ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PADA CERPEN SURAT KABAR KOMPAS EDISI MARET 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013

KOHESI GRAMATIKAL REFERENSI PADA RUBRIK HARIAN KRONIK SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS OKTOBER-NOVEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI

BENTUK PENGACUAN EKSOFORA PADA BAGIAN LATAR BELAKANG SKRIPSI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DI PERGURUAN TINGGI UMS, UNS DAN UNIVET

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF DALAM LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS V11 F SMP 1 MUHAMMADIYAH KARTASURA

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BENTUK-BENTUK PENGACUAN (REFERENSI) DALAM LAGU SERINGAI PADA ALBUM SERIGALA MILITIA

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

REFERENSI DALAM WACANA TULIS PADA SURAT KABAR SOLOPOS EDISI JANUARI 2010 NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

REFERENSI DEMONSTRATIF PADA RUBRIK KISAH SAHABAT DALAM MAJALAH NURANI EDISI SEPTEMBER 2011 NASKAH PUBLIKASI

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

PENGACUAN BERDASARKAN JENISNYA SEBAGAI PENANDA KOHESI PADA TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL FATH

KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA KISAH NABI MUHAMMAD SAW DALAM BUKU KISAH-KISAH TELADAN 25 NABI DAN RASUL KARYA MB.

ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA LIRIK LAGU GROUP BAND WALI DALAM ALNBUM RELIGI INGAT SHALAWAT NASKAH PUBLIKASI

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

PENGACUAN PRONOMINA PERSONA

BAB I PENDAHULUAN. dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan

PRATIWI AMALLIYAH A

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan merupakan ragam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DALAM ALBUM SEPERTI SEHARUSNYA PADA GRUP MUSIK NOAH. NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan

zs. /or.wisman lladi, M.Hum. ANA,LISIS PENAI{DA KOHESI GRAMATIKAL ARTIKEL POLITIK PADA MEDIA OFII.,INE KOMPASIANA.COM ARTIKEL Asrul Khairillrsibuan

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

ANALISIS KETERANGAN ASPEK PADA CERPEN SURAT KABAR SOLOPOS EDISI BULAN DESEMBER 2012 (TINJAUAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia. perasaan, mengungkapakan kejadian yang dialami, bahkan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

ASPEK LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL PADA LIRIK LAGU JIKA KARYA MELLY GOESLOW. Rini Agustina

KEUTUHAN STRUKTUR WACANA OPINI DALAM MEDIA MASSA CETAK KOMPAS EDISI BULAN MARET 2012

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

SARANA KOHESI DALAM CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A. A. NAVIS. Jurnal Skripsi. Oleh TENRI MAYORE NIM JURUSAN SASTRA INDONESIA

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. tabloid harian, tabloid mingguan, dan majalah. Media elektronik audiotif berupa

ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER 2013

HW Prakoso. Yang Terabaikan. ~ Kumpulan Naskah Gatot!! ~ Publishing

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian akhir tesis ini, penulis sajikan simpulan sebagai jawaban atas rumusan

ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI

KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS DEIKSIS DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENULIS DI KELAS X

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

RINDU. Puguh Prasetyo ~ 1

Ketika mimpi menjadi sebuah bayangan, aku menanyakan "kapan ini akan terwujud?" Mungkin nanti, ketika aku telah siap dalam segalagalanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS WACANA PADA IKLAN KARTU PERDANA AS, XL, AXIS, DAN IM3 DI TELEVISI SWASTA DEFI SUSANTI. RINI WIRASTY, B., S.S., M.Pd REDO ANDI MARTA, M.Pd.

PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI

ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Skripsi Mahasiswa PBSI UNP Kediri Tahun 2014

PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA WACANA KATALOG ORIFLAME EDISI JANUARI 2009

Karya Kreatif Tanah Air Beta. Karya ini diciptakan untuk menuturkan isi hati Mama Tatiana di dalam buku hariannya. Karya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi

BENTUK SINONIMI KATA DALAM NOVEL KOLEKSI KASUS SHERLOCK HOLMES KARYA SIR ARTHUR CONAN DOYLE NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB III METODE PENELITIAN

PENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

PEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA, LOKASIONAL, DAN TEMPORAL DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI

ANALISIS IDIOMATIK PADA ARTIKEL BERITA DI HARIAN SOLOPOS EDISI DESEMBER 2012 : KAJIAN SEMANTIK

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan

Transkripsi:

