PENERAPAN MODEL BELAJAR GROUP INVESTIGATION

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh: Endang Mayawati SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek

Oleh: Maelah SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek

Oleh: Rusmiati SD Negeri 1 Punjul Karangrejo Tulungagung

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung

Oleh: Sri Purwartiyah SD Negeri 02 Babadan Karangrejo Tulungagung

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELAS IV SDN 1 NGLURUP KECAMATAN SENDANG TULUNGAGUNG SEMESTER I TAHUN 2011/2012

Oleh: Sumirah SDN I Karanganyar, Gandusari, Trenggalek

Oleh: Kusmiyarto SMP Negeri 1 Karangan Trenggalek

Oleh: Prijo Santoso SMK Negeri 1 Trenggalek

Oleh: Endang Dwi Purwani SDN 2 Margomulyo Kecamatan Watulimo Trenggalek

Oleh: Siti Halimah SD Negeri 01 Sembon, Karangrejo, Tulungagung

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KALOR DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION. Siswandi

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI STRATEGI BELAJAR KOOPERATIF PADA SISWA KELAS V SDN 1 KEDUNGSIGIT TRENGGALEK SEMESTER II TAHUN

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS, Surakarta, Indonesia. Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS, Surakarta, Indonesia

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PEMBELAJARAN IPS SEJARAH

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian. sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri.

Akhmad Suyono *) Dosen FKIP Universitas Islam Riau

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT

Penggunaan Model Carousel Feedback untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Peta pada Siswa Kelas XII IPS 1 SMA Negeri 2 Madiun

Oleh: Ani Ratnawati SDN 1 Sumberingin, Karangan, Trenggalek

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

Oleh : Ari Pramono Guru SMA Negeri 1 Jogorogo, Ngawi ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR EKONOMI SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DI KELAS X 2 SMA NEGERI 12 MEDAN

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

* Keperluan korespondensi, tel/fax : ,

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL

Oleh: Asis Nuansa Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta 2015 ABSTRAK

Oleh: Soejiati SDN 1 Wonoanti Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

C027. Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret ABSTRAK

Oleh: Ali Banowo SMP Negeri 3 Panggul Kabupaten Tranggalek

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM MATA KULIAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD I. Oleh Wahyudi

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEAMS GAMES TOURNAMENTS SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 2 DUKUN, MAGELANG

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERTUKAR PASANGAN PADA SISWA KELAS IX-2 SMP NEGERI 8 KOTA TEBING TINGGI

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Pendidikan Akuntansi

Oleh: Sulastri SD Negeri 02 Sembon Karangrejo Tulungagung

LEMMA VOL I NO. 1, NOV 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

Vol. 4, No. 2, September 2017 ISSN:

Peningkatan Hasil Belajar Materi Keunggulan Lokasi Indonesia Melalui Pendekatan Problem Based Learning pada Siswa Kelas VII B SMPN 6 Kota Bima

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir

Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas V SD Inpres Salabenda Kecamatan Bunta

Rizky Ridlo Rahmanda Putri. Kata kunci: model GI, aktivitas siswa, prestasi belajar fisika

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SDN 2 Donggulu Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Pemberian Tugas Individu Di Kelas IV

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

Oleh: Yayuk Kurniati SDN 3 Sukorame, Gandusari, Trenggalek

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS III SDN 131/VII TEMENGGUNG. Oleh BADARIA ABSTRAK

PENERAPAN PAKEM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA SDN- 8 LANGKAI PALANGKARAYA. Oleh : Rita Rahmaniati *

Jurnal Media Pendidikan Matematika J-MPM Vol. 2 No. 1, ISSN

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN METODE PRESENTASI DAN DISKUSI KELOMPOK (SISWA KELAS III SDN CANDIJATI 01 ARJASA)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN 016 BASILAM BARU

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DAN KECAKAPAN SOSIAL SD-1 AL-AZHAR MEDAN

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENERAPAN PAKEM DENGAN MEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SEMESTER 1 SDN TANGGUL KULON 01 TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Oleh: Musringah SD Negeri 2 Durenan Kabupaten Tranggalek

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA SMP NEGERI 10 PADANGSIDIMPUAN.

*Keperluan Korespondensi, telp/fax: ,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Penyebab Benda Bergerak Di Kelas II SD No.

