BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I.1

Pendahuluan. Bab I. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih. Vileora Putri Christna 14.I1.0172

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM

I.1 Latar Belakang. (Sumber: Badan Pusat Statistik) Sumber : Annual Report PTPN VIII Tahun Tabel I. 1 Perkembangan Ekspor Teh di Indonesia

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

Bab I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun di luar negeri. Setiap perusahaan bersaing untuk menarik perhatian

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Tabel I.1 Volume Ekspor Teh Indonesia (Ditjenbun, 2014)

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM MENGGUNAKAN METODE CTC (Crushing, Tearing, Cutting) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG

PROSES PENGOLAHAN BIJI TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) afd. WONOSARI MALANG PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya

Jumlah Produksi Bubuk Teh (kg)

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan teh (Camellia sinensis) familia dari Theaceae, diperkirakan

KATA PENGANTAR. serta karunia-nya penulis telah dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang

III. METODOLOGI PENELITIAN

Gambar I. 1 Biaya penggunaan otomasi global (Credit Suisse,2012)

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

ANALISIS KINERJA MUTU TEH HITAM DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN BAH BUTONG

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah-daerah yang rendah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

1. Teh Hijau (Green Tea)

RINGKASAN EKSEKUTIF LINDA FEBRIYANTI. E. GUMBIRA-SA ID MARIMIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI

Gambar I. 1 Tingkat Penjualan dan Harga Teh Ke Luar Negeri (BPS, 2011)

IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG. Roswita Sela 14.I1.0174

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, salah satunya adalah PT Rumpun Sari Kemuning (PT RSK). Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. Teh yang diproduksi PT RSK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, KEBUN KERTAMANAH PANGALENGAN BANDUNG

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

EVALUASI TEKNIS DAN EKONOMIS PROSES PRODUKSI TEH HITAM CTC PTPN XII WONOSARI DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 4500 KG/HARI

I. PENDAHULUAN. perkembangan ini kreatif dan mandiri harus ditumbuhkan. merupakan minuman penyegar yang disenangi hampir seluruh penduduk di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identifikasi Kerusakan Buah Apel Fuji Sun Moon. Identifikasi kerusakan merupakan tahapan awal penanganan sortasi buah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

TEH BAHAN PENYEGAR. Jenis Teh. Jenis teh. Pucuk daun teh dan perkebunan teh 10/20/2011

BAB I PENDAHULUAN. kedua terbesar setelah padi, sehingga singkong mempunyai potensi. bebagai bahan baku maupun makanan ringan. Salah satunya dapat

PEMBAHASAN Sistem Petikan

DEVELOPMENT OF TEA FILLING FIXTURE AT PACKING WORKSTATION PT PERKEBUNAN NUSANTARA VIII KEBUN CIATER USING FRAMEWORK OF MECHANICAL DESIGN

Gambar 1. 1 Bagian Pucuk Daun Teh (Ghani, 2002)

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 4353

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak dikonsumsi di dunia setelah air, dengan konsumsi per

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan

PENANGANAN PASCA PANEN CABAI Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIAN

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

MODEL SIMULASI KINERJA PRODUKSI TEH UNTUK MINIMISASI WORK-IN-PROCESS

bakey, burnt, dan overfried yaitu suatu keadaan dimana air seduhan teh

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2835

MESIN PENGERING PADA PENGOLAHAN TEH HITAM ORTHODOX DI PT

II. TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting. Gudang produk merupakan tempat menyimpan produk, dan. pelanggan tepat pada waktu yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

I.1 Latar Belakang. Gambar I.1 Struktur Organisasi Departemen FSBP FSBP FLOUR SILO AND BULK FLOUR PACKING & BY PRODUCT PACKING

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH

TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PASCA PANEN BUNGA

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai

BAB I PENDAHULUAN. lama, maka kesalahan di dalam analisis dan perencanaan layout akan

