BAB II KONSEP DASAR A.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

BAB II TINJAUAN TEORI

Koping individu tidak efektif

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan,

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan


BAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Walgito (2001, dalam Sunaryo, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

MERAWAT PASIEN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan dalam kehidupan dapat memicu seseorang

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih. Pengertian

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.

BAB II KONSEP DASAR. rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB II KONSEP DASAR. perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau. (1998); Carpenito, (2000); Kaplan dan Sadock, (1998)).

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis

PROSES TERJADINYA MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari

BAB II TINJAUAN TEORI

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENATALAKSANAAN REGIMENT TERAPEUTIK INEFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. didunia ini ditemukan mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data statistik, angka

LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)

BAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon

LAPORAN PENDAHULUAN. 1. Masalah Utama Perilaku Kekerasan

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

MAKALAH SISTEM NEUROBEHAVIOR II ASKEP HALUSINASI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB II KONSEP DASAR. membahayakan diri sendiri mauupun lingkungan (Fitria, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar. menjawabpertanyaan what misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sistem saraf. Gejala psikologis dikelompokan dalam lima katagori utama fungsi

Transkripsi:

BAB II KONSEP DASAR A. Definisi Skizofrenia (schizophrenia) adalah gangguan yang terjadi pada fungsi otak. Melinda Herman (2008), mendefinisikan skizofrenia sebagai penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi pasien, cara berfikir, bahasa, emosi, dan perilaku sosialnya (Neurogical disease that affects a person s perception, thinking, language, emotion, and social behavior) (Yosep, 2009). Lebih dari 90% pasien dengan skizofrenia mengalami halusinasi. Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi, tetapi sebagian besar pasien dengan skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa mengalami halusinasi dengar. Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada rangsangan yang menimbulkannya (tidak ada objeknya). Halusinasi muncul sebagai suatu proses panjang yang berkaitan dengan kepribadian seseorang. Karena itu, halusinasi dipengaruhi oleh pengalaman psikologis seseorang (Baihaqi, 2007). Halusinasi merupakan persepsi yang salah pada semua rasa: pasien merasakan suara atau bau meskipun sebenarnya tidak ada atau tidak terjadi (Craig, 2009). Halusinasi yaitu pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar/bangun, sadarnya mungkin organik, fungsional, psikotik, ataupun histerik (Maramis, 1980). Halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi yang sering adalah halusinasi pendengaran (Auditory-hearing voices or sounds). Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada, pasien merasa ada suara padahal tidak ada stimulus suara (Varacolis, 2006). 6

7 Halusinasi yang paling sering ditemui, biasanya berbentuk pendengaran tetapi dapat juga berupa halusinasi penglihatan, penciuman, dan perabaan.halusinasi pendengaran (paling sering suara, satu atau beberapa orang) dapat pula berupa komentar tentang pasien atau peristiwa peristiwa sekitar Suara suara yang paling sering diterima pasien sebagai sesuatu yang berasal dari luar kepala pasien (Elvira, 2010). Halusinasi pendengaran yaitu perasaan stimulus yang sebenarnya tidak ada. Pada pasien dengan halusinasi pendengaran, pasien merasa ada suara, padahal tidak ada stimulus suara (Yosep, 2009). Halusinasi auditif atau halusinasi pendengaran merupakan halusinasi yang seolah-olah mendengar suara manusia, hewan, barang, mesin, musik, atau suara kejadian alami yang tidak ada wujudnya (Sunaryo, 2004). Suara pada halusinasi dengar, suara dapat berasal dari dalam diri individu atau dari luar dirinya.suara dapat dikenal (familiar) misalnya suara nenek yang meninggal.suara dapat tunggal atau multipel.isi suara dapat memerintahkan sesuatu pada klien atau seringnya perilaku klien sendiri.klien merasa yakin bahwa suara itu berasal dari tuhan, setan, sahabat, atau musuh. Kadang-kadang suara yang muncul semacam bunyi bukan suara yang mengandung arti (Yosep, 2009). B. Rentang respon Halusinasi Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individual yang terdapat dalam rentang respon neurobiologi. Jika pasien yang sehat presepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra. Pasien halusinasi dapat mempresepsikan suatu stimulus dengan panca indra walaupun stimulus tersebut tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena suatu hal mengalami kelainanan

