Diny Rachnavia

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING)

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

Nina Anggraeni

Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining terhadap pemahaman matematik peserta didik

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK MAHASISWA

(Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Ciawi Tahun Pelajaran 2013/2014) Sri Murni

Rina Nurlatifah

Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 1, hal. 7-12, September 2015

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH. Info Artikel. Abstra

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION

Hemalia Sulaika, Erviyenni, dan Johni Azmi Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Riau

Keefektifan Pembelajaran Model Quantum Teaching Berbantuan Cabri 3D Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs NEGERI CILENDEK

Asia Muhammadiyah 1 dan Syamsu Rijal 2 1. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Makassar 2. Alumni Jurusan Biologi FMIPA UNM.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pra eksperimen (pre

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ibnu Kadaruloh, Depi Setialesmana,

Puji Asih Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

KONTRIBUSI PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK

PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB III METODE PENELITIAN. Perlakuan pada penelitian ini yakni metode Active Learning, diatur

DEVY MEILANI WARDHANY

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu melihat hubungan

SELF EFFICACY TERHADAP MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen adalah melakukan pengukuran sebagai hasil eksperimen terhadap

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA

Oleh: Ratna Meinar Rahayu

Kelas Eksperimen : O X O

BAB III METODE PENELITIAN

WIWIT WITASARI

BAB III METODE PENELITIAN

Penerapan Strategi Genius Learning Dalam Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Padang ABSTRACT

BAB III. Metodologi Penelitian. Contextual Teaching and Learning (CTL). Metode penelitian yang

PRANITASARI ANDINI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA.

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION BERBANTUAN MODUL MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 15 PADANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian diperoleh dari hasil sebaran angket kepada siswa,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. maka disusun suatu metode penelitian dan desain penelitian, sehingga apa

Vol. 3 No. 2 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal Deni Novalita 1), Hendra Syarifuddin 2), Nilawasti ZA 3) Abstract

BAB III METODE PENELITIAN

: model pembelajaran, pemahaman konsep matematis, tutor sebaya

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS III

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK Negeri 1 Batudaa Kabupaten

Citra Yunita dan Khairul Amdani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk. mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 1997:136).

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen karena pengambilan sampel

BAB IV PEMBAHASAN. bentuk rata-rata atau mean (M), median (Me), modus (Mo), standar deviasi (ST), distribusi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menjawab masalah penelitian yang telah dirumuskan, maka untuk

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KOMIK BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SEGIEMPAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Metode Penugasan mini-riset dalam penelitian adalah metode mengajar

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMPN 22 PADANG

: Perlakuan (Pembelajaran dengan model pembelajaran M-APOS),

BAB III METODE PENELITIAN. matematik siswa dengan menerapkan pendekatan Model Eliciting Activities

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3.1 Proses Analisis Multimedia dalam Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan dalam penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metodekuasi

SYAMSUL AZIZ

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kritis matematika siswa yang terbagi dalam dua kelompok yaitu data kelompok

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS PROBLEM SOLVING

BAB III. Metode Penelitian

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA YANG MENDAPATKAN METODE PEMBELAJARAN PSI DENGAN KONVENSIONAL

Teti Robiah

PENERAPAN PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII SMP N 1 BANGUNTAPAN

BAB III METODE PENELITIAN O X O

Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving Berbantuan Maple II Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS

PENGARUH STRATEGI PEMECAHAN MASALAH BERBASIS TEORI POLYA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Data hasil penelitian diperoleh dari tes kemampuan awal (X 1 ) dan tes

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. validitas dan reliabilitas soal,deskripsi data hasil penelitian, uji persyaratan,

Susila Miharja

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen untuk menerapkan suatu model

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

Dewi Puji Astuti*, Rasmiwetti**, Abdullah*** No Hp :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Di dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode dan desain penelitian,

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN PROJECT BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

0 X

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di SMP N 1 kabila Kab.Bonebolango

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini berusaha

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pengembangan Multimedia Pembelajaran

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PADANG-GANTING KABUPATEN TANAH DATAR.