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PADA CERPEN SURAT KABAR KOMPAS EDISI MARET 2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah NITA INDRAYANTI A 310 090 169 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

1

2

ABSTRAK ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PADA CERPEN SURAT KABAR KOMPAS EDISI MARET 2013 Nita Indrayanti, A310090169, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daaerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013, 83 halaman. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan bentuk kohesi gramatikal pengacuan persona pada cerpen surat kabar Kompas edisi Maret 2013, (2) mendeskripsikan bentuk kohesi gramatikal pengacuan demonstratif pada cerpen surat kabar Kompas edisi Maret 2013, (3) mendeskripsikan bentuk kohesi gramatikal pengacuan komparatif pada cerpen surat kabar Kompas edisi Maret 2013. Penelitian ini mengambil data dari cerpen surat kabar Kompas edisi Maret 2013. Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari wacana pada cerpen surat kabar Kompas edisi Maret 2013. Teknik pengumpulan data penelitian ini dengan teknik simak dan catat. Keabsahan data yang digunakan menggunaka teknik trianulasi teori.teknik analisis data yang digunakan adalah metode padan dan agih. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan (1) bentuk pengacuan persona mencakup pengacuan endofora dan eksofora. Pengacuan persona mencakup pengacuan persona I bentuk tunggal terdiri atas bentuk bebas aku, lekat kiri ku, lekat kanan ku-. Pengacuan I pertama bentuk jamak terdiri atas bentuk bebas kami dan kita. Pengacuan persona II bentuk tunggal terdiri atas bentuk bebas kamu dan mu. Pengacuan persona III bentuk tunggal terdiri atas bentuk bebas ia, dia, lekat kanan -nya. Pengacuan persona III bentuk jamak terdiri atas bentuk bebas mereka. (2) bentuk pengacuan demonstratif mencakup pengacuan endofora dan eksofora. pengacuan demonstratif mencakup pengacuan demonstratif waktu sekarang, dulu, tiga tahun yang lalu. Pengacuan demonstratif tempat ini, sana. Pengacuan demonstratif tempat eksplisit peron, stasiun, halte-halte, di dalam bis, halaman rumah, rumah sakit, kamar mandi, kantor polisi, gerbang rumah, restoran, tuang tamu, sungai, jembatan. (3) bentuk pengacuan komparatif mencakup pengacuan endofora dan eksofora. Pengacuan komparatif yang terdapat di dalam cerpen surat kabar kompas edisi maret 2013 terdiri atas bentuk komparatif seperti, bagai, bagaikan. Kata kunci: kohesi, gramatikal, pengacuan, cerpen.

A. PENDAHULUAN Wacana adalah unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Satuan dibawahnya secara berturut-turut adalah kalimat, frase, kata, dan bunyi. Secara berurutan, rangkaian bunyi membentuk kata. Rangkaian kata membentuk frase dan rangkaian frase membentuk kalimat. Akhirnya, rangkaian kalimat membentuk wacana (Rani, dkk., 2006: 3). Wacana menunjuk pada kesatuan bahasa yang lengkap, yang umumnya lebih besar dari kalimat, baik disampaikan lisan, atau tertulis. Wacana adalah rangkaian kalimat yang serasi, yang menghubungkan proposisi dan proposisi lain, kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. Wacana dikatakan tertinggi atau terbesar karena wacana dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal dan persyarakatan kewacanaan lainnya (kohesi dan koherensi). Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk yang struktural membentuk ikatan sintaktial (Mulyana, 2005: 26). Konsep kohesi pada dasarnya mengacu pada hubungan bentuk. Artinya, unsur wacana (kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki keterkaitan secara padu dan utuh. Halliday dan Hasan (dalam Mulyana, 2005: 26-27) mengemukakan bahwa unsur-unsur kohesi wacana dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Dalam analisis wacana, segi bentuk atau struktur lahir wacana disebut aspek gramatikal wacana; sedangkan segi makna atau struktur batin wacana disebut aspek leksikal wacana (Sumarlam, dkk., 2005:23) Unsur kohesi gramatikal terdiri dari reference (referensi), substitusion (subtitusi), ellipsis (elipsis), dan conjunction (konjungsi), sedangkan kohesi leksikal terdiri atas reiteration (reiterasi) dan collocation (kolokasi). Referensi (penunjukan) merupakan bagian kohesi gramatikal yang berkaitan dengan pengunaan kata atau kelompok kata untuk menunjukan kata atau kelompok kata atau satuan gramatikal lainnya (Ramlan, 1993: 12). Dalam 1

