OLEH DODI EKAPRASETYA A

dokumen-dokumen yang mirip
OLEH DODI EKAPRASETYA A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA.1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia atau SDM adalah salah satu faktor yang sangat

merasa dirinya penting (sense of importance) Kebutuhan akan kemajuan dan tidak gagal (sense of achievement) 4) Esteem or status needs

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae).

BAB I PENDAHULUAN. efesien dan tangguh serta dapat menunjang sektor industri. Kemudian sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan

B A B I P E N D A H U L U A N

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

BAB I PENDAHULUAN. Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal

PENGUKURAN DAN ANALISA PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) DI PTPN IV UNIT USAHA SAWIT LANGKAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STRATEGI PENANGGULANGAN DAMPAK KEBERADAAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN KAMPAR

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik pada masyarakat di masa mendatang. Pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

Riset Per iila il k O u rgan isas

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

Kebutuhan manusia sebagai sumber motivasi MOTIVASI KERJA. Disusun oleh: Ida Yustina

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memelihara perilaku manusia. Motivasi ini merupakan subyek yang penting bagi

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI PEGAWAI PADA DINAS PERTAMBANGAN PEMDA KABUPATEN BOGOR

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan faktor-faktor produksi yang terdiri dari sumber daya alam, sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Pengertian Motivasi

BAB I PENDAHULUAN. tujuan. Aktivitas suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai tempat. penyimpanan dana, membantu pembiayaan dalam bentuk kredit, serta

BAB II PROFIL PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) KEBUN SAWIT LANGKAT

ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN (Studi Kasus di PT. Arnott s Indonesia) BADAI F

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : EBRINEDY HALOHO A

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian yang dilakukan oleh Agusafitri (2006) dengan judul Peranan

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang aman dan nyaman serta karyawan yang sehat dapat mendorong

Volume VII Nomor 1, Februari 2017 ISSN: Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. untuk melakukan atau bertindak sesuatu. Keberadaan pegawai tentunya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Veithzal Rivai (2004:309) mendefinisikan penilaian kinerja

I. PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan potensi yang terkandung dalam diri

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di

Motivasi penting dikarenakan :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor terbesar yang mendorong

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kebutuhan akan minyak nabati dalam negeri. Kontribusi ekspor di sektor ini pada

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. terbaik yang dapat membantu para manajer dalam mengelola organisasi perusahaan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdiri dari berbagai macam individu yang berasal dari berbagai status yang

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SISTEM KEMITRAAN USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

BAB 1 PENDAHULUAN. negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi ke-5

PENDAHULUAN. untuk bisa menghasilkan kontribusi yang optimal. Indonesia, khususnya pengembangan agroindustri.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini globalisasi sedang terjadi di berbagai bidang, hal ini sudah pasti

Transkripsi:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN PABRIK KELAPA SAWIT ( Studi Kasus : Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT Milano Aek Batu Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara ) OLEH DODI EKAPRASETYA A.14102521 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Surat Alam Nasyrah QS 94 : 6-8) Karya kecil ini kupersembahkan untuk orang-orang yang kucintai Mama, Papa, Bang Ugah, Kak dewi, Adikku Uci dan diki

RINGKASAN DODI EKAPRASETYA. Analisis Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Kerja Karyawan Pabrik Kelapa Sawit. Studi Kasus : Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT Milano Aek Batu Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara. (Di bawah bimbingan TB SJAFRI MANGKUPRAWIRA). Perkebunan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang berpotensi dan digali oleh pemerintah dalam upaya menegakkan perekonomian rakyat dan pembangunan ekonomi Indonesia. Salah satu usaha perkebunan yaitu perkebunan kelapa sawit yang mempunyai prospek cerah dengan beberapa faktor pendukung seperti jumlah investasi yang diperlukan tidak terlalu besar, biaya produksi relatif rendah dibandingkan dengan komoditi perkebunan lain serta harga jual komoditi relatif tinggi dan stabil. Subsektor perkebunan menyerap 17,1 juta tenaga kerja pekebun atau 18,03 persen dari angkatan kerja. Tanaman kelapa sawit ini menghasilkan Tandan Buah Segar (TBS) yang setelah diolah menghasilkan Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO). Produksi CPO memiliki kaitan erat dengan luas areal perkebunan yang produktif, disamping itu juga ada faktor lain yang mempengaruhi seperti kondisi tanah ataupun iklimnya. Sementara itu rata-rata produksi per hektar perkebunan kelapa sawit di Indonesia berbeda-beda sesuai dengan pola pengusahaannya atau pola pengelolaannya. Manajemen perkebunan khususnya manajemen perkebunan kelapa sawit memiliki tujuan tertentu yang telah ditetapkan dalam program jangka panjang maupun jangka pendeknya. Aspek sumber daya manusia memegang peran penting karena berfungsi sebagai penentu seberapa jauh sumber daya yang lainnya dapat dimanfaatkan dengan baik. Perusahaan Perkebunan tidak hanya mengharapkan sumber daya yang dimilikinya cakap dan terampil, tetapi juga dapat bekerja dengan giat dan mampu mencapai hasil serta target yang telah ditentukan oleh perusahaan. Upaya peningkatan kualitas dan produktivitas sumberdaya manusia terdapat banyak aspek yang perlu dikaji, salah satunya adalah pengembangan sumberdaya manusia. Salah satu manfaat pelatihan dan pengembangan sumberdaya manusia adalah terjadinya internalisasi dan operasional faktor-faktor

motivasional serta dapat meningkatkan kepuasan kerja. Pelatihan dimaksudkan untuk membantu meningkatkan kemampuan para pegawai melaksanakan tugas sekarang sedangkan pengembangan lebih berorientasi pada peningkatan produktivitas kerja para pekerja di masa depan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, hasil kuesioner, serta hasil wawancara dengan pihak perusahaan dan data sekunder diperoleh dari data yang dimiliki perusahaan, bahan pustaka serta literatur dari perusahaan, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Analisa statistik yang digunakan adalah koefisien korelasi Rank Spearman untuk mengetahui hubungan faktor internal dan faktor eksternal terhadap motivasi kerja karyawan bagian proses dan karyawan bagian non proses serta seluruh karyawan dalam faktor eksternal sedangkan untuk mengidentifikasi lingkungan kerja perusahaan menurut karakteristik responden dan tingkat motivasi kerja karyawan dianalisis secara deskriptif dan diberikan skor. Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja karyawan meliputi faktor internal yaitu; usia, tingkat pendidikan, masa kerja, dan jumlah tanggungan keluarga. Sedangkan faktor eksternal yaitu ; Hubungan atasan dan bawahan, hubungan sesama rekan kerja, peraturan dan kebijakan perusahaan, kondisi kerja, kompensasi serta pengakuan dan penghargaan. Berdasarkan hasil uji korelasi variabel faktor internal yang mempunyai hubungan dengan tingkat motivasi kerja karyawan bagian proses adalah variabel usia. Sedangkan pada karyawan bagian non proses, variabel masa kerja dan variabel jumlah tanggungan keluarga memiliki hubungan yang nyata terhadap tingkat motivasi kerja karyawan. Berdasarkan hasil tersebut, upaya peningkatan motivasi kerja karyawan hendaknya perusahaan memperhatikan faktor internal terutama usia, masa kerja, dan jumlah tanggungan keluarga untuk karyawan bagian non proses. Faktor eksternal yang memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat motivasi kerja karyawan bagian proses berturut -turut berdasarkan hasil uji korelasi rank Spearman adalah variabel kompensasi dan variabel hubungan atasan dan bawahan. Pada karyawan bagian non proses, urutan variabel yang paling