8 persensif yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya, yang disebut sebagai ilusi (Stuart, 2009). Pasien mengalami jika interpertasi yang dilakukan terhadap stimulus panca indra tidak sesuai stimulus yang diterimanya, rentang respon tersebut sebagai berikut : Adaptif Maladaptif Respon logis Distorsi Fikiran Gejala fikiran Respon akurat Pikiran menyimpang Delusi halusinasi Perilaku sesuai Perilaku aneh/ Perilaku disorganisasi Hubungan sosial tidak sesuai Sulit berespon dengan Menarik diri pengalaman Skema 2.1.Rentang respon halusinasi (Stuart, 2009). a. Respon adaptif 1. Pikiran logis Pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima oleh akal. 2. Respon akurat Pandangan dari seseorang tentang suatu peristiwa secara cermat. 3. Perilaku sesuai Kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak bertentangan dengan moral. 4. Hubungan sosial Hubungan seseorang dengan orang lain dalam pergaulan ditengah tengah masyarakat (Stuart, 2009). b. Respon transisi 1. Distorsi fikiran Kegagalan dalam mengabstrakan dan mengambil keputusan.

9 2. Ilusi Persepsi atau respon yang salah terhadap stimulasi sensori. 3. Reaksi emosi berlebihan atau berkurang Emosi yang diekspresikan dengan sikap yang tidak sesuai. 4. Perilaku aneh dan atau tidak sesuai Perilaku aneh yang tidak enak dipandang, membingungkan, kesukaran mengolah dan tidak kenal orang lain. 5. Menarik Diri Perilaku menghindar dari orang lain (Stuart, 2009). c. Respon maladaptif 1. Gangguan pikiran atau delusi Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita sosial 2. Halusinasi Persepsi yang salah terhadap ranngsangan. 3. Sulit berespon emosi Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk mengalami kesenangan, kebahagiaan, keakraban dan kedekatan. 4. Perilaku disorganisasi Ketidakselarasan antara perilaku dan gerakan yang dirimbulkan. 5. Isolasi sosial Suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Stuart, 2009). C. Etiologi 1. Faktor Predisposisi a. Faktor Perkembangan Tugas perkembangan pasien yang terganggu misalnya rendahnya control dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stres (Yosep, 2009).

10 b. Faktor Sosiokultural Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi (unwanted child) akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya (Yosep, 2009). c. Faktor Biokimia Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stres yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP). Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak. Misalnya terjadi ketidakseimbangan acetylcholine dan dopamine (Yosep, 2009). d. Faktor Psikolgis Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada ketidakmampuan pasien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Pasien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dalam alam nyata menuju alam khayal (Yosep, 2009). e. Faktor Genetik dan Pola Asuh Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang skizofrenia akan mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini (Yosep, 2009). 2. Faktor Presipitasi Perilaku Respon pasien terhadap halusinasi dapat berupa respons curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins dan Heacock (1993) unsur-unsur bio-

11 psiko-sosio-spiritual dari halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi, yaitu: 1) Dimensi Fisik Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama. 2) Dimensi Emosional Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi.isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Pasien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut pasien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut. 3) Dimensi Intelektual Dalam dimensi ini, menerangkan bahwa individu dengan halusinasi akan memeperlihatkan adanya fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian pasien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku 4) Dimensi Sosial Pasien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan comforting, pasien menganggap bahwa hidup besosialisasi di alam nyata merupakan sangat membahayakan. Pasien asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, control diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem kontrol oleh individu tersebut sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman,

12 dirinya atau orang lain individu cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam melaksanakan intervensi keperawatan pasien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung. 5) Dimensi Spiritual Secara spiritual, pasien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri. Irama sirkadiannya terganggu, karena ia saring tidur larut malam dan bangun sangat siang. Saat terbangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya. Ia sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk (Yosep, 2009). D. Manifestasi Klinik Manifestasi klinik dari halusinasi dengar (Auditory-hearing voices or sounds) meliputi beberapa fase, yaitu : 1. Fase I: Sleep Disorder Fase awal seseorang sebelum muncul halusinasi. Pasien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa sulit karena berbagai stressor terakumulasi, misalnya kekasih hamil, terlibat narkoba, dihiananti kekasih, masalah dikampus, drop out dsb. Masalah terasa menekan karena terakumulasi, sedangkan support system kurang dan persepsi terhadap masalah sangat buruk.sulit tidur berlangsung terus menerus, sehingga biasa menghayal. Pasien menanggap