konteks wacana, penunjukan (referensi) terbagi atas dua jenis, yaitu penunjukan eksoforik (di luar teks) dan penunjukan endoforik (di dalam teks). Penunjukan eksoforik adalah pengacuan terhadap anteseden yang terdapat di luar bahasa, seperti manusia, hewan, alam sekitar pada umumnya, atau acuan kegiatan. Penunjukan endoforik adalah pengacuan terhadap anteseden yang terdapat di dalam teks, dengan menggunakan pronominal, baik pronominal persona, pronominal demonstratif, maupun pronominal komparatif. Bahasa yang diungkap dalam bentuk tulisan beragam jenisnya, yaitu berupa wacana. Wacana merupakan satuan terlengkap, adapun wujud konkretnya dapat berupa novel, buku, artikel, dan sebagainya (Kridalaksana dalam Sumarlam, 2008:9). Bahasa tulis tersebut diungkapkan melalui media massa cetak dan elektronik. Salah satu bentuk media massa cetak adalah surat kabar, digunakan untuk menyampaikan informasi tentang berbagai peristiwa atau halhal yang terjadi. Surat kabar harian Kompas salah satu bentuk media massa cetak yang terdiri dari kolom-kolom, rubrik, berita, maupun artikel. Salah satu kolom dalam surat kabar harian Kompas yang terbit setiap minggu adalah kolom cerpen. Salah satu media cetak yang menempatkan kolom untuk cerpen yaitu surat kabar kompas. Penelitian ini meneliti analisis kohesi gramatikal pengacuan pada cerpen surat kabar Kompas edisi Maret 2013. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan kohesi gramatikal pada cerpen surat kabar Kompas edisi Maret 2013. Manfaat penelitian ini ada dua manfaat yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis penelitian ini memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang linguistik. Manfaat praktis penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi yang mengadakan penelitian sejenis. B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yaitu pengumpulan data berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka dan 2

disampaikan dalam bentuk verbal. Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah kohesi gramatikal pengacuan pada cerpen surat kabar Kompas edisi Maret 2013. Sumber data dalam penelitian ini adalah wacana cerpen dalam surat kabar Kompas edisi Maret 2013. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik simak dan catat. Teknik simak adalah metode perolehan data dengan cara menyimak penggunaan bahasa. teknik catat adalah lanjutan yang dilakukan ketika menerapkan metode simak (Mahsun, 2011: 93). Hasil penyimakan pada cerpen dicatat sebagai data. Data yang dicatat disertakan kode datanya untuk melakukan pengecekan ulang ketika diperlukan dalam analisis data. Teknik validitas dalam penelitian ini dengan menggunakan triangulasi teori. Triangulasi teori dipergunakan untuk menguji data yang diperoleh dengan menggunakan beberapa teori untuk memperoleh keabsahan data, yaitu tentang teori kohesi gramatikal pengacuan. Metode padan merupakan analisis data yang memiliki alat penentu di luar bahasa, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Metode agih merupakan analisis data yang alat penentunya justru bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto, 1993:13-15). C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data pada cerpen surat kabar Kompas edisi Maret 2013 dapat diklasifikasikan data berupa bentuk kohesi gramatikal pengacuan persona, demonstratif, dan komparatif. 1. Pengacuan Persona a. Pengacuan persona aku (1) Jangan malas, Karso! Bangun, ikut aku! kata Nyai Laras. Mandor karso tergeragap. Tatapannya kabur. Tubuhnya lemas. Ia tak berani menatap sepasang mata Nyai Laras, yang memancarkan penaklukan. Sepasang mata yang meminta kesetiaan. (CP.5) 3

