BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lebih cepat meninggal karena kekurangan air dari pada kekurangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Uji Model Fisik Water Treatment Bentuk Pipa dengan Media Aerasi Baling-Baling

BAB I PENDAHULUAN % air. Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam cara, tergantung kondisi geografisnya. Sebagian

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

PENGOLAHAN AIR BERSIH. PENGOLAHAN UNTUK MENGURANGI KONSENTRASI ZAT Kandungan Fe, CO2 agresif, bakteri yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh manusia untuk keperluan sehari-harinya yang memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. yang memenuhi syarat kesehatan. Kualitas air dapat ditinjau dari segi fisika,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan komponen utama untuk kelangsungan hidup manusia

Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

-disiapkan Filter -disusun pada reaktor koagulasi (galon dan botol ukuran 1.5 Liter) -diambil 5 liter dengan gelas ukur

BAB III METODOLOGI A. Tahap Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. demikian, masyarakat akan memakai air yang kurang atau tidak bersih yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

INTISARI. Kata kunci: model filtrasi, pasir kuarsa, zeolit, arang batok

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Peningkatan Kualitas Air Bersih Desa Makamhaji Dengan Alat Penjernih Air

BAB I PENDAHULUAN. keperluaan air minum sangatlah sedikit. Dari total jumlah air yang ada, hanya

PRAKARYA. by F. Denie Wahana

INTISARI. Kata kunci : media filtrasi, pasir kuarsa, zeolit, arang batok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar. menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

NASKAH SEMINAR. ANALISIS MODEL FILTRASI BUATAN UNTUK MENGUBAH AIR SUNGAI MENJADI AIR BERSIH (Studi Kasus Sungai Bedog Gamping Kab.

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdapat di bumi dan sangat penting bagi kehidupan. Suatu molekul air terdiri atas

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH

NASKAH SEMINAR ¹ ANALISIS KUALITAS AIR DENGAN FILTRASI MENGGUNAKAN PASIR SILIKA SEBAGAI MEDIA FILTER (Dengan parameter kadar Fe, ph dam Kadar Lumpur)

BAB IV METODE PENELITIAN

UCAPAN TERIMA KASIH. Penulis

Available online Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air sangat diperlukan oleh tubuh manusia seperti halnya udara dan

DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dan semua makhluk hidup butuh air. Air merupakan material

Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memanfaatkan kembali air yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh manusia itu sendiri (Mulia, 2005). fungsi tersebut dengan sempurna. Konsumsi air rata-rata setiap orang adalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA

BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS Sistem Daur Ulang

LAPORAN AKHIR PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PEMBUATAN PENGOLAH AIR KOTOR MENJADI AIR BERSIH PADA DAERAH BANJIR DI DUSUN KALIDENGEN II TEMON KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Water Treatment Air sungai dan Sumur Bor menjadi Air Bersih Proses pengolahan air (water treatment system)

BAB I PENDAHULUAN. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air dan sekitar tiga perempat bagian tubuh

Terpadu Universitas Islam Indonesia. Namun dalam pemanfaatannya air tanah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Pengolahan Air Bersih dengan Saringan Pasir lambat Up Flow BAB IV PENGOLAHAN AIR BERSIH DENGAN SARINGAN PASIR LAMBAT UP FLOW

BAB I PENDAHULUAN. transportasi baik di sungai maupun di laut. Air juga dipergunakan untuk. meningkatkan kualitas hidup manusia (Arya W., 2001).

BAB I PENDAHULUAN. yang mau tidak mau menambah pengotoran atau pencemaran air (Sutrisno dan

Rahmat Puji Ermawan¹, Tri Budi Prayogo², Evi Nur Cahya²

BAB V ANALISIS PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Hasil Uji Lab BBTKLPP Yogyakrta. Hasil

Rekayasa. Edited by F. Denie Wahana, S.Kom SMP Negeri 1 Salatiga. Prakarya

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

PEMBANGUNAN IPAL & FASILITAS DAUR ULANG AIR GEDUNG GEOSTECH

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahan baku produk ataupun air konsumsi. Tujuan utama dari pengolahan air ini