13 lamunan-lamunan awal tersebut terhadap pemecahan masalah (Keliat, 2009). 2. Fase II: Comforting Moderate level of anxiety Halusinasi secara umum ia terima sebagai sesuatu yang alami. Pasien yang emosi secara berlanjut seperti adanya perasaan cemas, kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan mencoba memusatkan pemikiran pada timbulnya kecemasan. Ia beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan sensorinya dapat ia kontrol bila kecemasannya diatur, dalam tahap ini ada kecenderungan pasien merasa nyaman dengan halusinasinya (Keliat, 2009). 3. Fase III: Condemning Severe level of anxiety Secara umum halusinasi sering mendatangi Pengalaman sensori pasien menjadi sering datang dan mengalami bias. Pasien merasa tidak mampu lagi mengontrolnya dan mulai berupaya menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang dipersepsikan pasien mulai menarik diri dari orang lain dengan intensitas waktu yang lama (Keliat, 2009). 4. Fase IV: Controlling Severe level of anxiety Fungsi sensori menjadi tidak relevan dengan kenyataan.pasien mencoba melawan suara-suara atau sensory abnormal yang datang.pasien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah dimulai fase gangguan Psychotic (Keliat, 2009). 5. Fase V: Conquering Panic level of anxiety Pasien mengalami gangguan dalam menilai lingkungannya. Pengalaman sensorinya terganggu, pasien mulai merasa terancam dengan datangnya suara-suara terutama bila pasien tidak dapat menuruti ancaman atau perintah yang ia dengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat berlangsung selama minimal 4 jam atau seharian bila klien tidak mendapatkan komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan psikotik berat (Keliat, 2009).

14 Selain fase pada halusinasi, terdapat manifestasi klinik lain dalam bentuk tahap, yaitu : 1. Tahap 1 : Halusinasi bersifat tidak menyenangkan Gejala Klinis : a. Menyeringai/tertawa tidak sesuai b. Menggerakkan bibir tanpa bicara c. Gerakan mata cepat d. Bicara lambat e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan 2. Tahap 2 : Halusinasi bersifat menjijikan Gejala klinis : a. Cemas b. Konsentrasi menurun c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata (Keliat, 2009). 3. Tahap 3 : Halusinasi bersifat mengendalikan Gejala klinis : a. Cenderung mengikuti halusinasi b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain c. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah d. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk). 4. Tahap 4 : Halusinasi bersifat menaklukkan Gejala klinis : a. Pasien mengikuti halusinasi b. Tidak mampu mengendalikan diri c. Tidak mampu mengikuti perintah nyata d. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (Keliat, 2009).

15 E. Pohon Masalah Masalah keperawatan untuk kasus halusinasi pendengaran dapat digambarkan dalam pohon masalah sebagai berikut: Resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan Perubahan Sensori perseptual: Halusinasi Core Problem Isolasi sosial : menarik diri Harga Diri Rendah Koping Individu Tidak Efektif Skema 2.2. Pohon Masalah Halusinasi (Keliat, 2009). F. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji 1. Masalah Keperawatan a. Halusinasi pendengaran b. Resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan c. Menarik diri d. Harga Diri Rendah e. Koping individu tidak efektif (Carpenito, 2006). 2. Data yang Perlu Dikaji a. Perubahan sensori perseptual : halusinasi pendengaran Data Subjektif : 1) Pasien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata. 2) Pasien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar

16 3) Pasien ingin memukul/melempar barang-barang (Keliat, 2009). Data Objektif : 1) Pasien berbicara dan tertawa sendiri 2) Pasien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu 3) Pasien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu. 4) Marah marah tanpa sebab 5) Menutup telinga 6) Ada gerakan tangan (Yosep, 2009). b. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan Data Subyektif : 1) Pasien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. 2) Pasien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jikasedang kesal atau marah. 3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya(azizah, 2011). Data Objektif : 1) Mata merah, wajah agak merah. 2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain. 3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. 4) Merusak dan melempar barang-barang (Stuart, 2009). c. Menarik diri Data Subyektif : Pasien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri, pasien merasa tidak berguna, pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu (Yosep, 2009). Data Obyektif : Pasien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup,

17 Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan (Keliat, 2009). d. Harga diri rendah Data Subyektif : Mengungkapkan ketidakmampuan dalam meminta bantuan orang lain dan mengungkapkan rasa malu serta tidak bisa jika diajak melakukan sesuatu (Videbeck, 2008). Data Obyektif : Tampak ketergantungan dengan orang lain, tampak sedih serta tidak melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah tampak murung (Keliat, 2009).