Pada data (1) pronominal aku yang terdapat pada bagian penunjuk merupakan kata ganti persona pertama tunggal. Pronominal aku pada bagian penunjuk digunakan untuk menggantikan orang atau tokoh yang dimaksudkan pada bagian tertunjuk, yaitu mengacu pada Nyai Laras. Pengacuan kata aku dalam data (1) merupakan pengacuan endofora karena acuan kata aku berasal dari teks wacana itu. Selanjutnya, pengacuan kata aku dalam data (1) tersebut merupakan pengacuan kataforis karena satuan lingual aku dalam data (1) tersebut mengacu pada satuan lingual yang mengikutinya. b. Pengacuan persona lekat kiri ku- (2) Ada beberapa foto yang belum kuperlihatkan. Itu adalah suara serak-serak basah Carmencita. Ia membuka laptop Dell mungil berbungkus ungu, siap memamerkan sejumlah foto. Carmencita dan suaminya pergi ke Paris tiga tahun yang lalu, tepatnya di musim semi 2005, untuk membuat foto-foto pra-pernikahan. Mereka memautkan gembok bertuliskan Carmencita & Pablo pada jembatan cinta legendaries Pont des Arts. (CP.4) Pada data (2) pronomina ku- yang terdapat pada bagian penunjuk merupakan kata ganti persona pertama. Pronomina ku- pada bagian penunjuk digunakan untuk menggatikan orang atau tokoh yang dimaksudkan pada bagian tertunjuk, yaitu pada Carmencita. Pengacuan kata ku- dalam data (2) merupakan pengacuan endofora karena acuan kata ku- berasal dari teks wacana itu. Selanjutnya, pengacuan kata ku- dalam data (2) tersebut merupakan pengacuan kataforis karena satuan lingual ku- dalam data (2) tersebut mengacu pada satuan lingual yang mengikutinya. c. Pengacuan persona lekat kanan ku (3) Gembok itu akan di sana selamanya, seperti cinta kami. Di sebelah carmencita, Andy Horowitz memutar bola mata ke atas. Aih, romantis! Semoga tak ada orang gila yang mengamuk dan membakar jembatan, ya. Jahat sekali! 4

Menurutku, menurutku lho, Andy berucap manis, Cuma orang bodoh yang menggantung gembok cinta. (CP.4) Pada data (3) pronominal lekat kanan ku yang terdapat pada bagian penunjuk merupakan kata ganti persona pertama. Pronomina ku pada bagian penunjuk digunakan untuk menggatikan orang atau tokoh yang dimaksudkan pada bagian tertunjuk, yaitu pada Andy. Pengacuan kata ku dalam data (3) merupakan pengacuan endofora karena acuan kata ku berasal dari teks wacana itu. Selanjutnya, pengacuan kata ku dalam data (3) tersebut merupakan pengacuan anaforis karena satuan lingual ku dalam data (3) tersebut mengacu pada satuan lingual yang mendahuluinya. d. Pengacuan persona kami (4) Senyum lelaki itu segera membuyarkan semut-semut ketakutanku. Mata itu tetap seperti dulu. Mata yang gelisah. Mata yang aku ingin kecup dan kubiarkan terpejam bersama damai yang dihembuskan sebuah pagi. Kami duduk disebelah restoran dengan mata saling diam tanpa ada yang berani memulai kata. Aku mulai memintal harapan. Kusediakan hati untuk kabar tentang semua petualangannya, tentang semua negeri-negeri yang disinggahinya. Aku tunggu cerita tentang mekarnya bunga daffodil di negeri Balkan. Tapi begitulah, setiap harapan adalah ibu yang melahirkan kekecewaan. Tak lama ia menunduk, digerak-gerakan jari jemarinya di atas telepon genggam. Persis orang-orang yang aku temui di sepanjang jalan dari stasiun. (CP.3) Pada data (4) pronominal kami yang terdapat pada bagian penunjuk merupakan kata ganti persona pertama jamak. Pronominal kami pada bagian penunjuk digunakan untuk menggantikan orang atau tokoh yang dimaksudkan pada bagian tertunjuk, yaitu mengacu pada tokoh aku dalam wacana tersebut (penutur) dan lelaki yang dimaksudkan oleh penutur. Pengacuan kata kami dalam data (4) merupakan pengacuan endofora karena acuan kata kami berasal dari teks wacana itu. Selanjutnya, pengacuan kata kami dalam data (4) tersebut merupakan 5

