8. KESlMPUlAN DAN SARAN 8.f Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik beberapa kesirnpulan sebagai berikut. 1. Secara umum model yang dikembangkan dalam penelitian ini cukup baik dan mampu menangkap fenornena ekonomi dari perdagangan luar negeri agroindustri Indonesia. Semua variabel penjelas yang dimasukkan ke dalam persamaan perilaku mempunyai tanda yang sesuai dengan harapan, khususnya dilihat dari teori ekonomi. Model yang dikembangkan juga mernenuhi kriteria statistika yang umum dipakai dalam peramalan. Dengan pertimbangan tujuan pengembangan model adalah untuk peramalan, dan model yang dibangun cukup besar dengan periode pengamatan yang cukup panjang, maka dapat disimpulkan 'bahwa model ekonometrika yang dibangun dalam penelitian ini cukup layak dan dapat digunakan untuk simulasi historis maupun simulasi peramalan. Dari hasil simulasi historis dapat disimpul kan bahwa kebijakan perdagangan luar negeri agroindustri Indonesia pada periode 1983-1997 telah dilaksanakan cukup memadai. Meski pun masi h terdapat peluang untuk meningkatkan kinerja perdagangan, yaitu melalui penunrnan pajak ekspor yang dapat rneningkatkan nilai ekspor untuk mendatangkan devisa yang lebih besar. Diduga bahwa kebijakan tersebut tidak diambil pemerintah mengingat manfaat trade off yang kurang menguntungkan antara peningkatan perdagangan dengan kerugian yang timbul, antara lain
193 berkurangnya pendapatan negara dari pajak ekspor, atau dalam rangka perlindungan produsenlpetani dalam negeri. Peluang lain yang sesungguhnya dapat dilakukan untu k meningkatkan kine ja sektor agroindustri, khususnya ekspor, adalah depresiasi nilai tukar mata uang rupiah, yang saat itu dianggap telah overvalued. Depresiasi rupiah mendorong peningkatan volume dan nilai ekspor meskipun juga menyebabkan berkurangnya volume dan nilai impor komoditi agroindustri lainnya. Secara totalitas, depresiasi akan meningkatkan keseim bangan neraca perdagangan non-migas yang pada periode itu secara rata-rata masih defisit. Faktor eksternal makroekonomi menjadi salah satu ha1 yang hams dicermati. Penurunan pajak ekspor yang dilakukan oleh negara-negara pesaing mempunyai potensi menurunkan pangsa pasar lndonesia di dunia. Sebaliknya, apresiasi yang terjadi atas mata uang Jepang, berdampak positip pada kine rja perdagangan ekspor agroindustri Indonesia. Secara ringkas hasil simulasi historis dari masing-masing skenario dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Penurunan pajak ekspor sebesar 50% memberikan dampak yang positif bagi perkembangan ekspor Indonesia. Penurunan pajak ekspor menyebabkan volume dan nilai ekspor komoditi agroindustri meningkat, kecuali pada udang dan sepatu. Peningkatan nilai ekspor menyebabkan total nilai ekspor komoditi non-migas lndonesia meningkat dan selanjutnya meningkatkan neraca perdagangan non-migas Indonesia. b. Penurunan tarif impor pada umumnya menyebabkan volume impor komoditi agroindustri lndonesia mengalami kenaikan. Namun, dampak
194 yang berbeda tejadi pada komoditi beras dan pulp. Meskipun demikian, secara total volume dan nilai impor komoditi agroindustri lndonesia meningkat sehingga total nilai impor norrmigas mengalami peningkatan yang menyebabkan meningkatnya defisit neraca perdagangan komoditi non-migas. c. Depresiasi nilai mata uang rupiah terhadap US0 sebesar 20% menyebabkan meningkatnya volume ekspor komoditi agroindustri, kecuali sepatu. Sedangkan untuk komoditi impor agroindustri, depresiasi rnemberikan dampak yang berbeda untuk beberapa komoditi. Penurunan volume impor te tjadi pada komoditi gandum, beras, gula, pulp, dan kulit tersamak, sementara pakan temak