18 H. Intervensi dan Rasional Rencana tindakan keperawatan pasien dengan Halusinasi pendengaran, Menarik Diri dan Harga Diri Rendah. No Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional TTD 1. Halusinasi TUM : Pasien dapat Pendengaran mengontrol halusinasi yang dialaminya TUK 1 : Pasien dapat 1. Setelah dilakukan interaksi 1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling percaya membina hubungan saling dengan pasien selama 1x24 jam, percaya dengan menggunakan merupakan langkah awal pecaya pasen dapat menunjukkan tanda prinsip komunikasi terapeutik : menentukan keberhasilan tanda percaya kepada perawat : a. Sapa pasien dengan ramah, rencana selanjutnya. a. Ekspresi wajah bersahabat. baik verbal maupun non 2. Untuk mengurangi b. Menunjukkan rasa senang. verbal. kontak pasien dengan c. Ada kontak mata b. Perkenalkan nama lengkap, halusinasinya yaitu dengan d. Mau menjabat tangan. nama panggilan dan tujuan mengenal halusinasi akan e. Mau menyebutkan nama. perawat berkenalan. membantu mengurangi dan f. Mau duduk berdampingan c. Tanyakan nama lengkap menghilangkan halusinasi. dengan perawat. pasien dan nama panggilan g. Bersedia mengungkapkan yang disukai 18

19 TUK 2 : Pasien dapat mengenal halusinasinya. perasaan yang dirasakan. d. Buat kontrak yang jelas. e. Tunjukkan sikap yang jujur dan menepati janji setiap kali interaksi. f. Tunjukkan sikap empati dan menerima apa adanya. g. Beri perhatian kepada pasien dan memperhatikan kebutuhan dasar h. Tanyakan perasaan pasien dan masalah yang dihadapi. Pasien mampu mengenali 1. Adakan kontak sering dan halusinasinya dengan kriteria hasil singkat secara bertahap. : 2. Tanyakan apa yang a. Pasien dapat menyebutkan didengar dari halusinasinya. waktu, timbulnya halusinasi. 3. Tanyakan kapan b. Pasien dapat mengidentifikasi halusinasinya datang. kapan frekuensi situasi saat terjadi 4. Tanyakan isi halusinasinya. halusinasi. 5. Bantu pasien mengenal c. Pasien dapat mengungkapkan halusinasinya perasaannya saat muncul a. Jika menemukan pasien 1. Mengetahui apakah halusinasi datang serta untuk menentukan tindakan yang tepat atas halusinasinya. 2. Mengenalkan pada 19

20 halusinasi. sedang halusinasi, tanyakan apakah ada suara yang didengar. b. Jika pasien menjawab ada, lanjutkan apa yang dikatakan. c. Katakan bahwa perawat percaya pasien mendengar suara itu, namun perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada bersahabat, tanpa menuduh atau menghakimi). d. Katakan bahwa pasien lain juga yang seperti e. Katakan bahwa perawat akan membantu 6. Diskusikan dengan pasien: a. Situasi yang menimbulkan atau tidak pasien terhadap halusinasinya dan mengidentifikasi factor pencetus halusinasinya. 20

21 TUK 3: Pasien dapat mengontrol halusinasinya. 1. Pasien dapat mengidentifikasi tindakan yang dilakukan untuk halusinasinya. 2. Pasien dapat menunjukkan cara baru untuk mengontrol halusinasi. menimbulkan halusinasi. b. Waktu, frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore dan, malam atau jika sendiri, jengkel atau sedih). 7. Diskusikan dengan pasien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah/takut, sedih, senang) beri kesempatan mengungkapkan perasaan. 1. Idenifikasi bersama pasien tindakan yang biasa dilakukan bila terjadi halusinasi. 2. Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan pasien untuk, jika bermanfaat berikan pujian. 3. Diskusikan cara baik 3. Menentukan tindakan yang sesuai bagi pasien untuk mengontrol halusinasinya. 21

