III. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

INDUKSI REMATURASI IKAN PATIN SIAM DENGAN KOMBINASI PENYUNTIKAN HORMON PMSG MIX DAN PENAMBAHAN VITAMIN MIX 200 mg/kg PAKAN UTHAMI NAGIN LESTARI

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. salah satu daya pikat dari ikan lele. Bagi pembudidaya, ikan lele merupakan ikan

I. PENDAHULUAN. Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Ikan baung (Mystus nemurus) adalah ikan air tawar yang terdapat di

II. BAHAN DAN METODE 2.1Prosedur Persiapan Wadah Persiapan dan Pemeliharaan Induk Pencampuran dan Pemberian Pakan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Fekunditas Pemijahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Persiapan Wadah Persiapan dan Pemeliharaan Induk Peracikan dan Pemberian Pakan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Reproduksi dan Perkembangan Gonad Ikan Lele. Ikan lele (Clarias sp) pertama kali matang kelamin pada umur 6 bulan dengan

3 METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan benih ikan mas, nila, jambal, bawal dan bandeng di bendungan

I. PENDAHULUAN. Usaha budidaya ikan baung telah berkembang, tetapi perkembangan budidaya

I. PENDAHULUAN. lkan nila merupakan salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan nila

ikan jambal Siam masih bersifat musiman,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Gonad Ikan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Perlakuan Perendaman (%)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan

Kata kunci: ikan nila merah, tepung ikan rucah, vitamin E, TKG, IKG

II. TINJAUAN PUSTAKA. ukuran panjang tubuh sekitar 20 cm dan ukuran berat tubuh gram. Di

Titin Herawati, Ayi Yustiati, Yuli Andriani

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

THE EFFECT OF IMPLANTATION ESTRADIOL-17β FOR FERTILITY, HATCHING RATE AND SURVIVAL RATE OF GREEN CATFISH (Mystus nemurus CV)

INDUKSI PEMATANGAN GONAD IKAN PATIN SIAM Pangasianodon hypophthalmus SECARA HORMONAL MENGGUNAKAN OODEV MELALUI PAKAN SELAMA 4 MINGGU ARMAN DEA NUGRAHA

KINERJA REPRODUKSI DENGAN INDUKSI OODEV DALAM VITELOGNESIS PADA REMATURASI INDUK IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DI DALAM WADAH BUDIDAYA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

statistik menggunakan T-test (α=5%), baik pada perlakuan taurin dan tanpa diberi Hubungan kematangan gonad jantan tanpa perlakuan berdasarkan indeks

REKAYASA REMATURASI IKAN PATIN SIAM

EFEK SUPLEMENTASI Spirulina platensis PADA PAKAN INDUK TERHADAP PROFIL ASAM LEMAK TELUR IKAN NILA Oreochromis niloticus

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENINGKATAN PERFORMA REPRODUKSI IKAN PATIN SIAM

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

BAB I. PENDAHULUAN. Protein adalah jenis asupan makan yang penting bagi kelangsungan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

3.KUALITAS TELUR IKAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh pencekokan ekstrak rimpang rumput teki terhadap diameter oosit

PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Desember (Amornsakun dan Hassan, 1997; Yusuf, 2005). Areal pemijahan

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Kelangsungan Hidup

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

III. BAHAN DAN METODE

5 KINERJA REPRODUKSI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI

PEMATANGAN GONAD IKAN GABUS BETINA

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN TEKNOLOGI PEMIJAHAN IKAN DENGAN CARA BUATAN (INDUCE BREEDING)

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp.

