KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS ANIMASI LOKAL

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS INDUSTRI ANIMASI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. oleh apapun seperti yang di temui pada kehidupan sehari-harinya. besarnya investas dan rutinitas sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pertumbuhan Industri animasi 3D di Indonesia semakin hari semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pada Bab Pendahuluan ini akan dijabarkan poin-poin dasar yang melandasi

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan karakteristik serta viewing-habbit masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang mudah untuk dicerna. Televisi secara universal juga mampu untuk menjangkau audiens

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai masa

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup yang lainnya, manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan

BAB VI PENUTUP. Bagian ini memaparkan tentang kesimpulan secara keseluruhan pembahasan

THE PHILOSOPHY OF MULTIMEDIA

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir ini membuat film animasi 3D ( tiga dimensi) action dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide,

01 Meninjau Narasi 1.1. Analisa bentuk narasi untuk menghasilkan narasi yang siap untuk penulisan bagian berikutnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Televisi dapat dikatakan telah mendominasi hampir semua waktu luang setiap

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Desain Komunikasi Visual Tugas Akhir Sarjana Desain Komunikasi Visual Semester Genap tahun 2006/2007

Karya Bidang Program Tayangan Gitaran Sore-Sore Pro TV sebagai Penulis Naskah (Script Writer)

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan warna tersendiri dalam dunia penyiaran Indonesia. Dimana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sekolah Desain Animasi dan Game Semarang

BAB I PENDAHULUAN Latar Balakang

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Saat ini, media komunikasi berkembang secara menonjol

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat. Banyak hal yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai perilaku yang mulai memudar. dikalangan anak-anak, yakni perilaku peduli pada sesama.

BAB I PENDAHULUAN. multimedia) turut mengalami kemajuan yang juga berkembang dengan cukup cepat. Hal

TRANSKIP WAWANCARA PRODUSER PROGRAM PROVOCATIVE PROACTIVE METRO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dengan makin berkembangnya teknologi komunikasi yang dapat

PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. I. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya di industri bisnis perbankan. Bank yang sekarang ini dianggap bank

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari banyaknya judul film yang muncul di bioskop bioskop di Indonesia saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Media Televisi adalah salah satu media massa elektronik yang digemari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Media massa sudah menjadi sumber informasi masyarakat dewasa ini.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Zaman sudah semakin berkembang, ditandai dengan era teknologi saat ini. Dapat

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri perfilman di dunia memiliki perkembangan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan dari film animasi dapat mengalahkan pendapatan dari film live action

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin sulitnya keadaan perekonomian dunia saat ini yang diakibatkan krisis

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan di dalam dunia film, pertelevisian dan hiburan. Special effect

BAB I PENDAHULUAN. hlm. viii. 1 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, termasuk perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. program berita dan hiburan. Televisi menjadi media massa elektronik pilihan yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk menjalankan segala aktivitas atau kegiatan sehari-hari. Contoh dari

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan ragamnya, dari mulai drama, musik, olahraga, realita bahkan Fashion.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan bagi

PERANCANGAN TOKOH PADA FILM 3D ANIMASI PENDEK STORIETTE D UN DIAMANT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun Children s Television Act of 1990 telah membatasi program televisi

Industri Kreatif Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dan masyarakat tak dapat di pisahkan, maka itu ada istilah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sekitarnya. Media menjadi tujuan utama masyarakat setiap kali ingin mencari

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari semua bidang studi. Bahasa Indonesia berperan sebagai alat untuk

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TARI MENJADI SUMBER PENGHASILAN

BAB I PENDAHULUAN. keluarga. Hampir setiap rumah memiliki televisi. Tidak jarang kegiatan lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAKSI. : STUDI MENGENAI FAKTOR-FAKTOR PREFERENSI KONSUMSI TELEVISI LOKAL DI KOTA SEMARANG : Brian Stephanie : D2C005143

Merintis Usaha Warnet

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisai ini, media merupakan suatu alat yang tidak pernah lepas dari

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS

PENDAHULUAN BAB I. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengalaman dan pengorbanan yang harus dilakukan agar menjadi seorang Gamer

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Film merupakan media komunikasi massa yang kini banyak dipilih untuk

KUESIONER SURVEI PERILAKU MENONTON DAN PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM JELAJAH DI TRANS TV. : (diisi oleh peneliti)

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, sudah tak asing lagi kita mendengar kata televisi.