berhubungan dengan tingkat motivasi kerja karyawan adalah variabel kompensasi, variabel peraturan dan kebijakan perusahaan, variabel kondisi kerja, dan variabel hubungan sesama rekan kerja. Secara keseluruhan karyawan, variabel hubungan sesama rekan kerja memiliki nilai korelasi tertinggi dibandingkan dengan variabel kompensasi terhadap tingkat motivasi kerja karyawan. Berdasarkan hasil tersebut, Pihak perusahaan hendaknya memperbaiki pelaksanaan sistem kompensasi untuk seluruh bagian serta peraturan dan kebijakan perusahaan terhadap kesejahteraan karyawan bagian non proses. Kondisi kerja yang baik dan hubungan sesama rekan kerja dapat juga menjadi prioritas bagi perusahaan agar ditingkatkan khusus pada karyawan bagian non proses. Apabila kondisi tersebut dibiarkan dikhawatirkan akan menghambat kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan sebaiknya tetap menjaga hubungan baik antara atasan dan bawahan serta pengakuan dan penghargaan terhada p karyawan yang berprestasi.

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Fakor-faktor Sumber Motivasi Kerja Karyawan Pabrik Kelapa Sawit (studi kasus) di Pabrik Kelapa sawit PT Milano Aek Batu Kabupaten Labuhan Batu Propinsi Sumatera Utara sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis Sadar bahwa dalam menyelesaikan pendidikan dibutuhkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kesih kepada: 1. Mamah dan bapak yang tak henti hentinya memberikan dukungan do a dan materi, setra kasih sayang yang tidak mungkin terbalas. Serta seluruh keluarga, terima kasih atas dukungan yang diberikan selama ini. 2. Prof. Dr. Ir. Tb. Sjafri Mangkuprawira selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, menuntun, mengarahkan, dan membimbing penulis dengan sabar sejak awal hingga selesainya penulisan skripsi ini. 3. Ir. Yayah K Wagiono, MSc selaku dosen evaluator kolokium yang telah memberikan koreksi, masukan, dan saran bagi penulis. 4. Ir. Netti Tinaprilla, MMA selaku dosen layak uji sidang dan dosen penguji utama pada ujian sidang yang telah memberikan masukan demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini. 5. Ir. Nindyantoro, MSi sebagai dosen penguji komdik yang memberikan arahan dan masukan dalam penulisan skripsi.

6. K. Peranginangin sebagai Mill Manager dan Bapak Saragih di bagian Operasional yang juga sebagai pembimbing lapang penulis serta seluruh karyawan PKS PT. Milano Aek Batu Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara. 7. Maidasari dan teman-teman Blue Corner atas semangat dan ketulusannya. 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasil tulisan ini jauh dari kesempurnaan, dan masih banyak kekurangan, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Bogor, Januari 2006 Penulis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii Halaman DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 7 1.3. Tujuan Penelitian... 10 1.4. Kegunaan Penelitian... 10 1.5. Ruang Lingkup Penelitian... 10 II. TINJAUAN PUSTAKA... 12 2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis... 12 2.1.1. Pengolahan Tandan Kelapa Sawit... 12 2.1.2. Konsep Sumber Daya Manusia... 13 2.1.3. Motivasi Kerja... 15 2.1.4. Teori-Teori Motivasi... 18 2.2. Hasil Penelitian Terdahulu... 25 III. KERANGKA PEMIKIRAN... 27 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual... 27 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional... 29 3.3. Perumusan Hipotesis... 31 3.4. Definisi Operasional... 31 IV. METODE PENELITIAN... 36 4.1. Lokasi da n Waktu Penelitian... 36 4.2. Pengumpulan Data... 36 4.3. Jenis dan Sumber Data... 36 4.4. Teknik Pengambilan Contoh... 37

4.5. Pengolahan dan Analisa Data... 39 4.5.1. Uji Validitas Kuesioner... 39 4.5.2. Uji Reliabilitas Kuesioner... 41 4.5.3. Analisis Deskriptif... 42 4.5.4. Uji Korelasi rank Spearman... 42 V. LINGKUNGAN KERJA PERUSAHAAN... 44 5.1. Sejarah Umum Perusahaan... 44 5.2. PT Milano PKS Aek Batu... 45 5.3. Tenaga Kerja... 46 5.4. Struktur Organisasi... 46 5.5. Proses Produksi Minyak Kelapa Sawit... 50 5.6. Keadaan dan Karakteristik Karyawan... 56 5.7. Peraturan Perusahaan Mengenai Ketenagakerjaan... 58 5.7.1. Promosi Karyawan... 58 5.7.2. Hari dan Waktu Kerja... 58 5.7.3. Pengupahan, Insentif dan Tunjangan... 60 5.7.4 Jaminan Sosial dan Kesejahteraan... 61 5.7.5. Cuti dan Izin Khusus... 62 5.8. Fasilitas Perusahaan... 64 VI. FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL MOTIVASI KERJA KARYAWAN... 66 6.1 Karakteristik Responden... 66 6.1.1. Jenis Kelamin... 66 6.1.2. Usia... 67 6.1.3. Tingkat Pendidikan... 67 6.1.4. Masa Kerja... 68 6.1.5. Jumlah Tanggungan Keluarga... 69 6.2. Analisis Motivasi Kerja Karyawan... 70 6.3. Analisis Faktor -Faktor Eksternal yang Berhubungan dengan Motivasi Kerja Karyawan... 74 6.3.1. Variabel Hubungan Atasan dan Bawahan... 74 6.3.2. Variabe l Hubungan Sesama Rekan Kerja... 80

6. 3.3. Variabel Peraturan dan Kebijakan Perusahaan... 84 6.3.4. Variabel Kondisi Kerja... 90 6.3.5. Variabel Kompensasi... 93 6.3.6. Variabel Pengakuan dan Penghargaan... 98 VII...FAKTO R-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN... 101 7.1. Hubungan antara Faktor-Faktor Internal dengan Motivasi Kerja Karyawan... 102 7.1.1. Karyawan Bagian Proses... 102 7.1.2. Karyawan Bagian Non Proses... 104 7.2. Hubungan antara Faktor-Faktor Eksternal dengan Motivasi Kerja Karyawan... 105 7.2.1. Karya wan Bagian Proses... 106 7.2.2. Karyawan Bagian Non Proses... 107 7.2.3. Seluruh Karyawan... 110 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN... 113 8.1. Kesimpulan... 113 8.2. Saran... 114 DAFTAR PUSTAKA... 115