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PROJECT BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PESERTA DIDIK SMA

Eliza Ayu Pratiwi 1, Amir Rusdi 2 dan Agustiany Dumeva Putri 3. Pratiwi, Rusdi, & Putri p-issn: ; e-issn:

Transkripsi:

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 6 Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2012/2013) Diny Rachnavia dinyrachnavia@gmail.com Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No. 24 Kota Tasikmalaya ABSTRACK This research is an experimental study to determine the effect of a positive learning model Aptitude Treatment Interaction (ATI) to mathematical problem-solving ability of students. The study was conducted on 68 students of class X, which consists of 34 people classroom learning experiments using learning model Aptitude Treatment Interaction (ATI), and 34 control classes with hands-on learning. Data collection techniques using mathematical problem solving ability test and an attitude questionnaire sheet learners. The results showed that the learning model Aptitude Treatment Interaction (ATI) has a positive influence on mathematical problem-solving ability of students. This is shown by the average achieved mathematical problem-solving ability test experimental class of 29.03 is higher than the average achieved control class is 25.74. Moreover, the attitude of students towards learning mathematics through the use of learning model Aptitude Treatment Interaction (ATI) showed a positive attitude. That is, most of the students showed a good attitude towards mathematics through the use of learning model Aptitude Treatment Interaction (ATI) Keywords: Learning Model Aptitude Treatment Interaction (ATI), mathematical problem solving skills, attitudes learners ABSTRAK Penelitian ini merupakan suatu studi eksperimen untuk mengetahui pengaruh positif model Interaction (ATI) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik. Penelitian dilakukan terhadap 68 peserta didik kelas X, yang terdiri dari 34 orang kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan model Interaction (ATI), dan 34 orang kelas kontrol dengan pembelajaran langsung. Teknik pengumpulan data menggunakan tes kemampuan pemecahan masalah matematik dan lembar angket sikap peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Interaction (ATI) mempunyai pengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan rata-rata tes kemampuan pemecahan masalah matematik kelas eksperimen sebesar 29,03 lebih tinggi dibandingkan dengan perolehan rata-rata kelas kontrol sebesar 25,74. Selain itu, sikap

peserta didik terhadap pembelajaran matematika melalui penggunaan model Interaction (ATI) menunjukkan sikap positif. Artinya, sebagian besar peserta didik menunjukkan sikap yang baik terhadap mata pelajaran matematika melalui penggunaan model Interaction (ATI). Kata kunci : Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI), kemampuan pemecahan masalah matematik, sikap peserta didik PENDAHULUAN Matematika adalah salah satu ilmu yang disebut sebagai ratu dan pelayan ilmu. Hal ini dimaksudkan bahwa matematika adalah sumber bagi ilmu yang lainnya. Matematika juga sebagai pemecah masalah. Pendapat ini sangat tepat karena dalam matematika dipelajari berbagai macam cara untuk memecahkan masalah, salah satunya masalah yang berhubungan dengan masalah sehari-hari. Pada soal-soal pemecahan masalah, peserta didik dituntut untuk mengaplikasikan rumus matematika ke dalam soal penerapan yang biasanya berbentuk soal cerita. Akan tetapi pada kenyataannya, senagian peserta didik masih merasa bingung ketika dihadapkan dengan soal pemecahan masalah, sesuai dengan pengalaman Program Pengalaman Lapangan (PPL) di kelas X SMA Negeri 6 Tasikmalaya. Oleh karena itu diperlukan langkahlangkah sistematis yang dapat menyelesaikan dan memecahkan masalah matematika peserta didik dalam mengerjakan soal-soal. Seseorang memerlukan aturanaturan yang kompleks untuk memecahkan masalah. Aturan yang kompleks tersebut ada pada langkahlangkah sistematis yang telah disebutkan oleh para ahli. Untuk menyampaikannya, keadaan peserta didik harus benar-benar dalam keadaan siap untuk belajar dan menerima materi. Tetapi pada kenyataannya, kegiatan belajar mengajar matematika lebih sering dilakukan dengan model pembelajaran langsung. Pada model pembelajaran langsung, peserta didik diasumsikan memiliki kemampuan yang sama. Padahal kenyataannya, keadaan peserta didik dalam satu kelas mempunyai kemampuan yang heterogen. Ada diantara mereka yang cepat tanggap menerima materi yang disampaikan oleh guru, tetapi ada pula yang lambat menerimanya. Kelompok peserta didik yang cepat menerima materi akan merasa jenuh jika guru menjelaskan