dan serat kapas tidak mengalami perubahan berarti. Secara total, depresiasi mata uang nrpiah terhadap US dolar memberikan penganrh meningkatnya nilai ekspor agroindustri lndonesia dan menurunkan nilai impor agroindustri, serta berdampak positif terhadap neraca perdagangan komoditi non-migas. d. Simulasi kebijakan penurunan pajak ekspor yang dilakukan secara bersama-sama dengan depresiasi rnata uang rupiah terhadap US dolar, yang saat itu dianggap overvalued, berdampak positip bagi kinerja perdagangan luar negeri agroindustri Indonesia, khususnya untuk komoditikomoditi ekspor. Hasil yang diperoleh mempakan akumulasi dari dampak masing-masing kebijakan, yang secara umum positip bagi perturnbuhan kinerja perdagangan. e. Penurunan pajak ekspor oleh negara-negara eksportir pesaing Indonesia sebesar 50% pada umumnya memberikan dampak yang negatip bagi kinerja perdagangan komoditi agroindustri Indonesia, karena meningkatnya
daya saing negara lain. Komoditi udang, karet alam, minyak nabati, dan 195 kayu lapis mengalami penurunan share yang disebabkan oleh meningkatnya volume ekspor negara-negara pesaing. Pada beberapa komoditi, penurunan pajak ekspor negara pesaing meningkatkan harga dunia komoditi yang bersangkutan, sehingga harga ekspor Indonesia terbawa naik, dan volume eksporpun meningkat. f. Apresiasi mata uang Jepang terhadap US0 sebesar 10% memberikan dampak meningkatnya volume maupun nilai ekspor komoditi-komoditi yang banyak diminati konsumen Jepang, yaitu udang, kopi, karet alam, kayu lapis, benang tekstil, dan pakaian. Secara agregat, dampak apresiasi Yen adala h meningkatnya total ekspor agroindustri Indonesia, yang berarti juga mening katny a ekspor non-migas serta neraca perdagangan non-migas Indonesia. Dat3 analisis keunggulan komparatif yang dilakukan dengan menggunakan indeks Revealed Comparative Advantage (RCA) dapat disimpulkan bahwa komoditi ekspor agroindustri yang diamati memiliki keunggulan komparatif relatif yang tinggi. Beberapa komoditi seperti udang, kopi, karet atam, dan minyak nabati bah kan telah berta han sejak awal tahun 1970-an, disusul oleh kayu lapis, pakaian, benang, dan sepatu pada dekade berikutnya. Namun, komoditi pakaian telah mengalami penurunan indeks RCA yang cukup signifikan, dari posisi tertingginya sebesar 3.44 pada 1994 menjadi hanya sebesar 1.54 pada 1998. 3. Berdasarkan hasil simulasi peramalan untuk periode tahun 2003 sampai dengan 201 5, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1% a. Penumnan paja k ekspor komoditi agroindustri Indonesia sebesar 50% menyebabkan volume dan nilai riil ekspor semua komoditi agroindustri lndonesia meningkat, kecuali udang dan sepatu. Namun demikian, responnya terhadap penurunan pajak ekspor sangat tergantung kepada perilaku ekspor masing-masing komoditi. Ekspor kopi lndonesia memberikan respon yang paling besar terhadap penurunan pajak ekspor, disusul oleh ekspor minyak nabati, dan karet alam. Sementara, ekspor benang tekstil, kayu lapis, dan pakaian hanya memberikan respon kurang dad 1 % terhadap penunrnan pajak ekspor sebesar 50%. Peningkatan volume ekspor komoditi agroindustri juga diikuti oleh meningkatnya nilai eskpor riil dari sub-sektor ini sehingga memberikan kontribusi terhadap peningkatan neraca perdagangan sektor non-migas. Disamping itu, terdapat kecenderungan yang searah antara kenaikan volume ekspor dengan kenaikan pangsa ekspor pada setiap komoditi di pasar dunia. b. Penghapusan pajak ekspor secara 100% memberikan dampak yang serupa dengan pengurangan pajak ekspor sebesar 50% tetapi respon yang di berikan oleh masing-masing komoditi lebih besar. Peng hapusan pajak ekspor merupakan insentif yang tepat untuk memacu ekspor komoditi agroindustri, sehingga penerimaan devisa dari sektor non-migas dapat ditingkatkan, dan pada sisi lain dapat pula mendorong tumbuhnya agroindustri di dalam negeri. c. Penghapusan tarif impor oleh negara-negara ASEAN, sesuai dengan kesepakatan AFTA, berdampak pada tunrnnya nilai total ekspor maupun impor agroindustri, yang berpengaruh pada tunrnnya nilai total ekspor
