ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PENDIDIKAN SEKOLAH INKLUSI DI KOTA SEMARANG (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 5 SEMARANG)

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KUALITAS PELAYANAN AKTA KELAHIRAN DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SEMARANG Oleh : Nora Sembadra Mahardhika, Endang Larasati

Informan Penelitian : Petugas-petugas SAMSAT Corner. A. Bagaimana kualitas pelayanan di SAMSAT Corner apabila dilihat dari

Analisis Kualitas Pelayanan Akta Kelahiran Gratis (Bebas Bea) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Klaten

ANALISIS SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PENYELENGGARAAN PELAYANAN PASANG BARU (STUDI KASUS DI PT. PLN (PERSERO) RAYON SEMARANG TENGAH)

REFORMASI BIROKRASI PELAYANAN PUBLIK DI BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU (BPPT) KOTA SEMARANG DALAM MENCAPAI PELAYANAN PRIMA

BAB I PENDAHULUAN. Catatan sipil merupakan suatu catatan yang menyangkut kedudukan hukum

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) PADANGSARI, BANYUMANIK, SEMARANG

Kata kunci : Pelayanan Publik, Kualitas Pelayanan Publik, Ijin Mendirikan Bangunan, Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan kondisi mobil. Service Clinic Car merupakan perusahaan yang

pada peran SDM yang ada di dalamnya.

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PEMBUATAN SERTIFIKAT TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN BOYOLALI. Oleh:

KUALITAS PELAYANAN PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN ANAK DI LUAR NIKAH PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. atau jasa yang sebenarnya. Suatu perusahaan dapat mengambil langkah-langkah

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN AIR MINUM DI KANTOR PDAM CABANG SEMARANG TIMUR. Oleh : Fatmala Resti Harmoko, Hardi, Aloysius Rengga

KUALITAS PELAYANAN ADMINISTRASI AKTA KELAHIRAN DI KANTOR DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PEMERINTAH KOTA SURABAYA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dalam menerima pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan suatu aktivitas yang dalam

mendapatkan pelayanan berlaku universal terhadap siapa saja yang berkepentingan atas hak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini membawa manusia untuk dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA

KUALITAS PELAYANAN PEMBUATAN PASPOR DI KANTOR IMIGRASI KELAS II KOTA CILACAP. Oleh : Sutiyani Yoga Iswari, Hardi Warsono, Aloysius Rengga*)

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Suatu pelayanan publik dikatakan berkualitas apabila pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan, dan meningkatkan kepuasan pelanggan.

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat.

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan oleh para pelaku bisnis adalah bisnis di bidang kuliner.

Oleh : Aji Tri Utomo, Aufarul Marom. Universitas Diponegoro

KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN MALINAU KOTA KABUPATEN MALINAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bertambahnya jumlah mahasiswa disertai dengan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kepuasan pelanggan.perusahaan yang mampu bersaing dalam pasar adalah

BAB I PENDAHULUAN. nasional, mengakibatkan suatu perusahaan yang ingin berkembang atau paling tidak

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan transportasi darat yang semakin pesat,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk negara yang bersangkutan. Pelayanan publik disediakan oleh

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tersebut mempengaruhi kondisi perkembangan dunia bisnis. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. internasional memasuki pasar pelayanan medis di Indonesia. Setiap

Oleh : Rista Dewi Putriana, Hartuti Purnaweni

PRESENTASI SIDANG PENULISAN ILMIAH ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN JASA LAUNDRY PLACE LAUNDRA PUTRI SEKAR GERDANIA

KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR KECAMATAN KUARO KABUPATEN PASER AINUL YAQIN 1

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : TRI LESTARI J

Analisis Kualitas Pelayanan di Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Semarang Provinsi Jawa Tengah

Assalammu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian. Yang kami hormati,

ARTIKEL ABSTRACT. Key words : Quality Service, Tangible, Reliability, Responsiveness, Assurance, Empathy, Importance Performance Analysis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimensi dan indikatornya dapat berbeda diantara orang-orang yang terlibat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena konsumen terdiri dari beberapa segmen, gaya hidup dan kepribadian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada para pelanggan akan mengakibatkan banyaknya kerugian bagi