pengacuan anaforis karena satuan lingual kami dalam data (4) tersebut mengacu pada satuan lingual yang mendahuluinya. e. Pengacuan persona kita (5) Selama dalam perjalanan, Ibu akan lebih banyak diam. Seakan-akan doa lebih banyak diam. Seakan-akan doa telah dirapalakan dalam hati sejak kakinya menjejakkan heksagon paving block terakhir halaman rumah kami. Kadang aku iseng menggodanya dengan menyanyikan lagu-lagu yang kocak, tapi desis dari bibirnya akan mencegahku. Jika itu dirasa tak cukup, sebuah jeweran pada telingaku akan menjadi ampun. Kau tahu, ada hikmat yang harus disiapkan sejak kita bertolak untuk melakukan ini. Sebuah keheningan yang maha, dimulai dari hati kita. Itulah sebutan lain dari sebuah doa. Setiap jengkal jarak yang kita tempuh akan kita kumpulkan oleh malaikat untuk ditaburkan di ranjang si sakit. Memberikan mereka kekuatan. Sakit seseorang juga merupakan sebuah peringatan Tuhan agar kita makin terasa dekat dengan-nya. (CP.1) Pada data (5) pronominal kita yang terdapat pada bagian penunjuk merupakan kata ganti persona kedua tunggal. Pronominal kita pada bagian penunjuk digunakan untuk menggantikan orang atau tokoh yang dimaksudkan pada bagian tertunjuk, yaitu mengacu pada tokoh aku dalam wacana tersebut (penutur), ibu, dan pembaca. Pengacuan kata kita dalam data (5) merupakan pengacuan endofora karena acuan kata kita berasal dari teks wacana itu. Selanjutnya, pengacuan kata kita dalam data (5) tersebut merupakan pengacuan kaforis karena satuan lingual kita dalam data (5) tersebut mengacu pada satuan lingual yang mengikutinya. f. Pengacuan persona kamu (6) Babe, kalau kamu di sini, mungkin hanya kamu yang tahu betapa kesunyian ini sangat seperti detak jantung para penunggu ajal ketika mereka sekarat tetapi tidak tahu kapan sang pembebas itu datang untuk memisahkan rohku dari jiwa yang kerontang. Datanglah ya. (CP.3) Pada data (6) pronominal kamu yang terdapat pada bagian penunjuk merupakan kata ganti persona kedua tunggal. Pronominal kamu 6

pada bagian penunjuk digunakan untuk menggantikan orang atau tokoh yang dimaksudkan pada bagian tertunjuk, yaitu mengacu pada Babe. Pengacuan kata kamu dalam data (6) merupakan pengacuan endofora karena acuan kata kamu berasal dari teks wacana itu. Selanjutnya, pengacuan kata kamu dalam data (6) tersebut merupakan pengacuan kaforis karena satuan lingual kamu dalam data (6) tersebut mengacu pada satuan lingual yang mengikutinya. g. Pengacuan persona lekat kanan mu (7) Kenapa rumah Tuhan tak satu saja? Akan lebih mudah, kataku suatu hari saat dia memintaku mengantarnya untuk kesekian kali. Itu waktu pertama dimana gejolak darah mudaku tengah menepikan semua kepentingan selainnya hingga berani menolak dan membantah. Lancang! Tuhan mendengar perkataanmu dan mulai mencatatnya. Sebagai ganjaran, kelak jika waktumu tiba, kau akan tertunda dimuka gerbang surga menunggu kepastian-nya. Kepanasan dan sendirian! (CP.1) Pada data (7) pronominal lekat kanan mu yang terdapat pada bagian penunjuk merupakan kata ganti kedua tunggal. Pronomina mu pada bagian penunjuk digunakan untuk menggatikan orang atau tokoh yang dimaksudkan pada bagian tertunjuk, yaitu tokoh aku. Pengacuan kata mu dalam data (7) merupakan pengacuan endofora karena acuan kata mu berasal dari teks wacana itu. Selanjutnya, pengacuan kata mu dalam data (7) tersebut merupakan pengacuan anaforis karena satuan lingual mu dalam data (7) tersebut mengacu pada satuan lingual yang mendahuluinya. h. Pengacuan persona ia (8) Ibu Yunita membolak-balikan tangan keriputnya di bawah mesin pengering. Ucapan maafmu tertelan deru mesin. Ia sempat menengok cermin untuk merapikan rambut pendeknya. (CP.4) Pada data (8) pronominal ia yang terdapat pada bagian penunjuk merupakan kata ganti persona ketiga tunggal. Pronominal ia pada bagian 7