maupun impor non-migas. Karena turunnya nilai ekspor lebih besar 197 daripada nilai impor, maka surplus neraca perdagangan non-migas menjadi berkurang. d. Penghapusan tarif impor yang tidak terbatas untuk ASEAN tapi juga diterapkan untuk irnpor yang berasal dari negara-negara APEC, kecuali untuk komoditi beras dan gula, berdampak positip pada surplus neraca perdagangan. Menyiratkan bahwa Indonesia tidak hams menunggu sampai tahun 2020 untuk menerapkan liberalisasi perdagangan di lingkungan APEC karena pada dasamya penghapusan tarif impor semakin dini semakin baik dari sisi neraca perdagangan. Dampak perdagangan regional APEC pada kine ja agroindustri yang diteliti juga menunjukkan adanya perbedaan dibandingkan dengan penghapusan tarif impor eksklusif pada negara-negara ASEAN. Hal ini menunjukkan adanya hubungan perdagangan yang agak berbeda antara Indonesia dengan mitra dagangnya di luar ASEAN dengan di ASEAN. e. Depresiasi rupiah terhadap US dolar sebesar 20Y0, secara umum akan semakin mendorong meningkatnya volume ekspor komoditi agroindustri Indonesia, di sisi lain volume impor agroindustri juga semakin turn. Manfaat depresiasi sangat tergantung dari asal material komoditi yang bersang kutan. Bagi komoditi yang memili ki impor content rendah, depresiasi nilai tukar rupiah akan menurunkan harga komoditi datam dolar sehingga volume ekspor meningkat. Hasil simulasi menunjukkan depresiasi rneningkatkan total nilai ekspor agroindustri secara signifikan se hingga menaikkan neraca perdagangan non-migas. Namun, kebijakan
depresiasi haws dilakukan secara hati-hati mengingat masih banya knya kandungan impor yang terdapat pada industri non-agro. f. Skenario penunrnan pajak ekspor oleh negara eksportir lain sebesar 50% memberikan dampak yang berbeda terhadap total volume ekspor masingmasing komoditi agroindustri Indonesia. Kayu lapis mempakan komoditi yang mernperoleh kenaikan volume ekspor cukup signifikan, sementara kopi dan pakaian mengalami penurunan volume ekspor yang cukup berarti. Secara umum, penurunan pajak ekspor sebesar 50% oleh negara eksportir lain tidak menguntungkan Indonesia, baik nilai total ekspor maupun impor agroindustri mengalami penurunan. Karena penurunan ekspor agroindustri lebih tinggi daripada penunrnan impor agroindustri maka neraca perdagangan agroindustri menjadi negatif, menyebabkan neraca perdagangan non-migas negatif pula. Disamping itu, sebagian besar komoditi ekspor agroindustri mengalami penurunan share ekspor. g. Hasil simulasi keunggulan kornparatif kornoditi agroindustri Indonesia menghasil kan kesimpulan sebagai berikut. Penghapusan pajak ekspor memberikan respon yang berbeda pada beberapa komoditi. Indeks RCA kopi, karet alam, dan kayu lapis mengalami kenaikan sedikit; indeks RCA rninyak nabati, benang tekstil, pakaian, dan sepatu relatif tetap; sedangkan indeks RCA udang mengalami penurunan sedikit. Depresiasi nilai tukar mata uang rupiah terhadap US dolar sebesar 20% pada umumnya membuat indeks RCA naik secara signifikan, khususnya pada udang, kopi, karet alam, minyak nabati, dan benang tekstil. Satusatunya kornoditi yang tidak meningkat daya saingnya adalah sepatu, yang diduga karena kandungan impornya yang tinggi.