DAFTAR DIAGRAM Diagram Judul Halaman 5.1. Penjadwalan Awal Produk Singlet Penjadwalan Awal Produk Baju Penjadwalan Awal Produk Jaket

BAB I PENDAHULUAN. meliputi pengaturan tataletak fasilitas produksi seperti mesin-mesin, bahan-bahan,

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PERANCANGAN USER REQUIREMENTS SPECIFICATION (URS) SISTEM OTOMATISASI PELAYUAN TEH HITAM ORTHODOKS DI PT XYZ

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

Penanganan Barang Tolakan pada Perusahaan XYZ di Lembang Jawa Barat

PENGOLAHAN BUAH LADA

III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Gambar I.1 Workstation aktual pengoperasian mesin CNC Router

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang PT XYZ adalah salah satu perusahaan Perkebunan Besar Negara (PBN) yang memproduksi teh hitam ortodoks di Indonesia. PT. XYZ melakukan proses produksi dari daun teh basah hingga menjadi teh hitam ortodoks seperti jenis BOP I, BOP, BOP F, PF, Dust, BP, PF II, Dust II, BP II, Dust III, Fann II, dan BM, namun pabrik PT XYZ tidak memproduksi semua jenis teh tersebut sekaligus, melainkan memproduksi sesuai permintaan konsumen atau pasar. Pabrik tersebut melakukan produksi selama 24 jam setiap selasa sampai minggu untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan pasar. Pengolahan teh hitam ortodoks di PT XYZ memiliki beberapa proses untuk menghasilkan produk teh jadi. Keseluruhan proses pengolahan teh hitam ortodoks digambarkan pada Gambar I.1. Pertama pemetikan pucuk teh yang dilakukan pada pagi hari guna menjaga kualitas teh dan mengoptimalkan jadwal produksi dalam sehari sehingga menghindari pembusukan atau kerusakan pucuk teh yang disebabkan oleh udara dan penumpukan. Bahan baku pucuk kemudian diangkut dan dialirkan ke proses pelayuan setelah melewati analisa dan pengujian. Proses pelayuan dilakukan hingga mencapai MC layu, setelah itu dialirkan lagi untuk dilakukan proses penggilingan di mesin penggilingan. Pucuk teh yang sudah layu dibawa ke mesin penggilingan dengan menggunakan monorail. Pada proses ini terdapat masalah dimana daun teh tercecer dari monorail ketika pengangkutan namun masih bisa diatasi dengan mengambil ceceran yang masih berbentuk daun ke bak pelayuan ataupun ke bak yang diangkut oleh monorail. Daun yang telah digiling menjadi serbuk teh basah akan dipisah menjadi beberapa bagian sesuai karakteristiknya untuk dibagi kedalam jenis-jenis bubuk teh basah. Bubuk teh basah yang telah dipisah akan melewati pemeriksaan suhu bubuk, agar bubuk teh tersebut diproses pada ruang oksidasi enzimatis untuk difermentasi. Bubuk teh kemudian dibawa dengan menggunakan troley yang memiliki rel untuk dikeringkan di ruang pengeringan. Setelah itu bubuk teh yang sudah kering diuji 1