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KECAMATAN KLARI KABUPATEN KARAWANG. Oleh: Ahmad Kevin Maulana, Endang Larasati

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PERIJINAN PADA BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU (BPPT) KABUPATEN GROBOGAN. Oleh :

201 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik)

BAB I PENDAHULUAN. Semua warga negara berhak mendapatkan jaminan kesehatan. Untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

LAMPIRAN 1: KUESIONER PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. melalui jasa atau produk yang dikonsumsi (Nasution, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Di era bisnis yang semakin hari mengalami perkembangan dan perubahan yang

Pelayanan Publik yang Berorientasi pada Pelanggan. Oleh: Marita Ahdiyana

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat, mulai pelayanan dalam

Analisis Dimensi Kualitas Pelayanan. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Batang. Oleh : Giovani Anggasta, Herbasuki Nurcahyanto, Susi Sulandari*)

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perusahaan baik publik maupun swasta sudah tentu akan

114 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini, tingginya tingkat persaingan telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kotller (2003;20)

BAB I PENDAHULUAN. memilih barang atau jasa yang sesuai dengan keinginan mereka. Perusahaan

Perbandingan Kualitas Pelayanan Publik Pada Puskesmas Ungaran dan. Puskesmas Leyangan di Kabupaten Semarang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. menawarkan berbagai macam pelayanan dan fasilitas lengkap dengan. Konsumen tidak menginginkan produk atau jasa, yang tidak memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. menentu, yang tidak hanya menyediakan peluang tetapi juga tantangan. Begitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pada pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian, maka. yang diberikan bagian Klinik Anak.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Kualitas Pelayanan Askes di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus

menuntut untuk memperoleh pelayanan yang paling memuaskan.

IR PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB IV PENUTUP

I. PENDAHULUAN. Pasar menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya

Analisis Kualitas Pelayanan E-Procurement pada Pengadaan Barang dan Jasa di Kota Semarang

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN KEPUASAN PELANGGAN ALFAMART DI KELURAHAN SRONDOL WETAN SEMARANG. Vini Anggraini Putri, Dewi Fatmasari.

BAB V KESIMPULAN. 1. Menurut mahasiswa, kualitas pelayanan pendidikan pada Program Studi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. diperlukan. Contoh saja jasa transportasi yang dimana dahulu orang orang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kunci keberhasilan penyelenggaraan jasa kesehatan adalah. memberikan pelayanan yang dapat memenuhi dan menjawab segala

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin ketat ini menuntut para pelaku bisnis untuk UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dibutuhkan suatu transportasi yang cepat, nyaman dan aman. Di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH PROSEDUR PELAYANAN DAN KEMAMPUAN PEGAWAI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PEMBUATAN PASPOR DI KANTOR IMIGRASI KELAS I SEMARANG

KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. adanya era globalisasi dan kemajuan teknologi yang pesat memungkinkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh strategi harga dan

RINGKASAN EKSEKUTIF R. R. ONY ARIYANTI

BAB I PENDAHULUAN. berkebutuhan khusus. Permasalahan pendidikan sebenarnya sudah lama

KUALITAS PELAYANAN KEIMIGRASIAN DI KONSULAT JENDERAL REPUBLIK INDONESIA (KJRI) KOTA KINABALU MALAYSIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menunjang aktivitas sehari-hari. Kesehatan adalah kondisi yang terus

Transkripsi:

