PENANDA WAKTU DALAM BAHASA MINANGKABAU DAERAH BALAI SELASA KABUPATEN PESISIR SELATAN: KAJIAN STRUKTUR

dokumen-dokumen yang mirip
PRONOMINA BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN LADANG PANJANG KECAMATAN TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN: KAJIANSTRUKTUR.

KONJUNGSI SUBORDINATIF BAHASA MINANGKABAU DI KAMBANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Afrima Yosi 1, Puspawati 2, Iman Laili 2

Pronomina Penunjuk dalam Bahasa Minangkabau

PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU

bab 2 satuan pengukuran waktu tema makanan dan kesehatan

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Humaniora

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kompas edisi Senin bulan Februari Data itu diambil dari rubrik politik dan hukum, opini,

Di unduh dari : Bukupaket.com

kegiatan sehari hari pelajaran 2

KETERANGAN WAKTU, KATA DEPAN & KATA PENGUHUBUNG NO KATA BHS INGGRIS

Peta konsep. Geometri dan pengukuran. Menggunakan pengukuran Waktu, Panjang, dan Berat dalam pemecahan masalah. Alat Ukur.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Istilah deskriptif berasal dari dari

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH NUR EL FALAH KUBANG PETIR SERANG

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA SUNGAI LINTANG DENGAN DIALEK DESA TALANG PETAI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS. Oleh. Suci Sundusiah

DEIKSIS BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN LADANG LAWEH KECAMATAN BATIPUH BARUAH KABUPATEN TANAH DATAR

ANALISIS KALIMAT EMOSIONAL MARAH DI KENAGARIAN LUBUK BASUNG KECAMATAN SANGKIR KABUPATEN AGAM Mira Novianti 1, Iman Laili 2, Puspawati 2

1. Membilang banyaknya benda dari 1 sampai dengan 10

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONJOL KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL ILMIAH MOMON PRATAMA NPM.

CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN ABSTRACT

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

REGISTER BAHASA NELAYAN DI KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN SUATU TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang

Kegiatan Sehari-hari

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

ADVERB OF MINANGKABAU LANGUAGE IN SINGGALANG NEWSPAPER

ANALISIS PREPOSISI PADA KARANGAN SEDERHANA SISWA KELAS IV SD NEGERI PENGKOK 4 T KECAMATAN KEDAWUNG, KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2012/2013

Pengukuran Waktu. Tema: Kegiatan Sehari-hari

Lesson 24: Prepositions of Time. (in, on, at, for, during, before, after) Pelajaran 24: Kata Depan untuk Keterangan Waktu

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

RECORDING (PENCATATAN)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aprilia Marantika Dewi, 2013

PEMEROLEHAN SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU PADA ANAK USIA 5 TAHUN DI KAMBANG

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

bangun ruang bab 3 kejadian sehari hari belanja di swalayan hewan dan tumbuhan hewan dan tumbuh-tumbuhan

Nama:. No : Kelas 3 A. Indonesia- WIB. contoh: pagi : siang : sore : malam :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI DESKRIPTIF TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA PADA REKLAME DI TOKO-TOKO FOTOKOPI SEKITAR KAMPUS STKIP PGRI SUMATERA BARAT PADANG JURNAL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

PEMEROLEHAN NOMINA BAHASA INDONESIA ANAK USIA 3;5 TAHUN: STUDI KASUS SEORANG ANAK DI LUBUK MINTURUN PADANG

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang

BAB I PENDAHULUAN. Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

MATEMATIKA 1. Untuk SD/MI Kelas I. Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional dilindungi oleh Undang-Undang. : Harris Syamsi Yulianto

PRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011

NASKAH PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah DIAN TITISARI A

ANALISIS DEIKSIS WAKTU BAHASA MELAYU MASYARAKAT KELURAHAN BURU KECAMATAN BURU KABUPATEN KARIMUN PROVINSI KEPULAUAN RIAU ARTIKEL E- JOURNAL

CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA JAWA PADA SIARAN RADIO JAMPI SAYAH DI RADIO SKB POP FM GOMBONG

PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI

CAMPUR KODE DAN ALIH KODE PEMAKAIAN BAHASA BALI DALAM DHARMA WACANA IDA PEDANDA GEDE MADE GUNUNG. Ni Ketut Ayu Ratmika

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh. Ibrahim NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PELESAPAN UNSUR KALIMAT MAJEMUK PADA RUBRIK PENDIDIKAN DAN HUMONIORA SURAT KABAR SOLOPOS

ANALISIS MASALAH SOSIAL DALAM KUMPULAN CERPEN KERETA TIDUR KARYA AVIANTI ARMAND JURNAL ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN

KALIMAT PENDERITA AFASIA (STUDI KASUS PADA ANGGELA EFELLIN)

PENGGUNAAN CAMPUR KODE TUTURAN GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS V SD NEGERI 19 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT ARTIKEL ILMIAH

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA

I. PENDAHULUAN. sangat berperan penting di samping bahasa tulis. Percakapan itu terjadi apabila

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan yang penting dalam

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia

DEIKSIS DALAM BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SAKO UTARA KECAMATAN SUNGAI PAGU KABUPATEN SOLOK SELATAN ARTIKEL ILMIAH CITRA YULDESRI NPM

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Model System Antrian di halte bus transjakarta koridor 1 Blok M - Kota

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi

Diajukan oleh: A JUNI, 2015

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial masyarakat. Noviatri dan Reniwati (2010:4) menyatakan bahwa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Sapaan Dalam Novel Gumuk Sandhi Karya Poerwadhie Atmodihardjo

ANALISIS KONTRASTIF KOSAKATA BAHASA INDONESIA DAN BAHASA MALAYSIA PADA FILM ANIMASI BOBOIBOY

KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

Lampiran 2. Rubrik Penilaian Peningkatan Kosakata Bahasa Anak Usia 3 4 Tahun Sesuai Indikator Pembelajaran.