PEMATANGAN GONAD CALON INDUK IKAN PATIN SIAM

III. BAHAN DAN METODE

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN

Kata Kunci : Induksi,Hormon,Matang gonad

FOR GONAD MATURATION OF GREEN CATFISH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Reproduksi dan Perkembangan gonad. Pertumbuhan.(G) pada ikan dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu:

PENAMBAHAN VITAMIN E DALAM PAKAN UNTUK MENINGKATKAN POTENSI REPRODUKSI INDUK IKAN SEPAT HIAS ( Trichogaster sp )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

PEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik

REKAYASA REMATURASI IKAN BETOK (Anabas testudieus) MENGGUNAKAN HORMON OODEV PADA DOSIS BERBEDA MELALUI PENYUNTIKAN DENGAN RENTANG WAKTU 6 HARI

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN TAWES (PUNTIUS JAVANICUS) JOIS

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2015),

PENDAHULUAN. pemotongan hewan (TPH) adalah domba betina umur produktif, sedangkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi yang banyak

HASIL. Parameter Utama

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten diantara 5

PRODUKSI LARVA PADA INDUK PATIN Pangasianodon hypophthalmus BETINA PASCA INDUKSI REMATURASI DENGAN OODEV DAN KUNYIT Curcuma longa MELALUI PAKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN DIAMETER TELUR IKAN BETOK (Anabas Testudineus) YANG DIBERI PAKAN DIPERKAYA VITAMIN E DENGAN DOSIS BERBEDA

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

Transkripsi:

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perlakuan penyuntikan hormon PMSG menyebabkan 100% ikan patin menjadi bunting, sedangkan ikan patin kontrol tanpa penyuntikan PMSG tidak ada yang bunting (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa PMSG dapat menginduksi perkembangan gonad ikan patin. Tabel 2. Tingkat kebuntingan, persentase induk matang gonad, waktu rematurasi dan fekunditas induk ikan patin Pangasionodon hypophthalmus hasil perlakuan PMSG dan kontrol. Perlakuan N Tingkat Kebuntingan (%) Induk Matang Gonad (%) Rentang Waktu maturasi (minggu ke-) Fekunditas (butir/kg bobot induk) Kontrol 4 - - - - 5 IU 4 100% - - - 10 IU 4 100% 50% 5 dan 6 157.576 ± 34.283 20 IU 4 100% 25% 6 290.909 Keterangan: n: jumlah individu Induk matang gonad pada perlakuan 10 IU sebesar 50% (2 ekor dari 4 ekor ikan perlakuan) dan pada perlakuan 20 IU sebesar 25% (1 ekor dari 4 ekor ikan perlakuan). Kematangan gonad induk patin pada penelitian ini tidak mencapai 100% diduga karena keterbatasan waktu pengamatan, yaitu hanya 6 minggu. Lama waktu pemeliharaan calon induk hingga matang kelamin biasanya sekitar 4 bulan dan tidak semua calon induk matang kelamin, hanya sekitar 20% - 30% (Susanto dan Amri, 1996). Kelebihan hasil penelitian ini yaitu induk patin matang gonad dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat (6 minggu) walaupun hanya 25-50% dari induk perlakuan, sedangkan biasanya induk matang gonad sekitar 20-30% setelah 4 bulan pemeliharaan. Induk yang dipijahkan yaitu hanya yang benar-benar siap untuk memijah sehingga walaupun 100% induk bunting hasil PMSG (Tabel 2), tetapi hanya 3 ekor saja yang dipijahkan. Induk yang sudah matang gonad dan siap untuk 10