DAFTAR TABEL Nomor Hal Teks

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan merupakan salah satu potensi sub sektor pertania n yang berharga dan digali oleh pemerintah dalam upaya menegakkan perekonomian rakyat dan pembangunan ekonomi Indonesia. Pada masa krisis sekarang ini sektor perkebunan dapat menjadi lokomotif pembangunan nasional karena dengan dukungan sumberdaya yang besar, berorientasi pada ekspor dan komponen impor yang kecil akan dapat menyumbangkan devisa non-migas dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini terlihat dengan kontribusinya terhadap pendapatan nasional Indonesia yang mampu menyumbangkan Rp 30.215 miliar atau sebesar 11,45 % dari total pendapatan nasional Indonesia (BPS, 2002). Secara umum tanaman perkebunan yang menjadi mandat Puslitbang Perkebunan, mempunyai peranan yang besar, terutama berkontribusi dalam penyediaan lapangan kerja, ekspor dan sumber pertumbuhan ekonomi. Subsektor perkebunan menyerap 17,1 juta tenaga kerja pekebun atau 18,03 persen dari angkatan kerja. Pengalaman selama krisis ekonomi tanaman industri bersama dengan tanaman perkebunan lainnya membuktikaan ketangguhannya, hal tersebut ditunjukkan oleh pertumbuhan positip (3,1 %), dibandingkan dengan sektor lain yang mengalami pertumbuhan negatif. 1 Melihat luas wilayah dan potensi lahannya di Indonesia sebenarnya perkebunan kelapa sawit memiliki peluang cukup besar untuk menguasai pasar 1 http://rudyct.tripod.com/sem1_023/mamat_hs.htm Analisis Efisiensi Penelitian dan Dampaknya Terhadap Ekonomi Nasional Studi Kasus pada Tanaman Perkebunan. December, 2002

kelapa sawit dunia dan hingga saat ini Indonesia terus berusaha mengembangkan perkebunan baru. Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia menunjukkan kecenderungan terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini dengan laju pertumbuhan rata-rata sekitar 10,9 persen per tahun (CIC, 2001). Pengembangan usaha perkebunan kelapa sawit ini dikenal dengan tiga bentuk utama usaha perkebunan, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Swasta (PBS), dan Perkebunan Besar Negara. Walaupun dihadapkan kepada berbagai hambatan, sejak Pelita I sampai sekarang upaya perluasan areal dan peningkatan produksi kelapa sawit di Indonesia tetap berlangsung dengan laju yang cepat (Mangoensoekarjo, 2003). Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Bina produksi Perkebunan yang dapat dilihat pada Tabel 1, peranan perkebunan kelapa sawit swasta selama ini memang cenderung terus meningkat bahkan telah mampu menjadi motor penggerak pembangunan dan pengembangan perkebunan kelapa sawit nasional, dan secara kuantitatif justru telah mendominasi sektor ini dengan luas areal sampai tahun 2003 mencapai 2 765 504 ha dan produksi minyak sawit sebesar 4 627 744 ton. Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kelapa Sawit Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan Tahun 1993 2003 Tahun Luas Areal (ha) Produksi (ton) Minyak Sawit PR PBN PBS Jumlah PR PBN PBS Jumlah 1993 502.332 380.746 730.109 1.613.187 582.021 1.469.156 1.370.272 3.421.449 1994 572.544 386.309 845.296 1.804.149 839.334 1.571.501 1.597.227 4.008.062 1995 658.536 404.732 961.718 2.024.986 1.001.443 1.613.848 1.864.379 4.479.670 1996 738.887 426.804 1.083.823 2.249.514 1.133.547 1.706.852 2.058.259 4.898.658 1997 813.175 448.735 1.254.169 2.516.079 1.292.829 1.800.252 2.287.366 5.380.447 1998 890.506 489.143 1.409.134 2.788.783 1.384.163 1.857.089 2.434.902 5.640.154 1999 972.395 494.143 1.508.582 2.975.120 1.441.319 1.995.122 2.552.742 5.989.183 2000 1.052.796 501.143 1.620.787 3.174.726 1.503.395 2.056.519 2.657.511 6.217.425 2001 1.561.031 609.947 2.542.457 4.713.435 2.798.032 1.519.289 4.079.151 8.396.472 2002 1.808.424 631.566 2.627.068 5.067.058 3.426.740 1.607.734 4.587.871 9.622.345

2003 1.827.844 645.823 2.765.504 5.239.171 3.645.942 1.543.528 4.627.744 9.817.214 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2004 Perkembangan perkebunan kelapa sawit yang relatif cepat juga ikut mendorong semakin tingginya produksi dan luas areal kebun kelapa sawit di seluruh Indonesia baik yang dikelola perusahaan negara, swasta maupun rakyat. Namun perkembangan tersebut perlu diperhatikan mengingat pertumbuhan luas itu tidak sebanding dengan penambahan jumlah pabrik pengolahnya. Peningkatan luas areal yang berdampak pada peningkatan produksi tandan buah segar (TBS) tanpa diimbangi pendirian pabrik pengolah jelas tidak akan membantu usaha pengembangan agroindustri kelapa sawit. Bahkan tidak tertutup kemungkinan menimbulkan berbagai masalah di kemudian hari. Sebagai catatan, untuk mendirikan sebuah pabrik dengan kapasitas olah 30 ton per jam diperlukan lahan seluas 6.000 ha. Berarti, dengan luas lahan hampir mencapai 2,6 juta ha seperti saat ini, paling tidak diperlukan 430 pabrik. 2 Pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu faktor menentukan keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit hasil utama yang dapat diperole h ialah minyak sawit mentah / CPO (Crude Palm Oil), minyak inti sawit / PKO (Palm Kernel Oil), serabut, cangkang, dan tandan kosong sawit. Produksi CPO memiliki kaitan erat dengan luas areal perkebunan yang produktif, disamping itu juga ada faktor lain yang mempengaruhi seperti kondisi tanah ataupun iklimnya. Sementara itu rata-rata produksi per hektar perkebunan kelapa sawit di Indonesia berbeda-beda sesuai dengan pola pengusahaannya atau pola pengelolaannya (Lubis,1994). 2 http://www.suarapembaruan.com/news/2003/02/14/editor/edi03.htm

Produktivitas minyak sawit PBS antara 1.604 1.889 kg/ha, PBN antara 2.390 4.103 kg/ha, dan PR berkisar antara 1.158 1.994 kg/ha. Berdasarkan hal tersebut maka rata -rata produktivitas minyak sawit dari ketiga perkebunan berkisar 1.781 2.221 kg/ha. Perkembangan produktivitas minyak sawit dan minyak inti sawit di Indonesia menurut pengusahaan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Produktivitas Minyak Sawit (CPO) di Indonesia Menurut Pengusahaan Tahun 1993 2003 Tahun 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Produktivitas Minyak Sawit/Palm Oil (ton/ha) PR PBN PBS Total 1.16 3.86 1.87 2.12 1.46 4.07 1.88 2.22 1.52 3.98 1.93 2.21 1.53 3.99 1.89 2.17 1.59 4.01 1.82 2.13 1.55 3.79 1.72 2.02 1.48 4.03 1.69 2.01 1.43 4.10 1.63 1.95 1.79 2.49 1.60 1.78 1.89 2.54 1.74 1.89 1.99 2.39 1.67 1.87 Total 1.58 3.56 1.76 2.03 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2004 (diolah) Produksi minyak dari suatu areal ditentukan oleh produksi tandan dan rendemen minyak. Untuk memperoleh produksi minyak yang maksimum dengan kua litas sesuai dengan permintaan pasar maka pada kegiatan panen dan transport harus menerapkan peraturan panen yang tepat dan adanya koordinasi yang baik antara petugas lapangan yaitu petugas yang mengatur panen dan pemeliharaan jalan kebun, tempat pengumpulan hasil (TPH), pasar pikul dan penunasan serta petugas transport dan petugas di pabrik (Taniputra et al, 1990). Menurut Ringkasan Eksekutif PTPN III (2001), menyatakan bahwa perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu usaha perkebunan yang mempunyai prospek cerah dengan beberapa faktor pendukung seperti jumlah investasi yang diperlukan tidak terlalu besar, biaya produksi relatif rendah