ANALISIS BAHASA BAKU DAN NON BAKU DALAM BAHASA INDONESIA. Dra. SALLIYANTI

Konjungsi yang Berasal dari Kata Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Pendidikan 97. Bab 9. Pendidikan

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BENTUK KALIMAT INTEROGATIF DALAM BAHASA MINANGKABAU DI NAGARI KUNANGAN PARIT RANTANG KABUPATEN SIJUNJUNG Febri Mayora 1, Puspawati 2, Iman Laili 2

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh NURMALA

KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DIALEK AMPANG KURANJI KECAMATAN KOTO BARU KABUPATEN DHARMASRAYA

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

RISKI EKA AFRIANTI NIM

PREPOSISI DALAM BAHASA INDONESIA: TINJAUAN BENTUK DAN PERAN SEMANTISNYA

HIGHER SCHOOL CERTIFICATE EXAMINATION. Indonesian Beginners. (Section I Listening) Transcript

Transkripsi:

PENANDA WAKTU DALAM BAHASA MINANGKABAU DAERAH BALAI SELASA KABUPATEN PESISIR SELATAN: KAJIAN STRUKTUR Winda¹, Iman Laili 2 Elvina A. Saibi² ¹ Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta E-mail : Imoetwinda99@yahoo.co.id ² Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta Abstract Time marker is a fool that used to find out what the did before, now and what will they do next. This research aims to describe the form and meaning of time marker in Minangkabau language in Balai Selasa Pesisir Selatan District. To analyse the form and meaning of time marker, the researchers used Moussay and Alwi theory. The method that used for collecting the data is listening method. Therefore the data collection technique used recording technique and note technique. To analyze the data used agih method with feed back or permutation technique and reading techniqve. Time marker that was found in Minangkabau language in Balai Selasa Pesisir Selatan District, is showing time and range. Time marker of time consist of (1) indicator of time is diuded into several pants (a) sharp time such as pukua sapuluah at ten o clock, tinggi ari at noon, (b) the time prediction based on the sun, example Malam Senayan Sundai night, jalang kasiang cako ahead of this morning. (c) the time prediction based on fifth times of praying such as luhua ari at dzuhur waktu subuah at subuh.(2) other time marker that is showing are Ari Abah Wednesday Ari jumaek Friday. (3) indicator of mouth, such as bulan april bisuak on next April. Bulan Mulud Maulud Month, (4) indicator of year such as taun sambilan tigo, in 2009, di taun 2009 in 2009. (5) explanatory of time such as patang ko yesterdai, bisuak siang tomorraw afternoon. (6) Range such as sasudah sumbayang after praying, antaro befween, salamo ko alt this time. Key Words: Time marker, form, meaning Pendahuluan Bahasa adalah alat yang digunakan oleh Salah satu bahasa daerah yang ada di masyarakat untuk berkomunikasi dalam Indonesia adalah bahasa Minangkabau. Hal ini kehidupannya. Dengan demikian, kegiatan sejalan dengan yang disampaikan Ayub, dkk berbahasa merupakan aktivitas sosial yang (1993:13) bahwa bahasa Minangkabau digunakan oleh sekelompok anggota merupakan salah satu bahasa daerah yang masyarakat untuk berinteraksi dan hidup dan berkembang di kawasan Negara mengidentifikasikan diri. Bahasa yang Republik Indonesia. Bahasa Minangkabau digunakan untuk berinteraksi oleh bangsa termasuk salah satu dari sepuluh besar bahasabahasa Indonesia adalah bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Selain itu, Zalner (dalam daerah. Ayub, 1993:2) menjelaskan bahwa bahasa Minangkabau adalah salah satu bahasa daerah 1

yang hidup dan berasal dari rumpun Austronesia. Bahasa ini tumbuh dan berkembang di wilayah Propinsi Sumatra Barat yang membujur dari barat laut ke tenggara. Moussay (1998: 305) mengatakan bahwa waktu dapat dipandang dari dua aspek, yaitu (1) saat dan (2) rentang. Saat dapat dirinci lagi menjadi lima bagian, yaitu (1) penunjuk jam, yang terdiri dari jam tepat, jam kira- kira dengan acuan matahari, jam kira- kira dengan acuan kelima waktu sholat, (2) penunjuk hari, (3) penunjuk bulan, (4) penunjuk tahun, dan (5) penjelas waktu. Berhubungan dengan hal tersebut peneliti mengkaji konsep waktu tersebut dalam bahasa daerah peneliti sendiri, yaitu Bahasa Minangkabau di daerah Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan. Konsep waktu tersebut diwujudkan melalui penanda waktu yang bervariasi yang digunakan oleh masyarakat di daerah Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan. Teori tentang satuan bahasa yang digunakan dalam tulisan ini adalah teori Alwi, (2013). Menurut Alwi (2013:123), kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang memiliki struktur tetap, tetapi tidak dapat disisipi kata lain. Contohnya ke pasar, sudah, kumis kucing. Sementara itu kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian. Contohnya buku-buku, sekali-sekali, perumahan-perumahan. Frase adalah satuan 2 linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih. Contohnya ibu kepasar, ayah pergi kesawah, adik pergi sekolah. Klausa adalah gabungan dua kata atau lebuh yang bersifat predikatif. Contohnya nenek memasak, bungaku sangat harum. Untuk lebih jelasnya contoh penanda waktu dalam bahasa Minangkabau Daerah Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat berikut ini. (1) Alang aghi nyo lah mode tu juo mah. Dia sudah biasa seperti itu setiap hari. (2) Kapatang den nampak kau di balai. Kemarin saya melihat kamu di pasar. (3) Saminggu lai ugang ujian. Satu minggu lagi orang mulai ujian. Contoh (1) sampai dengan (3) di atas merupakan contoh penggunaan penanda waktu yang digunakan di daerah Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan. Penanda waktu tersebut adalah alang aghi setiap hari (1), kapatang kemarin (2), dan saminggu seminggu (3). Sepengetahuan penulis penelitian tentang penanda waktu dalam bahasa Minangkabau di daerah Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan belum pernah dilakukan, oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti penanda waktu yang ada dalam bahasa Minangkabau di daerah Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan. Metodologi Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Menurut Sudaryanto