Widiya Pakartining Kawedar *), Dr. Abdul Qohar, M.T **), Universitas Negeri Malang. Kata Kunci: model pembelajaran Reciprocal Teaching, hasil belajar.

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-A SMP Brawijaya Smart School Malang

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DAN KECAKAPAN SOSIAL SD-1 AL-AZHAR MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

I. PENDAHULUAN. akan hal tersebut. Seperti halnya pada mata pelajaran Geografi yang diajarkan di

Diyah Ayu Intan Sari Universitas PGRI Yogyakarta

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Abstrak

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo

PENINGKATAN HASIL DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDN 14 BONEGUNU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TGT

pengalaman kelompok menjadi tiga tingkat. Pertama, tingkat problem-solving

LATIPA HANIM HARAHAP Guru SMP Negeri 29 Medan

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dipisahkan, sebab siswa melakukan kegiatan belajar karena guru

Ewisahrani Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta,

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Melalui Tipe Jigsaw Siswa Kelas V

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu

Oleh : SUGIYATMI NIM. A54A100088

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PERMAINAN SIMULASI PADA MATA PELAJARAN PPKN SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TENTANG MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING. Rochimah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Sagacious Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. 3 No. 2 Januari-Juni 2017

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah Volume I, Nomor 2, Hal , November 2016

Transkripsi:

Rahayu Dwi Palupi, Penerapan Model Belajar Group Investigation... 85 PENERAPAN MODEL BELAJAR GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS TENTANG DAYA TARIK, MOTIVASI, DAN AMBISI BANGSA BARAT DI KELAS VIII-J SMP NEGERI 1 POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN 2014/2015 Oleh: Rahayu Dwi Palupi SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek Abstrak. Tujuan menggunakan model pembelajaran group investigation pada mata pelajaran IPS untuk memudahkan siswa dalam belajar memahami materi pelajaran dan menjadikan proses belajar tidak membosankan, sehingga pembelajaran akan menjadi menyenangkan dan menarik bagi siswa. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VIII-J SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek Tahun 2014/2015 Semester I yang berjumlah 30 siswa. Dari hasil tes evaluasi diketahui bahwa prestasi belajar bidang studi IPS sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata 65,33 dengan persentase ketuntasan belajar siswa 53,33%, siklus I diperoleh nilai rata-rata 70,67 dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 73,33% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 89,67 dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model belajar group investigation dapat meningkatkan prestasi belajar bidang studi IPS pada siswa Kelas VIII-J SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek Tahun 2014/2015 Semester I. Kata kunci. model belajar group investigation, prestasi belajar, daya tarik, motivasi dan ambisi bangsa barat Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses menyampaikan pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik yang direncanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut, pertama pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, strategi, dan metode pembelajaran, media pembelajaran atau alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (remedial dan pengayaan). Kedua, pembelajaran dipandang sebagai proses, maka pembelajaran adalah serangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Berhasil tidaknya suatu pembelajaran tergantung kepada faktor guru dalam menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Pada dasarnya, tujuan pembelajaran merupakan tujuan setiap program pendidikan yang diberikan kepada anak didik. Poerwanto (2007) memberikan pengertian bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam rapot. Selanjutnya Winkel (1997) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya. Sedangkan Nasution (1987) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah kesempurnaan yang