dibandingkan dengan biaya produksi minyak lainnya dan harga jual komoditi relatif tinggi dan stabil karna harga minyak sawit sangat kompetitif di pasaran dunia dan menyebabkan semakin luasnya permintaan. Namun menurut Lubis (1994), pembangunan perkebunan kelapa sawit membutuhkan ketersediaan dana yang berkesinambungan. Jadwal kerja yang sudah ditetapkan harus dapat dibiayai. Penundaaan satu pos akan mengakibatkan mata rantai pekerjaan lain menjadi macet dan akan menimbulkan biaya tinggi. Oleh karena itu, maka manajemen pembiayaan harus mendapat perhatian. Nilai sebuah pabrik kelapa sawit (PKS) adalah sangat besar sehingga penanggung jawab atau kepala pabrik harus benar-benar dipilih yang terbaik. Kepala pabrik adalah pelaksana kebijaksanaan yang sudah ditetapkan direksi sehingga harus mampu melaksanakan fungsi manajemen yang terkait dalam pengolahan TBS sehingga menjadi minyak sawit mentah (CPO). Seorang kepala pabrik dituntut untuk mampu menyusun anggaran biaya yang diperlukan, merencanakan serta mengatur dan mengawasi sumber daya, hasil, kualitas, mengelola limbah, mengatur penyimpanan, pengiriman hasil, dan berkewajiban menjamin terlaksananya pengolahan sesuai jadwal yang ditetapkan, pelaporan tepat waktu, penyelenggara administrasi dan lain-lain (Lubis,1994). Pada aspek sumber daya manusia, banyak diperlukan perhatian khusus pada saat membangun proyek maupun sesudah membangun proyek perkebunan kelapa sawit. Bukan saja jumlahnya terbatas tetapi juga keterampilan yang kurang sehingga produktivitas rendah, partisipasi kurang, sosial budaya setempat belum dapat menerima kultural baru, perselisihan lahan dan lain-lain serta kemampuan dari pemborong lokal sebagai mitra usaha yang masih terbatas.

Upaya peningkatan kualitas dan produktivitas sumberdaya manusia terdapat banyak aspek yang perlu dikaji, salah satunya adalah pengembangan sumberdaya manusia. Pengembangan sumberdaya manusia salah satunya bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan keterampilan manusia sesuai dengan potensi yang dapat dicapai sehingga kinerjanya akan meningkat, dan pada akhirnya akan memberikan sumbangan besar bagi peningkatan produktivitas (Atmosoeprapto, 2000). Siagian (2000), menyatakan bahwa salah satu manfaat pelatihan dan pengembangan sumberdaya manusia adalah terjadinya internalisasi dan operasional faktor-faktor motivasional serta dapat meningkatkan kepuasan kerja. Pelatihan dimaksudkan untuk membantu meningkatkan kemampuan para pegawai melaksanakan tugas sekarang sedangkan pengembangan lebih berorientasi pada peningkatan produktivitas kerja para pekerja di masa depan. Sukses tidaknya suatu organisasi, sangat tergantung dari aktivitas dan kreativitas sumberdaya manusianya. Untuk itu, hal utama yang harus diperhatikan seorang manajer ialah membangkitkan gairah kerja karyawannya. Peranan manajer sangat besar dalam memotivasi karyawan agar bekerja sesuai dengan program yang telah ditetapkan. Berdasarkan Model Hezberg s, untuk meningkatkan motivasi, maka manajer harus menghilangkan ketidakpuasan dan memberikan peluang untuk pencapaian prestasi, peningkatan dan tanggung jawab. Menurut model Maslow, terdapat lima hierarki kebutuhan manusia yang harus dipenuhi agar termotivasi untuk bekerja, yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Sedangkan Mc Cleland s Model terkenal dengan teori AAP-nya (Achievement,

Affiliation, Power) yang menekankan perhatian terhadap prestasi (Arep dan Tanjung, 2003). 1.2. Perumusan Masalah Aspek sumber daya manusia memegang peran penting karena berfungsi sebagai penentu seberapa jauh sumberdaya yang lainnya dapat dimanfaatkan dengan baik. Perusahaan Perkebunan tidak hanya mengharapkan sumber daya yang dimilikinya cakap dan terampil, tetapi juga dapat bekerja dengan giat dan mampu mencapai hasil serta target yang telah ditentukan oleh perusahaan. Kemampuan dan kecakapan maupun keterampilan tidak akan berarti jika sumber daya manusia tersebut tidak mempunyai semangat kerja dan motivasi yang tinggi. Keberhasilan perusahaan sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas sumber daya yang dimiliki. Untuk itu diperlukan sistem pengelolaan yang baik, yaitu mulai dari proses penarikan, pelatihan, penempatan, pengembangan sampai dengan berakhirnya karir yang bersangkutan. Manajemen perkebunan dituntut agar dapat mengelola sumber daya manusia yang jumlahnya dapat mencapai ribuan orang, mampu meningkatkan produktivitas, menciptakan kondisi yang serasi, menanamkan rasa memiliki dan mampu menggiring untuk bersama-sama mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan. Dalam hal ini manajemen harus dapat membagi tugas di masingmasing lini dan harus peka terhadap setiap perubahan sehingga dituntut agar selalu bekerja efisien dan efektif (Lubis, 1994). Salah satu faktor yang penting dan sangat berpengaruh terhadap produktivitas adalah motivasi. Motivasi kerja karyawan tergantung pada motivatornya, sedangkan disiplin a kan ditentukan oleh ada atau tidaknya motivasi