(1992:62) metode deskriptif menyarankan bahwa penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya, sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat berupa perian bahasa yang biasa dikatakan sifatnya seperti potret: paparan seperti apa adanya. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode simak. Menurut Sudaryanto (1993:133) metode simak merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. peneliti juga menggunakan teknik catat dan teknik libat cakap dan teknik pancing.. Menurut Sudaryanto (1993:135) teknik catat merupakan pencatatan pada kartu data yang segera dilanjutkan dengan klasifikasi. Teknik catat dapat dilakukan ketika atau sesudah melakukan penyimakan. Teknik yang penulis digunakan untuk menganalisis data ialah teknik balik atau teknik permutasi dan teknik baca markah. Menurut Sudaryanto (1993:72) teknik balik adalah berupa pembalikan unsur lingual data itu akan menghasilkan tuturan antara lain berbentuk ABDC, ACBD, BACD, dan BCDA, bila tuturan data semula berbentuk ABCD. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian ini berupa penanda waktu bahasa Minangkabau Balai Selasa Kabupaten pesisir selatan. Hasil penelitian ini berupa penanda waktu Bahasa Minangkabau balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan. 4.1 Saat Bentuk penanda waktu saat yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau Balai Selasa, Kabupaten Pesisir Selatan didasarkan pada (1) penunjuk jam, (2) penunjuk hari, (3) penunjuk bulan, (4) penunjuk tahun, dan (5) penjelas waktu. 4.1.1 Penunjuk Jam Penunjuk jam yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan adalah jam tepat, jam kira-kira dengan acuan matahari, dan jam kira-kira dengan acuan kelima waktu salat. a. Jam Tepat Penunjuk jam tepat yang ditemukan di daerah Balai Selasa, Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat pada data berikut. (1) Pukua sapuluah cako aden pulang sikola. Pukul sepuluh tadi saya pulang sekolah. Pukul sepuluh tadi saya pulang sekolah. Penanda waktu pukua sapuluah cako pukul sepuluh tadi pada data (1) menyatakan perbuatan yang sudah selesai yang ditandai dengan kata cako tadi. Penanda waktu pukua sapuluah cako pukul sepuluh tadi berbentuk frase yang terdiri atas tiga kata. Frase ini 3

termasuk ke dalam frase nomina yang unsur pertamanya adalah pukua pukul merupakan unsur inti dan unsur keduanya sapuluah sepuluh, yaitu cako tadi merupakan unsur noninti. Pemakaian penanda waktu pukua sapuluah cako pukul sepuluh tadi yang menempati posisi awal kalimat pada data (1) dapat dipermutasikan, sehingga menempati posisi tengah kalimat, seperti pada data (1a) dan menempati posisi akhir kalimat seperti pada data (1b) berikut ini. (1a) Aden pukua sapuluah cako pulang sikola. Saya pukul sepuluh tadi pulang sekolah. Saya pukul sepuluh tadi pulang sekolah. (1b) Aden pulang sikola, pukua sapuluah cako. Saya pulang sekolah, pukul sepuluh tadi. Saya pulang sekolah, pukul sepuluh tadi. Permutasian penanda waktu pukua sapuluah cako pukul sepuluh tadi tidak menyebabkan perubahan makna kalimat (1). b. Jam Kira-kira dengan Acuan Matahari Penanda waktu jam kira-kira dengan acuan matahari yang ditemukan dalam Bahasa Minangkabau Balai Selasa, Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat pada data berikut. (2) Malam Sanayan den ka rumah kau. Malam Senin saya ke rumah kamu. Malam Senin saya ke rumah kamu. Penanda waktu malam Sanayan malam Senin pada data (2) menjelaskan waktu 4 malam hari pada hari Minggu yang berupa kata majemuk. Pemakaian penanda waktu malam Sanayan malam senin yang menempati posisi awal kalimat dapat dipermutasikan, sehingga menempati posisi akhir kalimat seperti pada data (2a) berikut dan menempati posisi tengah kalimat seperti pada data (2b) berikut ini. (2a) Den ka rumah kau malam Sanayan. Saya ke rumah kamu malam Senin. Saya ke rumah kamu malam Senin. (2b) Den malam Sanayan ka rumah kau. Saya malam Senin ke rumah kamu. Saya malam Senin ke rumah kamu. Pemakaian penanda waktu malam Sanayan malam Senin pada data (2) berbeda maknanya dengan pemakaian penanda waktu Sanayan malam Senin malam pada data (3) di bawah ini. (3) Sanayan malam den ka rumah kau. Senin malam saya ke rumah kamu. Senin malam saya ke rumah kamu. Penanda waktu Sanayan malam Senin malam pada (3) menerangkan waktu malam hari pada hari Senin yang besoknya akan datang hari Selasa berupa kata majemuk. Pemakaian penanda waktu malam Sanayan malam Senin dapat dipermutasikan, sehingga menempati posisi di akhir kalimat, seperti pada data (3a) berikut dan menempati posisi tengah kalimat pada data (3b).