apakah sudah mencapai MC Kering, jika sudah maka akan bawa ke ruang sortasi dengan menggunakan belt conveyor. Pengangkutan dan Penerimaan Bahan Baku Pucuk Analisis Petik dan Pucuk Pengujian MC Basah Pengujian Kontaminasi Analisis Petik min 55% dan Analisis Pucuk min 65%, Bebas Kontaminasi Pelayuan Pengujian MC Layu Pengujian Kerataan Layuan MC Layu 49-55% Pemeriksaan suhu bubuk Penggilingan Kelembaban 90-95% dan Suhu Ruangan 16-22 o C Green Dhool Tasting Pemeriksaan Suhu Bubuk Oksidasi Enzimatis Warna air Coloury dan liquor Strengh not bitter, Suhu air Oksidasi Enzimatis 24-28 o C Pengeringan Pengujian MC Kering Tea testing semi pengeringan MC Kering 2.0-3.5%; Tidak ada Cacat Dalam Rasa Sortasi Pengujian Densitas Tea Testing (Scoring) Densitas sesuai standar; Tidak Ada ada cacat dalam rasa; Kenampakan sesuai standar Pengujian MC Pengepakan Pengujian Densitas Tea Tasting (Scooring) Pemeriksaan ketinggian palet Pemeriksaan Kelengkapan Pemasaran Pengepakan Penyimpanan MC Pengepakan jenis ekspor maksimal 4.5%, lokal maksimal 6%; Densitas sesuai standar; Tidak ada cacat dalam rasa; Kenampakan sesuai standar; Pemeriksaan: SPA, TTP, PPT, BA Pengangkutan. Pengangkutan Gambar I. 1 Aliran proses pengolahan teh hitam ortodoks di PT. XYZ Proses sortasi adalah proses pemisahan bubuk teh kering ke dalam beberapa jenis bubuk teh dengan kelas/kualitas dan harga yang berbeda-beda setelah itu dilakukan pengujian densitas agar kemudian dapat dikemas. Proses pengemasan ini dilakukan dengan membawa bubuk dengan menggunakan drum yang dibawa 2

Up Up Up PENURUNAN PUCUK LAYU oleh trolley kemudian dikemas berdasarkan jenis dan kualitasnya kemudian dikemas. Setelah itu bubuk teh kering yang telah dikemas langsung dikirimkan ke pabrik konsumen untuk pengolahan lebih lanjut. Proses pengolahan mulai dari penerimaan bahan baku teh basah hingga pelayuan dilakukan pada lantai 3 pabrik PT XYZ, kemudian diluncurkan ke lantai 1 pabrik untuk dilanjutkan ke proses penggilingan hingga pengepakan. Tata letak pabrik beserta alur produksinya dapat dilihat pada Gambar I.2: RUANG PENYIMPANAN PRODUKSI RUANG PENYIMPANAN GENTONG KANTOR PABRIK LOBY PABRIK RUANG MAKAN 5. RUANG SORTASI 4. RUANG PENGERINGAN 3. RUANG FERMENTASI RUANG PENYIMPANAN PRODUKSI 6. RUANG PENGEPAKAN LOBBY KANTOR 2. RUANG GILING PENERIMAAN BAHAN BAKU PUCUK 1. RUANG PELAYUAN RUANG ANALISA Gambar I. 2 Layout Pabrik PT XYZ Keterangan: = Lantai 1 = Lantai 3 = Alur Produksi Pada proses pengolahan teh, proses sortasi merupakan salah satu proses terpenting dimana pada proses ini teh dipisah berdasarkan warna teh yang semakin hitam akan semakin baik, ukuran serbuk yang dibedakan sesuai permintaan pelanggan, serta densitas teh untuk nantinya dijual berdasarkan jenis atau kualitas bubuk teh yang berbeda sehingga proses ini adalah pemisahan satu jenis daun teh ke 3