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PENDIDIKAN SEKOLAH INKLUSI DI KOTA SEMARANG (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 5 SEMARANG) Oleh : Grace Olivia Simangunsong, Nina Widowati Jurusan Administasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos 1269 Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405 Laman: http://www.fisip.undip.ac.id email: fisip@undip.ac.id ABSTRAK Kualitas pelayanan merupakan salah satu ukuran untuk menilai pelayanan publik. Sekolah penyelenggara inklusi merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Semarang pada bidang pendidikan. SMP Negeri 5 Semarang merupakan salah satu penyelenggara sekolah inklusi di Semarang. Pelayanan pendidikan sekolah inklusi di SMP Negeri 5 Semarang belum sesuai dengan harapan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan kualitas pelayanan pendidikan sekolah inklusi yang ada di SMP Negeri 5 Semarang melalui lima dimensi kualitas pelayanan, yaitu berwujud, kehandalan, ketanggapan, jaminan, dan empati. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kualitas pelayanan pendidikan sekolah inklusi di SMP Negeri 5 Semarang belum baik dikarenakan masih ada dimensi yang belum berjalan optimal, yaitu dimensi berwujud, dimensi kehandalan, dan dimensi jaminan. Kata kunci: Kualitas pelayanan, sekolah dan pendidikan inklusi, SMP Negeri 5 Semarang.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap warganya tanpa terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam kemampuan (difabel) seperti yang tertuang pada UUD 1945 pasal 31 (1) Anak anak yang memiliki perbedaan kemampuan (difabel) disediakan fasilitas pendidikan khusus disesuaikan dengan derajat dan jenis difabelnya yang disebut dengan Sekolah Luar Biasa (SLB). Secara tidak disadari sistem pendidikan SLB telah membangun tembok eksklusifisme bagi anak anak yang berkebutuhan khusus. Tembok eksklusifisme tersebut selama ini tidak disadari telah menghambat proses saling mengenal antara anak anak difabel dengan anak-anak nondifabel. Akibatnya dalam interaksi sosial di masyarakat kelompok difabel menjadi komunitas yang teralienasi dari dinamika sosial di masyarakat. Masyarakat menjadi tidak akrab dengan kehidupan kelompok difabel dan sementara kelompok difabel sendiri merasa keberadaannya bukan menjadi bagian yang integral dari kehidupan masyarakat di sekitarnya. Seiring dengan berkembangnya tuntutan kelompok difabel dalam menyuarakan hak haknya, maka kemudian muncul konsep pendidikan inklusi. Kemunculan pendidikan inklusif sesungguhnya diawali oleh ketidakpuasan system segregasi dan pendidikan khusus yang terlebih dahulu mengiringi perjalanan anak berkelainan dan bertunaan dalam memperoleh layanan pendidikan sesuai dengan tingkat kemampuan dan kebutuhan mereka. Keberhasilan sebuah konsep pendidikan sangat tergantung pada komitmen dalam memeberikan kontribusi positif bagi peningkatan anak berkebutuhan khusus. Masalah yang berkaitan dengan pendidikan inklusif merupakan isu yang sangat sensitif

bagi anak yang dianggap berkelainan, karena bagaimanapun isu tersebut akan berdampak pada kepercayaan mereka memasuki pendidikan formal dan berkumpul dengan anak formal pada umumnya. B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana kualitas pelayanan pendidikan inklusif di SMP Negeri 5 Semarang? 2. Dimensi-dimensi apa yang menghambat dan mendukung pelayanan pendidikan inklusif di SMP Negeri 5 Semarang? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kualitas pelayanan pendidikan inklusif di SMP Negeri 5 Semarang. 2. Untuk mengetahui dimensidimensi yang menghambat dan mendukung pelayanan pendidikan inklusif di SMP Negeri 5 Semarang. D. Kajian Teori 1. Pelayanan Publik Sinambela (2010, hal:3), pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Menurut Kotlern dalam Sampara Lukman, pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Selanjutnya Sampara berpendapat, pelayanan adalah sutu kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antarseseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan. Sementara itu, istilah publik berasal dari Bahasa Inggris publik yang berarti umum, masyarakat, negara. Kata publik sebenarnya sudah diterima menjadi Bahasa Indonesia Baku menjadi Publik yang berarti umum, orang banyak, ramai. Inu dan kawan-kawan mendefinisikan publik adalah sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan

