V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

dokumen-dokumen yang mirip
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA

Pematangan Gonad di kolam tanah

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

V. DESKRIPSI TAUFAN S FISH FARM

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

V. GAMBARAN UMUM 5.1 Sejarah Perusahaan 5.2 Lokasi

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

BAB III BAHAN DAN METODE

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

MODUL: PEMELIHARAAN LARVA SAMPAI UKURAN PASAR

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN Latar Belakang

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

Produksi ikan patin pasupati (Pangasius sp.) kelas pembesaran di kolam

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan

PEMIJAHAN LELE SEMI INTENSIF

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

II. BAHAN DAN METODE 2.1Prosedur Persiapan Wadah Persiapan dan Pemeliharaan Induk Pencampuran dan Pemberian Pakan

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN TEKNOLOGI PEMIJAHAN IKAN DENGAN CARA BUATAN (INDUCE BREEDING)

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM USAHA. Tabel 4. Penggunaan Lahan Pada Kecamatan Bekasi Utara Pada Tahun 2010

III. BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada 17 Januari 2016 di UD.

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

Gambar 3. Kolam yang diperguanak untuk Percontohan

METODOLOGI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

Pembenihan Jambal Siam (Pangasius sutchi )

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS. Oleh: Nama : Fandhi Achmad Permana NIM : Kelas : 11-S1TI-11 Judul : Bisnis Budidaya Ikan Nila

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Balai Benih Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BUDIDAYA IKAN KOI Cyprinus carpio DI KELOMPOK PETANI KOI SUMBER HARAPAN, KABUPATEN BLITAR, JAWA TIMUR

BUDIDAYA IKAN GURAME (Osphronemus gouramy)

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

Bab 3. Budidaya pembenihan ikan konsumsi

BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK. drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2011 sampai September 2011 bertempat

BAB III BAHAN DAN METODE

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele

MODUL TEACHING FACTORY

MODUL: PEMANENAN DAN PENGEMASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

MODUL: PEMANENAN DAN PENGANGKUTAN

PEMBENIHAN TERIPANG PUTIH (Holothuria scabra)

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

III. BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Program

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Proses pengambilan data yang dilakukan peneliti dalam memperoleh data tentang gambaran umum perusahaan dilakukan dengan wawancara, kemudian dilanjutkan dengan pemberian file dari pihak perusahaan untuk kemudian dipaparkan dalam penelitian ini. Beberapa data diperoleh langsung oleh peneliti dari perusahaan seperti sejarah berdirinya perusahaan, aspek organisasi dan manajemen perusahaan, aspek permodalan, aspek sumberdaya perusahaan. Data yang diperoleh merupakan data mentah dari perusahaan yang kemudian dilengkapi oleh peneliti dalam mempermudah pembaca dalam memahami skripsi ini. 5.1 Sejarah Perusahaan Darmaga Fish Culture merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang budidaya ikan hias air tawar. Secara letak geografisnya perusahaan Darmaga Fish Culture terletak di Selatan Jalan Ciherang, Desa Ciherang Pentas, RT 002/RW 05, Kecamatan Dramaga, Jawa Barat. Darmaga Fish Culture terletak di belakang terminal Laladon yang berjarak sekitar ± 100 meter dari terminal Laladon. Luas area perusahaan Darmaga Fish Culture yaitu 3.600 m 2, dengan tekstur tanah yang berpasir dan bebatuan. Batas lokasi Perusahaan Darmaga Fish Culture berada pada : Sebelah Utara berbatasan dengan sawah milik penduduk setempat Sebelah Timur berbatasan dengan kali Ciherang Sebelah Barat berbatasan dengan kolam pemancingan Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Ciherang Darmaga Fish Culture berdiri sejak tahun 2000 yang berawal dari hobi Pemilik Darmaga Fish Culture yaitu, Ir. Husni Manggabarani, Msi. yang suka dengan dengan usaha di bidang perikanan. Usaha pertama yang dijalankan di Darmaga Fish Culture adalah komoditi ikan konsumsi seperti ikan mas, bujaer, gurame dan sebagainya, pada saat menjalankan bisnis ikan konsumsi ini dikelola oleh Bapak Kholik. Pada bulan Juli 2004 seiring dengan adanya permintaan yang bagus dan sangat menjanjikan di pasaran terhadap ikan hias maka Darmaga Fish Culture mencoba merubah komoditas utamanya dari ikan konsumsi menjadi ikan 37