(3a) Den ka rumah kau Sanayan malam. Saya ke rumah kamu Senin malam. Saya ke rumah kamu Senin malam. (3b) Den Sanayan malam ka rumah kau. Saya Senin malam ke rumah kamu. Saya Senin malam kerumah kamu. c. Jam Kira-kira dengan Acuan Kelima Waktu Salat 1) Penanda waktu zuhur Penanda waktu dengan acuan kelima waktu salat yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau Balai Selasa, Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat pada data berikut. (4) Alah luhua ari alun juo pulang lai. Sudah zuhur Penanda waktu zuhur Pada data (4) terdapat penanda waktu yang menunjukkan penanda waktu yang acuannya sudah datang adalah salah satu waktu salat yaitu, waktu salat zuhur. Penanda waktu luhua ari waktu zuhur berbentuk kata majemuk. Penanda waktu ini termasuk ke dalam aspek inseptif, yaitu kejadian yang berlangsung pada waktu zuhur. Hal ini ditandai dengan kata alah sudah. Pemakaian penanda waktu luhua ari waktu zuhur dapat di balik posisinya menjadi di akhir, seperti yang terlihat pada data (4a), tetapi penanda ini tidak dapat menempati posisi tengah kalimat. Apabila penanda ini menempati posisi tengah kalimat, kalimat tersebut menjadi tidak berterima, seperti pada data (4b). (4a) Alun juo pulang lai, alah luhua ari. Belum juga pulang lagi sudah zuhur. Belum juga pulang, sudah waktunya zuhur. (4b) Alah luhua ari alun juo pulang lai. Sudah zuhur hari belum juga pulang lagi. Sudah zuhur hari, belum juga pulang lagi. 2) Penanda waktu subuh Data lain yang menunjukkan penanda waktu subuh dengan acuan kelima waktu salat dapat dilihat seperti data berikut ini. (5) Katiko subuah Rika ala pai bakiajo. Ketika subuh Rika sudah pergi bekerja. Ketika subuh Rika sudah pergi bekerja. Penanda waktu subuah waktu subuh pada data (5) menerangkan waktu pagi, yaitu kirakira pukul 04.40 sampai dengan 05.30 WIB, saatnya salat subuh. Penanda waktu subuah waktu subuh berupa kata majemuk yang dapat di permutasikan Pada kalimat (5) dapat menempati posisi akhir kalimat pada data (5a) dan dapat menempati posisinya menjadi di awal kalimat pada data (5b) pada data di bawah ini. (5a) Rika ala pai bakiajo katiko subuah. 5

Rika sudah pergi bekerja ketika subuh. Rika sudah pergi bekerja ketika subuh. (5b) Subuah Rika ala pai bakiajo. Subuh Rika sudah pergi bekerja. Subuh Rika sudah pergi bekerja. Setelah penanda waktu subuah subuh dipermutasikan. Kalimat (5a) dan (5b) tetap gramatikal dan makna yang disampaikan tidak berubah. Pada data (6) terdapat penanda waktu yang menunjukkan penanda waktu yang acuannya sudah datang adalah salah satu waktu salat yaitu, waktu salat zuhur. Penanda waktu luhua ari waktu zuhur berbentuk kata majemuk. Penanda waktu ini termasuk ke dalam aspek inseptif, yaitu kejadian yang berlangsung pada waktu zuhur. Hal ini ditandai dengan kata alah sudah. Pemakaian penanda waktu luhua ari waktu zuhur dapat di balik posisinya menjadi di akhir, seperti yang terlihat pada data (6a), tetapi penanda ini tidak dapat menempati posisi tengah kalimat. Apabila penanda ini menempati posisi tengah kalimat, kalimat tersebut menjadi tidak berterima, seperti pada data (6b). (6b) Alah luhua ari alun juo pulang lai. Sudah zuhur hari belum juga pulang lagi. Sudah zuhur hari, belum juga pulang lagi. 3) Penanda waktu subuh Data lain yang menunjukkan penanda waktu dengan acuan kelima waktu salat dapat dilihat seperti data berikut ini. (6) Katiko subuah nyo ala pai bakiajo. Ketika subuh dia sudah pergi bekerja. Ketika subuh dia sudah pergi bekerja. Penanda katiko subuah waktu subuh pada data (7) menerangkan waktu pagi, yaitu kirakira pukul 05.00 sampai dengan 05.30 WIB, saatnya salat subuh. Penanda katiko subuah waktu subuh berupa kata majemuk. Pada kalimat (7) dapat menempati posisi akhir kalimat pada data (7a) dan dapat menempati posisinya menjadi di awal kalimat pada data (7b). Pembalikkan unsur pokok pada data ini tidak membuat makna dari tuturan itu menjadi berubah. (7a) Inyo ala pai bakiajo katiko subuah. Dia sudah pergi bekerja ketika subuh. Dia sudah pergi bekerja ketika subuh. (6a) Alun juo pulang lai, alah luhua ari. Belum juga pulang lagi sudah zuhur. Belum juga pulang, sudah waktunya zuhur. (7b) Subuah inyo ala pai bakiajo. Subuh dia sudah pergi bekerja. Subuh dia sudah pergi bekerja. Setelah penanda waktu subuah ketika subuh dipermutasikan. Kalimat (7a) dan (7b) tetap 6