kembali materi kepada peserta didik yang lambat dan belum mengerti atas apa yang disampaikan guru. Dan sebaliknya, peserta didik yang lambat akan kewalahan jika guru terus melanjutkan penyampaian materi tanpa memperhatikan mereka yang lambat dalam menerima materi. Oleh karena itu diperlukan adanya inovasi dalam pembelajaran yang memperhatikan keragaman individu, khususnya perbedaan dari segi kemampuan peserta didik. Seorang ahli pendidikan yaitu Snow (Nurdin, Syafruddin, 2005), memaparkan suatu model pembelajaran yang memperhatikan keragaman individu peserta didik berdasarkan kemampuannya. Model pelajaran tersebut dinamakan dengan model Interaction (ATI). Dalam penulisan ini, penulis menganggap bahwa model pembelajaran ATI akan efektif digunakan untuk pembelajaran yang kemampuan individu peserta didiknya beragam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh positif penggunaan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik, dan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap pelajaran matematika melalui penggunaan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI). Nurdin, Syafruddin (2005:39) memaparkan makna esensial dari model pembelajaran ATI, sebagai berikut: Pertama, model ATI merupakan suatu konsep atau model yang berisikan sejumlah strategi pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan untuk siswa tertentu sesuai dengan perbedaan kemampuan (aptitude)-nya. Nurdin, Syafruddin (2005:42) menjelaskan langkah-langkah pada model Interaction (ATI) sebagai berikut: a. Treatment awal Pemberian perlakuan (treatment) awal terhadap siswa dengan menggunakan aptitude testing perlakuan pertama ini dimaksudkan untuk menentukan dan menetapkan klasifikasi kelompok siswa berdasarkan tingkat kemampuan (aptitude/ability) b. Pengelompokkan siswa Pengelompokkan siswa yang didasarkan pada hasil aptitude testing. Siswa di dalam kelas diklasifikasi menjadi tiga kelompok yang terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah c. Memberikan perlakuan (treatment) siswa yang berkemampuan tinggi diberikan perlakuan

(treatment) berupa self-learning melalui modul. Siswa yang memiliki kemampuan sedang diberikan pembelajaran secara konvensional atau regular teaching. Sedangkan kelompok siswa yang berkemampuan rendah diberikan perlakuan (treatment) dalam bentuk regular teaching disertai re-teaching dan tutorial d. Achievement-Test Hudojo (Tim Instruktur, 2011:47) menyatakan bahwa Pemecahan masalah pada dasarnya adalah proses yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya sampai masalah itu tidak lagi menjadi masalah baginya. Sedangkan Polya, George (Firdaus, Ahmad:2009) mengartikan Pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat dicapai. Dari pendapatpendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematik adalah kemampuan untuk mencari jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapinya sampai masalah tersebut bukan lagi menjadi masalah baginya. Pada bentuk soal matematika, salah satunya terdapat bentuk soal penerapan. Dalam hal ini, Muhsetyo, Gatot (2008:1.13) menyatakan Bentuk pertanyaan yang memerlukan pemecahan masalah antara lain (a) soal cerita (verbal/word problem), (b) soal tidak rutin (non-routine mathematics problems), dan (c) soal nyata (real/application problems). Dari ketiga macam bentuk soal tersebut, setiap peserta didik dituntut untuk menggunakan pemikiran yang tinggi sebagaimana yang dijelaskan oleh Gagne (Tim MKPBM, 2001:36), yaitu: Menurut Gagne, belajar dapat dikelompokkan menjadi 8 tipe belajar, yaitu belajar isyarat, stimulus sikap, rangkaian gerak, rangkaian verbal, membedakan, pembentukan konsep, pembentukan aturan, dan pemecahan masalah. Kedelapan tipe belajar itu menurut taraf kesukarannya dari belajar isyarat sampai ke belajar pemecahan masalah. Soal cerita memerlukan pemahaman makna kalimat karena peserta didik harus menterjemahkan cerita ke dalam bahasa matematika. Soal tidak rutin menuntut peserta didik untuk berfikir tingkat tinggi karena pada bentuk soal ini, peserta didik tidak bisa secara langsung menemukan jalan keluar dengan rumus yang telah mereka ketahui. Karena bisa jadi seseorang harus membuat tabel, grafik, bahkan memecahkannya dengan coba-coba.