disuntik dicirikan dengan ukuran telur yang besar dan seragam, dan tidak terdapat telur yang bening/transparan. Induk matang gonad ditemukan pada minggu ke-5 atau setelah penyuntikan PMSG ke-4 yaitu pada perlakuan penyuntikan 10 IU, dan pada minggu ke-6 induk matang gonad ditemukan pada perlakuan penyuntikan 10 IU dan 20 IU. Perlakuan penyuntikan 5 IU tidak ditemukan induk matang gonad. Namun keberadaan telur terdeteksi pada minggu ke-4 atau setelah penyuntikan PMSG ke-3 pada semua perlakuan, kecuali kontrol. Fekunditas induk patin perlakuan 10 IU sebesar 170909 ± 15427,78 butir/kg bobot induk dan fekunditas perlakuan 20 IU sebesar 290.909 butir/kg bobot induk. Seperti dipelihatkan pada Tabel 3, penyuntikan PMSG tidak memberikan pengaruh beda nyata terhadap peningkatan bobot rata-rata ikan (P>0,05). Bobot rata-rata ikan kontrol adalah 0,950±0,544 kg; ikan yang diberi PMSG 5 IU 1,275±0,15 kg; 10 IU 0,750± 0,2646 kg dan ikan perlakuan 20 IU adalah 0,95±0,3317 kg. Selanjutnya, nilai SGR (Tabel 3) induk ikan patin sama antara perlakuan dan kontrol (P>0,05). Nilai SGR ikan perlakuan penyuntikan hormon PMSG dosis 20 IU adalah sebesar 1,73 ± 0,44%; dosis 10 IU sebesar 1,24±0,81%; dosis 5 IU 0,7125 ± 0,46% dan kontrol adalah 0,71± 0,35%. Sementara itu, nilai GR berbeda antara perlakuan 20 IU dengan kontrol (P<0,05), tetapi antara kontrol dengan perlakuan 5 IU dan 10 IU dan antar perlakuan tidak berbeda (P>0,05). Tabel 3. Bobot tubuh, SGR dan GR induk ikan patin Pangasionodon hypophthalmus hasil perlakuan PMSG dan kontrol. Perlakuan n Bobot rata-rata (kg) SGR (%) GR (g/hari) Kontrol 4 0,95 ± 0,54 a 0,71 ± 0,35 a 54 ± 0,29 a 5 IU 4 1,27 ± 0,15 a 0,71 ± 0,46 a 95 ± 0,67 ab 10 IU 4 0,75 ± 0,26 a 1,24 ± 0,81 a 72 ± 0,27 ab 20 IU 4 0,95 ± 0,33 a 1,73 ± 0,44 a 155 ± 0,45 b Keterangan: SGR : Specific growth rate (laju pertumbuhan harian) GR : Growth rate (laju pertumbuhan bobot) n : jumlah individu Diameter telur yang diovulasikan oleh induk ikan patin hasil perlakuan 20 IU relatif lebih besar dari pada hasil pelakuan 10 IU (Gambar 9). Nilai FR telur 11

(Tabel 4) relatif sama antara induk patin hasil perlakuan 10 IU (35,57±10,79%) dan 20 IU (54,28%). Sementara itu, nilai HR telur dan SR larva dari induk hasil perlakuan 20 IU (masing-masing 78,81% dan 90,51%) relatif lebih tinggi dibandingkan hasil perlakuan 10 IU (44,30 ± 13,87% untuk HR, 79,81 ± 13,87% untuk SR larva). 1 0.9 Diameter telur (mm) 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 Kontrol 5 IU 10 IU 20 IU Kontrol 5 IU 10 IU 20 IU Perlakuan PMSG Gambar 9. Diameter telur induk ikan patin perlakuan PMSG dan penambahan vitamin mix 200 mg/kg pakan. Tabel 4. FR dan HR telur serta SR larva ikan patin Pangasionodon hypophthalmus hasil perlakuan PMSG dan kontrol. Perlakuan n FR (%) HR (%) SR (%) Kontrol 4 - - - 5 IU 4 - - - 10 IU 4 35,57 ± 10,79 44,30 ± 13,87 79,81 ± 13,87 20 IU 4 54,28 78,81 90,51 Keterangan: FR: Fertilization rate (derajat pembuahan) HR: Hatching rate (derajat pembuahan) SR: Survival rate (derajat kelangsungan hidup) 4.2 Pembahasan Vitellogenesis merupakan proses pembentukan atau sintesis kuning telur. Proses ini diawali dengan hipotalamus melepaskan GnRH yang akan merangsang 12