gramatikal dan makna yang disampaikan tidak berubah. d. Jam Kira-kira dengan Acuan Bunyi Hewan Data lain yang menunjukkan adanya penanda waktu jam kira-kira dengan acuan bunyi hewan dalam bahasa Minangkabau Balai Selasa dapat dilihat pada data (8) berikut ini. (7) Alah bakukuak ayam alun jago Sari ko lai. Sudah berkokok ayam belum bangun juga Sari ini lagi. Sudah berkokok ayam, Sari belum juga bangun. Penanda waktu bakukuak ayam ayam berkokok menandakan waktu sudah pagi. Penanda waktu bakukuak ayam berkokok ayam berupa kata majemuk yang dapat dipermutasikan posisinya di akhir, seperti yang terlihat pada data (8a), tetapi penanda ini tidak dapat menempati posisi akhir kalimat. dan di awal Apabila penanda ini menempati posisi akhir kalimat, kalimat tersebut menjadi tidak berterima, seperti pada data (8b) berikut ini. (8a) Alun jago lai Sari alah bakukuak ayam. Belum bangun Sari sudah berkokok ayam. Belum bangun Sari sudah berkokok ayam. Sari belum juga bangun, ayam sudah berkokok. 4.1.2 Penunjuk Hari Dalam seminggu terhitung ada tujuh hari, yaitu Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu. Nama-nama hari tersebut digunakan pula sebagai penanda waktu. Penanda waktu penunjuk hari yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau Balai Selasa, Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat pada data berikut. (8) ARi Abah Yori siap ujian. Hari Rabu Yori selesai ujian. Hari Rabu Yori selesai ujian. Pada data (9) dapat dilihat adanya penanda waktu ari Abah hari Rabu. ARi Abah hari Rabu merupakan hari ketiga dalam tujuh hari/satu minggu. Penanda waktu ari Abah hari Rabu yaitu, berbentuk kata majemuk. Dapat dipermutasikan posisinya pada akhir, seperti yang terlihat pada data (9a), dan di tengah seperti pada data (9b) berikut. (9a) Yori siap ujian ari Abah. Yori selesai ujian hari Rabu. Yori selesai ujian hari Rabu. (9b) Yori ari Abah siap ujian. Yori hari Rabu selesai ujian. Yori hari Rabu selesai ujian. (8b) Sari alun jago lai ayam alah bakukuak. Sari belum juga bangun lagi ayam sudah berkokok. 4.1.3 Penunjuk Minggu 7

Data lain yang menunjukkan adanya penanda waktu penunjuk minggu dapat dilihat di bawah ini. (9) ARi balai sakali saminggu di kampuang den. Hari pekan sekali seminggu di kampung saya. Hari pecan sekali seminggu di kampung saya. Pada data (10) dapat dilihat adanya penanda waktu saminggu seminggu yang merupakan hari terakhir dalam satu minggu. Penanda waktu saminggu seminggu berupa kata majemuk yang dapat dipermutasikan posisinya menjadi di awal, seperti terlihat pada data (10a) dan di akhir (10b) berikut ini. (10a) Saminggu sakali ari balai di kampuang den. Seminggu sekali hari pekan di kampung saya. Seminggu sekali hari pekan di kampung saya. Kabupaten Pesisir Selatan ditemukan adanya penanda waktu penunjuk bulan. Hal ini dapat dilihat pada data berikut. (10) Bulan April bisuak anak den wisuda. Bulan April besok anak saya wisuda. Bulan April besok anak saya wisuda. Pada data (11) penanda waktu yang merupakan penunjuk bulan adalah bulan April bisuak. Penanda waktu bulan April besuak bulan April besok menyatakan bahwa kejadian itu baru akan berlangsung atau terjadi. Penanda waktu bulan april besuak bulan april besok berupa kata majemuk yang dapat dipermutasikan di tengah, seperti yang terlihat pada data (11a), dan di akhir, seperti pada data (10b) berikut ini. (11a) Anak den wisuda bulan April besuak. Anak saya wisuda bulan April besok. Anak saya wisuda bulan April besok. (10b) Di kampuang den ari balai sakali saminggu. Di kampung saya hari pekan sekali seminggu. Di kampung saya hari pekan sekali seminggu. 4.1.4 Penunjuk Bulan a. Penunjuk bulan berdasarkan Tahun Masehi Dalam satu tahun terdapat dua belas bulan, yaitu dimulai dari bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, dan Desember. Nama-nama bulan tersebut sering dijadikan patokan oleh masyarakat dalam melakukan kegiatan. Dalam bahasa Minangkabau di daerah Balai Selasa 8 (11b) Anak den wisuda besuak bulan April. Anak saya wisuda besok bulan April. Anak saya wisuda besok bulan April. 4.1.5 Penunjuk Tahun Penanda waktu penunjuk tahun yang digunakan dalam Bahasa Minangkabau adalah di taun tahun dan taun tahun. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh data penanda waktu berikut yang ditemukan di daerah Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan. (11) Budak tu layia taun sambilan tigo. Anak itu lahir tahun 1993. Anak itu lahir tahun 1993.

Penanda waktu pada data (12), yaitu taun 93 tahun 1993 merupakan penanda waktu penunjuk tahun. Pemakaian penanda waktu taun 93 tahun 1993 berupa kata majemuk yang dapat dipermutasikan posisinya menjadi di awal, seperti kalimat pada data (12a) dan di tengah seperti pada data (12b). Penanda waktu pada kalimat ini hanya menggunakan penanda taun. (12a) Taun sambilan tigo budak tu layia. Tahun 1993 anak itu lahir. Tahun 1993 anak itu lahir. (12b) Budak tu taun sambilan tigo layia. Anak itu tahun 1993 lahir. Anak itu tahun 1993 lahir. 4.1.6 Penjelas Waktu Penjelas waktu biasanya menandai peristiwa yang telah lampau, kini, mendatang, sebelumnya, sesudahnya, dan kebiasaan. Selain itu, juga ada preposisi lain yang menjelaskan waktu, yaitu sudah tidak ada lagi atau habis. Untuk lebih jelasnya perhatikan pada uraian berikut. a) Penjelas waktu lampau atau sebelumnya Penjelas waktu lampau atau sebelumnya dalam bahasa Minangkabau daerah Balai Selasa dapat dilihat pada data di bawah ini. (12) Abak den patang ko mamaduak sawah. Ayah saya kemarin ini mencangkul sawah. Ayah saya kemarin ini mencangkul sawah. Penanda waktu dalam bahasa Minangkabau patang ko kemarin ini pada data (13) tetap gramatikal dan maknanya tidak berubah. Berikut juga ditemukan data yang menunjukkan penjelas waktu yang menerangkan peristiwa yang sudah lampau. (13) Aden pai ka surau cako. Saya pergi ke mushalla tadi. Saya pergi ke mushalla tadi. Pada data (14) penjelas waktu cako tadi menerangkan peristiwa yang baru saja terjadi. Penanda waktu cako tadi menempati posisi di akhir kalimat. Penanda tersebut dapat di balik posisinya menjadi di awal kalimat, seperti data (14a) dan di tengah kalimat, seperti yang terlihat pada data (14b) berikut ini. (14a) Cako den pai ka surau. Tadi saya pergi ke mushalla. Tadi saya pergi ke mushalla. (14b) Den cako pai ka surau. Saya tadi pergi ke mushalla. Saya tadi pergi ke mushalla. Setelah penanda waktu cako tadi dipermutasikan, kalimat (14a) dan (14b) tetap gramatikal dan maknan yang disampaikan tidak berubah. b) Penjelas waktu menerangkan peristiwa Penjelas waktu menerangkan peristiwa yang akan terjadi dalam bahasa Minangkabau dapat dilihat pada data di bawah ini. (14) Amak den besuak siang pai batanam. Ibu saya besok pergi bercocok tanam. Ibu saya besok pergi bercocok tanam. 9