kerja. Dengan demikian untuk mencapai produktivitas yang tinggi diperlukan suatu pendekatan untuk menemukan motivator yang dapat meningkatkan motivasi kerja, disiplin kerja, dan etos kerja (Arep dan Henri dala m Dalasari, 2000) PKS PT Sungai Pinang merupakan salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit milik swasta yang bergerak di bidang pengolahan kelapa sawit. Secara keseluruhan kepemilikannya telah diambil alih oleh KPN Group Medan sejak tahun 2003 yang kemudian pada 10 Sept 2004 ditetapkan menjadi PKS PT Milano Aek Batu. Perusahaan ini memiliki satu unit pabrik pengolahan kelapa sawit yang berkapasitas olah sebanyak 30 ton TBS/jam dan memiliki 4 ha untuk areal perumahan karyawan. Manajemen PKS PT Milano Aek Batu terdiri dari tujuh departemen dibagi dalam dua bagian operasional pabrik : (1) Bagian proses, yaitu Process Departement; (2) Bagian non proses, yaitu Quality Control Departement, Maintenance Departement, Weighbridge Departement, Sortasi Departement, Security Departement, dan Departemen Administratur (PGA) dengan jumlah karyawan sebanyak 128 orang yang terbagi kedalam departemendepartemen tersebut. Departemen-departemen tersebut merupakan stasiun pengolahan di pabrik yang langsung bertanggung jawab kepada Mill Manager. Adanya pergantian manajemen ini mempengaruhi motivasi kerja karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung pada bagian proses dan bagian non proses. Perusahaan harus menerapkan manajemen baru untuk seluruh karyawannya agar target produksi perusahaan dapat tercapai yaitu sebesar 600 800 ton per hari TBS yang masuk ke pabrik, kemudian diolah dan memiliki rendemen minyak lebih dari 21 persen. Sementara kebijakan untuk harga TBS/kg yaitu sebesar Rp 560 per kg yang ditetapkan oleh perusahaan masih lebih rendah

dibandingkan dengan harga -harga TBS per kg oleh PKS lain yaitu sebesar Rp 610 sampai Rp 800 per kg TBS, sehingga petani ataupun supplier lebih banyak menjual TBS nya ke PKS lain yang memiliki harga TBS per kg lebih tinggi. Pergantian posisi jabatan dan status kerja karyawan yang masih belum jelas pengangkatannya misalnya dalam struktur organisasi perusahaan yaitu pada Departemen Sortasi dan Departemen Quality Control masih terdapat posisi yang masih kosong namun operasional perusahaan dapat terus berjalan sementara karyawan yang mengambil alih jabatan tersebut bingung dengan posisi dan jabatannya. Aturan-aturan baru ataupun kebijakan yang diambil perusahaan secara implisit tidak dapat dipungkiri akan menurunkan kesejahteraan karyawan. Misalnya dalam hal pembatasan jam kerja lembur untuk setiap karyawan yang diterapkan perusahaan pada setiap bagian serta disekitar perusahaan terdapat fasilitas kerja pengolahan yang banyak mengalami kerusakan ataupun keausan seperti halnya mesin sterilizer dan ketel uap. Hubungan antara atasan selaku pimpinan dengan karyawan dalam lingkungan perusahaan sudah cukup baik, namun karyawan menilai bahwa atasan atas nama perusahaan terkesan memaksa karyawan agar dapat bekerja maksimal untuk mencapai target produksi perusahaan setiap harinya yang telah ditetapkan oleh Group perusahaan tersebut. Mengingat besarnya pengaruh motivasi di dalam peningkatan produktivitas kerja karyawan maka perlu dilakukan analisis tentang faktor-faktor apa saja yang dapat membangkitkan motivasi kerja karyawan PKS. Berdasarkan hal tersebut diatas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana lingkungan kerja perusahaan berdasarkan karakteristik responden dan tingkat motivasi kerja karyawan PKS PT Milano Aek Batu? 2. Faktor internal dan faktor eksternal apa saja yang berhubungan dengan motivasi kerja karyawan PKS PT Milano Aek Batu. 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi lingkungan kerja perusahaan menurut karakteristik responden dan tingkat motivasi kerja karyawan PKS PT Milano Aek Batu. 2. Menganalisis faktor internal dan faktor eksternal yang berhubungan dengan tingkat motivasi kerja karyawan PKS PT Milano Aek Batu. 1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan pertimbangan bagi manajemen dalam mengambil keputusan ataupun menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan upaya peningkatan motivasi kerja karyawan pabrik kelapa sawit di PKS PT. Milano Aek Batu, sehingga dapat membantu dalam pencapaian tujuan bersama baik perusahaan maupun karyawan. Disamping itu juga penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis mengenai aspek sumber daya manusia di perkebunan kelapa sawit dan berguna untuk melatih kemampuan penulis dalam me ngidentifikasi masalah berdasarkan fakta dan data yang tersedia. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Pengkajian Masalah kasus ini dilakukan pada perusahaan perkebunan kelapa sawit milik swasta yang bergerak dibidang pengolahan TBS untuk menghasilkan minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO).

Perusahaan yang dijadikan tempat studi kasus ini adalah PKS PT. Milano Aek Batu Kabupaten Labuhan Batu-Sumatera Utara. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan KPN Group yang berkantor pusat di Medan. Dari hasil survey di lapang, diketahui bahwa departemen-departemen yang terdapat di PKS PT. Milano Aek Batu memiliki peranan yang sangat penting dalam membina dan mengembangkan sumber daya manusia PKS PT. Milano Aek Batu secara keseluruhan. Penelitian ini menitikberatkan pada hubungan antara faktor-faktor internal dan eksternal dengan motivasi kerja karyawan PKS pada bagian proses (Process Departement) dan departemen dibagian non proses yaitu : Quality Control, Maintenance, Weighbridge, Sortasi, Security, dan Departemen Administratur (PGA) yang sangat berpengaruh terhadap kinerja dan produktivitas karyawan setelah pergantian manajemen perusahaan karyawan PKS PT. Milano Aek Batu. Data dianalisa secara deskriptif tabulasi dan secara kuantitatif statistik. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis deskriptif dan koefisien korelasi rank Spearman. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Proportionate Random Sampling yang merupakan bagian dari stratified random sampling. Dengan teknik analisis ini diharapkan akan dapat diketahui sumber-sumber motivasi kerja karyawan PKS PT. Milano Aek Batu yang dapat menyebabkan kepuasan dan ketidakpuasan karyawan. Informasi yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaat bagi pengambil keputusan di perusahaan.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 2.1.1. Pengolahan Tandan Kelapa Sawit Produksi adalah proses mengalihkan masukan berupa sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), modal, dan penguasaan teknologi menjadi keluaran atau produk perusahaan ya ng pada perkebunan kelapa sawit tentunya minyak sawit mentah (CPO) atau produk hilir lainnya. Semua kegiatan di lapangan akan bermuara pada panen atau produksi TBS dan semua kegiatan di pabrik akan bermuara pada produksi CPO dan PKO. Suatu sistem yang tersusun rapi harus disiapkan mulai dari pemanenan, pengumpulan TBS, transpor ke pabrik pengolahannya, penimbunan hasil sampai pemasaran atau penjualannya. Jika salah satu mata rantai terputus atau tertunda maka akan berpengaruh terhadap seluruh proses. Titik rawannya perlu diketahui dengan baik (Lubis, 1994). Pengolahan TBS kelapa sawit sebagai bahan baku CPO dan PKO yang bermutu baik adalah tujuan utama dari pengolahan selain untuk menghasilkan serabut, cangkang, dan tandan kosong. Pengolahannya dilakukan menurut tahapan tertentu dan syarat yang ditentukan yang diikuti dengan seksama dan dilaksanakan sejak di lapangan sampai ke proses akhir. Standar di lapangan tersebut sudah dibicarakan dan kualitasnya tercermin pada hasil sortasi panen. Tandan yang terlalu matang akan menimbulkan kerugian mutu dimana asam lemak bebasnya (ALB) tinggi (Lubis, 1992). Pengolahan TBS secara umum melalui beberpa proses (stasiun) pengolahan yaitu : timbangan/weighbridge, penerimaan tandan, perebusan,