hias, pada bisnis ikan hias ini adanya pergantian pengelola yaitu, dari Bapak Kholik menjadi drh. Ria Puryanti Yahya, MSi. Perusahaan ini membudidayakan ikan hias dalam bentuk pembenihan. Pada tahun 2008 sampai sekarang, Darmaga Fish Culture merubah kembali komoditi utamanya dari ikan hias menjadi ikan patin siam yang diusahakan dalam bentuk pembenihan juga. Karena pada saat itu, benih ikan patin memiliki permintaan yang tinggi di pasaran. 5.2 Aspek Organisasi dan Manajemen Perusahaan Darmaga Fish Culture adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang budidaya pembenihan ikan patin. Kegiatan perusahaan akan berjalan dengan baik dan lancar apabila perusahaan mengelola kegiatan usahanya dengan sebaik mungkin. Salah satu upaya dari perusahaan yang harus dilakukan adalah menjalankan suatu struktur organisasi yang tepat dalam menjalankan usahanya. Dimana struktur organisasi merupakan sistem kegiatan yang terkoordinir dari sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan dibawah kepemimpinan suatu pimpinan. Struktur organisasi dalam suatu perusahaan dibagi menjadi empat macam sistem yaitu sisttem lini, fungsional, divisional dan matriks. Adapun struktur organisasi yang diterapkan oleh perusahaan Darmaga Fish Culture adalah organisasi sistem lini. Sistem lini dibuat untuk perusahaan kecil seperti industri rumah tangga dan organisasi ini bersifat langsung dimana garis perintah berlangsung secara vertikal. Pada suatu struktur organisasi yang berlangsung secara vertikal merupakan garis perintah dari atasan kepada bawahan untuk menjalankan tugas dan kewajibannya. Secara garis besar, struktur organisasi pembenihan ikan patin di Darmaga Fish Culture dapat dilihat pada Gambar 5. Pemilik Pengelola Karyawan Gambar 5. Struktur organisasi di Darmaga Fish Culture 38

Pada Gambar 5, menunjukan bahwa struktur organisasi perusahaan di Darmaga Fish Culture dipimpin oleh pengelola perusahaan. Tugas pengelola perusahaan yaitu merencanakan, mengelola, melaksanakan, dan mengevaluasi kinerja dan kontinuitas perusahaan. Pengelola perusahaan merangkap dalam bidang pemasaran dan membawahi 4 karyawan yang bekerja pada bagian produksi. Masing-masing karyawan saling membantu dan melaksanakan tugas kerjanya. 5.3 Aspek Sumberdaya Perusahaan Sumberdaya merupakan faktor penting perusahaan untuk melakukan kegiatan usahanya. Sumberdaya yang dimiliki suatu perusahaan terdiri dari 2 jenis yaitu sumberdaya manusia dan sumberdaya fisik. Sumberdaya yang dimiliki Darmaga Fish Culture dijabarkan dibawah ini. 5.3.1 Karyawan Pada Darmaga Fish Culture seluruh kegiatan operasionalnya masih mengandalkan tenaga kerja. DFC memiliki karyawan sebanyak 5 orang yang terdiri dari 2 orang sebagai pengelola yang mencakup bagian administrasi dan bagian pemasaran. Sedangkan untuk bagian produksi dilakukan oleh 3 orang karyawan lainnya, tetapi terkadang pengelola juga ikut membantu bagian produksi apabila dibutuhkan. Besarnya gaji yang diberikan antara karyawan yang satu dengan yang lainnya tergantung kepada lamanya bekerja di DFC. Hal itu yang menyebabkan gaji karyawan di DFC berbeda antara satu karyawan dengan yang lainnya. 5.3.2 Kepemilikan Peralatan Peralatan yang dimiliki DFC cukup memadai dan sangat mendukung terlaksananya kegiatan perusahaan sehari-hari. Peralatan yang dimiliki DFC tersebut dapat membatu karyawan bekerja sesuai dengan tugasnya sehingga dapat meningkatkan hasil produksi. Adapun peralatan yang digunakan seperti, Mesin diesel, Blower, selang penyipon, selang kateter, akuarium, kompor gas, saringan, termometer, corong penetasan, waring, bak fiber, tabung oksigen dan lain-lain 39