Terdapat beberapa pendapat dari para ahli tentang definisi sikap. Suherman, Erman (2003:187) menyatakan Pengertian sikap itu sendiri berkenaan dengan perasaan (kata hati) dan manifestasinya berupa perilaku yang bersifat positif (favorable) atau negatif (unfavorable) terhadap obyek atau obyek-obyek tertentu. Menurut Thurstone (Hamalik, Oemar, 2004:214), Sikap merupakan tingkat afeksi yang positif atau negatif yang dihubungkan dengan psikologis. Sedangkan Anonim menyatakan Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap obyek, orang atau peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Sudjana, Nana (2009:80) mempunyai pendapat lain tentang sikap. Beliau menyatakan Sikap juga dapat diartikan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus yang datang kepada dirinya. Sementara Bruno (Syah, Muhibbin, 2007:120) menyatakan Sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Pernyataan-pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulannya, bahwa sikap merupakan perasaan seseorang terhadap suatu obyek yang ditunjukkan dengan perilaku baik positif maupun negatif. Perilaku positif dapat diartikan sebagai kesenangan, sedangkan perilaku negatif berarti tidak senang atau menolak. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Populasinya adalah seluruh peserta didik kelas X SMA Negeri 6 Tasikmalaya. Pada penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu kelas X-8 sebagai kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan model Aptitude Treatment Interaction (ATI) dan kelas X-9 sebagai kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran langsung. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau akibat yang dihasilkan dari pembelajaran matematika melalui penggunaan model Aptitude Treatment Interaction (ATI) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik. Agar diperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian, maka harus menggunakan teknik pengumpulan data yang tepat. Teknik yang digunakan adalah tes dan non-tes. Tes dilaksanakan dengan tujuan untuk

mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik berupa soal-soal uraian yang dilaksanakan satu kali. Pengumpulan data non-tes diperoleh menggunakan angket. Angket bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap pelajaran matematika setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan model Aptitude Treatment Interaction rata-rata kedua kelompok dengan menggunakan uji t. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian Soal tes kemampuan pemecahan masalah matematik yang sebelumnya diuji cobakan terlebih dahulu kepada kelas di luar sampel, menunjukkan bahwa setiap butir soal tes layak untuk diujikan sebagai instrumen. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 1. (ATI). No. Soal Tabel 1 Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik 2 X Y XY r Kriteria Ket Langkah yang dilakukan untuk analisis data terdiri dari tiga langkah. Pertama adalah membuat statistika deskriptif yang terdiri dari membuat distribusi frekuensi, distribusi frekuensi relatif, kumulatif dan histogram, juga menentukan ukuran data statistika. Langkah kedua yaitu uji persyaratan analisis dengan melakukan uji normalitas pada kedua kelas, jika keduanya normal, maka dilanjutkan dengan melakukan uji homogenitas. Selanjutnya melakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji perbedaan dua Y xy 1 194 808 4981 20896 0,49 Sedang digunakan 2 163 808 4250 20896 0,68 Sedang digunakan 3 234 808 6129 20896 0,79 Tinggi digunakan 4 217 808 5536 20896 0,47 Sedang digunakan Pembelajaran di kelas eksperimen yang dilakukan melalui penggunaan model Interaction (ATI) diawali dengan tes kemampuan awal dengan materi berupa materi yang menunjang pada perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku, sudut istimewa dan sudut di semua kuadran. Selanjutnya mengelompokkan peserta didik menjadi tiga kelompok sesuai kemampuannya, yaitu kelompok peserta didik kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Langkah selanjutnya yaitu memberikan perlakuan berbeda kepada