penebahan, pengadukan, pengempaan, pemurnian minyak atau klarifikasi, pemisahan inti, pengutipan minyak, pengolahan inti sawit, mutu hasil olahan dan pengelolaan limbah pabrik (Lubis, 1992). Pabrik kelapa sawit terdiri dari unit -unit proses yang memanfaatkan tindakan-tindakan bentuk mekanis, fisika, dan kimia. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan ialah efisiensi dan ekstraksi minyak dan inti sawit serta kualitas produksi yang dapat memenuhi konsumen. Efisiensi dan ekstraksi langsung berpengaruh terhadap produksi atau rendemen yang diperoleh. Sedangkan kualitas produksi berpengaruh terhadap daya saing di pasar (Rudy, 1998). Pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) di Indonesia selama ini dikelola oleh pihak swasta yang memiliki perkebunan kelapa sawit yang relatif luas dan ole h negara dibawah naungan PT Perkebunan Nusantara (PTPN), sedangkan hasil produksi perkebunan milik rakyat (PR) dilakukan di PKS swasta maupun PKS negara tergantung ikatan kerjasamanya apakah merupakan kebun plasma dari pihak swasta atau negara. Kebun kelapa sawit milik rakyat yang mandiri atau yang tidak memiliki keterikatan dengan kebun inti yang dikelola oleh pihak swasta maupun negara, biasanya dijual bebas atau disalurkan ke PKS terdekat (CIC, 2001) 2.1.2. Konsep Sumber Daya Manusia Mangkuprawira (2002), menjelaskan bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan penerapan pendekatan sumber daya manusia dimana secara bersama-sama terdapat dua tujuan yang ingin dicapai, yaitu

(1) tujuan untuk perusahaan; (2) tujuan untuk karyawan. Dua kepentingan tujuan tersebut tidak dapat dipisahkan dalam kesatuan kebersamaan yang utuh. Jika kepentingan yang satu tercapai sedangkan yang lain tidak tercapai, pendekatan MSDM ini dinilai gagal. Latar belakangnya, SDM tidak saja dipandang sebagai unsur produksi, tetapi juga sebagai manusia yang memiliki emosi dan kepribadian aktif yang dapat dijadikan sebagai kekuatan untuk menggerakkan perusahaan. Intinya, setiap proses produksi diarahkan pada bertemunya dua manfaat; untuk perusahaan dan karyawan. Lubis (1994), menjelaskan bahwa sumber daya manusia atau pekerja disini adalah semua manusia yang terlibat dalam semua kegiatan perusahaan baik yang berada di lini terendah sampai yang tertinggi. Bukan saja jumlahnya tetapi juga kualitasnya perlu diperhatikan, kedudukannya di dalam organisasi, pendidikan, pengalaman, latihan kerja yang diterima serta rekrutmen yang dilakukan. Menurut Mangoensoekarjo (2003), menyatakan bahwa pandangan manusia seutuhnya, yang terdiri atas jasmani dan rohani, individu dan mahluk sosial, melahirkan pendekatan tiga dimensi, yaitu pendekatan individu, kelompok, dan organisasi. Beberapa individu bergabung menjadi kelompok dan beberapa kelompok bergabung menjadi organisasi. Organisasi dalam bidang perkebunan juga berlapis-lapis, mulai dari organisasi afdeling, organisasi kebun, organisasi perusahaan (PTP Nusantara, PT Perkebunan swasta Nasional, PIR dan lain-lain), dan organisasi gabungan (seperti Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia/GAPKI, Gabungan Pengusaha Sejenis/GPS, da n lain-lain)

2.1.3. Motivasi Kerja Arep dan Tanjung (2003), menyatakan pengertian motivasi adalah sesuatu yang pokok, yang menjadi dorongan bagi seseorang untuk bekerja. Berbicara tentang motivasi, maka yang hakiki pada setiap orang menurut pakar dari Barat adalah self concept realization, yaitu merealisasikan konsep dirinya. Ini bermakna bahwa seseorang akan selalu termotivasi jika: (1) Orang hidup dalam suatu cara yang sesuai dengan peran yang lebih ia sukai, (2) Diperlukan sesuai dengan tingkatan yang lebih ia sukai, dan (3) Dihargai sesuai dengan cara yang mencerminkan penghargaan seseorang atas kemampuannya. Realisasi konsep diri tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Peran yang lebih Diperlakukan dengan cara yang disukai Realisasi konsep diri Penghargaan seseorang sesuai Gambar 1. Diagram Tulang Ikan Realisasi Konsep Diri Sumber : Arep.I. dan Tanjung (2003) Menurut Dessler (1995), menyatakan bahwa pemotivasian merupakan salah satu pekerjaan manajemen anda yang sederhana tetapi juga paling rumit. Motivasi merupakan hal yang sederhana karena orang-orang pada dasarnya termotivasi atau terdorong untuk berprilaku dalam cara tertentu yang dirasakan mengarah kepada perolehan ganjaran. Keputusasaan terjadi apabila ada hambatan

diantara anda dengan insentif atau ganjaran. Hal ini dapat diringkaskan dalam Gambar 2. Timbulnya kebutuhan Insentif atau Ganjaran Insentif atau Ganjaran Gambar 2. Kaitan antara Motivasi, Insentif, dan Keputusasaan Sumber : Dessler (2003) Secara singkat, manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat yang artinya yaitu pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang benar dan dalam skala waktu yang sudah ditentukan. Orang akan senang melakukan pekerjaannya karena ada motivasi yang mendorongnya. Orang pun akan merasa dihargai/diakui, hal ini terjadi karena pekerjaannya itu betulbetul berharga bagi orang yang termotivasi. Orang akan bekerja keras karena dorongan yang begitu tinggi untuk menghasilkan sesuai target yang mereka tetapkan. Kinerjanya akan dipantau oleh individu yang bersangkutan dan tidak akan membutuhkan terlalu banyak pengawasan. Semangat juangnya akan tinggi sehingga memberikan suasana bekerja yang bagus di semua bagian (Arep dan Tanjung, 2003). Pernyataan tersebut dapat secara ringkas dijelaskan dalam Gambar 3.