22 mengontrol timbulnya halusinasi a. Dengan cara menghardik, katakana saya tidak mau dengar kamu (pada saat halusinasi terjadi). b. Temui orang lain (perawat, teman atau anggota keluarga) untuk bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi yang didengar. c. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari. d. Meminta keluarga, teman atau perawat untuk menyapa pasien jika terlihat berbicara sendiri, melamun atau kegiatan yang tidak terkontrol. 4. Bantu pasien untuk 22

23 memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap. 5. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dilatih. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil. 6. Anjurkan pasien mengikuti TAK, jenis orientasi realita, atau stimulasi persepsi. TUK 4: 1. Pasien dapat memilih cara 1. Anjurkan pasien untuk 1. Membantu pasien Pasien dapat dukungan dari mengatasi halusinasi. member tahu keluarga jika menentukan cara mengontrol keluarga dalam mengontrol 2. Pasien melaksanakan cara yang mengalami halusinasi. halusinasi. halusinasinya. telah dipilih untuk memutus 2. Diskusikan dengan keluarga 2. Periode berlangsungnya halusinasinya. (pada saat keluarga berkunjung halusinasinya : 3. Pasien dapat mengikuti TAK. atau kunjungan rumah). a. Memberi support kepada a. Gejala halusinasi yang dialami b. Menambah pengetahuan b. Cara yang dapat pasien untuk melakukan 23

24 dilakukan pasien dan keluarga untuk memutus halusinasi. c. Cara merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi di rumah : beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama. d. Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan halusinasi tidak terkontrol dan risiko mencederai orang lain. 3. Diskusikan dengan keluarga dan pasien tentang jenis, dosis, frekuensi dan manfaat obat. 4. Pastikan pasien minum obat sesuai dengan program dokter. tindakan pencegahan halusinasi. 3. Membantu pasien untuk beradaptasi dengan cara alternatif yang ada. 4. Memberi motivasi agar cara diulang kembali. 24

25 TUK 5 : 1. Keluarga dapat membina 1. Anjurkan pasien bicara 1. Partisipasi pasien dalam Pasien dapat menggunakan hubungan saling percaya dengan dengan dokter tentang tindakan tersebut, membantu obat dengan benar untuk perawat. manfaat dan efek pasien beraktivitas sehingga mengendalikan 2. Keluarga dapat menyebutkan samping obat yang halusinasi tidak muncul. halusinasinya. pengertian, tanda dan tindakan dirasakan. 2. Keluarga merupakan untuk mengalihkan halusinasi 2. Diskusikan akibat orang terdekat yang bisa 3. Pasien dan keluarga dapat berhenti minum obat membantu pasien, menyebutkan manfaat, dosis dan tanpa konsultasi. meningkatkan pengetahuan efek samping obat. 3. Bantu pasien keluarga dan cara merawat 4. Pasien minum obat secara menggunakan obat pasien halusinasi. teratur. dengan prinsip 5 benar. 3. Meningkatkan 5. Pasien dapat informasi pengetahuan keluarga tentang tentang manfaat dan efek samping obat yang diminum obat. 4. Meningkatkan 6. Pasien dapat memahami pengetahuan tentang efek akibat berhenti minum obat tanpa samping obat. konsultasi. 5. Mengetahui reaksi 7. Pasien dapat menyebutkan setelah minum obat. prinsip 5 benar penggunaan obat. 6. Ketepatan prinsip 5 benar minum obat membantu penyembuhan dan 25

26 menghindari kesalahan minum obat. 2. Menarik Diri TUM : Setelah 2 x 24 jam, pasien dapat Pasien dapat berinteraksi menerima kehadiran perawat. dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi. TUK 1 : 1. Pasien dapat mengungkapkan 1. Bina hubungan saling Hubungan saling percaya Pasien dapat membina perasaan dan keberadaannya percaya dengan merupakan langkah awal hubungan saling percaya. secara verbal. menggunakan prinsip menentukan keberhasilan a. Pasien mau manjawab salam. komunikasi terapeutik : rencana selanjutnya. b. Pasien mau berjabat tangan. a. Sapa pasien dengan c. Pasien mau menjawab ramah, baik verbal pertanyaan. maupun non verbal. d. Ada kontak mata. b. Perkenalkan nama e. Pasien mau duduk lengkap, nama panggilan berdampingan dengan dan tujuan perawat perawat. berkenalan. c. Tanyakan nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai 26