berpikir, perasaan, harapan, sikap atau tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang merasa memiliki. Oleh karena itu pelayanan publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Lebih lanjut dikatakan pelayanan publik dapat diartikan, pemberi layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. 2. Kualitas Pelayanan Publik Menurut Fandy Tjiptono (1995:24) adalah: (1) kesesuaian dengan persyaratan; (2) kecocokan untuk pemakaian; (3) perbaikan berkelanjutan; (4) bebas dari kerusakan/cacat; (5) pemenuhan kebutuhan pelanggan sejak awal dan setiap saat; (6) melakukan segala sesuatu secara benar; (7) sesuatu yang bisa membahagiakan pelanggan. Konsep kualitas pelayanan dapat dipahami melalui perilaku konsumen, yaitu suatu perilaku yang dimainkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi suatu produk maupun pelayanan yang diharapkan dapat memuaskan kebutuhan mereka. Menurut Ibrahim (2008:22), kualitas pelayanan publik merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan dimana penentuan kualitasnya ditentukan pada saat terjadinya pemberian pelayanan publik tersebut. Pada prinsipnya pengertianpengertian tersebut dapat diterima, namun timbul

pertanyaan ciri-ciri atau atribut apakah yang ikut menentukan kualitas pelayanan publik tersebut. Ciri-ciri atribut tersebut menurut Tjiptono (1995:25) antara lain: (1) ketepatan waktu pelayanan yang meliputi waktu tunggu dan waktu proses; (2) akuransi pelayanan yang meliputi bebas dari kesalahan; (3) kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan; (4) kemudahan mendapatkan pelayanan seperti tersedianya fasilitas mendukung seperti banyaknya petugas atau tersedianya komputer; (5) kenyamanan dalam memperoleh pelayanan misaknya tersedianya AC, tempat parkir, ketersediaan informasi, dan lain sebagainya. 3. Dimensi-dimensi Kualitas Pelayanan Publik Menurut Zeithaml dkk (1990) dalam buku Kualitas Pelayanan Publik (2011:73-74), kualitas pelayanan dapat diukur dari lima dimensi, yaitu: Tangibel (berwujud), Reability (kehandalan), Responsiveness (ketanggapan), Assurance (jaminan), dan Empathy (empati). Masing-masing memiliki indikator, yaitu: 1) Dimensi Tangible (Berwujud) Dalam indikator ini, disini yang diperhatikan adalah penampilan para pelayan peserta dididik non-abk dan khususnya ABK. Kemudian, kenyamanan tempat melakukan pelayanan misalnya apakah sudah tersedianya fasilitas yang memadai untuk mereka peserta didik ABK, seperti tersedianya jalan yang sengaja dibuat untuk peserta ABK yang menggunakan kursi roda. Kemudanan akses bagi ABK dalam melakukan permohonan pelayanan, misalnya melakukan

permohonan izin dalam hal kesehatan mereka. Lalu adanya kemudahan dalam penggunaan alat bantu dalam pelayanan, misalnya diperbolehkannya memakai kursi roda atau alat bantu pendengaran untuk mereka yang disabilitas maupun tuna rungu. 2) Dimensi Reliability (kehandalan) Dalam dimensi ini diperhatikam adanya kecermatan para pelaku pelayananan pendidikan sekolah inklusif dalam melayani mereka yang berkebutuhan khusus, misalnya perbedaan perlakuan antara ABK dan mereka yang normal. Lalu, adanya kemampuan dan keahlian pelayan/ guru sekolah inklusif dalam menggunakan alat bantu dalam proses pelayanan 3) Dimensi Responsiveness (ketanggapan) Disini dintuntut ketanggapan guru sekolah inklusif untuk bertindak cepat dalam melayani peserta didik ABK, dimana pelayanan dilakukan dengan cepat, tepat, cermat, waktu pelayanan yang tepat, serta merespon seluruh keluhan pelanggan atau dalam hal ini keluhan peserta didik ABK. 4) Dimensi Assurance (jaminan) Pelayan di sekolah inklusif dapat memberikan jaminan dalam hal ketepatan waktu dalam pelayanan, jaminan dalam pelayanan, legalitas dalam pelayanan, dan memberikan jaminan kepastian biaya dalam pelayanan. 5) Dimensi Empathy (empati) Pada dimensi ini, pelayan