199 Penurunan pajak ekspor yang dilakukan oleh negara-negara eksportir lain (pesaing) sebesar 50% umumnya berdampak negati bagi indeks RCA Indonesia, khususnya untuk komoditi kopi dan benang tekstil; sedikit berpenganrh pada komoditi udang dan karet alam; namun relatif tidak berdampak pada komoditi minyak nabati, kayu lapis, pakaian, dan sepatu. Dari hasil analisis dapat diperkirakan bahwa penerapan kebijakan penghapusan pajak ekspor maupun depresiasi mata uang rupiah berdampak positip bagi peningkabn keunggulan komparatif beberapa komoditi ekspor agroindustri, yang diukur melalui indeks RCA. Sedangkan, penrbahan faktor eksternal seperti pengurangan pajak ekspor negaranegara pesaing berpotensi menurunkan daya saing relatif komoditi ekspor agroindustri Indonesia. 8.2 lmplikasi Kebijakan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disarikan beberapa implikasi kebijakan sebagai berikut. I. Meningkatnya nilai total ekspor dan membaiknya neraca perdagangan komoditi non-rnigas akibat penurunan atau penghapusan pajak ekspor oleh Indonesia menunjukkan bahwa penurunan atau penghapusan pajak ekspor merupakan suatu kebijakan yang tepat untuk mendorong pertumbuhan agroindustri di dalam negeri. 2. Penurunan tarif impor cenderung mengurangi biaya impor, sehingga meningkatkan neraca perdagangan Indonesia. Namun, pada sisi lain, peningkatan volume impor dapat pula menjadi ancaman bagi kelangsungan perkembangan industri domestik. Sehubungan dengan itu,
200 dalam menghadapi liberalisasi perdagangan upaya untuk mengembangkan agroindustri domestik perlu terus dilaksanakan agar dapat menghasilkan produk-produk substitusi impor yang dapat bersaing, khususnya di pasar domestik. Dampak kesepakatan AFTA, dengan asumsi semua bea masuk diterapkan no1 persen, berpenganrh negatip terhadap kinerja perdagangan non-migas meskipun kecil, yang disebabkan nilai total ekspor turun lebih besar daripada nilai total impor. Dalam rangka mengoptimalkan manfaat perdagangan bebas ASEAN berbagai ha1 pedu dipertimbangkan, antara lain peningkatan perluasan akses pasar dari yang sudah ada, peningkatan mutu produk termasu k kemasannya, serta peningkatan efisiensi biaya produksi. 4. Penghapusan tarif impor yang tidak terbatas untuk ASEAN tapi juga diterapkan untuk impor yang berasal dari negara-negara APEC, kecuali untuk komodit.! beras dan gula, berdampak positip pada nem perdagangan. Berdasarkan kenyataan di atas, penghapusan segera tanf impor tanpa hams menunggu sampai tahun 2020 akan sangat menguntungkan Indonesia. 5. Turunnya nilai total ekspor akibat penurunan pajak ekspor komoditi agroindustri oleh negara ekspottir lain menunjukkan adanya persaingan yang cukup tinggi yang harus diwaspadai agar komoditi Indonesia dapat selalu bersaing di pasar internasional. 6. Depresiasi nilai tukar mata uang rupiah merupakan suatu altematif akhir dalam meningkatkan kineja dan daya saing perdagangan intemasional agroindustri Indonesia.
8.3 Saran untuk Penelitian Lanjutan Penelitian ini masih memiliki kekurangan, untuk itu perlu dilakukan penelitian lanjutan yang dapat rnempelajan' lebih dalam dampak kebijakan perdagangan terhadap kineja sektor agroindustri Indonesia, dengan mengamati beberapa faktor lain yang belum dicakup dalam penelitian ini. Faktor-faktor tersebut antara lain: 1. Kesepakatan ke rjasama bilateral untuk beberapa komoditi tertentu, baik menyangkut tarif, kuota, ataupun restriksi non kepabeanan, dan 2. Suplai dan permintaan domestik.