN MAHKAMAH

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dimana dalam suatu negara

HAK DAN KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI 1 Oleh : Dirga Insanu Lamaluta 2

JURNAL. ARTIKEL ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PERKAWINAN YANG TIDAK DIDAFTARKAN

PEMBUKTIAN ANAK DENGAN BAPAK BIOLOGISNYA MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO : 46/PUU-8/2010

KEDUDUKAN HUKUM ANAK TIDAK SAH SEBELUM DAN SETELAH PUTUSAN MAHKMAAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU/VII/2010. Oleh : Sasmiar 1 ABSTRACT

Judicial Review atas UU No. 1/1974 dan Implikasi Hukumnya. Lina Kushidayati

HAK ANAK ANGKAT TERHADAP PEMBAGIAN WARISAN

BAB III KEDUDUKAN ANAK DI LUAR PERKAWINAN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 46/PUU-VIII/2010 DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

STATUS HUKUM ANAK DILUAR NIKAH Nur Puat 1

PENGATURAN DAN MANFAAT PEMBUATAN POST-MARITAL AGREEMENT DALAM PERKAWINAN CAMPURAN DI INDONESIA

BAB IV ANALISIS TERHADAP STATUS NASAB DAN KEWAJIBAN NAFKAH ANAK YANG DI LI AN AYAHNNYA MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA INDONESIA

RINGKASAN SKRIPSI AKIBAT HUKUM DARI PEMBATALAN PERKAWINAN TERHADAP STATUS ANAK

PENGAKUAN ANAK DI LUAR NIKAH: TINJAUAN YURIDIS TENTANG STATUS ANAK DI LUAR NIKAH. Ardian Arista Wardana. Abstract

FUNGSI LEGISLASI DPD-RI BERDASARKAN PASAL 22D UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

HAK WARIS ANAK DILUAR NIKAH A. PENDAHULUAN DITINJAU MENURUT UU 1 TAHUN

IMPLIKASI YURIDIS PUTUSAN MK NOMOR 46/PUU-VIII/ 2010 TERHADAP AKTA KELAHIRAN ANAK LUAR KAWIN

KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI PADA SENGKETA HASIL PEMILIHAN KEPALA DAERAH

BAB III ISI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TENTANG STATUS ANAK LUAR KAWIN. 1. Sejarah Pembentukan Mahkamah Konstitusi

Pengujian Peraturan Perundang-undangan. Herlambang P. Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga 30 Oktober 2017

BAB III PUTUSAN MAHKAMAH KONTITUSI. TENTANG STATUS ANAK di LUAR NIKAH

Oleh Nama : Farhan Aziz Nim : Program Kekhususan : Hukum Pidana

I. PEMOHON Perkumpulan Tukang Gigi (PTGI) Jawa Timur yang dalam hal ini di wakili oleh Mahendra Budianta selaku Ketua dan Arifin selaku Sekretaris

HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM ISLAM

HAK WARIS ANAK HASIL PROSES BAYI TABUNG DITINJAU DARI KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 108/PUU-XIV/2016 Peninjauan Kembali (PK) Lebih Satu Kali

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XV/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TENTANG STATUS ANAK LUAR KAWIN PENULISAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi adalah salah satu lembaga tinggi negara yang juga

ULJ 4 (1) (2015) UNNES LAW JOURNAL.

JURNAL ILMIAH. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum. Oleh : DIO PERMANA PUTRA

BAB III STATUS HAK KEPERDATAAN ANAK HASIL FERTILISASI IN VITRO PASCA KEMATIAN SUAMI SETELAH PUTUSAN MK NO. 46/PUU VIII/2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan

Transkripsi:

HAK UNTUK MEMPEROLEH NAFKAH DAN WARIS DARI AYAH BIOLOGIS BAGI ANAK YANG LAHIR DARI HUBUNGAN LUAR KAWIN DAN PERKAWINAN BAWAH TANGAN oleh Bellana Saraswati I Dewa Nyoman Sekar Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Article 43 paragraph (1) the Act No. 1 Year 1974 Concerning Marriage determine that an illegitimate child only has a civil relationship with her mother and her mother's family. Though these provisions may result in various losses for the child. Until finally the various losses now can be minimized through the Constitutional Court Decision No. 46/PUU-VIII/2010, which is then reinforced with the Supreme Court Circular Letter No. 07 Year 2012. Therefore, this paper will describe the legal relationship between an illegitimate child with his biological father in accordance with the Constitutional Court Decision No. 46/PUU-VIII/2010 as well as the rights that can be obtained under the law relationships contained in the Supreme Court Circular Letter No. 07 Year 2012. Key Words: Living, Heir, Illegitimate Child, Unregistered Marriage ABSTRAK Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menentukan bahwa anak yang lahir di luar perkawinan hanya memiliki hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. Padahal ketentuan tersebut dapat mengakibatkan berbagai kerugian bagi si anak. Hingga akhirnya berbagai kerugian tersebut kini dapat diminimalisir melalui adanya Putusan Mahkamah Konstitusi No. 46/PUU-VIII/2010, yang kemudian isinya diperkuat dengan SEMA No. 07 Tahun 2012. Oleh karena itu, tulisan ini akan menjelaskan mengenai hubungan hukum antara anak yang lahir di luar perkawinan dengan ayah biologisnya sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 46/PUU-VIII/2010 dan juga hak-hak yang dapat diperoleh berdasarkan hubungan hukum tersebut yang termuat dalam SEMA No. 07 Tahun 2012. Kata Kunci: Nafkah, Waris, Anak Luar Kawin, Perkawinan Bawah Tangan I. PENDAHULUAN Menurut Pasal 42 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (UU Perkawinan), anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah. Ketentuan pasal tersebut kemudian 1