penunjuk digunakan untuk menggantikan orang atau tokoh yang dimaksudkan pada bagian tertunjuk, yaitu mengacu pada Ibu Yunita. Pengacuan kata ia dalam data (8) merupakan pengacuan endofora karena acuan kata ia berasal dari teks wacana itu. Selanjutnya, pengacuan kata ia dalam data (8) tersebut merupakan pengacuan anforis karena satuan lingual ia dalam data (8) tersebut mengacu pada satuan lingual yang mendahuluinya. i. Pengacuan persona dia (9) Meski demikian, Dona Manuela selalu siap membagi kontaknya polisi, detektif swasta, jaringan aktivis serta membahas kiat-kiat berhadapan dengan aparat Negara. Jangan sampai kita jadi korban dua kali, begitu prinsipnya. Dia aktif di beberapa kelompok yang menuntut keadilan untuk korban Perang Kotor di Argentina. Mertuanya adalah anggota Asosiasi Ibu Plaza de Mayo. (CP.4) Pada data (9) pronominal dia yang terdapat pada bagian penunjuk merupakan kata ganti persona ketiga tunggal. Pronominal dia pada bagian penunjuk digunakan untuk menggantikan orang atau tokoh yang dimaksudkan pada bagian tertunjuk, yaitu mengacu pada Dona Manuela. Pengacuan kata dia dalam data (9) merupakan pengacuan endofora karena acuan kata dia berasal dari teks wacana itu. Selanjutnya, pengacuan kata dia dalam data (9) tersebut merupakan pengacuan anforis karena satuan lingual dia dalam data (9) tersebut mengacu pada satuan lingual yang mendahuluinya. j. Pengacuan persona lekat kanan nya (10) Dari lima bersaudara hanya aku yang ada di Indonesia. Sejak kerusuhan mei yang dialami sepupu, membuat Cheche Olivia dan suaminya mengungsikan keluarga kecil mereka ke Singapura. Papa bersikukuh tak turut serta karena rasa tanggung jawab kepada ribuan abu yang tersimpan rapi. Sebuah loyalitas yang aneh. (CP.4) Pada data (10) pronominal lekat kanan nya yang terdapat pada bagian penunjuk merupakan kata ganti persona ketiga tunggal. 8

Pronominal nya pada bagian penunjuk digunakan untuk menggantikan orang atau tokoh yang dimaksudkan pada bagian tertunjuk, yaitu pada suami Cheche Olivia. Pengacuan kata nya dalam data (10) merupakan pengacuan endofora karena acuan kata nya berasal dari teks wacana itu. Selanjutnya, pengacuan kata nya dalam data (10) tersebut merupakan pengacuan anforis karena satuan lingual nya dalam data (10) tersebut mengacu pada satuan lingual yang mendahuluinya. k. Pengacuan persona mereka (11) Di gerbang rumah Ayah, beberapa orang yang mengetahui hubungan kami dengan si sakit tergopoh-gopoh menyambut. Nyawa Ayah hanya akan lepas jika telah bertemu kami, kata salah satu dari mereka. Terdengar kasar dan tak pantas di telingaku, tapi tak mengapa. Ayah patut mendapatkannya. (CP.1) Pada data (11) pronominal mereka yang terdapat pada bagian penunjuk merupakan kata ganti persona ketiga jamak. Pronominal mereka pada bagian penunjuk digunakan untuk menggantikan orang atau tokoh yang dimaksudkan pada bagian tertunjuk, yaitu pada salah satu penutur yang berada di rumah Ayah. Pengacuan kata mereka dalam data (11) merupakan pengacuan endofora karena acuan kata mereka berasal dari teks wacana itu. Selanjutnya, pengacuan kata mereka dalam data (11) tersebut merupakan pengacuan anforis karena satuan lingual mereka dalam data (11) tersebut mengacu pada satuan lingual yang mendahuluinya. 2. Pengacuan Demonstratif a. Pengacuan demonstratif waktu 9