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih kuat dalam kapasitasnya tersebut, karena selain siaran dapat didengar

BAB 1 PENDAHULUAN. media elektronik televisi; hal ini dapat diamati dari munculnya berbagai macam stasiun

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi di televisi ataupun radio melainkan internet. Detik.com, vivanews.com,

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. situasi misalnya acara OB (Office Boy) yang tayang di RCTI dan Tetangga Masa

PUSAT ANIMASI SEBAGAI RUMAH PRODUKSI, PENDIDIKAN, DAN HIBURAN DI SURAKARTA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PELUANG DAN TANTANGAN INDUSTRI PENCETAK INSAN KREATIF DAN HANDAL DI DUNIA PERTELEVISIAN 1

Nielsen Newsletter. EDISI Desember Data Highlights Timnas memenangkan 12 juta penonton TV

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyampaikan pesannya bersifat audio visual, yakni dapat dilihat dan

PERANCANGAN KARAKTER ANIMASI TELEVISI ALANG DAN BUKU AJAIB SERI MALIN KUNDANG

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Televisi merupakan media yang sudah umum bagi masyarakat. Semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pamor Indonesia sebagai salah satu destinasi berlibur favorit wisatawan

BAB I PENDAHULUAN. pada usia ini anak sedang berada dalam masa golden ageataumasa keemasan. sangat berpotensi mempelajari banyak hal secara cepat.

JUDUL UNIT : Melakukan Pemilihan Pemain

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, komunikasi sangat penting dimana komunikasi itu sendiri

BAB I PENDAHULUAN. dalam program acara. Hal tersebut menjadikan banyaknya bermunculan televisi

BAB I PENDAHULUAN. Peranan hiburan sangat penting bagi manusia dan sudah mengambil tempat

BAB I PENDAHULUAN. Informasi telah menjadi kebutuhan dan telah menjadi komoditas penting dalam

Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menyiasati Peluang Bisnis Batik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki suku bangsa yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. acara televisi itu merupakan hasil dari bentuk komunikasi massa.

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

Transkripsi:

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS ANIMASI LOKAL Di Susun Oleh : NAMA : Hari Anggara NIM : 11.12.5805 KELAS MATA KULIAH : 11.S1SI.07 : Lingkungan Bisnis STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012

ABSTRAK Kondisi animasi di Indonesia pada saat ini,sungguh memeprihatinkan,padahal sebenarnya produksi animasi para animator-animator Indonesia sudah lumayan banyak dan juga beragam,tetapi kondisi ini di perparah karena murahnya harga beli oleh televisi nasiona,sehingga para animator lebih memilih menjual hasil produksinya ke luar negeri. Di Indonesia animasi belum terrealisasi secara sempurna, bahkan animasi seperti halnya film kartun yang di tayangkan di televisi nasional di dominasi oleh film-film kartun asing. Sebenarnya peluang bisnis animasi di Indonesia sangatlah besar,karena animasi bukan hanya di pakai di film kartun saja,melainkan bisa juga di pakai dalam iklan,ataupun dalam pembuatan film untuk membuat trik yang tidak bisa di perankan oleh manusia pada umumnya,agar film lebih menarik. PEMBAHASAN Dalam beberapa tahun terakhir,industri animasi dalam negeri belum berkembang secara maksimal. Meskipun karya animasi sudah layak tampil di layar kaca untuk keperluan iklan komersial atau memenuhi kebutuhan trik dalam film live yang tidak bisa di peragakan para pemain film. Hasil karya animasi juga belum di kemas dalam bentuk indrustri,karena pemilikprodukso masih menempatkan animator sebagai tenaga kerja outsourching saja. Padahal pertumbuhan televisi swasta nasional dan berkembangnya pemirsa televisi harusnya dapat meningkatkan karya aniamasi lokal. Selain keperluan televisi,keterampilan membuat animasi di butuhkan juga untuk menciptakan permainan (game), baik game online (biasanya berjenjang tingkat kesulitannya dan berkesinambungan dan membuat kecanduan pemainnya),maupun arcade (permainan pendek dan cepat). Karya ini justru di minati masyarakat luas,bisa sebagai hiburan atau menghasilkan uang. Karya animasi lokal yang belum maksimal bagi animator di sebabkan tidak adanya dukungan dari pemangku kepentingan pada film animasi nasional. Kondisi ini di perparah juga dari murahnya harga beli stasiun televisi nasional yang menjauhkan mimpi animator untuk memperoleh ke untungan yang besar. Potensi industri animasi bukan hanya pada filmnya. Banyak orang yang belum mengerti perbedaan antara industri film animasi dengan industri animasi. Industri animasi bersifat luas, mencakup banyak hal yang ada dalam animasi serta hal-hal yang bisa di kembangkan dari animasi. Contohnya karakter, cerita, film, games, hingga merchandise karakter-karakter animasi, merchandise ini bisa berupa bisa berupa kaos, handuk, mug, tas, jam tangan, atau mainan. RINTANGAN Animasi termasuk sektor industri yang membutuhkan banyak tenaga kerja meski tidak termasuk dalam kategori padat karya, tapi ketika mengerjakan satu episode membutuhkan banyak tenaga kerja untuk mengerjakan detail tertentu. Apalagi untuk sebuah film animasi,butuh ribuan tenaga kerja dengan pengerjaan tahunan sebagaimana film Avtar yang sukses di pasaran. Ada beberapa rintangan yang di hadapi oleh industri animasi indonesia : Adanya kesenjangan mengenai pengetahuan tentang produk (product knowledge). Ini terjadi antara animator dengan pengambil keputusan baik itu investor atau pemerintah.