masing-masing kelompok. Kelompok tinggi diberikan perlakuan berupa pembelajaran mandiri melalui modul dan buku-buku yang relevan. Mereka ditempatkan di ruangan terpisah dengan kelompok lainnya, dengan anggapan bahwa kelompok tinggi akan lebih leluasa jika diberikan keadaan yang fleksibel. Kelompok sedang dan rendah diberikan perlakuan berupa pembelajaran yang terstruktur. Khusus untuk kelompok rendah, diberikan perlakuan yang spesial yaitu berupa tutoring atau les dan re-teaching atau belajar kembali diluar jam pelajaran. Perlakuan ini dilakukan setiap hari Selasa dan Rabu dari pukul 14.00-15.00 WIB. Langkah terakhir yaitu postes dengan bentuk soal pemecahan masalah berupa soal uraian. Sedangkan pada pembelajaran langsung, pelaksanaan pembelajarannya menggunakan tahapan-tahapan yaitu tahap demonstrasi, tahap pelatihan terbimbing, tahap umpan balik serta tahap latihan dan penerapan konsep. Pada fase pertama, peneliti dalam hal ini sebagai guru melakukan persiapan untuk menjelaskan materi. Selanjutnya fase demonstrasi, pada fase ni peneliti sebagai guru memberikan penjelasan tentang materi nilai perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku, sudut istimewa dan sudut di semua kuadran secara langsung kepada peserta didik, kemudian guru memberikan penjelasan penyelesaian latihan soal materi yang diajarkan. Selanjutnya fase pelatihan terbimbing, guru memberikan latihan soal kepada peserta didik untuk diselesaikan dengan mendapat bimbingan dari guru. Pada fase ini guru juga memeriksa dan membantu kesulitan peserta didik. Fase selanjutnya yaitu fase umpan balik, hasil pengamatan yang didapat pada fase pelatihan terbimbing dibahas secara klasikal. Selanjutnya, pada fase latihan penerapan konsep, peserta didik diberi LKPD untuk dikerjakan secara mandiri. Soal-soal yang diberikan baik dikelas eksperimen maupun dikelas kontrol sama. Tes kemampuan pemecahan masalah matematik diberikan kepada kedua kelas setelah kompetensi dasar yang diteliti selesai di ajarkan, baik yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran ATI maupun yang menggunakan pembelajaran langsung.

30 28 26 24 Gambar 1 Perbedaan Rata-Rata Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Data diolah dan disajikan dalan statistika deskriptif, selanjutnya dihitung ukuran data statistiknya. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Daftar Ukuran Data Statistika Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Peserta Didik Ukuran Data Statistika Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Banyak data (n) 34 34 Data terbesar (db) 40 38 Data terkecil (dk) 17 17 Rentang (r) 23 21 Rata-rata ( x ) 29,03 25,74 Median (Me) 29,5 25,38 Modus (Mo) 30,02 23,62 Standar Deviasi ( ) Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 4,54 4,49 Masing-masing data postes selanjutnya diuji normalitasnya. Setelah diuji, ternyata menunjukkan bahwa kedua data berasal daripopulasi berdistribusi normal. Selanjutnya uji homogenitas varians, dengan F hitung = 1,02 dan F daftar = 2,29. Karena Fhitung F tabel, yaitu 1,02 < 2,29, maka H 0 diterima dan H 1 ditolak. Artinya kedua varians tersebut homogen. Uji yang dilakukan selanjutnya yaitu uji hipotesis dengan uji perbedaan dia rata-rata. Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh t itung = 3,00 dan t 0,99(66) = 2,387. Untuk α = 1%, diperoleh t 0,99 66 = 2,387. Ternyata t hitung > 0,99 66 t yaitu 3,00 > 2,387, maka H 0 ditolak dan H 1 diterima. Artinya terdapat pengaruh positif penggunaan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik. Instrumen untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap pelajaran matematika melalui model pembelajaran ATI yaitu angket, yang masing-masing berjumlah 10 pernyataan. Sikap peserta didik yang diamati pada penelitian ini terdiri dari tiga komponen yaitu kognisi yang berkenaan dengan pengetahuan, afeksi berkenaan dengan tanggapan dan konasi yang berkenaan dengan kecenderungan peserta didik terhadap pelajaran matematika melalui model Interaction (ATI). Selanjutnya angket