Pananda waktu besuak siang besok pada data (15) menerangkan peristiwa yang akan terjadi atau dilakukan. Penanda besuak siang besok pada kalimat ini tidak menerangkan bahwa peristiwa itu akan dilakukan besok pada siang hari, tetapi bisa saja pagi, sore, ataupun malam. Kata siang pada kalimat ini berfungsi untuk memberikan penekanan bahwa peristiwa itu benar-benar akan dilakukan besok. Penanda waktu besuak siang besok siang berupa kata majemuk yang dapat dipermutasikan posisinya menjadi di awal kalimat, seperti data (15a) dan di akhir kalimat, seperti pada data (15b). Penanda waktu yang posisinya dibalik ini tidak mengubah makna dari kalimat yang sebelumnya. (15a) Besuak siang amak den pai batanam. Besok ibu saya pergi bercocok tanam. Besok ibu saya pergi bercocok tanam. (15b) Amak den pai batanam besuak siang. Ibu saya pergi bercocok tanam besok. Ibu saya pergi bercocok tanam besok. Penanda waktu yang akan terjadi setelah berlangsungnya hari ini dapat dilihat data di bawah ini. pada (15) Besuak ciek lai den pai ka Mato Aia. Besok satu lagi saya pergi ke Mata Air. Besok satu lagi saya pergi ke Mata Air. Penanda waktu besuak ciek lai besok satu lagi pada data (16) menerangkan pristiwa akan terjadi. Penanda waktu besuak ciek lai besok satu lagi berupa kata majemuk yang dapat dipermutasikan posisinya di akhir kalimat seperti terlihat pada data (16a), dan di tengah kalimat pada data (16b). (16a) Den pai ka mato aia besuak ciek lai. Saya pergi ke mata air besok satu lagi. Saya pergi ke mata air besok satu lagi. (16b) Ka mato aia besuak ciek lai den pai. Ke mata air saya besok satu lagi pergi. Ke mata air besok satu lagi saya pergi. Setelah penanda waktu besuak ciek lai besok satu lagi dipermutasikan, kalimat (16a) dan (16b) tetap gramatikal dan maknan yang disampaikan tidak berubah. c) penjelas waktu yang sudah berlangsung Penjelas waktu yang sudah berlansung dalam bahasa Minangkabau dapat dilihat pada data di bawah ini. (16) Ko den sadang mamasak Ira a. Ini saya lagi memasak Ira. Ini saya lagi memasak Ira. Penanda waktu ko ini pada data (17) menerangkan peristiwa yang sedang berlansung. Penanda waktu yang merupakan 10

penjelas waktu ko ini berupa kata yang dapat dipermutasikan posisinya di akhir kalimat, seperti data (17a) dan di tengah kalimat, seperti yang terlihat pada data (17b) berikut ini. (17a) Ira den sadang mamasak ko a. Ira saya lagi memasak ini. Ira saya lagi memasak ini. (17b) Den ko sadang mamasak Ira a, Saya ini lagi memasak Ira, Saya ini lagi memasak Ira Setelah penanda waktu ko ini dipermutasikan, kalimat (17a) dan (17b) tetap gramatikal dan maknan yang disampaikan tidak berubah. Penanda waktu penjelas yang menerangkan tentang hari yang sama dalam bahasa Minangkabau juga dapat ditemukan. Hal ini dapat dilihat pada data berikut. (17) Patang-patang budak tu lah tibo. Sore-sore anak itu sudah datang. Sore-sore anak itu sudah datang. Pada data (18) penjelas waktu patang-patang sore-sore menerangkan waktu yang sudah menunjukkan waktu sore. Penanda waktu patang-patang sore-sore berupa kata ulang yang dapat dipermutasikan posisinya menjadi di tengah kalimat, seperti pada data (18a), dan di akhir kalimat, seperti pada data (18b). (18a) Budak tu patang-patang ka siko. Anak itu sore-sore ke sini. Anak itu sore-sore ke sini. (18b) Budak tu ka siko patang-patang. Anak itu ke sini sore-sore. Anak itu ke sini sore-sore. Setelah penanda waktu patang-patang soresore dipermutasikan, kalimat (18a) dan (18b) tetap gramatikal dan maknan yang disampaikan tidak berubah. d) penjelas waktu menerangkan peristiwa berlansung sesaat Penanda waktu berikut juga menunjukkan penjelas waktu yang menerangkan peristiwa yang berlangsung sesaat dapat dilihat pada data di bawah ini. (18) Den mancaliak budak tu sapinte. Saya melihat anak itu sekilas. Saya melihat anak itu sekilas. Penjelas waktu sapinte sekilas pada data (19) menjelaskan peristiwa yang dialami atau dilakukan baik itu lama atau pun sebentar, sedangkan penjelas waktu sapente sekilas berupa kata majemuk yang dapat dipermutasikan posisinya menjadi di tengah, seperti pada data (19a), dan di awal, seperti pada data (19b) berikut ini. (19a) Aden sapinte mancaliak budak tu. Saya sekilas melihat anak itu. Saya sekilas melihat anak itu. (19b) Sapinte aden mancaliak budak tu. Sekilas saya melihat anak itu. Sekilas saya melihat anak itu. Berikut juga ditemukan penjelas waktu yang menerangkan peristiwa yang biasanya terjadi atau kebiasaan. Untuk lebih jelasnya perhatikan data di bawah ini.. (19) Alang ari budak tu mandi di banda. Setiap hari anak itu mandi di sungai. Setiap hari anak itu mandi di sungai. 11