27 d. Buat kontrak yang jelas. e. Tunjukkan sikap yang jujur dan menepati janji setiap kali interaksi. f. Tunjukkan sikap empati dan menerima apa adanya. g. Beri perhatian kepada pasien dan memperhatikan kebutuhan dasar TUK 2 : Pasien dapat menyebutkan 1. Kaji pengetahuan pasien Dengan mengetahui tanda Pasien dapat menyabutkan penyebab menarik diri yang tentang perilaku menarik diri tanda dan gejala menarik diri, penyebab menarik diri. berasal dari : dan tanda tandanya. akan menentukan intervensi a. Diri sendiri 2. Beriikan kesempatan pada selanjutnya. b. Orang lain pasien untuk mengungkapkan c. Lingkungan. perasaan penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul. 3. Diskusikan dengan pasien tentang perilaku menarik diri, tanda dan gejala. 4. Berikan pujian terhadap 27

28 kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya. TUK 3 : Pasien dapat menyebutkan 1. Kaji pengetahuan pasien Reinforcement dapat Pasien dapat menyabutkan keuntungan berhubungan dengan tentang keuntungan dan manfaat meningkatkan harga diri. keuntungan berhubungan orang lain, missal banyak teman, bergaul dengan orang lain. dengan orang lain dan tidak sendiri, dapat berdiskusi. 2. Beri kesempatan kepada kerugian tidak berhubungan pasien untuk mengungkapkan dengan orang lain. perasaannya tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain. 3. Diskusikan bersama pasien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain. 4. Kaji pengetahuan pasien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain. 5. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain. 6. Diskusikan bersama 28

29 pasien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. 7. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. TUK 4 : Pasien dapat menyebutkan 1. Kaji kemampuan pasien Mengetahui sejauh mana Pasien dapat melaksanakan kerugian tidak berhubungan membina hubungan dengan pengetahuan pasien tentang hubungan sosial secara denngan orang lain missal : orang lain. berhubungan dengan orang bertahap. Sendiri, tidak punya teman, sepi, 2. Dorong dan bantu pasien lain. dll. untuk berhubungan dengan orang lain melalui : a. Pasien perawat b. Pasien perawat perawat lain c. Pasien perawat perawat lain pasien lain d. Pasien kelompok kecil e. Pasien 29

30 keluarga/kelompok/ masyarakat. 3. Beri reinforcement terhadap keberhasilan yang telah dicapai di rumah nanti. 4. Bantu pasien mengevaluasi manfaat berhubungan dnegan orang lain. 5. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama pasien dalam mengisi waktu. 6. Motivasi pasien dalam mengikuti kegiatan TAK sosialisasi. 7. Beri reinforcement atas kegiatan pasien dalam 8. kegiatan ruangan. TUK 5 : Pasien dapat mendemonstrasikan 1. Dorong pasien untuk 1. Agar pasien lebih Pasien dapat hubungan sosial secara bertahap : mengungkapkan perasaannya percaya diri untuk mengungkapkan a. Pasien- perawat bila berhubungan dengan orang berhubungan dengan orang perasaannya setelah b. Pasien perawat lain. lain. 30

31 berhubungan dengan orang perawat lain 2. Diskusikan dengan pasien 2. Mengetahui sejauh lain. c. Pasien perawat tentang manfaat berhubungan mana pengetahuan pasien perawat lain pasien lain dengan orang lain. tentang kerugian bila tidak d. Pasien kelompok kecil 3. Beri reinforcement positif berhubungan dengan orang e. Pasien keluarga/ atas kemampuan pasien dalam lain. kelompok/ masyarakat. mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain. TUK 6 : Pasien dapat mengungkapkan 1. BHSP dengan keluarga. 1. Agar pasien percaya diri Pasien dapat perasaan setelah berhubungan a. Salam, perkenalan diri. dan tahu akibat tidak memberdayakan sistem dengan orang lain untuk : b. Sampaikan tujuan. berhubungan dengan orang pendukung keluarga atau a. Diri sendiri c. Membuat kontrak. lain. keluarga mampu b. Orang lain d. Explorasi perasaan 2. Mengetahui sejauh mengembangkan Keluarga dapat : keluarga. mana pengetahuan pasien kemampuan pasien untuk a. Menjelaskan perasaannya 2. Diskusikan dengan anggota tentang membina hubunngan berhubungan dengan orang b. Cara merawat pasien keluarga tentang: dengan orang lain. lain. menarik diri. a. Perilaku menarik diri 3. Pasien dapat mengobati c. Berpartisipasi dalam b. Penyebab perilaku perasaan tidak nyaman, perawatan pasien menarik menarik diri bimbang karena memulai diri. c. Cara keluarga yang hubungan dengan orang lain. sedang menghadapi 4. Motivasi dapat 31