sekolah inklusi atau guru harus dapat mendahulukan kepentingan pemohon atau peserta didik ABK diatas kepentingan pribadi. Tentunya dalam melayani, pelayan sekolah inklusif melayani dengan sikap ramah, sopan santun, tidak diskriminatif (membedabedakan), dan menghargai setiap pelanggan. Adapun yang diteliti dalam penelitian ini mengenai kualitaspelayanan publik menurut Zeithaml dkk, yaitu mengenai dimensi berwujud, dimensi kehandalan, dimensi ketanggapan, dimensi jaminan, dan dimensi empati. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan dari kelima dimensi di atas masih terdapat kekurangan dalam kualitas pelayanan di SMP Negeri 5 Semarang, yaitu pada dimensi wujud, dimensi kehandalan, dan dimensi jaminan. 1. Dimensi Berwujud Dimensi ini merupakan unsur yang penting dalam suatu pelayanan, karena pelayanan yang diberikan tidak dapat mencapai titik maksimal apabila tidak tersedianya fasilitas fisik yang digunakan untu kmendukung pelayanan yang maksimal. Tanpa adanya ketersediaan fasilitas fisik, koordinasi sulit untuk dilakukan, para pelayanan publik di lapangan akan mengalami berbagai macam kendala yang mengakibatkan tidak terwujudnya pelayanan yang baik. Begitu juga dengan SMP Negeri 5 Semarang yang sudah pasti memerlukan peralatan fisik untuk memberikan pelayanan yang baik dan maksimal kepada peserta didik, terkhusus ABK., namun kenyataannya masih terdapat kekurangan pada dimensi iniyaitu belum tersedianya tenaga pendidik khusus, tenagamedis, dan psikolog yang menimbulkan beberapa kesulitan bagi ABK dalam proses pembelajaran. 2. Dimensi Kehandalan Kesuksesan suatu unit pelayanan dapatdilihat dari kemampuan petugasnya terlebih dahulu. Berbaga upaya peningkatan SDM

yang berkualitas harus dilakukan oleh SMP Negeri 5 Semarang. Sumber daya merupakan hal yang vital untuk mengoptimalkan segenap potensi anak berkebutuhan khusus. Para pelayan publik yang bekerja dalam pelayanan pendidikan inklusi harus dipilih secara selektif supayadapat memberikan pelayanan yang maksimal, namun hal inilah yang menjadi permasalah di SMP Negeri 5 Semarang yaitu tenaga pendidik yang ada belum mempunyai kehandalan atau keahlian khususuntuk mendidik peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus. 3. Dimensi Jaminan Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, dijelaskan bahwa SMP Negeri 5 Semarang sudah memberikan jaminan rasa aman kepada seluruh peserta didik, khususnya peserta didik inklusi. Tidak adanya rasa takut dalam menerima pendidikan di sekolah ini adalah pernyataan yang menandakan bahwa mereka merasa aman belajar di sekolah tersebut, namun berbeda jika kita bicara mengenai jaminan dalam hal biaya. Kepastian biaya bagi peserta didik inklusi tidak diketahui secarapast ijaminan biaya seperti apa yang merekadapat, dan hal inilah yang menjadi kekurangan disini.belum adanya kejelasan secara tertulis dalam hal jaminan biaya menimbulkan kebingungan pihak sekolah dalam menyikapi jka ada dana yang dibutuhkan. E. Metode Penelitian a. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan desain penelitian deskriptif. Penelitian ini berlokasi di SMP Neegeri 5 Semarang. Informan dalam penelitian ini adalah pegawai SMP Negeri 5 Semarang yang dipilih dengan teknik snowball sampling. Sumber data yang digunakan adalah data primer data yang diperoleh dari responden melalui hasil wawancara peneliti dengan informan dan data sekunder berupa dokumentasi yang dimiliki oleh SMP Negeri 5 Semarang. Teknik pemgumpulan