Kurangnya dukungan dari pemerintah. Adanya kebanggaan brlebihan dengan karya dalam negri. Adanya persoalan di pemasaran. Sumber daya manusia yang masih terbatas. SOLUSI Ada lima cara untuk mengatasi masalah di atas : 1. Pengambil keputusan harus mengerti mengapa membuat animasi itu memerlukan waktu yang lama. Cukup banyak investor yang kapok, karena merasa uangnya telah habis, sementara produknya belum dapat di jual. Padahal masuk ke industri animasi memutuhkan kesabaran dalam menjalani proses produksi yang panjang untuk sebuah karya yang berkualitas. Seperti halnya film Upin & Ipin yang mendapatkan dana besar dari pemerintah Malaysia, harus siap rugi ketika membiayai suatu karya animasi yang berkualitas.tapi,bukan berarti tidak bisa untung, namun prosesnya sangat panjang. Ini terkait teknologi dan jumla tenaga kerja ahlinya. Terlebih lagi, produknya belum pasti laku atau tidak. Dibutuhkan modal besar, niat kuat dan idealise di awal-awal berinvestasi di industri animasi. 2. Pemerintah harus memberi dukungan beupa pembiayaan, bantuan alat dan teknolgi yang di butuhkan. Hampir 80% pemain di industri animasi indonesia skalanya Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Dalam hal regulasi dan dukungan leih jauh sebagai program Nasional, sebaiknya di buat lembaga khusus yang menangani industri animasi di bawah pemerintah yang di lakukan Malysia dengan mendirikan Multimedia Development Corporation (MdeC). Lembaga tersebut bertujuan untuk membangun dan memberdayakan indstri animasi Nasional. 3. Jangan bangga berebihan dengan hasil karya dalam negeri, karena itu tidak sehat dan dapat melahirkan para animator yang tidak mau terus belajar. Dalam bahasa lain, seperti yang di sampaikan Animator Andri.K.Putra, Jika memang karya animasi itu buruk, Sebaiknya dikatakan buruk saja, jika memang baik katakan baik. Jangan karena atas nama nasionalime, karya yang jelas-jelas di bawah standar di katakan luar biasa. 4. Televisi nasional harus membeli karya animasi lokal, jangan membeli karya animasi impor karena harganya yang murah yang kebanyakan sudah di tayangkan di televisi luar negeri berkali-kali. 5. Mengembangkan sumber daya manusia tentang animasi. Sebagai sebuah kegiatan ekonomi kreatif yang membutuhkan skill tinggi, industri animasi indonesia masih banyak membutuhkan anak muda yang handal. Sebagai gambaran, untuk mengerjakan serial menggapai bintang rumah produksi animasi banyak yang kehabisan orang. Bahkan ada yang melatih beberapa minggu para penjaga warung internet (warnet) untuk menambah pekerja dadakan. Di sisi lain, fakta minat generasi muda terhadap animasi masih rendah. Sementara, dari sisi pendidikan formal hanya ada program studi di perguruan tinggi yang mengkajinya. Kebanyakan Animator rata-rata alumni sekolah luar negeri. Untuk menangani masalah tersebut juga, hadirlah CAM solution (sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang creative, animation, dan multimedia yang di kelola oleh