5.3.3 Aspek Permodalan Modal yang dimiliki Darmaga Fish Culture terdiri dari modal lancar dan tidak lancar. Modal lancar adalah modal uang tunai yang dimiliki Darmaga Fish Culture sedangkan modal tidak lancar yaitu kepemilikan lahan, bangunan, peralatan dan perlengkapan usaha bisnis Darmaga Fish Culture. Modal yang dimiliki Darmaga Fish Culture sangat penting untuk digunakan dalam perencanaan kuantitas produksi sehingga rencana yang telah ditetapkan Darmaga Fish Culture dapat berjalan dengan baik. Pada awal berdiri, pemilik hanya memiliki modal berupa uang tunai sekitar Rp 250.000.000,- yang berasal dari modal pribadi. Modal tersebut digunakan pemilik untuk membeli lahan, membangun lokasi produksi serta kebutuhan yang menunjang seperti peralatan, perlengkapan produksi dan pengemasan. 5.4 Unit Bisnis Unit Bisnis yang ada di Darmaga Fish Cuture terdiri hanya 1 unit bisnis saja yaitu pembenihan ikan Patin, berbeda saat dahulu Darmaga Fish Culture bergerak di komoditi ikan hias, Perusahaan melihat peluang pasar yang cukup menjanjikan di budidaya pembenihan ikan patin ini, karena itu perusahaan mencoba fokus didalam bisnis pembenihan ikan patin. 5.4.1 Proses Budidaya Ikan Patin Adapun alur proses produksi pembenihan ikan patin yang terdapat di Darmaga Fish Culture dapat dilihat pada Gambar 6. 40

Penyiapan dan pemilihan induk patin Penyuntikan Stripping Pemeliharaan induk Penetasan telur Penebaran telur di akuarium Panen dan Pasca panen Pemeliharaan : - Pemisahan telur yang menetas dengan yang tidak - Pemberian pakan - Penjagaan suhu - Pembersihan dan pengisian air akuarium - Pemberantasan hama dan penyakit Gambar 6. Proses Produksi Pembenihan Ikan Patin di Darmaga Fish Culture A. Pemeliharaan induk 1. Tempat pemeliharaan Wadah pemeliharaan induk ikan patin berupa kolam (air tenang) dengan kontruksi tembok. Luas kolam yang ada di DFC untuk tempat pemeliharaan induk adalah (10 x 25 x 1,5) m yang dibagi 5 sekat dengan masing-masing ukuran (10 x 5 x 1,5) m dengan padat tebar 2 ekor/m 2. 2. Pemberian pakan Induk ikan patin perlu mendapatkan asupan pakan dengan jumlah yang cukup serta mutu yang baik. Kadar protein untuk pakan induk adalah 32 persen- 40 persen dengan tingkat pemberian pakan 2-3 persen dari bobot biomas ikan/hari dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali/hari. Pakan yang diberikan pada induk ikan patin berupa pakan buatan, yaitu berupa pellet terapung. Jenis pellet yang digunakan DFC adalah jenis pellet terapung dengan merk turbo feed. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 1 kg/ kolam dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali, yaitu pagi dan sore. 41

B. Penyiapan dan pemilihan induk Induk merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha pembenihan ikan patin. Induk yang baik dan sehat tentu akan menghasilkan benih yang baik pula. Induk ikan patin yang akan disuntik (dipijahkan) harus diseleksi terlebih dahulu, yaitu dengan memilih induk-induk betina dan jantan yang telah matang gonad atau siap pijah. Penangkapan induk harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindari agar ikan tidak stress. Cara penangkapan induk ikan patin yang dilakukan di DFC adalah dengan menggunakan jaring, penangkapan tersebut. Setelah dilakukan pemilihan dan penyeleksian induk, baru kemudian induk-induk patin tersebut disimpan dikolam untuk dilakukan penyuntikan nantinya. Satu ekor induk patin dapat dipijahkan sebanyak 4 kali dalam setahun dengan masa produktivitas 10 tahun. C. Penyuntikan Penyuntikan yang dilakukan oleh di DFC dilakukan dengan menggunakan ovaprim atau korullon yang berfungsi untuk membantu mematangkan sel telur dan memudahkan telur keluar dari perut induk. Sebelum dilakukan penyuntikan induk patin tersebut ditimbang terlebih dahulu untuk menentukan dosis yang diberikan, karena banyaknya dosis yang diberikan tergantung pada berat ikan patin tersebut. Induk yang disuntik hanya induk betina saja sedangkan induk jantan tidak mengalami proses penyuntikan. Dosis yang diberikan untuk induk betina adalah 0,5 ml/kg ovaprim dan 0,5 ml/kg chorullon. Penyuntikan tahap pertama dilakukan pada sore hari pada pukul 16.00 WIB dengan menggunakan chorullon dan tahap kedua dilakukan setelah selang waktu 24 jam dari penyuntikan tahap pertama dengan menggunakan ovaprim. Penyuntikan dilakukan oleh 2 orang dengan tujuan agar induk ikan tidak berontak, 1 orang memegangi induk patin, 1 orang lagi yang menyuntik. Sebelum disuntik ikan harus rileks terlebih dahulu dan bila perlu mata atau kepala ikan ditutup dengan menggunakan kain yang basah agar ikan tidak berontak. D. Stripping Proses stripping dilakukan pada pagi hari, dengan jangka waktu 24 jam setelah dilakukan penyuntikan. Stripping dilakukan dengan cara memijat bagian perut induk patin betina. Caranya adalah induk patin betina dipegang dengan 42