Rasio beberapa jenis harga bubuk teh sesuai kualitasnya. Proses sortasi juga harus dilaksanakan sesegera mungkin dan proses pemisahan serat sebaiknya dilakukan pada saat bubuk teh masih dalam keadaan panas. Hasil bubuk dari setiap corong jenis ditampung pada wadah yang bersih dan secepatnya dikirim ke tempat proses selanjutnya, sehingga tidak terjadi penumpukan atau penundaan. Namun pada proses ini sering terjadi penumpukan ceceran bubuk teh yaitu ketika teh diproses dalam mesin vibrex, shifter, theewan, dan druck roll, serta ketika teh akan dimasukkan ke bak atau handling antar mesin. Penumpukan ceceran ini kemudian akan diperiksa oleh mandor, jika masih layak produksi maka akan dikembalikan ke alur proses namun jika ceceran sudah tidak layak produksi maka akan dibuang. Banyaknya ceceran yang tidak dilanjutkan ke proses berikutnya dari seluruh stasiun kerja merupakan salah satu penyebab dari material loss yang juga mengakibatkan adanya penurunan produksi. Banyaknya material loss teh didapat dari besarnya rasio teh basah hingga teh jadi. Rasio tersebut dapat dilihat pada Gambar I.3: 5.00 Rasio Berat Teh Basah - Berat Teh Jadi Tahun 2010-2014 4.00 3.00 2.00 Bulan Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Theoritical Standard Gambar I. 3 Rasio Berat Teh Basah - Berat Teh Jadi Tahun 2010-2014 ( PT XYZ, 2014) Pada Gambar I.3 terlihat bahwa selama tahun 2010 hingga tahun 2014 rasio berat teh basah dengan berat teh jadi lebih besar dari 3,5. Sesuai dengan deskripsi rasio 4

berat teh basah dengan berat teh jadi pada Tabel I.1. terlihat bahwa adanya gap yang menunjukkan terjadinya material loss teh selama produksi. Tabel I. 1 Deskripsi Rasio Berat Teh Basah-Berat Teh Jadi Rasio Deskripsi < 3,5 Terjadi kesalahan dalam pengeringan atau pelayuan (teh masih basah) = 3,5 Rasio pas (standar pabrik) > 3,5 Adanya gap yang menunjukkan terjadinya material loss / berkurangnya bubuk teh. Pengurangan jumlah berat ini disebabkan oleh adanya ceceran pada proses penggilingan, oksidasi enzimatis, pengeringan, sortasi, dan pengepakan sehingga perlu diadakan observasi mengenai berapa banyak ceceran teh yang ada di setiap proses pengolahan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi banyaknya material loss pada proses sortasi ini. Berdasarkan observasi langsung dan wawancara kepada user yaitu Kepala Pabrik PT XYZ, faktor-faktor tersebut adalah faktor manusia dan kerusakan mesin. Namun ada batasan sehingga mesin tidak dapat diperbaiki atau diganti untuk saat ini yaitu faktor down time dan mesin yang sudah dalam kondisi fixed layout. Sedangkan dari faktor manusia adalah kurangnya pengetahuan karyawan mengenai standar mutu dan kerugian perusahaan secara finansial apabila terjadi material loss. Observasi lebih lanjut dilakukan dengan mengukur masing-masing satu sampel berat ceceran teh dari masing-masing stasiun kerja untuk melihat stasiun kerja dengan ceceran yang menimbulkan masalah paling berpengaruh pada perusahaan. Hasil dari pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1.2: Tabel I. 2 Berat Ceceran pada Seluruh Ruangan Ruangan Jenis Ceceran Berat Ceceran per Jam (g) Ruang Penerimaan/Pelayuan Daun teh segar 6390 5