kelenjar hipofisis mensekresi FSH. Selanjutnya FSH berperan dalam proses vitellogenesis. Menurut Zairin (2003), FSH atau GTH-I bekerja pada lapisan teka di oosit, peningkatan konsentrasi FSH menyebabkan lapisan teka mensintesis testosteron yang selanjutnya pada lapisan granulosa testosteron ini akan diubah menjadi estradiol-17β oleh enzim aromatase. Selanjutnya estradiol-17β beredar menuju hati, memasuki jaringan dengan cara difusi secara spesifik merangsang sintesis vitellogenin atau bakal kuning telur (Ng & Idler, 1983 dalam Indriastuti, 2000). Vitellogenin dibawa oleh aliran darah menuju gonad lalu terjadilah penyerapan vitellogenin secara selektif di gonad oleh lapisat folikel oosit (Zohar, 1989; Yaron, 1995; Blazquet et al., 1998 dalam Zairin, 2003) yang menyebabkan gonad membesar sampai ukuran maksimal. Ukuran oosit/gonad yang membesar berpengaruh terhadap bobot induk patin. Oleh karena itu, perkembangan gonad secara tidak langsung dapat diamati dengan melakukan pengukuran laju pertumbuhan harian (SGR) induk yaitu selisih antara bobot rata-rata akhir pemeliharaan dengan bobot rata-rata awal pemeliharaan dan dibandingkan dengan waktu pemeliharaan. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa SGR tidak berbeda secara statistik sehingga keberhasilan perkembangan gonad dilihat dari tingkat kebuntingan induk ikan patin. Hormon PMSG dan HCG merupakan jenis-jenis hormon gonadotropin yang sangat penting bagi proses reproduksi. PMSG adalah hormon yang terdapat dalam serum darah bangsa Eguidae (kuda, zebra) yang sedang bunting muda dengan konsentrasi tinggi, dihasilkan oleh mangkok-mangkok endometrium uterus dan tidak disekresikan melalui urin tetapi terdapat dalam konsentrasi tinggi dalam serum darah kuda (Toelihere, 1988 dalam Ardiansyah, 2005). PMSG memiliki daya kerja merangsang terbentuknya folikel, merangsang pertumbuhan sel-sel interestrial dan merangsang terbentuknya sel-sel lutea. PMSG sangat banyak mengandung unsur daya kerja FSH dan sedikit LH (Basuki, 1995) sehingga baik digunakan untuk menginduksi proses vitellogenesis (pematangan gonad) karena proses vitellogenesis sangat dipengaruhi oleh FSH (Zairin, 2003). Selain itu, PMSG juga sudah digunakan untuk menginduksi rematurasi pada mamalia di luar musim pemijahannya. Penentuan dosis penyuntikan hormon PMSG berdasarkan kalibrasi dari dosis PMSG yang umum digunakan pada hewan 13