kedua tangan, tangan kiri memegang pangkal ekor sedangkan tangan kanan memegang perut bagian bawah, ujung kepala induk patin betina ditopangkan ke pangkal paha, selanjutnya perut diurut secara perlahan-lahan dari arah bagian depan ke arah bagian belakang dengan menggunakan jari tengah dan jempol, telur yang ada di dalam perut harus dikeluarkan sampai benar-benar tidak tersisa, telurtelur hasil stripping tersebut kemudian ditaruh dalam wadah berupa baskom,. Stripping yang dilakukan pada induk jantan tidak jauh berbeda dengan stripping yang dilakukan pada induk betina. Setelah sperma dikeluarkan kemudian disatukan dengan telur yang ada didalam wadah dengan menggunakan bulu ayam agar tercampur rata. Untuk meningkatkan fertilasi (pembuahan), ditambahkan larutan NaCl ke dalam campuran telur dan sperma tadi. E. Penebaran telur ke dalam akuarium Setelah campuran telur dan sperma tadi merata, kemudian ditebar ke dalam akuarium. Akuarium yang akan ditebari telur, sebelumnya harus dikeringkan dan diisi dengan air bersih sampai kurang lebih 20 cm selama 1-2 hari sebelum telur ditebar. Setiap akuarium dapat ditebari telur sampai dengan 10.000-15.000 telur, dan setelah telur itu ditebar ke dalam akuarium kemudian tiap akuarium yang berisi telur tersebut diberikan mytelin blue yang berguna sebagai antiseptic sebanyak 2 centong untuk tiap akuariumnya. F. Penetasan telur Penetasan telur yang ada di Darmaga Fish Culture menggunakan dua cara yaitu dengan menggunakan penetasan alami di dalam akuarium dan penetasan yang menggunakan corong. Penetasan dengan menggunakan corong sebenarnya lebih efisien karena larva yang menetas lebih mudah untuk dihitung serta larva yang dihasilkan lebih kuat dari pada larva yang dihasilkan dengan penetasan alami di akuarium. Resiko keracunan juga relatif rendah, karena kualitas air dapat mudah diperbaiki dengan menambahkan air segar. Sedangkan untuk penatasan secara alami kelemahannya adalah kita tidak dapat mengetahui berapa banyak jumlah telur yang menetas serta resiko larva keracunan relatif tinggi. Namun kelebihannya adalah tidak terlalu sering diperiksa keadaan kontinuitas aliran airnya. 43

Cara penetasan dengan menggunakan corong di DFC untuk saat ini sudah tidak dipergunakan lagi oleh pihak perusahaan. Hal ini dikarenakan tingkat keberhasilan telur menetas sangat rendah sehingga perusahaan lebih memilih penetasan menggunakan sistem alami yang tingkat penetesannya lebih baik dari pada sistem corong. G. Pemeliharaan 1. Pemisahan telur yang menetas dengan telur yang tidak menetas Pemisahan telur yang tidak menetas dengan yang menetas dilakukan dengan cara akuarium disedot airnya agar telur yang ada di dasar akuarium dapat terangkat dengan menggunakan selang, kemudian air dan sisa telur tersebut ditampung ke dalam wadah berupa ember plastik dan baskom, hingga akuarium bersih dari ampas telur dan sisa telur yang gagal. Benih ikan yang tersedot akan diambil dengan menggunakan centong dan dikembalikan ke akuarium. 2. Pemberian pakan Pemberian pakan dilakukan pada larva yang telah berumur 2 hari. Pakan yang digunakan adalah jenis pakan alami, yaitu artemia dan cacing sutera. a) Artemia Pemberian pakan artemia dilakukan setelah telur-telur tersebut menetas yaitu dari hari ke-2 sampai hari ke-3. Satu kaleng artemia yang berukuran 425 gram idealnya dapat digunakan untuk 100.000 ekor larva, akan tetapi di Darmaga Fish Culture sendiri 0,5 kaleng artemia tersebut digunakan untuk 450.000 ekor larva. Pemberian pakan artemia dilakukan setiap 2 jam sekali. Pada hari ke-4 sampai hari ke-5 larva masih diberikan pakan artemia, tetapi pakan artemia diberikan bergantian dengan cacing sutera yang telah dipotong-potong halus dengan pisau. b) Cacing Pakan cacing diberikan setelah benih berumur lebih dari 6 hari. Takarannya yaitu ¼ kg cacing ditambah dengan 13 liter air, dapat digunakan untuk 82 akuarium dengan takaran 1 centong per akuarium. Cacing-cacing yang akan digunakan untuk pakan harus dihaluskan terlebih dahulu dengan menggunakan pisau dan talenan baru kemudian dicampur dengan air. Pemberian 44