32 perilaku menarik diri 3. Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien cara berkomunikasi dengan orang lain. 4. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian mengunjungi pasien minimal 1x seminggu. 5. Beri reinforcement atas hal hal yang telah dicapai oleh keluarga. mendorong pasien untuk lebih semangat dan percaya diri. 5. Agar pasien tahu dan terbuka tentang manfaat berhubungan dengan orang lain. 6. Reinforcement dapat meningkatkan kepercayaan diri 7. Dengan dukungan keluarga, pasien akan merasa diperhatikan. 3. Harga Diri Rendah TUM : Pasien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap. TUK 1 : 1. Pasien dapat mengungkapkan 1. Bina hubungan saling Hubungan saling percaya Pasien dapat membina perasaan dan keberadaannya percaya dengan menggunakan akan menimbulkan 32

33 hubungan saling percaya. secara verbal. prinsip komunikasi terapeutik : kepercayaan pasien pada a. Pasien mau manjawab a. Sapa pasien dengan perawat sehingga akan salam. ramah, baik verbal memudahkan dalam b. Pasien mau berjabat maupun non verbal. pelaksanaan tindakan tangan. b. Perkenalkan nama selanjutnya. c. Pasien mau lengkap, nama panggilan menjawab pertanyaan. dan tujuan perawat d. Ada kontak berkenalan. mata. c. Tanyakan nama lengkap e. Pasien mau pasien dan nama duduk berdampingan panggilan yang disukai dengan perawat. d. Buat kontrak yang jelas. e. Tunjukkan sikap yang jujur dan menepati janji setiap kali interaksi. f. Tunjukkan sikap empati dan menerima apa adanya. g. Beri perhatian kepada pasien dan memperhatikan kebutuhan dasar 33

34 TUK 2 : Pasien mampu mempertahankan a. Diskusikan kemampua Pujian akan meningkatkan Pasien dapat aspek positif. dan aspek positif yang harga diri pasien mengidentifikasi dimiliki pasien dan beri kemampuan dan aspek reinforcement atas positif yang dimiliki. kemampuan mengungkapkan perasaannya. b. Saat bertemu pasien, hindarkan member penilaian negatif. Utamakan member pujian yang realistis. TUK 3: a. Kebutuhan pasien a. Diskusikan kemampuan Peningkatan kemampuan Pasien dapat menilai terpenuhi pasien yang dapat dapat mendorong pasien untuk kemampuan yang dapat b. Pasien dapat melakukan digunakan selama sakit. mandiri. digunakan. aktivitas terarah. b. Diskusikan juga kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di rumah sakit dan di rumah. 34

35 TUK 4: a. Pasien mampu a. Rencanakan bersaa Pelaksanaan kegiatan secara Pasien dapat menetapkan beraktivitas sesuai pasien aktivitas yang mandiri modal awal untuk dan merencanakan kegiatan kemampuan. dapat dilakukan setiap meningkatkan harga diri. sesuai dengan kamampuan b. Pasien mengikuti terapi hari sesuai kemampuan: yang dimiliki. aktivitas kelompok. kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan minimal, kegiatan dengan bantuan total. b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh pasien lakukan (sering pasien takut melaksanakannya). TUK 5 : Pasien mampu beaktivitaas sesuai a. Beri kesempatan pasien Dengan aktivitas pasien akan Pasien dapat melakukan kemampuan untuk mencoba mengetahui kemampuannya. kegiatan sesuai kondisi sakit kegiatan yang 35

36 dan kemampuannya. direncanakan. b. Beri pujian atas keberhasilan c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah. TUK 6 : a. Pasien mampu melakukan a. Beri pendidikan Perhatian keluarga dan Pasien dapat apa yang diajarkan. kesehatan pada pengertian keluarga akan memamanfaatkan sistem b. Pasien mau memberi keluarga tentang cara dapat membantu pendukung yang ada. dukungan. merawat pasien harga meningkatkan harga diri diri rendah. b. Bantu keluarga member dukungan selama pasien dirawat. 36