PT.Citra Andra Media) sebagai penengah antara animator dan penggunanya sebagai tenaga pemasaran.peni cameron sebagai nahkoda CAM solution mengatakan, sebenarnya konsentrasi CAMS terhadap industri animasi hanya sebatas memasarkan karya animasi saja. tetapi kalau di tarik kebelakang bikin animasi di butuhkan juga keterampilan untuk menggambar, berakting, menari, bikin musik, tahu sejarah ceritanya, dan penulisan naskah. Tutur peni kepada berita baru.com. Namun, dalam perjalanannya, CAMS bertindak sebagai pembina animator sekaligus sebagai produser dalam membantu membiayai pembuatan film-film animasi. Tetapi yang paling penting adalah industri kreatif akarnya adalah budaya kreatif. Maksudnya bukan dilihat dari pakaian atau seni tradisionalnya melainkan budaya atau karakter kreatif itu sendiri kata dia. Peni menjelaskan,kalo budayanya itu beli bukan mencipta sendiri atau budayanya nyontek rame-rame tidak berkerja sendiri,ini tidak akan berkembang. Bangsa kita bisa kalah perkembangan industri kreatifnya selama 5 tahun terakhir terhadap filipina, laos, dan korea. Kita inikan bangsa yang senang membeli produk luar negeri, tapi ekspor produk lokal saja masih rendah. Nah,bagaimana mau berkembang produk asli dalam negeri katanya. Lalu berapa besar keuntungan yang bisa di peroleh dari produksi animasi. Peni menuturkan kalo satu judul film total biaya produksi, promosi, dan seterusnya, mencapai Rp50 juta dan film itu biasa di tayangkan di 50 TV dalam setahun dengan harga sekitar Rp1 juta. Berarti dalam setahun sudah balik modal. Belum lagi masukan dari iklaniklan dan sponsor. Karena itu, biaya promosi dan bangunanjaringan di awal cukup besar. Kita saat ini sudah mendapatkan ke percayaan dari jaringan TV lokal. Meskipun mereka kurang mendapat ke percayaan dari pihak manapun ujarnya. Berdasarkan solusi yang dirintis oleh CAMS itu, Peni mengakui sudah memulai pertimbangan, pengalaman, diskusi, dan sumbangan pikiran dari berbagai pihak, baik pemerintah (Depdiknas, Depperin, Depdag, Depdupbar, Kementerian Negara Riset dan Teknologi-KNRT, dan Depkominfo) maupun para praktisi industri dan unsur akademisi. NILAI EDUKASI Semoga karya animasi dapat membangun karakter anak-anak yang menonton karena mengandung nilai edukasi, seperti nilai perjuangan, persahabatan, menang atau kalah yang penting buat pertumbuhan perilaku dan karakter mulai dari usia dini. Film animasi juga mengembangkan daya imajinasi dalam membuat cerita atau keadaan yang tidak bisa di buat oleh manusia biasa. Bebas berekspresi, mau menyindir orang, menyindir pemerintah atau yang lainnya tanpa membuat mereka tersinggung. Selain itu, semoga para orang tua menyadari kalau secara finansial tidak mampu anaknya juga tidak mampu mengikut pelajaran di sekolah. Silahkan salurkan ke sekolah kreatif saja, seperti jurusan seni tari, dalang, reog, SMK, dan lain-lain. Kedepannya, mereka akan menjadi contoh yang baik, dan budaya lokal memang harusnya menjadi jualan kita yang mengaku memiliki banyak budaya dan etnis. Sekaligus anak-anak itu menjadi penerus budaya bangsa. Jika anak-anak maunya sekolah Manajemen, lebih baik menyalurkan sesuai dengan kemampuanya saja. Kasihan sudah biaya banyak, anaknya tidak senang di sekolah, belum lagi kurikulum yang tidak benar. Selanjutnya menjadi lulusan sekolah yang tidak bisa apa-apa, rugi kan orang tua dan anaknya. Siapan pun bisa membangun industri animasi di indonesia kalau ada kemauan dan keterampilan. Selain itu, faktor modal turut mendukung pengembangan studio baru.

REFRENSI http://www.sunangunungdjati.com/blog http://www.cams.co.id http://www.ideanimasi.com http://www.gswahyu4.blogspot.com