pakan cacing dilakukan setiap 3 jam sekali. Pemberian pakan ini diberikan sampai umur benih siap untuk panen. H. Penjagaan suhu Suhu didalam ruangan atau hatchery yang digunakan untuk pemeliharaan larva, harus selalu dijaga, jangan sampai suhu tersebut terlalu dingin ataupun terlalu panas. Suhu ideal ruangan adalah C, jika suhu ruangan atau hatchery berada pada suhu dibawah 28 C-29 C maka harus dilakukan pemanasan ruangan dengan menggunakan kompor gas, yang diletakkan di tengah ruangan (hatchery) antar akuarium. Akan tetapi, jika suhu di ruangan sudah berada diatas 29 C, maka kompor gas tersebut dimatikan dan seluruh pintu ruangan dibuka agar suhunya turun. I. Pembersihan dan pengisian air akuarium Akuarium yang berisi larva atau calon benih harus selalu dalam keadaan bersih, setiap hari akuarium dibersihkan dengan cara menyifon atau membuang kotoran yang berada di dasar wadah akuarium dengan menggunakan selang kecil. Pergantian air dilakukan sebanyak 30-50 persen pada hari ketiga dengan air yang sesuai dengan kebutuhan hidup larva. Tujuan dilakukan penyiponan adalah untuk menghindari penumpukan bahan organi yang berasal dari kotoran, larva yang mati atau sisa pakan yang dapat mengakibatkan meningkatnya kandungan amoniak dalam air. Setelah dibersihkan kemudian akuarium diisi kembali dengan air bersih secara bertahap sampai batas 15 cm sebelum mulut akurium. Sebelum diisi dengan air, akuarium tersebut dimasukan air garam terkebih dahulu. Setiap akuarium dimasukan air garam sebanyak 2 centong. J. Pemberantasan hama dan penyakit Penyakit yang sering menyerang benih ikan patin adalah penyakit bakteri dan parasit. Bakteri yang umum menyerang benih ikan patin adalah bakteri Aeromonas dan White spot. Tanda-tanda benih yang terserang bakteri Aeromonas dalah permukaan tubuh ikan ada bagian-bagian yang berwarna merah darah terutama pada bagian dada, pangkal sirip dan perut, selaput lender berkurang dan tidak licin, di beberapa bagian tubuh ikan kulitnya melepuh, sirip rusak dan pecah-pecah, insang rusak dan berwarna keputih-putihan sampai kebiru-biruan dan ikan lemah, hilang keseimbangan serta mudah ditangkap. 45

Untuk benih yang terserang White spot tanda-tandanya adalah pada tubuh ikan terdapat bintik-bintik putih. Adapun cara pengobatan yang digunakan DFC untuk ikan yang terserang bakteri maupun penyakit adalah dengan menggunakan garam dapur (NaCl) dan cifrolicacim. K. Panen dan Pasca Panen Panen merupakan masa akhir pemeliharaan. Panen benih dilakukan dengan pertimbangan kebutuhan pasar atau telah tercapainya target ukuran, yaitu ukuan benih ¾ inchi. Sebelum dilakukan pemanenan ikan dipuasakan terlebih dahulu untuk mengosongkan perut, sehingga tidak banyak kotoran yang dikeluarkan pada saat pengangkutan. Lamanya pemuasaan disesuaikan dengan lamanya waktu tempuh dan transportasi. Untuk waktu tempuh 10 jam diperlukan pemuasaan minimal 24 jam. Sistem pengemasan dan pengangkutan di DFC menggunakan sistem tertutup yaitu dengan menggunakan kantong plastik yang diberi tambahan air dan oksigen. Perbandingan oksigen terlarut dan air adalah 2 : 1. Kapasitas angkut 50 g/l air. 46