Penjelas waktu alang ari setiap hari pada data (20) menjelaskan peristiwa atau kegiatan itu dilakukan rutin setiap hari. Penjelas waktu alang ari setiap hari berupa kata majemuk yang dapat dipermutasikan posisinya menjadi di tengah, seperti yang terlihat pada data (20a) dan di akhir kalimat, seperti pada data (20b) berikut ini. (20a) Budak tu alang ari mandi di banda. Anak itu setiap hari mandi di sungai. Anak itu setiap hari mandi di sungai. (20b) Budak tu mandi di banda alang ari. Anak itu mandi di sungai setiap hari. Anak itu mandi di sungai setiap hari. Penanda waktu juga ditemukan preposisi abih habis dalam menjelaskan penanda waktu dalam bahasa Minangkabau Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan. Untuk lebih jelasnya perhatikan data berikut. (20) Abih sumbayang Jumaek den ka umah kau. Selesai salat Jumat saya ke rumah kamu. Selesai salat Jumat saya ke rumah kamu. Pada data (21) penjelas waktu abih sumbayang Jumaek habis salat Jumat menerangkan kegiatan atau peristiwa yang akan dilakukan. Penjelas waktu abih sumbayang Jumaek habis salat Jumat pada kalimat ini menyatakan setelah selesai salat jumat dia aka pergi ke rumah temannya. Penjelas waktu abih sumbayang Jumaek 12 habis salat Jumat berbentuk frase yang dapat dipermutasikan posisinya menjadi di akhir kalimat pada data (21a) dan di tengah, seperti pada kalimat (21b) berikut ini. (21a) Den ka rumah kau abih sumbayang Jumaek. Saya ke rumah kamu selesai salat Jumat. Saya ke rumah kamu selesai salat umat. (21b) Den abih sumbayang Jumaek ka rumah kau. Saya selesai salat Jumat ke rumah kamu. Saya selesai salat Jumat ke rumah kamu. Selanjutnya, juga ditemukan penanda waktu yang ditandai dengan konjungsi lain yang menjelaskan tentang penanda waktu yang juga merupakan penjelas waktu dalam bahasa Minangkabau di daerah Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan. Untuk lebih jelasnya perhatikan data berikut. (21) Ari indak bulia pai malakik den tibo. Ari tidak boleh pergi sampai saya datang. Ari tidak boleh pergi sampai saya datang. Penjelas waktu malakik den tibo sampai saya datang. Pemakaian penjelas waktu yang ditandai dengan kata malakik den tibo sampai saya datang berbentuk klausa yang dapat dipermutasikan posisinya (setelah klausa), sehingga menempati di tengah kalimat, seperti pada data (22a) dan di awal kalimat, seperti yang terlihat pada data (22b) berikut ini.

(22a) Indak bulia pai malakik den tibo Ari. Tidak boleh pergi sampai saya datang Ari. Tidak boleh pergi sampai saya datang Ari. (22b) Malakik den tibo Ari indak bulia pai. Sampai saya datang Ari tidak boleh pergi. Sampai saya datang Ari tidak boleh pergi. Setelah penanda penunjuk waktu malakik den tibo sampai saya datang dipermutasikan pada kalimat (22a) dan (22b) tetap gramatikal dan makna yang disampaikan tidak berubah. 4.2 Rentang Rentang dalam penanda waktu dapat diungkapkan dengan preposisi dari dari dan ka ke. Preposisi Dari dari menerangkan waktu awal dan ka ke menerangkan waktu penyelesaian. Dalam bahasa Minangkabau di Balai Selasa, Kabupaten Pesisir Selatan juga ditemukan penanda waktu yang menyatakan rentang. Untuk lebih jelasnya perhatikan data berikut. (22) Dari pukua sambilan cako hujan. Dari pukul sembilan tadi hujan. Dari pukul sembilan tadi hujan. Rentang penanda waktu dari pukua sambilan dari pukul sembilan yang terdapat pada data (23) menjelaskan bahwa hujan telah turun dari pukul Sembilan dari pukul sembilan hingga sekarang. Preposisi dari dari pada kalimat ini menjelaskan waktu awal hujan turun. Selain itu, juga ditemukan data lain yang menerangkan rentang waktu di awal. Untuk lebih jelasnya perhatikan data berikut. (23) Sajak cako den tunggu kau. Sejak tadi saya menunggu kamu. Sejak tadi saya menunggu kamu. Pada data (23) rentang waktu sajak cako sejak tadi hampir sama dengan rentang waktu dari dari, yaitu sama-sama menerangkan waktu di awal. Akan tetapi, rentang waktu sajak cako sejak tadi termasuk ke dalam preposisi yang menjelaskan rentang lamanya waktu yang dirasakan. Biasanya kata sajak cako sejak tadi digunakan oleh seseorang yang sudah kesal karena lama menunggu. Pemakaian sajak cako sejak tadi berupa kata majemuk yang dapat dipermutasikan posisinya di akhir, seperti yang terlihat pada data (23a) berikut ini. (23a) Den tunggu kau sajak cako. Saya menunggu kamu sejak tadi. Saya menunggu kamu sejak tadi. Selain preposisi sajak cako sejak tadi yang menerangkan ditemukan preposisi lain. rentang waktu, berikut Selanjutnya, data lain yang menunjukkan adanya rentang waktu yang digunakan dalam bahasa Minangkabau di daerah Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat pada data di bawah ini. (24) Antaro pukua 4 jo 6 abak den pulang. Antara pukul 4 dan 6 ayah saya pulang. 13