(12) Detak jantung kami pun bergoreskan mimpi. Sekarang detak itu berhenti. Diam. Mimpi pun pecah. Ketika harapan mati, hati seperti porselin pecah tanpa suara. Retak dan menolong. Segera kutingalkan lelaki dan mimpiku itu dengan air mata yang kupunguti satu persatu agar tidak berceceran di udara. (CP.3) Pada data (12) terdapat kata keterangan waktu sekarang. Kata sekarang dalam data (12) merupakan demonstratif waktu kini. Kata keterangan waktu sekarang pada data (12) digunakan untuk menunjukan waktu ketika detak jantung seakan berhenti. Kata keterangan waktu sekarang pada data (12) merupakan pengacuan endofora karena acuan kata seperti berasal dari dalam teks itu. Selanjutnya, pengacuan kata sekarang pada data (12) bersifat anaforis karena satuan lingual mengacu pada satuan lingual yang mendahuluinya. Pada data (3) pengacuan persona ia terdapat penunjuk pengacuan kata keterangan waktu tiga tahun yang lalu. Kata keterangan waktu tiga yang lalu pada data (3) digunakan untuk menunjukan waktu lampau. Kata keterangan waktu tiga tahun yang lalu pada data (3) digunakan untuk menunjukan waktu lampau pada saat musim semi 2005. Kata keterangan waktu tiga tahun yang lalu pada data (3) merupakan pengacuan endofora karena acuan kata seperti berasal dari dalam teks itu. Selanjutnya, pengacuan kata tiga tahun yang lalu pada data (3) bersifat kaforis karena satuan lingual mengacu pada satuan lingual yang mengikutinya. (13) Teks dari lelaki yang pernah menjadi udara dalam ruang-ruang hatiku masih kusimpan dan kuyakini bahwa setan penggoda Hawa juga ada di dalamnya untuk menyeretku mendatanginya. Aku pun tidak tahu apakah ini panggilan dari sebuah kerinduan yang pekat atau hanya ingin sekedar luapan inginan untuk sekedar bercakap pada kenangan yang terkadang tertinggal di antara gerak-gerak awan suatu pagi. Sihirnya membuatku memenuhi panggilannya untuk sekedar bercakap beberapa patah rasa, dan pastinya adalah penjajah hati bernama rindu. Pada senja yang gelisah, kujejakkan kaki di stasiun kotanya tempat dia dulu selalu menjemputku. Ah, peron yang tetap 10

sama. Aku suka kereta api karena aku mencintai setiap stasiun yang aku lewati. (CP.4) Pada data (13) pengacuan persona pronominal dia terdapat penunjuk pengacuan kata keterangan waktu dulu. Kata dulu dalam data (13) merupakan demonstratif waktu kini. Kata keterangan waktu dulu pada data (13) digunakan untuk menunjukan waktu saat lelaki itu sering menjemput tokoh aku (penutur). Kata keterangan waktu dulu pada data (13) merupakan pengacuan endofora karena acuan kata seperti berasal dari dalam teks itu. Selanjutnya, pengacuan kata dulu pada data (13) bersifat anaforis karena satuan lingual mengacu pada satuan lingual yang mendahuluinya. b. Pengacuan demonstratif tempat Pada data (2) pengacuan persona pronominal saya terdapat penunjuk pengacuan kata keterangan tempat ini. Kata ini dalam data (2) merupakan demonstratif tempat dekat dengan penutur. Kata keterangan waktu ini pada data (2) digunakan untuk menunjukan stasiun. Kata keterangan waktu ini pada data (2) merupakan pengacuan endofora karena acuan kata seperti berasal dari dalam teks itu. Selanjutnya, pengacuan kata ini pada data (2) bersifat kataforis karena satuan lingual mengacu pada satuan lingual yang mengikutinya. Pada data (6) pengacuan persona pronominal lekat kanan ku terdapat penunjuk pengacuan kata keterangan tempat sana. Kata sana dalam data (6) merupakan demonstratif tempat jauh dengan penutur. Kata keterangan waktu sana pada data (6) digunakan untuk menunjukan jembatan. Kata keterangan waktu sana pada data (6) merupakan pengacuan endofora karena acuan kata seperti berasal dari dalam teks itu. Selanjutnya, pengacuan kata sana pada data (6) bersifat kataforis karena satuan lingual mengacu pada satuan lingual yang mengikutinya. c. Pengacuan demonstratif tempat eksplisit 11