diperjelas kembali melalui Pasal 43 ayat (1), yakni bahwa anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. Pasal 272 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) sebenarnya menentukan bahwa anak yang dibuahi di luar perkawinan akan menjadi sah apabila diakui oleh kedua orang tuanya sebelum atau saat dilangsungkannya perkawinan yang sah secara hukum antara kedua orang tuanya tersebut. Sehingga secara otomatis timbul hubungan perdata antara anak dengan orang tuanya sesuai dengan ketentuan Pasal 280 KUHPer. Namun, hal yang berbeda akan terjadi apabila tidak terjadi perkawinan yang sah secara hukum antara kedua orang tua anak sehingga tetap berlaku ketentuan Pasal 43 ayat (1) UU Perkawinan dan menimbulkan konsekuensi logis yakni anak tersebut tidak dapat menikmati hak-hak perdata dari ayahnya yang diberikan oleh undang-undang, seperti hak untuk memperoleh nafkah dan waris. Padahal kondisi tersebut berpotensi menimbulkan kerugian bagi anak dikarenakan ayahnya tidak memiliki kewajiban hukum untuk memelihara, mengasuh dan membiayai anak. Sehingga anak dapat mengalami kesulitan biaya pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan lainnya. Hal demikianlah yang mendasari Hj. Aisyah Mochtar alias Machica binti H. Mochtar Ibrahim beserta anaknya, Muhammad Iqbal Ramadhan bin Moerdiono, untuk mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi terhadap beberapa pasal dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) 1945 dan UU Perkawinan, yang salah satunya Pasal 43 ayat (1) UU Perkawinan. Judicial review tersebut telah diputus melalui Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 46/PUU-VIII/2010. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui hubungan hukum antara anak yang lahir di luar perkawinan dengan ayah biologisnya beserta dengan hak-hak yang dapat diperoleh. II. ISI MAKALAH 2.1 METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif karena berupa inventarisasi hukum positif, usaha-usaha 2

penemuan asas-asas dan falsafah hukum positif, dan juga suatu usaha penemuan hukum inconcreto yang sesuai untuk digunakan dalam penyelesaian suatu perkara tertentu. 1 Jenis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan (The Statute Approach) dan pendekatan kasus (The Case Approach). Penelitian ini menggunakan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan-bahan hukum yang telah disusun secara sitematis selanjutnya dianalisis dengan teknik deskripsi, evaluasi, dan argumentasi. 2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN 2.2.1 Anak Yang Lahir Dari Hubungan Luar Kawin Memiliki Hubungan Perdata Dengan Ayah Biologisnya Hj. Aisyah Mochtar alias Machica binti H. Mochtar Ibrahim beserta anaknya, Muhammad Iqbal Ramadhan bin Moerdiono, mengajukan permohonan judicial review ke Mahkamah Konstitusi tertanggal 14 Juni 2010. Judicial review adalah pengujian terhadap kebenaran suatu norma yang dilakukan melalui mekanisme lembaga peradilan. 2 Judicial review yang dimohonkan berupa pengujian atas materi muatan undang-undang atau uji materiil terhadap beberapa pasal dalam UUD NRI 1945 dan UU Perkawinan, yang salah satunya adalah Pasal 43 ayat (1) UU Perkawinan. Mahkamah Konstitusi pun kemudian memutuskan dalam Putusan MK No. 46/PUU-VIII/2010 bahwa Pasal 43 ayat (1) UU Perkawinan harus dibaca: Anak yang dilahirkan di luar perkawinan mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagai ayahnya yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/atau alat bukti lain menurut hukum mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan perdata dengan keluarga ayahnya. Perubahan bunyi Pasal 43 ayat (1) UU Perkawinan tersebut menciptakan legalisasi hubungan antara anak yang lahir di luar perkawinan dengan ayahnya dalam arti biologis, selama dapat dibuktikan dengan menggunakan alat bukti berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir, seperti salah satunya adalah tes deoxyribonucleic acid (DNA), dan/atau hukum. Sehingga apabila ayah biologis anak yang lahir di luar perkawinan tidak mau melakukan 1 Rianto Adi, 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Edisi I, Granit, Jakarta, hal. 92. 2 Jimly Asshiddiqqie, 2006, Hukum Acara Pengujian Undang-Undang, Cetakan Pertama, Konstitusi Press, Jakarta, hal. 1. 3