pulang. Antara pukul 4 dan 6 ayah saya Rentang waktu antaro antara pada data (24) menerangkan waktu yang tidak pasti. Antaro antara pukul 4 dan 6 bukan berarti benar-benar pukul 4 dan 6. Mungkin saja pukul setengah lima, setengah enam, dan seterusnya. Rentang waktu antaro antara berupa kata yang dapat dipermutasikan posisinya menjadi di tengah, seperti pada data (24a), tetapi rentang waktu antaro antara tidak dapat menempati posisi di akhir kalimat, karena membuat kalimat tersebut menjadi tidak gramatikal. (24a) Abak den pulang antaro pukua 4 jo 6. Ayah saya pulang antara pukul 4 dan 6. Ayah saya pulang antara pukul 4 dan 6. Selain itu, ditemukan juga rentang waktu yang menggunakan kata salamo ko selama ini di daerah Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan. Hal ini dapat dilihat pada data berikut. (25) Salamo ko den alah basaba. Selama ini saya sudah sabar. Selama ini saya sudah sabar. Pada data (25) rentang waktu salamo ko selama ini menerangkan lamanya rentang waktu yang dilalui. Rentang waktu salamo ko selama ini berbentuk frase preposisi yang dapat dipermutasikan posisinya di akhir kalimat pada data (25a) berikut ini. (25a) Den ala basaba salamo ko. Saya sudah sabar selama ini. Saya sudah sabar selama ini. Berikut juga ditemukan rentang waktu patang-patang ko kemarin-kemarin ini menerangkan waktu yang sudah lewat dalam bahasa Minangkabau Balai Selasa. Hal ini dapat dilihat pada data berikut. (26) Patang - patang ko budak tu kasiko, Kemarin - kemarin ini dia itu kesini, Kemarin-kemarin ini dia itu kesini. Pada data (26) Rentang waktu patangpatang ko kemarin-kemarin ini menerangkan waktu yang sudah lewat. Penanda waktu Patang-patang ko kemarinkemarin ini hari sebelumnya setelah hari ini atau sudah berlalu. Penanda waktu patangpatang ko kemarin-kemarin ini berbentuk kata ulang yang dapat dipermutasikan posisinya menjadi di akhir kalimat pada data (26a) berikut ini. (26a) Budak tu kasiko patang-patang ko. Dia itu kesini kemarin-kemarin ini. Dia itu ke sini kemarin-kemarin ini. Selain itu. Ditemukan juga penanda waktu bilo-bilo kapan-kapan menerangkan waktu yang akan terjadi dalam bahasa Minangkabau Balai Belasa. Hal ini dapat dilihat pada data berikut ini. 14

(27) Bilo - bilo ayo lah kau antan buku tu. Kapan-kapan saja kamu antarkan buku itu. Kapan-kapan saja kamu antarkan buku itu. Rentang waktu bilo-bilo kapan-kapan pada data (27) menerangkan waktu yang akan terjadi. Penanda waktu Bilo-bilo kapankapan baru akan terjadi tetapi belum ditentukan waktu terjadinya yang berbentuk kata ulang. Penanda waktu bilo-bilo kapankapan dapat dipermutasikan posisinya menjadi di tengah kalimat pada data (27a) berikut ini. (27a) Kau antan buku tu bilo-bilo ayo lah. Kamu antar buku itu kapan-kapan saja. Kamu antar buku itu kapan-kapan saja. Setelah penanda waktu bilo-bilo kapankapan dipermutasikan. Kalimat (27a) yang berbentuk kata ulang tetap gramatikal dan 1. Penanda waktu saat dapat dikelompokkan menjadi (1) penunjuk jam, yaitu (a) jam tepat seperti, pukua sapuluah cako pukul sepuluh tadi, (b) jam kira-kira dengan acuan matahari seperti, malam sanayan malam senin, (c) jam kira-kira dengan acuan kelima waktu salat saperti, ala luhua ari sudah zuhur hari, (d) jam kirakira dengan acuan bunyi hewan seperti, ayam bakukuak ayam berkokok. (2) penunjuk hari, seperti ari abah hari rabu. (3) penunjuk minggu, seperti saminggu seminggu. (4) penunjuk bulan, seperti bulan april besuak bulan april besok. (5) penunjuk tahun, seperti taun 93 tahun 93. (6) penjelas waktu, seperti patang ko kemarin ini. 2. Penanda waktu rentang adalah menerangkan waktu penyelesaian yang menyatakan tentang rentang waktu sasudah sesudah, salamo selama. makna yang disampaikan tidak berubah. 5.2 Saran Berdasarkan simpulan tersebut penulis 4.2 Rentang menyarankan agar penelitian ini dapat Rentang dalam penanda waktu dapat dijadikan sebagai rujukan masukan dalam diungkapkan dengan preposisi dari dari dan meneliti Penanda waktu. Selain itu, agar ka ke. Preposisi Dari dari menerangkan penelitian ini mendapat hasil yang baik, waktu awal dan ka ke menerangkan waktu diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan Penutup dari sisi yang berbeda. 5.1 Kesimpulan Dari uraian yang telah disampaikan dalam analisis, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. 15

DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan, dkk. 2013. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Ayub, Asni dkk. 1993. Tata Bahasa Minangkabau. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Chaer, Abdul. 2001. Pengantar Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.. 2008. Morfologis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta H. Hoed, Benny. 1989. Kala dalam Novel Fungsi dan Penterjemahannya. Yogyakarta: Universitas Press. Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT RajoGrafindo Persada. Moussay, Gerard. 1981. La Langue Minangkabau. Penerjemah: Rahayu S. Hidayat. 1998. Tata Bahasa Minangkabau. Jakarta: Gramedia. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Universitas Press 16