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak yang melakukan penelitian mengenai analisis kualitas air dengan alat uji model filtrasi buatan diantaranya; Eka Wahyu Andriyanto, (2010) Uji Model Fisik Water Treatment Sederhana dengan Gravity Filtering dengan filtrasi pasir. Di sini penulis membahas tentang perbedaan dengan penelitian lain adalah dengan menggunakan alat Uji Water Treatment Gravity Filtering System dengan Filtrasi pasir, dengan sampel air sumur di Dusun Karang Poncosari, Srandakan, Bantul, Yogyakarta dan yang diteliti yaitu penurunan kadar Fe, kenaikan DO, ph dan menganalisis effisiensi penurunan Fe dan effisiensi DO. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah kualitas air tanah di dusun Karang, Poncosari, Srandakan, Bantul, Yogyakarta untuk parameter kadar Fe 1,25 mg/l setelah diolah menjadi 0,1 mg/l pada variasi ketinggian 60cm - 60cm. Nilai ph air asal 7,9 dan setelah mengalami pengolahan didapat nilai ph terendah sebesar 7,79. Nilai DO air asal sebesar 1,8 mg/l, setelah mengalami pengolahan nilai DO mengalami perubahan nilai sebesar 2,3 mg/l. Hubungan variasi ketinggian filtrasi pasir cepat dan ketinggian filtrasi pasirlambat dengan effisiensi kadar Fe mengalami penurunan sebesar 92% pada ketinggian pasir cepat 60cm dan filtrasi pasirlambat 60cm. Kadar DO effisiensi kenaikannya 27,8 % terjadi pada ketinggian 40cm 60 cm. Ini berarti alat uji gravity filtering system dengan filtrasi pasir dapat digunakan untuk pengolahan air tanah. M. Arga Zulfikar, (2014) Analisis Kualitas Air Menggunakan Model Fisik Water Treatment System Filtrasi dengan Kombinasi Karbon dan Zeolit sebagai bahan filtrasi. Di sini penulis membahas tentang perbedaan modifikasi bentuk alat uji Water Treatment dengan bentuk pipa yang dialirkan melewatkan 3 tabung yang berisi media filtrasi kombinasi pecahan genteng dan zeolite. Pengambilan 5

6 sampel uji dilakukan dengan variasi waktu air sampel belum masuk benda uji, 10 menit, 20 menit, 30 menit dan 40 menit setelah filtrasi. Keseluruhan sampel diambil dari air masjid Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Kesimpulan dari penelitian ini untuk parameter kadar Fe 0,4 0,6 mg/l setelah diolah menjadi 0,4 mg/l pada variasi ketinggian 60cm - 60cm. Nilai ph air asal 7,10-7,85 dan setelah mengalami pengolahan didapat nilai ph terendah sebesar 7,28. Nilai DO air asal sebesar 4,8-7,2 mg/l, setelah mengalami pengolahan nilai DO mengalami perubahan nilai sebesar 4,8 mg/l. B. Uji Model Fisik Water Treatment Sederhana Alat uji water treatment sederhana ini yaitu grafity filtering system dengan filtrasi pasir dengan harapan dapat menurunkan kadar pencemar dengan cara penyaringan menggunakan filtrasi pasir. Kemampuan pasir sangat baik untuk menurunkan kadar kekeruhan, apalagi semakin rapat dan semakin tinggi pasir yang digunakan. Untuk memenuhi standart perlu melewati tiga pengolahan yaitu secara fisika, biologi dan kimia. 1. Pengolahan Secara Fisika Pengolahan air secara fisika dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu : a. Filtrasi Filtrasi adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan melewatkannya pada medium penyaringan, atau septum, yang di atasnya padatan akan terendapkan. b. Pengendapan Pengendapan adalah proses membentuk endapan yaitu padatan yang dinyatakan tidak larut dalam air walaupun endapan tersebut sebenarnya mempunyai kelarutan sekecil apapun. c. Absorbsi Absorbsi merupakan peristiwa penyerapan bahan-bahan tertentu yang terlarut dalam air. 2. Pengolahan Secara Biologi Pengolahan air secara biologi dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu :

7 a. Pemanasan Pemanasan merupakan cara paling sederhana untuk membunuh bakteri. b. Penyinaran dengan sinar ultraviolet Penggunaan sinar ultraviolet merupakan cara modern membunuh bakteri. c. klorinasi Proses ini biasanya dilakukan dibak penampung air, seperti menambahkan bahan senyawa yang mengandung senyawa chlor, antara lain seperti gas chlor, senyawa kaporit dan senyawa sodium chlorite (NACIO 2 ). 3. Pengolahan Secara Kimia Pengolahanan secara kimia dapat dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu : a. Penambahan koagulasi Penambahan koagulasi bertujuan untuk mempercepat proses pengendapan partikel yang tidak dapat mengendap dalam air dengan metode koagulasi bahan kimia yang digunakan antara lain seperti tawas, kapur, dan juga kaporit. b. Proses aerasi Aerasi mempunyai pengertian tentang proses memasukan udara ke dalam air. Saluran yang utama adalah dengan memaksimalkan luas dan permukaan air ke udara. Dengan perpindahan efisiensi terbesar dari sesuatu medium ke lainnya, hal ini sangat esensial agar dapat berlangsung percampuran air dan udara Walker (1978) dalam Nurfathin (2008). C. Variasi Ketinggian filtrasi Pasir cepat dan Pasir Lambat Saringan Pasir Cepat (SPC) merupakan saringan air yang dapat menghasilkan debit air hasil penyaringan yang lebih banyak. Walaupun demikian saringan ini kurang efektif untuk mengatasi bau dan rasa yang ada pada air yang disaring. Selain itu karena debit air yang cepat, lapisan bakteri yang berguna untuk menghilangkan patogen tidak akan terbentuk sebaik apa yang terjadi di saringan pasi lambat. Sehingga akan membutuhkan proses disinfeksi kuman yang