Tabel I. 3 Berat Ceceran pada Seluruh Ruangan (Lanjutan) Ruangan Jenis Ceceran Berat Ceceran per Jam (g) Ruang Giling Bubuk teh basah 5160 Ruang Pengeringan Bubuk teh kering 19920 Ruang Sortasi Bubuk teh kering yang telah dipisah berdasarkan 27460 spesifikasi bubuk Ruang Pengepakan Bubuk teh kering yang telah dipisah berdasarkan spesifikasi bubuk 3050 Ceceran yang paling banyak berdasarkan pengukuran pada masing-masing ruangan pada pengembangan ini adalah pada ruang sortasi, dimana pada proses ini terdapat 27460 g dengan jenis ceceran berupa bubuk teh kering yang telah dipisah berdasarkan spesifikasi bubuk. Masalah lain yang timbul dari jenis ceceran terbanyak adalah downgrade mutu bubuk yaitu perubahan mutu teh yang lebih tinggi menjadi rendah tanpa adanya perubahan bentuk bubuk yang diakibatkan oleh kesalahan klasifikasi bubuk teh. Kesalahan klasifikasi ini terjadi karena ceceran yang ada pada proses sortasi terdiri dari beberapa jenis bubuk teh dengan harga yang berbeda namun biasanya dikembalikan ke dalam bak dengan kualitas terburuk sehingga mempengaruhi harga jual. Ceceran pada proses sortasi ini adalah yang paling merugikan dari proses lainnya karena selain menimbulkan ceceran yang terbesar, juga berpengaruh pada harga jual apabila ceceran tersebut diproduksi lagi. Ada tiga tingkatan mutu dari bubuk teh yang dihasilkan pada proses sortasi mulai mutu yang paling baik hingga yang paling rendah. Berikut adalah penjelasan mutu dari jenis-jenis bubuk teh yang dihasilkan di PT XYZ: a. Mutu I, adalah tingkatan mutu yang paling baik, antara lain jenis Orange Peko (OP), Broken Orange Peko (BOP), Broken Orange Peko I Spesial (BOP I SP), Broken Orange Peko I (BOP I), Broken Tea (BT), Broken Peko (BP), Broken Peko Fanning (BP Fanning), Peko Fanning (PF), 6

Orange Peko Spesial (OPS), Broken Orange Peko Fanning (BOP F), dan Dust. b. Mutu II, adalah tingkatan mutu medium, antara lain jenis BP II, BT II, PF II, Dust II, Dust III, Broken Tea II AMG, Broken Peko II SMG, dan Fanning. c. Mutu III, adalah tingkatan mutu paling rendah, antara lain jenis Broken Mixed (BM) dan Pluff. Mengacu pada ketentuan teknis menyatakan bahwa bubuk teh yang telah terpisah tidak disatukan lagi karena akan mengakibatkan downgrade mutu bubuk teh dari tingkatan mutu yang paling baik dan tingkatan mutu medium ke tingkatan mutu yang paling rendah serta dapat memperlama proses sehingga warna teh menjadi merah. Penyebab dari adanya downgrade mutu pada ceceran bubuk teh di ruang sortasi digambarkan menggunakan cause and effect diagram pada Gambar I.4 : Penyampuran bubuk ceceran pada satu wadah Kurang pengetahuan mengenai dampak downgrade mutu Karyawan kurang disiplin Hanya satu wadah pada pengangkut ceceran Letak Mesin Downgrade mutu ceceran pada Proses Sortasi Gambar I. 4 Cause and Effect Diagram adanya downgrade mutu Berdasarkan cause and effect diagram pada Gambar I.4, dijelaskan bahwa perusahaan telah menggunakan bak pengangkut yang memiliki roda sebagai pengangkut ceceran yang juga digunakan sebagai material handling ke stasiun kerja berikutnya. Kekurangan dari pengangkut ceceran terdahulu adalah hanya terdapat satu wadah untuk menampung ceceran dan tidak adanya tempat untuk pengklasifikasian bubuk teh di dalam pengangkut sehingga menyebabkan tercampurnya ceceran yang awalnya telah di klasifikasikan menurut ukurannya. Maka perlu diadakan perbaikan langsung kepada pengangkut ceceran existing 7

sebagai alat bantu produksi pada proses sortasi. Bentuk dari pengangkut ceceran terdahulu dapat dilihat pada Gambar I.5: Gambar I. 5 Rancangan pengangkut ceceran existing Perbaikan pengangkut ceceran eksisting ini dibutuhkan agar tidak mengakibatkan material loss secara terus menerus dari segi bahan serta finansial. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor penyebab permasalahan yang memang tidak dapat diperbaiki lagi karena adanya keterbatasan. Sehingga permasalahan ini dapat diselesaikan dengan melakukan pengembangan dalam perbaikan pengangkut ceceran. Pengembangan ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Reverse Engineering and Redesign Methodology. Dengan perbaikan pada pengangkut ceceran ini akan membantu untuk memisahkan ceceran bubuk teh berdasarkan klasifikasi menurut ukuran bubuk teh. Rumusan Masalah Proses pengembangan ini dimulai dengan merumuskan masalah yang akan dipecahkan. Perumusan masalah dari pengembangan ini adalah bagaimana rancangan pengangkut ceceran pada proses sortasi agar dapat melakukan proses sortasi? Tujuan Pengembangan Tujuan dari pelaksanaan pengembangan ini adalah memberikan usulan rancangan pengangkut ceceran bubuk teh yang dapat melakukan proses sortasi. 8