terestrial. Penelitian Gates dan Bozarts (1978) membuktikan bahwa tikus hibrid berusia 22-27 hari dapat matang gonad dengan pemberian PMSG dosis 2,5 IU. Pada penelitian ini persentase kebuntingan sebesar 100% pada semua perlakuan penyuntikan hormon PMSG dan 0% pada perlakuan kontrol. Kebuntingan induk dihitung secara visual melalui pengamatan terhadap bentuk perut dan keberadaan telur dengan kanulasi. Telur mulai dapat dikanulasi pada minggu ke-4 atau setelah penyuntikan ke-3. Induk matang gonad adalah induk yang siap memijah. Ciri-ciri induk patin matang gonad yaitu perut terasa empuk dan halus bila diraba, kloaka membengkak dan berwarna merah tua, kulit pada bagian perut lembek dan tipis, kalau di sekitar kloaka ditekan akan keluar beberapa butir telur yang bentuknya bundar dan besarnya seragam. Pengambilan telur juga dapat dilakukan dengan proses kanulasi. Sjafei et al. (1991) mengemukakan bahwa pakan merupakan komponen penting dalam proses pematangan gonad karena vitellogenesis membutuhkan nutrien. Fekunditas dan kualitas oosit sangat ditentukan oleh kualitas pakan yang diberikan. Hardjamulia (1988) dalam Muflikhah et al. (2005) pun menyebutkan bahwa penyediaan pakan yang berkualitas dan mencukupi akan mempengaruhi keberhasilan pematangan gonad, pemijahan, peningkatan kualitas telur dan fekunditas. Ketersediaan nutrien seperti protein, asam lemak esensial, vitamin, mineral yang cukup dan berkualitas akan mendorong pematangan gonad serta menghasilkan oosit yang berkualitas tinggi (Watanabe et al., 1995). Induk patin selama penelitian diberi pakan buatan berprotein tinggi dan dicampur vitamin mix yang mengandung beberapa vitamin yang sangat berpengaruh dalam proses pematangan gonad seperti vitamin C dan E berfungsi sinergi sebagai antioksidan, melindungi asam lemak secara in vivo dan in vitro (Machlin, 1990 dalam Murtedjo, 2008). Pakan yang digunakan pada penelitian ini adalah pakan buatan dengan kadar protein sebesar 31-33 %. Pakan tersebut dicampur dengan vitamin mix dengan dosis 200 mg/kg pakan. Penelitian Darwisito (2006) menunjukkan bahwa ikan nila yang diberi pakan dengan tambahan vitamin E 150 mg/kg dan minyak ikan 30 kg/kg setelah 42 hari sebagian besar mencapai TKG IV. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan dosis vitamin mix sebesar 200 mg/kg pakan. Vitamin mix yang 14

digunakan biasanya untuk meningkatkan produksi dan kualitas telur pada ternak unggas. Vitamin A pada dosis 1-3 µg karotenoid per gram telur dapat menentukan kualitas telur. Pada dosis tersebut dapat meningkatkan prosentase penetasan lebih dari 80% dan karotenoid berfungsi sebagai respirasi dalam telur (Craik 1985). Folic acid atau asam folat berfungsi dalam sintesis DNA dan RNA, sangat esensial untuk meningkatkan pertumbuhan, siklus reproduksi di setiap sel, dan bekerja sama dengan vitamin B 12 dalam pembentukan sel darah merah. B 12 juga berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan larva dan kelangsungan hidup larva (Murtejo, 2008). Menurut Alava et al. (1993) yang dikutip oleh Yulfiperius et al. (2003) bahwa vitamin E bertungsi sebagai pemelihara keseimbangan intraselluler dan sebagai antioksidan. Sebagai antioksidan, vitamin E dapat melindungi lemak agar tidak teroksidasi, misalnya lemak atau asam lemak yang terdapat pada membran sel, sehingga proses embriogenesis berjalan dengan normal dan hasil reproduksi dapat ditingkatkan. Hasil analisis ragam menunjukkan perlakuan penyuntikan PMSG tidak memberi pengaruh berbeda nyata terhadap SGR atau laju pertumbuhan harian. Hal ini diduga akibat dari dosis penambahan vitamin mix sebesar 200 mg/kg pada pakan yang menyebabkan energi yang dihasilkan dari pakan tidak hanya dialokasikan untuk pematangan gonad saja akan tetapi juga untuk proses pertumbuhan somatik. Sehingga dosis perlakuan penyuntikan PMSG menjadi tidak berbeda nyata terhadap nilai SGR induk. Namun hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penyuntikan PMSG memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap GR. Berdasarkan kematangan gonad induk selama kurun waktu pemeliharaan dapat dilihat bahwa penyuntikan PMSG sebesar 10 IU mengalami kematangan gonad yang lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Persentase induk matang gonad pada perlakuan penyuntikan 10 IU sebesar 50% dan 25% pada perlakuan penyuntikan 20 IU. Kematangan gonad induk terjadi pada minggu ke-5 dan minggu ke-6. Pemeliharaan calon induk hingga matang kelamin biasanya selama sekitar 4 bulan dan tidak semua calon induk matang kelamin, hanya sekitar 20% - 30% (Susanto dan Amri, 1996). Sedangkan hasil 15