8 lebih intensif. Sedangkan Saringan Pasir Lambat (SPL) dapat digunakan untuk menyaring air keruh ataupun air kotor. Perbedaan antara sistem Saringan Pasir Lambat (SPL) dan Saringan Pasir Cepat (SPC) adalah lokasi air masuk dan keluar. Jika SPL air masuk dari atas yaitu pasir halus, lalu turun ke bawah menuju pipa yang lokasinya sejajar dengan media penyaring kerikil. Sementara SPC air masuk dari pipa bawah atau yang sejajar dengan kerikil, lalu air menuju pasir halus teratas dan keluar dari sana. Jadi, flow air SPL dari atas ke bawah, sedangkan flow air SPC dari bawah ke atas. Adapun penjelasan tentang pengertian tersebut: 1. Saringan Pasir Cepat Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat, terdiri atas lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Tetapi arah penyaringan air terbalik bila dibandingkan dengan Saringan Pasir Lambat (SPL), yakni dari bawah ke atas (up flow). Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan kerikil terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan pasir. Kelebihan Saringan Pasir Cepat (SPC) adalah dapat menghasilkan debit air hasil penyaringan yang lebih banyak dari pada Saringan Pasir Lambat (SPL), selain itu pada Saringan Pasir Cepat (SPC) umumnya dapat melakukan backwash atau pencucian saringan tanpa harus membongkar keseluruhan saringan. Kekurangan Saringan Pasir Cepat (SPC) adalah kurang efektif untuk mengatasi bau dan rasa yang ada air yang disaring. Selain itu karena debit air yang cepat, lapisan bakteri yang berguna untuk menghilangkan pathogen tidak akan terbentuk sebaik apa yang terjadi pada Saringan Pasir Lambat (SPL). Sehingga akan membutuhkan proses disinfeksi kuman yang lebih intensif. Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat, terdiri atas lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Tetapi arah penyaringan air terbalik bila dibandingkan dengan Saringan Pasir Lambat (SPL), yakni dari bawah ke atas (up flow). Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan kerikil terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan pasir.

9 2. Saringan Pasir Lambat Saringan Pasir Lambat (SPL) atau Slow Sand Filter (SSF) sudah lama dikenal di Eropa sejak awal tahun 1800. Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih, Saringan Pasir Lambat (SPL) dapat digunakan untuk menyaring air keruh ataupun air kotor. Saringan Pasir Lambat (SPL) sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih pada komunitas skala kecil atau skala rumah tangga. Sistem saringan pasir lambat merupakan teknologi pengolahan air yang sangat sederhana dengan hasil air bersih dengan kualitas yang baik. Sistem saringan pasir lambat ini mempunyai keunggulan antara lain tidak memerlukan bahan kimia (koagulan) yang mana bahan kimia ini merupakan kendala sering dialami pada proses pengolahan air di daerah pedesaan. Di dalam sistem pengolahan ini proses pengolahan yang utama adalah penyaringan dengan media pasir dengan kecepatan penyaringan 5-10 m 3 /m 2 /hari. Air baku dialirkan ke tangki penerima, kemudian dialirkan ke bak pengendap tanpa memakai zat kimia untuk mengedapkan kotoran yang ada dalam air baku. selanjutnya di saring dengan saringan pasir lambat. Setelah disaring dilakukan proses klorinasi dan selanjutnya ditampung di bak penampung air bersih, seterusnya di alirkan ke konsumen. Jika air baku dialirkan ke saringan pasir lambat, maka kotoran-kotoran yang ada di dalamnya akan tertahan pada media pasir. Oleh karena adanya akumulasi kotoran baik dari zat organik maupun zat anorganik pada media filternya akan terbentuk lapisan (film) biologis. Dengan terbentuknya lapisan ini maka di samping proses penyaringan secara fisika dapat juga menghilangkan kotoran (impuritis) secara bio-kimia. Biasanya ammonia dengan konsetrasi yang rendah, zat besi, mangan dan zat-zat yang menimbulkan bau dapat dihilangkan dengan cara ini. Hasil dengan cara pengolahan ini mempunyai kualitas yang baik. Cara ini sangat sesuai untuk pengolahan yang air bakunya mempunyai kekeruhan yang rendah dan relatif tetap. Biaya operasi rendah karena proses pengendapan biasanya tanpa bahan kimia. Tetapi jika kekeruhan air baku cukup tinggi, pengendapan dapat juga memakai baghan kimia (koagulan) agar beban filter tidak terlalu berat. Hal ini tidak lain karena debit air bersih yang