Bekerja sesuai standar Senang bekerja Merasa berharga Orang yang Termotivasi Bekerja keras Sedikit pengawasan Semangat juang tinggi Sumber : Arep.I. dan Tanjung (2003) Gambar 3. Ciri-ciri Orang yang Termotivasi Menurut Ma arif dan Tanjung (2003), motivasi memiliki karakteristik tertentu pada diri seseorang. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut : 1. Merupakan bentuk kebutuhan dari individu dalam organisasi. 2. Merupakan kondisi yang diakibatkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan individu. 3. Merupakan tekanan fungsional, yaitu tekanan yang menimbulkan energi pada diri seseorang untuk bertindak. 4. Merupakan usaha seseorang yang diarahkan pada tujuannya. Hambatan utama ketidakberhasilan proses motivasi ini adalah adanya tekanan yang disfungsional dan timbulnya sikap apatis pada diri seseorang. Tekanan disfungsional yang dimaksud adalah dorongan untuk tidak mengakui manfaat terhadap diri pribadi individu tersebut. Adanya sikap ini, pihak individu secara langsung akan menolak untuk meningkatkan kinerjanya. Adapun sikap apatis sebagai penghambat motivasi adalah sikap mental yang selalu menganggap bahwa pekerjaan yang dilakukan tersebut tidak mungkin memberikan rasa puas

pada dirinya. Dalam kaitan ini, motivasi sumber daya manusia yang melakukan manajemen itu harus terus menerus dipelihara, agar tujuan organisasi (efisiensi dan efektivitas) dapat tercapai. 2.1.4. Teori-Teori motivasi Teori Pemenuhan Kebutuhan (Satisfaction of Needs Theory) Teori ini dikemukakan oleh A. H. Maslow yang sering disebut dengan model hierarki kebutuhan. Teori ini menyangkut kebutuhan manusia, maka teori ini digunakan untuk menunjukan kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi agar dia termotivasi untuk bekerja (Ma arif dan tanjung, 2003). Menurut A.H. Maslow, pada umumnya ada lima hierarki kebutuhan manusia, yaitu sebagai berikut : 1. Kebutuhan fisiologik, meliputi sandang, pangan, dan tempat tinggal. Kebutuhan inilah yang merupakan kebutuhan utama yang wajib dipenuhi pertama-tama oleh tiap individu. 2. Kebutuhan keamanan/perlindungan, meliputi keaamanan bagi dirinya termasuk keluarga dan hartanya. 3. Kebutuhan akan kebersamaan. Meliputi kebutuhan yang senantiasa merasa perlu pergaulan dengan sesama manusia lain. 4. Kebutuhan penghormatan dan penghargaan, yaitu penghargaan akan harga diri dan kehormatan. 5. Kebutuhan aktualisasi diri, meliputi percaya pada diri sendiri, menemukan jati diri dan dapat mengekspresika n diri. A. H. Maslow berpendapat, bahwa tingkah laku atau tindakan masingmasing individu pada suatu saat tertentu biasanya ditentukan oleh kebutuhan yang

paling mendesak. Oleh karena itu setiap manajer yang ingin memotivasi bawahannya perlu memahami hierarki kebutuhan-kebutuhan manusia. Teori Dua Faktor ( Motivation-Hygiene Theory) Dengan mengembangkan motivasi, tugas-tugas yang semakin berat tidak akan dirasakan sebagai beban, bahkan kinerja yang dihasilkan akan selalu memenuhi harapan dan semakin meningkat, seperti yang ditunjukan oleh Frederick Hezberg dalam teori dua faktor. Menurut teori ini, harus menciptakan dan meningkatkan faktor motivator dan mengurangi faktor hygiene yang dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Motivation Factor atau faktor motivasi yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang. Kebutuhan ini meliputi serangkaian kondisi intrinsik, kepuasan pekerjaan yang dapat mendorong motivasi yang kuat dan dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik. Faktor-faktor tersebut meliputi : tercapainya tujuan, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, pertanggungjawaban, peningkatan dan pengembangan. b. Maintenance factor atau faktor hygiene yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh kebutuhan yang bersifat badaniah. Kebutuhan ini akan berlangsung terus menerus karena akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi. Dalam teori ini terdapat beberapa faktor yang menimbulkan ketidakpuasan dikalangan karyawan yaitu kebijakan dan administrasi perusahaan, pengawasan hubungan dengan pengawas, kondisi kerja, gaji, hubungan dengan rekan sekerja, kehidupan pribadi, hubungan dengan bawahan, status, dan keamanan.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan motivasi, maka manajer harus; (1) Menghilangkan ketidakpuasan, dan (2) Memberikan peluang untuk pencapaian prestasi, peningkatan dan tanggung jawab (Ma arif dan Tanjung, 2003). Teori Achievement, Affiliation dan Power (AAP) Teori ini mengemukakan bahwa semua orang memiliki kebutuhan berprestasi, berkuasa dan berafiliasi seperti yang ditunjukkan oleh McCleland yang menekankan pada tiga kebutuhan yang penting (Ma arif dan Tanjung, 2003), yaitu a. Achievement, artinya adalah adanya keinginan untuk mencapai tujuan lebih sebelumnya (pencapaian prestasi). Orang yang dalam hatinya ada perasaan menggebu-gebu untuk meraih prestasi terbaik, akan sangat bergairah dan termotivasi dalam melaksanakan pekerjaan dan tugasnya. Sebaliknya, orang yang tidak mempunyai niat yang kuat untuk meraih prestasi, akan ketinggalan jauh dibandingkan dengan orang yang termotivasi. Hal ini dapat dicapai dengan cara merumuskan tujuan, mendapatkan umpan balik, memberikan tanggung jawab pribadi, dan bekerja keras. b. Affiliation, artinya adalah kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Hal ini dapat dicapai dengan cara bekerjasama dengan orang lain, membuat kawan ditempat kerja, dan sosialisasi. c. Power, artinya adalah kebutuhan akan kekuasaan yang mendorong seseorang bekerja sehingga termotivasi dalam pekerjaannya. Cara orang bertindak dengan kekuasaan sangat tergantung pada pengala man pribadi, kepribadian, pengalaman kerja, dan tipe organisasi.

Orang yang mempunyai motivasi kerjasama yang tinggi, secara umum memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Bersifat sosial, suka berinteraksi, dan bersama dengan individu-individu. b. Menginginkan kepercayaan yang lebih jelas dan tegas. c. Bersedia untuk berkonsultasi dan suka menolong orang lain yang dalam kesulitan dan lebih menyenangi hubungan persahabatan. Kebutuhan untuk berprestasi adalah kebutuhan untuk berhasil dalam segala kegiatan. Kebutuhan akan prestasi membuat orang untuk bekerja keras dan berkreativitas dalam setiap pekerjaannya. Teori Pengharapan (Expectancy Theory) Teori ini dikemukakan oleh Victor Vroom, dan merupakan teori motivasi terbaru. Secara sederhana dalam teori ini, motivasi merupakan interaksi antara harapan setelah dikurangi prestasi, dengan kontribusi penilaian yang dikaitkan dengan prestasi dikurangi hasil. Bila seseorang menginginkan sesuatu dengan harapan yang kuat, maka yang bersangkutan akan termotivasi tinggi untuk memperoleh apa yang diinginkannya. Begitu juga sebaliknya apabila harapan untuk memperolehnya kecil maka motivasi akan rendah (Wahjosumidjo, 1994). Menurut Vroom, produktivitas merupakan alat pemuas bagi seseorang. Produktivitas adalah alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh sebab itu, bila ingin memotivasi seseorang, kepadanya perlu diberikan tujuan pribadi, hubungan usaha dan tindakan, antara tindakan dan hasil, dan akhirnya antara hasil dan kepuasan karena tercapainya tujuan pribadi.