37 I. Strategi Komunikasi (SP) Strategi komunikasi (SP) yang dilakukan pada pasien Halusinasi, Menarik Diri, dan Harga Diri Rendah yaitu sebagai berikut : Diagnosa Keperawatan Pasien Halusinasi SP 1 a. Mengenal halusinasi : 1) Isi 2) Frekuensi 3) Waktu terjadinya 4) Situasi pencetus 5) Perasaan saat terjadi halusinasi b. Lebih mengontrol halusinasi dengan cara : 1) Menghardik c. Memasukkan dalam jadwal kegiatan SP 2 a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1) b. Melatih berbicara dengan orang lain saat halusinasi muncul c. Masukkan jadwal SP 3 a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2) b. Melatih kegiatan agar halusinasi tidak muncul c. Masukkan jadwal SP 4 a. Evaluasi jadwal pasien yang lalu (SP 1, 2, 3) b. Menanyakan pengobatan sebelumnya. c. Menjelaskan tentang pengobatan (5 benar) d. Melatih pasien minum obat e. Masukkan jadwal. Keluarga SP 1 a. Mengidentifikasi maslah keluarga dalam merawat pasien b. Menjelaskan proses terjadinya halusinasi. c. Menjelaskan cara merawat d. Bermain peran cara merawat. e. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat SP 2 a. Evaluasi kemampuan kel (SP 1) b. Latih keluarga merawat c. RTL keluarga/jadwal keluarga dalam merawat SP 3 a. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 2). b. Latih keluarga merawat c. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat SP 4 a. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1, 2, 3) b. Evaluasi kemampuan c. RTL keluarga : 1) Follow up 2) Rujukan

38 Menarik Diri SP 1 a. Identifikasi penyebab : 1) Siapa yang satu rumah dengan pasien? 2) Siapa yang dekat dengan pasien? Apa sebabnya? 3) Siapa yang tidak dekat dengan pasien? Apa sebabnya? b. Keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain. c. Latih berkenalan. d. Masukkan jadwal kegiatan SP 2 a. Evaluasi SP 1. b. Latih berhubungan sosial secara bertahap (pasien dan keluarga). c. Masukkan jadwal kegiatan SP 3 a. Evaluasi kegiatan SP 1, 2 b. Latih ADL (kegiatan seharihari), cara bicara. c. Masukkan jadwal kegiatan SP 4 a. Evaluasi SP 1, 2, 3. b. Latih ADL (kegiatan seharihari), cara bicara. c. Masukkan jadwal kegiatan Harga Rendah Diri SP 1 a. Mengidentifikasi kemampuan positif yang dimiliki. b. Menilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini. c. Memilih kemampuan yang akan dilatih. d. Melatih kemampuan pertama yang telah dipilih. e. Masukkan dalam jadwal kegiatan SP 1 a. Identifikasi masalah yang dihadapi kel dalam merawat pasien b. Penjelasan Menarik Diri c. Cara merawat Menarik Diri. d. Latih (simulasi). e. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat SP 2 a. Evaluasi SP 1. b. Latih (langsung ke pasien). c. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat SP 3 a. Evaluasi SP 1 dan 2. b. Latih (langsung ke pasien). c. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat SP 4 a. Evaluasi kemampuan keluarga. b. Evaluasi kemampuan c. RTL keluarga : 1) Follow up 2) Rujukan SP 1 a. Mengidentifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat b. Menjelaskan proses terjadinya HDR. c. Menjelaskan tentang cara merawat pasien HDR. d. Bermain peran dalam merawat pasien HDR. e. Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat

39 SP 2 a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1). b. Memilih kemampuan kedua yang dapat dilakukan. c. Melatih kemampuan yang dipilih. d. Masukkan dalam kegiatan SP 3 a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 2). b. Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan. c. Masukkan dalam jadwal kegiatan SP 2 a. Evaluasi kemampuan SP 1 b. Latih keluarga langsung ke c. Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat SP 3 a. Evaluasi kemampuan keluarga. b. Evaluasi kemampuan c. RTL keluarga : 1) Follow up 2) Rujukan