penelitian Indriastuti (2000) pada ikan patin yang diimplant hormon estradiol-17β pada bulan Mei baru mencapai TKG IV pada hari ke-120 dari implantasi awal. Fekunditas yaitu jumlah telur yang dihasilkan per kg bobot induk. Fekunditas berhubungan erat dengan lingkungan, ketersediaan makanan, kecepatan pertumbuhan dan tingkah laku pemijahan (Nikolsky, 1969 dalam Murtejo, 2008). Berdasarkan penelitian Prabowo (2007), fekunditas dipengaruhi oleh vitamin mix. Fekunditas induk patin menurut SNI (2000) berkisar antara 120.000 sampai dengan 200.000 butir/kg bobot induk. Sedangkan fekunditas patin hasil penelitian sebesar 170909 ± 15427,78 s.d 290.909 butir/kg bobot induk. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas induk hasil perlakuan penyuntikan dengan hormon PMSG memiliki kualitas yang baik dan sesuai standar. Diameter telur patin hasil penelitian berkisar antara 0,724 ± 0,062 s.d 0,94 ± 0,374 mm. Ukuran diameter telur ini dipengaruhi oleh penambahan vitamin mix (Murtejo, 2008). Sedangkan diameter telur patin menurut hasil penelitian Yulfiperius et al., (2003) sebesar 1,12 ± 0,07 s.d 1,14 ± 0,10 mm dan berdasarkan hasil penelitian Indriastuti (2000) diameter telur patin yang diimplantasi pada bulan April dan dikanulasi pada bulan Juni (hari ke-60) sebesar 0,407 ± 0,046 s.d 0,480 ± 0,055 mm. Selain itu, menurut SNI (2000) diameter telur patin yang ideal sebesar 1 s.d 1,2 mm. Namun dilihat dari nilai yang tidak terlalu berbeda jauh dengan standar nasional dan hasil penelitian lainnya dapat dikatakan telur patin yang dihasilkan induk pada penelitian ini memiliki kualitas yang baik. Derajat kelangsungan hidup atau SR (Survival Rate) yaitu perbandingan ikan yang hidup hingga akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan. SR larva ikan patin tanpa perlakuan pada salinitas 0 permil sebesar 73,3 % (Arifin 1990 dalam Susanto dan Amri, 1996). SR larva yang dihasilkan pada penelitian ini pun cukup tinggi yaitu sebesar 79,81 ± 13,87 s.d 90,51 %. SR patin tanpa perlakuan penyuntikan hormon pada salinitas 0 berkisar antara 73,3 % selama pemeliharaan 15 hari (Arifin, 1990 dalam Susanto dan Amri, 1996). Tingginya nilai SR hasil penelitian yang mencapai 90,51 % ini dikarenakan pengamatan derajat kelangsungan hidup hanya dilakukan 4 hari. Pengamatan SR selama 4 hari ini bertujuan untuk melihat pengaruh negatif dari perlakuan yaitu 16

pada saat peralihan pakan dari endogenous feeding ke exogenous feeding (titik kritis). Penyuntikan hormon PMSG mix diharapkan dapat meningkatkan frekuensi pemijahan ikan patin siam dari 1 kali per tahun menjadi minimal enam kali per tahun. Hal tersebut dapat meningkatkan produksi benih sehingga dapat mendukung peningkatan produksi ikan patin nasional. Dosis penyuntikan PMSG mix 10 IU/kg bobot induk (10 IU PMSG dan 5 IU HCG) dianggap yang terbaik karena dapat merangsang kematangan gonad ikan patin lebih cepat. Harga induk patin siam matang gonad berkisar antara Rp. 150.000 - Rp. 200.000/ekor, dengan asumsi memijah sekali dalam 6 bulan. Dengan penyuntikan hormon PMSG dan HCG induk dapat memijah minimal 6 kali dalam setahun dengan biaya Rp 31.500 untuk sekali pemijahan (Lampiran 4). 17