data yang digunakan adalah pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis menjadi data yang sistematis, teratur, terstruktur, dan mudah untuk dipahami. Selanjutnya, menguji kualitas data dengan teknik triangulasi data dengan wawancara mendalam dengan informan atau narasumber, uji silang antara informasi yang diperoleh dari informan dengan hasil informasi di lapangan, konfirmasi hasil yang diperoleh kepada informan lain atau sumber-sumber lain. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Inklusi di SMP Negeri 5 Semarang Peningkatan kualitas pelayanan publik adalah termasuk dalam salah satu agenda reformasi birokrasi yang bertitik tolak pada kenyataan yang tidak baik yaitu kondisi faktual kualitas pelayanan publik yang sebagian besar ditentukan oleh kualitas sikap dan karakter aparatur pemerintah yang tidak terpuji dan tidak bertanggung jawab. Pelayanan yang berkualitas merupakan tuntutan seluruh masyarakat pada era modern seperti sekarang ini. Oleh karena itu, pemerintah harus melakukan tindakan pembaharuan demi memberikan pelayanan yang efektif dan maksimal. Pelayanan pendidikan sekolah inklusi yang diberikan oleh SMP Negeri 5 Semarang untuk menilai pelayanan kepada peserta didik inklusi atau mereka yang berkebutuhan khusus (ABK), terdapat lima dimensi, yaitu tangible (berwujud), reliability (kehandalan), responsiveness (daya tanggap), assurance (jaminan), dan empathy (empati). B. Dimensi Penghambat Pelayanan Pendidikan Inklusif 1) Dimensi tangible (berwujud) Pada dimensi tangible dapat dikatakan belum baik. Hal ini terkait dengan ketersediaan fasilitas-fasilitas pendukung untuk peserta didik inklusi seperti, jalan yang landai, kursi roda, tongkat, namun masih

ada beberapa fasilitas yang belum tersedia di sekolah tersebut, yaitu tenaga pendidik khusus, tenaga medis, psikolog yang menimbulkan beberapa kesulitan bagi ABK dalam proses pembelajaran. 2) Dimensi reliability (kehandalan) Dimensi reliability dalam penelitian ini belum seperti yang diharapkan. Hal ini dikarenakan kurangnya SDM atau tenaga pendidik yang mempunyai keahlian khusus dalam memberikan pelayanan kepada peserta didik inklusi. 3) Dimensi assurance (jaminan) Dalam penelitian pada dimensi assurance dapat dikatakan belum baik. Hal ini dikarenakan belum adanya kejelasan secara tertulis dalam hal jaminan biaya, sehingga menimbulkan kebingungan pihak sekolah dalam menyikapi bila adanya dana yang dibutuhkan untuk peserta didik inklusi. PENUTUP Simpulan Dari hasil analisis disimpulkan bahwa pelayanan pendidikan inklusif di SMP Negeri 5 Semarang belum baik. Hal tersebut dibuktikan dengan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan lima dimensi kualitas pelayanan menurut Zeithaml dkk, yaitu: a. Dimensi tangible (berwujud) Belum terdapatnya tenaga pendidik khusus membuat dimensi ini belum sesuai yang diharapkan. b. Dimensi reliability (kehandalan) Kurangnya kehandalan para tenaga pendidik dikarenakan mereka tidak mempunyai suatu keahlian khusus untuk menangani peserta didik inklusi. c. Dimensi responsiveness (ketanggapan) Ketanggapan para pelayan publik dalam dimensi ini baik, dimana cepat bertindak terhadap perubahan yang terjadi pada peserta didik inklusi.