Hasil analisis pengacuan demonstratif tempat eksplisit terlihat pada wacana berikut. Pada data (8) pengacuan demonstratif restoran, data (29) pengacuan demonstratif gerbang rumah, data (31) pengacuan demonstratif halte-halte, data (32) pengacuan demonstratif di dalam bis, data (33) pengacuan demonstratif rumah sakit, data (34) pengacuan demonstratif sungai, data (35) pengacuan demonstratif kamar mandi, Data (36) pengacuan demonstratif kantor polisi, data (37) pengacuan demonstratif halaman rumah, data (38) pengacuan demonstratif ruang tamu. 3. Pengacuan Komparatif (14)Hatiku menyangkal. Saat ayah khianat, aku memang masih terlalu muda, tapi telah mengerti sebuah daya tari dari sebentuk makhluk bernama perempuan. Daya tarik yang mengisap Ayahku ke dalamnya seperti binatang hina tersesat ke dalam lumpur penghisap karena kerakusannya. (CP.1) Satuan lingual seperti pada data diatas mengacu pada perbandingan persamaan antara perilaku Ayah dengan perilaku binatang hina. Pengacuan kata seperti pada data (14) merupakan pengacuan endofora karena acuan kata seperti berasal dari dalam teks itu. Selanjutnya pengacuan kata seperti pada data (14) bersifat anaforis karena satuan lingual mengacu pada satuan lingual yang mendahuluinya. (15) Suara lembut ramah bagaikan Dewi Kwan Im mengalun di telingaku, sebuah pelukan terlihat hangat menyentuh anak kecil itu. (CP.2) Satuan lingual bagaikan pada data diatas mengacu pada perbandingan persamaan antara suara lembut ramah diibaratkan seperti suara Dewi kwan Im. Pengacuan kata bagaikan pada data (15) merupakan pengacuan endofora karena acuan kata seperti berasal dari dalam teks itu. Selanjutnya pengacuan kata bagaikan pada data (15) bersifat anaforis karena satuan lingual mengacu pada satuan lingual yang mendahuluinya. 12

(16) Kesedihan pemilik rambut hitam bagai bintang iklan shampoo itu baru tersibak saat aku menengoknya saat tungkai jenjangnya tak terlihat berjinjit menyentuh foto penghuni guci merah tak mewah dua minggu ini. (CP.2) Satuan lingual bagai pada data diatas mengacu pada perbandingan persamaan antara pemilik rambut hitam dengan bintang iklan sampho. Pengacuan kata bagai pada data (16) merupakan pengacuan endofora karena acuan kata bagai berasal dari dalam teks itu. Selanjutnya, pengacuan kata bagai pada data (16) bersifat anaforis karena satuan lingual mengacu pada satuan lingual yang mendahuluinya. D. SIMPULAN Berdasarkan analisis data pada cerpen surat kabar Kompas edisi Maret 2013 dapat disimpulkan sebagai berikut. Bentuk kohesi gramatikal pengacuan persona mencakup pengacuan persona I bentuk tunggal terdiri atas bentuk bebas aku, lekat kiri ku, lekat kanan ku-. Pengacuan I pertama bentuk jamak terdiri atas bentuk bebas kami dan kita. Pengacuan persona II bentuk tunggal terdiri atas bentuk bebas kamu dan mu. Pengacuan persona III bentuk tunggal terdiri atas bentuk bebas ia, dia, lekat kanan -nya. Pengacuan persona III bentuk jamak terdiri atas bentuk bebas mereka. Bentuk kohesi gramatikal pengacuan demonstratif mencakup pengacuan demonstratif waktu sekarang, dulu, tiga tahun yang lalu. Pengacuan demonstratif tempat ini, sana. Pengacuan demonstratif tempat eksplisit peron, stasiun, halte-halte, di dalam bis, halaman rumah, rumah sakit, kamar mandi, kantor polisi, gerbang rumah, restoran, tuang tamu, sungai, jembatan. Bentuk kohesi gramatikal pengacuan komparatif yang terdapat di dalam cerpen surat kabar Kompas edisi Maret 2013 terdiri atas bentuk komparatif seperti, bagai, bagaikan. 13

E. DAFTAR PUSTAKA Mahsun. 2011. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Rajawali Pers. Mulyana, 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode & Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana. Rani, Abul dkk. 2006. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia Publishing. Sumarlam, dkk. 2009. Analisis Wacana: Teori dan Praktik. Surakarta: Pustaka Cakra. 14