dihitung dengan masing-masing skornya. Untuk pernyataan positif, SS = 5, S = 4, TS = 2 dan STS = 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif, SS = 1, S = 2, TS = 4 dan STS = 5. Pilihan netral tidak digunakan dengan alasan untuk menghindari keragu-raguan pada responden. Rata-rata skor angket sikap dapat dilihat pada gambar Tabel 2. Tabel 3 Rata-Rata Total Angket Kelompok Tinggi, Sedang dan Rendah Rata-Rata Total Skor kelompok tinggi 3,17 kelompok sedang 3,46 kelompok rendah 3,82 Pembahasan Dari hasil penelitian, tes kemampuan pemecahan masalah matematik setelah di uji normalitas kedua kelas berdistribusi normal. Dan hasil pengujian homogenitas menunjukkan bahwa varians kedua kelas homogen. Berdasarkan hasil perolehan dan pengelohan data yang di uji melalui analisis statistik dapat diperoleh beberapa gambaran yaitu untuk pembelajaran dengan model pembelajaran ATI pada materi perbandingan trigonometri dengan persiapan yang matang dan optimal, dapat memberikan hasil yang maksimal pada kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata yang diperoleh peserta didik yaitu 29,03. Sedangkan skor perolehan peserta didik kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran langsung, setelah mengadakan tes kemampuan pemecahan masalah matematik diperoleh rata-rata yaitu 25,74. Setelah uji hipotesis dengan uji perbedaan dua rata-rata diperoleh hasil bahwa t itung = 3,00 dan t daftar = 2,387, ternyata t itung = 3,00 > t 0,99(62) = 2,387. Maka dapat dikatakan terdapat pengaruh positif penggunaan model pembelajaran Aptitude reatment Interaction (ATI) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik. Selanjutnya angket sikap peserta didik diklasifikasikan menurut kelompok yaitu kelompok tinggi, sedang dan rendah. Hal ini dilakukan karena perlakuan yang diberikan kepada setiap kelompok berbeda sehingga angket disesuaikan dengan perlakuan yang diberikan. Dari hasil analisis, ratarata skor angket sikap kelompok tinggi yaitu 3,10. Rata-rata skor angket sikap peserta didik kelompok sedang yaitu 3,38. Sedangkan rata-rata skor angket

kelompok rendah yaitu 3,83. Ketiganya rata-rata yang lebih besar dari skor netral yaitu 3. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik semua kelompok bersikap positif terhadap pelajaran matematika melalui penggunaan model Interaction (ATI). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh positif penggunaan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik. Selain itu, sikap peserta didik terhadap matematika melalui penggunaan model Interaction (ATI) menunjukkan sikap yang positif. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis mengemukakan saran sebagai berikut: (1) Guru dapat menggunakan model Interaction (ATI) sebagai salah satu alternative dalam pelaksanaan pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik, (2) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan pembelajaran matematika melalui penggunaan model Interaction (ATI) dengan pokok kajian lebih luas dan populasi yang berbeda, (3) Pembelajaran kepada kelompok rendah diharapkan melalui tutor yang lebih banyak karena mereka membutuhkan lebih banyak bimbingan dari tutor. DAFTAR PUSTAKA Adjie, Nahrowi dan Maulana.(2006). Pemecahan Masalah Matematika. Bandung: UPI PRESS Muhsetyo, Gatot, et.al.(2008). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka Nurdin, Syafruddin.(2005). Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Ciputat: Quantum Teaching Suherman, Erman.(2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UPI TIM MKPBM.(2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:JICA