10 dihasilkan oleh SPL relatif kecil. Proses penyaringan pada Saringan Pasir Lambat (SPL) dilakukan secara fisika dan biologi. Secara Fisika, partikelpartikel yang ada dalam sumber air yang keruh atau kotor akan tertahan oleh lapisan pasir yang ada pada saringan. Secara biologi, pada saringan akan terbentuk sebuah lapisan bakteri. Bakteri-bakteri dari genus Pseudomonas dan Trichoderma akan tumbuh dan berkembang biak membentuk sebuah lapisan khusus. Pada saat proses filtrasi dengan debit air lambat (100-200 liter/jam/m 2 ) luas permukaan saringan), patogen yang tertahan oleh saringan akan dimusnahkan oleh bakteri-bakteri tersebut. Untuk perawatan saringan pasir lambat, secara berkala pasir dan kerikil harus selalu dibersihkan. Hal ini untuk menjaga agar kuantitas dan kualitas air bersih yang dihasilkan selalu terjaga dan yang terpenting adalah tidak terjadi penumpukan patogen atau kuman pada saringan. Untuk mendapatkan hasil air bersih yang lebih maksimal baik kualitas maupun kuantitasnya, anda dapat menggabungkan atau mengkombinasikan saringan pasir lambat ini dengan berbagai jenis metode penyaringan air sederhana lainnya. Adapun untuk disinfeksi atau penghilangan kuman yang terkandung dalam air dapat menggunakan menggunakan berbagai cara seperti khlorinasi, brominasi, ozonisasi, penyinaran ultraviolet ataupun menggunakan aktif karbon. Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, sebaiknya air hasil penyaringan dimasak terlebih dahulu hingga mendidih sebelum dikonsumsi atau anda mungkin dapat menggunakan cara disinfeksi atau menghilangkan kuman pada air secara sederhana lainnya. D. Sungai Sebagai Sumber Air Bersih Sumber Air bersih adalah sumber air yang akan digunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari. Sumber air bersih masyarakat biasanya berasal dari sumber air permukaan. Yang termasuk kedalam air permukaan diantaranya adalah air sungai, air tanah, air danau dan jenis air lain yang pada dasarnya berada di permukaan. Air sungai biasanya digunakan sebagai sumber air bersih oleh sebagian masyarakat. Terutama mayarakat yang tinggal di daerah sekitar hulu sungai. Masyarakat menggunakan air sungai untuk kebutuhan mandi, mencuci

11 dan juga memasak. Namun karena polusi dari limbah, baik dari limbah industri maupun dari limbah rumah tangga, kini kualitas air di sebagian wilayah di Indonesia, terutama di daerah perkotaan mengalami penurunan kualitas, hingga sampai sumber air tersebut tidak dapat lagi di gunakan sebagai sumber air bersih karena kualitasnya sudah tidak memenuhi standar kualitas air bersih yang layak digunakan. Seperti halnya, kebutuhan air bersih warga Yogyakarta dan sebagian warga Bantul dan Sleman yang dilewati Sungai Code masih jauh dari kata cukup. Kebutuhan air di bantaran Sungai Code semakin banyak seiring perkembangan wilayah yang ditandai dengan banyaknya bangunan besar seperti hotel, apartemen atau pusat perbelanjaan. Untuk itu perlu adanya terobosan untuk mencari sumber air bersih, salah satunya adalah dengan pengoptimalan penggunaan air sungai, karena kapasitas volume air sungai lebih banyak dan mampu mencukupi kebutuhan air bersih warga. Namun karena banyaknya air sungai yang tercemar di Yogyakarta, maka diperlukan pengolahan sederhana terlebih dahulu sebelum digunakan. Pengolahan yang bisa digunakan dalam pengoptimalan air sungai salah satunya menggunakan filtrasi dengan media berupa pasir kuarsa, zeolit dan arang batok.