pengakuan secara sukarela terhadap anaknya, padahal dengan alat bukti berdasarkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau hukum membuktikan bahwa ia adalah ayah biologisnya, maka pada saat itu timbullah hubungan perdata antara anak dengan ayah biologis dan keluarga ayahnya tersebut. 2.2.2 Hak Untuk Memperoleh Nafkah Dan Waris Dari Ayah Biologis Bagi Anak Yang Lahir Dari Hubungan Luar Kawin Dan Perkawinan Bawah Tangan Timbulnya hubungan perdata antara anak yang lahir di luar perkawinan dengan ayah biologisnya berdasarkan Putusan MK No. 46/PUU-VIII/2010, membuka kewajiban hukum bagi ayah untuk bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup anak luar kawinnya, termasuk dalam hak untuk memperoleh nafkah dan waris. Kewajiban tersebut diperkuat oleh Mahkamah Agung melalui Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 07 Tahun 2012 Tentang Rumusan Hukum Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan, khususnya bagian Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Agama Mahkamah Agung, yang menentukan bahwa anak yang lahir di luar perkawinan, termasuk anak hasil zina, berhak mendapatkan nafkah dan pembagian harta peninggalan ayah biologis melalui wasiat wajibah, dengan syarat mendapat penetapan dari pengadilan agama sebelumnya. 3 Istilahnya bukan waris, melainkan menafkahi segala biaya hidup si anak sesuai dengan kemampuan ayah bilogisnya dan kepatutan. 4 Wasiat wajibah adalah wewenang penguasa atau hakim sebagai aparat negara tertinggi untuk memaksa atau memberi putusan wajib wasiat kepada orang tertentu dalam keadaan tertentu ketika orang yang meninggal lupa atau teledor dalam memberikan wasiat kepada orang yang seharusnya menerima harta wasiat darinya. 5 Ketentuan tersebut juga berlaku bagi anak hasil perkawinan bawah tangan, baik perkawinan siri, yakni perkawinan yang sah secara agama namun tidak didaftarkan pada negara, dan kawin mut ah atau kawin kontrak. 6 Menurut Kepala Biro Hukum dan Humas Mahkamah Agung, Ridwan Masyur, ayah biologis tetap wajib memberikan nafkah kepada anak yang dilahirkan diluar 3 Dim, Anak Hasil Nikah Siri Berhak Bagian Harta, Jawa Pos, 5 Februari 2013, hal. 11. 4 Ibid. 5 Fatchur Rahman, 1975, Fiqih Waris, PT. Al-Ma arif, Bandung, hal. 63. 6 Dim, loc.cit. 4

III. perkawinan semata-mata untuk memenuhi rasa keadilan, melindungi kepentingan dan Hak Asasi Manusia (HAM) anak. 7 KESIMPULAN a. Dengan adanya perubahan terhadap bunyi Pasal 43 ayat (1) UU Perkawinan oleh Mahkamah Konstitusi, maka terjadi legalisasi hubungan perdata antara anak yang lahir di luar perkawinan dengan ayah biologisnya selama dapat dibuktikan dengan menggunakan alat bukti berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir, seperti tes DNA, dan/atau hukum. b. SEMA No. 07 Tahun 2012 menegaskan bahwa anak yang lahir di luar perkawinan, termasuk anak hasil zina, dan juga anak hasil perkawinan bawah tangan, baik perkawinan siri, dan kawin mut ah atau kawin kontrak, berhak mendapatkan nafkah dan pembagian harta peninggalan ayah biologis atau wasiat wajibah, dengan syarat mendapat penetapan dari pengadilan agama sebelumnya. DAFTAR PUSTAKA BUKU Fatchur Rahman, 1975, Fiqih Waris, PT. Al-Ma arif, Bandung. Jimly Asshiddiqqie, 2006, Hukum Acara Pengujian Undang-Undang, Cetakan Pertama, Konstitusi Press, Jakarta. Rianto Adi, 2004, Metodologi Hukum dan Perubahan Sosial, Edisi I, Granit, Jakarta. ARTIKEL Dim, Anak Hasil Nikah Siri Berhak Bagian Harta, Jawa Pos, 5 Februari 2013. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Republik Indonesia, 1974, Undang-Undang Tentang Perkawinan, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1. Republik Indonesia, 2010, Putusan Mahkamah Konstitusi No. 46/PUU-VIII/2010. Republik Indonesia, 2012, Surat Edaran Mahkamah Agung No. 07 Tahun 2012 Tentang Rumusan Hukum Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan. 7 Dim, loc.cit. 5