Batasan Pengembangan Pengembangan ini memiliki batasan sehingga pengembangan akan berfokus pada tujuan pengembangan tanpa melewati batas yang ditentukan. Adapun batasanbatasan pengembangan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Keluaran dari pengembangan ini hanyalah berupa usulan rancangan. 2. Pengembangan ini hanya dilakukan sampai tahap model rancangan. 3. Pengembangan ini tidak mempertimbangkan aspek keergonomisan produk. 4. Pengembangan ini tidak melibatkan analisis detail desain produk. 5. Pengembangan ini tidak membahas analisis perhitungan biaya produksi. Manfaat Pengembangan Manfaat yang akan didapatkan selama pengembangan ini sebagai berikut: 1. Manfaat bagi penulis ialah mampu menerapkan ilmu pengetahuan mengenai perancangan produk yang nantinya diimplemetasikan dengan merancang alat bantu pengangkut ceceran bubuk teh serta proses produksi teh ortodoks. 2. Sebagai masukan bagi pabrik PT XYZ, Kabupaten Bandung untuk melakukan perbaikan rancangan pengangkut ceceran bubuk teh pada proses sortasi agar nantinya mengurangi material loss jumlah produksi dan mengatasi downgrade jenis teh yang berdampak pada kurangnya keuntungan perusahaan. 3. Sebagai referensi untuk mahasiswa, dosen, perusahaan teh lain, atau pihak lain yang ingin melakukan pengembangan dan riset mengenai perancangan produk. Sistematika Penulisan Pengembangan ini diuraikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Pada bab ini berisi uraian mengenai latar belakang pengembangan, perumusan masalah, tujuan pengembangan, batasan pengembangan, manfaat pengembangan, dan sistematika penulisan. 9

Bab II Bab III Bab IV Bab V Bab VI Tinjauan Pustaka Pada bab ini berisi literatur yang relevan dengan permasalahan yang diteliti dan dibahas pula hasil-hasil pengembangan terdahulu. Bagian kedua membahas hubungan antar konsep yang menjadi kajian pengembangan dan uraian kontribusi pengembangan. Metodologi Pengembangan Pada bab ini dijelaskan langkah-langkah pengembangan secara rinci meliputi: tahap merumuskan masalah pengembangan, merumuskan hipotesis, dan mengembangkan model pengembangan, mengidentifikasi dan melakukan operasionalisasi variabel pengembangan, menyusun kuesioner pengembangan, merancang pengumpulan dan pengolahan data, melakukan uji instrumen, merancang analisis pengolahan data. Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada bab ini menampilkan data-data yang dikumpulkan melalui proses observasi secara langsung dan juga data-data dati perusaaan dan peneliti sebelumnya. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah sesuai dengan metodologi penelitian. Analisis Pada bab ini dilakukan analisis terhadap hasil perbaikan rancangan konsep alat pengangkut ceceran bubuk teh yang ergonomis. Analisis ini mencakup perbandingan antara aktivitas penggunaan alat existing dan konsep rancangan alat yang ergonomis. Kesimpulan dan Saran Pada bab ini menjelaskan ringkasan mengenai hasil dan analisis pada bab-bab sebelumnya. Selain itu terdapat saran yang disampaikan bagi perusahaan dan penelitian selanjutnya. 10