Teori ini dirumuskan sebagai berikut (Arep dan Tanjung, 2003) : M = [ ( E P ) ] [ ( P O ) V ] Ket : M = Motivasi; E = Penghargaan; P = Prestasi; O = Hasil; V = Penilaian Model ekspektasi tersebut dapat dilihat seperti tampak pada Gambar 4. dibawah ini : Kemampuan Hasil 1 Hasil 2 Motivasi Usaha Prestasi Hasil 3 Lingkungan Gambar 4. Model Ekspektasi Hasil 4 Hasil 5 Sumber : Arep.I. dan Tanjung (2003) Dari teori tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk meningkatkan motivasi, maka seorang manajer harus : a. Mengakui bahwa setiap karyawan memiliki kebutuhan yang berbeda dan preferensi yang berbeda pula. Tidak ada dua orang yang benar-benar memiliki kebutuhan yang sama. b. Mencoba memahami kebutuhan utama seseorang karyawan. Memahami apa yang dibutuhkan apalagi kebutuhan utama pegawai, merupakan perilaku manajer-manajer yang dicintai bawahan. c. Membantu seorang pegawai menentukan upaya mencapai kebutuhannya melalui prestasi. Hal ini tidak sulit jika dilakukan dengan ketulusan, bukan pamrih.

Teori Keadilan ( Equity Theory) Teori ini menjelaskan bahwa motivasi merupakan fungsi dari keadilan yang didasarkan hasil (output) dan wages (pendapatan). Keadilan yang sederhana adalah menerima pendapatan sesuai dengan usahanya. Jika bekerja keras, pendapatannya tinggi, sebaliknya jika bekerja malas, pendapatannya rendah. Tidak adil orang yang rajin dan malas disamakan pendapatannya. Sehingga menurut teori ini, seseorang akan termotivasi bekerja jika ia menikmati rasa keadilan. Keadilan dianggap sebagai faktor dominan dalam menghasilkan motivasi. Prestasi yang akan dipersembahkan tergantung pada persepsinya kepada apa yang diberikan dan diterima orang lain (Arep dan Tanjung, 2003). Teori ini dirumuskan sebagi berikut : M = f (Eq (OW)) Penjelasannya sebagai berikut : M = Motivasi Eq = Equity, keadilan yang diterapkan pada pekerjaan lain. O = outcome, hasil apa yang diberikan orang lain. W = Wages, Gaji yang diterima orang lain. Berdasarkan teori diatas, seorang manajer dalam hal ini harus : a. Menghargai seseorang sesuai pengorbanannya. b. Memperlakukan secara adil semua orang dalam organisasi. c. Menyadari bahwa perasaan tidak diperlakukan adil bisa muncul sewaktu-waktu. d. Melakukan tindakan koreksi jika ada perlakuan yang tidak adil.

Teori Penguatan (Reinforcement Theory) Teori ini didasarkan atas hubungan sebab akibat dari perilaku dengan pemberian kompensasi. Penguatan adalah segala sesuatu yang digunakan seseorang manajer untuk meningkatkan atau mempertahankan tanggapan khusus individu. Jadi, menurut teori ini, motivasi seseorang bekerja tergantung pada penghargaan yang diterimanya dan akibat dari yang akan dialaminya nanti. Teori ini menyebutkan bahwa perilaku seseorang di masa mendatang dibentuk oleh akibat dari perilakunya yang sekarang (Ma rif dan Tanjung, 2003). Adapun jenis reinforcement ada 4, yaitu : 1. Positive reinforcement (Penguatan Positif), yaitu penguatan yang dilakukan kearah kinerja yang positif. 2. Negative reinforcement (Penguatan Negatif), yaitu penguatan yang dilakukan karena mengurangi atau menghentikan keadaan yang tidak disukai. 3. Extinction (Peredaan), yaitu mengukuhkan suatu perilaku, sehingga perilaku tersebut mereda atau punah sama sekali. Hal ini dilakukan untuk mengurangi perilaku yang tidak diharapkan. 4. Punishment (Hukuman), yaitu konsekuensi yang tidak menyenangkan dari tanggapan perilaku tertentu. Agar reinforcement ini efektif, maka jadwal pemberian reinforcement perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi di organisasi. Pada dasarnya ada 5 jenis jadwal pemberian reinforcement, sebagai berikut : a. Terus menerus. b. Interval yang tetap. c. Interval yang berubah-ubah.

d. Rasio tetap. e. Rasio berubah-ubah. Reward adalah pertukaran (penghargaan) yang diberikan perusahaan atau jasa yang diberikan penghargaan. Bonus kelompok tergantung pada tingkat produksi kelompok. Sifat ketergantungan tersebut bertautan dengan hubungan antar perilaku dan kejadian yang mengikuti perilaku tersebut. 2.2. Hasil Penelitian Terdahulu Dalasari (2000) dalam penelitiannya di PT. Perkebunan VII Gunung Mas, Bogor Jawa Barat, menemukan sebelas faktor utama sumber motivasi karyawan Perkebunan Teh Gunung Mas. Dari ke sebelas faktor tersebut, lima faktor motivator yaitu (1) Penghargaan, (2) Pelatihan dan sarananya, (3) komunikasi, (4) Penilaian Prestasi, (5) Tunjangan hari raya. Sementara itu ada enam faktor hygiene, yaitu (6) suasana kerja, (7) jaminan keamanan, (8) Perlakuan Adil, (9) Kejelasan Peraturan, (10) Gaji dan tunjangan, (11) kepemimpinan. Kamaludin (1995) mengemukakan adanya faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan. Faktor eksternal ya ng mempengaruhi tersebut meliputi gaya kepemimpinan atasan, upah, kelompok informal dan lingkungan fisik. Sedangkan faktor internal meliputi kesejahteraan keluarga, jenis kelamin usaha dan status kerja. Octavia (2000) dalam penelitiannya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan pabrik PTPN Gunung Mas menyatakan bahwa dari lima faktor yang mempengaruhi motivasi kerja seperti hubungan atasan bawahan, hubungan sesama rekan kerja, kondisi kerja, kompensasi dan

peraturan, dan kebijakan perusahaan, ternyata hanya ada dua faktor saja yang berhubungan nyata dengan peningkatan motivasi kerja karyawan, yaitu hubungan atasan bawahan dan peraturan dan kebijakan perusahaan. Tasriani (2000) dalm penelitiannya tentang kajian motivasi karyawan staf Direksi PT Perkebunan Nusantara VII Bandar Lampung, mengungkapkan bahwa terdapat enam faktor dominan sebagai sumber motivasi yang dianggap penting pada karyawan. Keenam faktor tersebut meliputi pemenuhan kebutuhan dasar, jaminan keamanan kerja, pengakuan diri dalam kelompok, pemberian kesempatan pengembangan diri, kepuasan kerja dan kesempatan jabatan. Dari hasil penelitian terdahulu terlihat jelas bahwa secara garis besar faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja karyawan sangat bervariasi. Namun secara umum faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja karyawan yang datangnya dari dalam diri karyawan itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja karyawan yang bersumber dari lingkungan kerja perusahaan. Pada penelitian ini akan dibahas tentang hubungan antar faktor-faktor tesebut yang menjadi sumber motivasi kerja karyawan PKS PT Milano Aek Batu KPN Group. Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu dari segi objek dan subjek pengamatan serta pengambilan sampelnya. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan koefisien korelasi Rank Spearman.