d. Dimensi assurance (jaminan) Ketidakpastian jaminan dalam hal biaya menjadikan dimensi ini belum baik. e. Dimensi emphathy (empati) Sikap empati yang ditunjukkan para tenaga pendidik khusus sudah cukup baik dengan berlaku mengutamakan kepentingan peserta didik diatas kepentingan pribadi. Dari kelima dimensi diatas dapat disimpulkan bahwa dimensi responsiveness dan dimensi emphathy sudah berjalan dengan baik, namun bertolak belakang dengan dimensi tangible, reliability, dan dimensi assurance. Rekomendasi Sesuai dengan hasil penelitian, ternyata masih terdapat beberapa hal yang perlu dibenahi dalam hal kualitas pelayanan pendidikan di SMP Negeri 5 Semarang, diantaranya: 1. Tangible (berwujud) a. Tenaga pendidik khusus Untuk meningkatkan tenaga pendidik khusus di SMP Negeri 5 Semarang, disarankan agar sekolah menghadirkan tenaga pendidik khusus untuk peserta didik inklusi, lalu untuk tenaga pendidik yang sudah ada, sekolah disarankan untuk mengadakan pelatihan dan sarana atau workshop, pengadaan sertifikasi, serta pemberian izin kepada guru yang ingin meningkatkan kompetensinya dalam hal pelayanan pendidikan inklusi seperti melalui bersekolah lagi dan tentunya sesuai dengan syarat yang ditentukan. 2. Reliability (kehandalan) a. Ketepatan waktu Untuk meningkatkan ketepatan waktu dalam pelayanan pendidikan inklusi di SMP Negeri 5 Semarang dalam memulai proses pembelajaran, sekolah sebaiknya memberikan suatu peraturan tertulis mengenai hal keterlambatan dalam pelayanan. Perturan yang akan dibuat ini dapat

memuat sanksi yang akan diterima apabila terjadi pelanggaran dalam ketepatan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan tenaga pendidik. Hal ini perlu mendapat perhatian karena ketepatan waktu dalam proses pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik terutama terhadap hasil belajar anak berkebutuhan khusus. Seseorang yang tepat waktu menandakan bahwa orang itu adalah seseorang yang tekun dan disiplin dalam mengerjakan pekerjaannya. b. Keahlian Untuk meningkatkan keahlian tenaga pendidik yang ada, pihak sekolah disarankan untuk mengadakan pelatihan khusus untuk para guru, seperti mengadakan atau mengkuti seminar mengenai pelayanan pendidikan inklusi untuk mengingkatkan keahliannya dalam memberikan pelayanan yang optimal kepada anak yang berkebutuhan khusus. 3. Assurance (jaminan) a. Jaminan biaya Akibat tidak adanya kejelasan secara tertulis mengenai jaminan biaya, pihak SMP Negeri 5 Semarang mengalami kesulitan dalam menggunakan dana untuk pelayanan inklusi. Agar tidak terjadi kesulitan tersebut, sebaiknya pihak sekolah mengajukan kepada pemerintah agar ketetapan mengenai penggunaan dana pendidikan inklusi dibuat dengan jelas, terperinci, dan tertulis. DAFTAR PUSTAKA Anggriani, Jum. 2012. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Graha Ilmu.

Damai Darmadi, Sukidin. 2011. Administrasi Publik. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo. Dwiyanto, Agus. 2012. Manajemen Pelayanan Publik: Peduli, Inklusif, dan Kolaboratif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Kustawan, Dedy. 2013. Mengenal Pendidikan Khusus & Pendidikan Layanan Khusus serta Implementasinya. Jakarta: Luxima. Mikkelsen, Britha. 1999. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Poltak Sinambela, Lijan. 2008. Reformasi Pelayanan Publik (Teori Kebijakan dan Implementasi). Jakarta: PT. Bumi Aksara. Ponidi dkk. 2012. Informasi Tentang Anak Bekebutuhan Khusus. Semarang: Balai Pengembangan Pendidikan Khusus. Setiyono, Budi. 2012. Birokrasi Dalam Perspektif Politik dan Administrasi. Bandung: Penerbit Nuansa Suparno. 2008. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Suyanto. 2012. Masa Depan Pendidikan Inklusif. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar 2012. Takdir Ilahi, Mohammad. 2013. Pendidikan Inklusif (Konsep dan Aplikasi). Yogyakarta: AR- RUZZ MEDIA. Wardi, Husaini. 2013. Strategi Umum Pembudayaan Pendidikan Inklusif di Indonesia. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar 2013.