86 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015 dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat, prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomoto, sebaliknya prestasi dikatakan kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapot setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar mengajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran sejarah, geografi, dan ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya. Tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar pada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Menurut Wahab (1986), agar pembelajaran pendidikan IPS benar-benar mampu mengkondisikan upaya pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi siswa untuk menjadi manusia dan warga negara yang baik. Hal ini menuntut pengkondisian iklim belajar merupakan aspek penting bagi tercapainya tujuan pendidikan. Pola pembelajaran IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pada siswa (Kosasih, 1996). Menurut hasil forum Carnegie tentang pendidikan dan ekonomi (Arend et al., 2001), di abad informasi ini terdapat sejumlah kemampuan yang harus dimiliki oleh guru dalam pembelajaran. Kemampuankemampuan tersebut memiliki pemahaman yang baik tentang kerja baik fisik maupun sosial, memiliki rasa dan kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data, memiliki kemampuan membantu pemahaman siswa, memiliki kemampuan mempercepat kreativitas sejati siswa, dan memiliki kemampuan kerja sama dengan orang lain. Guru diharapkan dapat belajar sepanjang hayat seirama dengan pengetahuan yang mereka perlukan untuk mendukung pekerjaannya serta menghadapi tantangan dan kemajuan sains dan teknologi. Guru tidak diharuskan memiliki semua pengetahuan, tetapi hendaknya memiliki pengetahuan yang cukup sesuai dengan yang mereka perlukan, dimana memperolehnya, dan bagaimana memaknainya. Para guru diharapkan bertindak atas dasar berpikir yang mendalam, bertindak independen dan kolaboratif satu sama lain, dan siap menyumbangkan pertimbangan-pertimbangan kritis. Di samping penguasaan materi, guru juga dituntut memiliki keragaman model atau strategi pembelajaran, karena tidak ada satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan belajar dari topik-topik yang beragam. Apabila konsep pembelajaran tersebut dipahami oleh para guru, maka upaya mendesain pembelajaran bukan menjadi beban, tetapi menjadi pekerjaan yang menantang. Konsep pembelajaran tersebut meletakkan landasan yang meyakinkan bahwa

Rahayu Dwi Palupi, Penerapan Model Belajar Group Investigation... 87 peranan guru tidak lebih dari sebagai fasilitator. Tugas sebagai fasilitator relatif lebih berat dibandingkan hanya sebagai transmiter pembelajaran. Guru sebagai fasilitator akan memiliki konsekuensi langsung sebagai perancah, model, pelatih, dan pembimbing. Thelen menyatakan bahwa kelas hendaknya merupakan miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial antar pribadi (Arends, 1998). Model group investigation (GI) memiliki enam langkah pembelajaran (Slavin, 1995), yaitu: (1) grouping (menetapkan jumlah anggota kelompok, menentukan sumber, memilih topik, merumuskan permasalahan), (2) planning (menetapkan apa yang akan dipelajari, bagaimana mempelajari, siapa melakukan apa, apa tujuannya), (3) investigation (saling tukar informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan informasi, menganalisis data, membuat inferensi), (4) organizing (anggota kelompok menulis laporan, merencanakan presentasi laporan, penentuan penyaji, moderator, dan notulis), (5) presenting (salah satu kelompok menyajikan kelompok lain mengamati, mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan pertanyaan atau tanggapan), dan (6) evaluating (setiap siswa melakukan koreksi terhadap laporan masingmasing berdasarkan hasil diskusi kelas, siswa dan guru berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan, melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan pada pencapaian pemahaman. Sistem sosial yang berkembang adalah minimnya arahan guru, demokratis, guru dan siswa memiliki status yang sama yaitu menghadapi masalah, interaksi dilandasi oleh kesepakatan. Prinsip reaksi yang dikembangkan adalah guru lebih berperan sebagai konselor, konsultan, sumber kritik yang konstruktif. Peran tersebut ditampilkan dalam proses pemecahan masalah, pengelolaan kelas, dan pemaknaan perseorangan. Peranan guru terkait dengan proses pemecahan masalah berkenaan dengan kemampuan meneliti apa hakikat dan fokus masalah. Pengelolaan ditampilkan berkenaan dengan kiat menentukan informasi yang diperlukan dan pengorganisasian kelompok untuk memperoleh informasi tersebut. Pemaknaan perseorangan berkenaan dengan inferensi yang diorganisasi oleh kelompok dan bagaimana membedakan kemampuan perseorangan. Sarana pendukung model pembelajaran ini adalah: lembaran kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk siswa dan untuk guru, peralatan penelitian yang sesuai, meja dan kursi yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang sudah ditata untuk itu. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) dan berupaya untuk memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur paling efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang dengan revisi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPS khususnya sejarah. Penelitian dilakukan mulai dari (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pemantauan (observasi), (4) refleksi pada setiap tindakan yang dilakukan, dan (5) evaluasi (Arikunto, 2009:16). Pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-Nopember 2014, dan mendapatkan responden 30 orang dari siswa kelas VIII-J SMP Negeri 1 Polagan. Instrumen penelitian dilakukan dengan tes, observasi, wawancara, angket dan catatan lapangan (fieldnote).

88 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015 Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan klasikal. Seorang siswa telah tuntas belajar bila mencapai skor 75% atau nilai 75, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 75%. Mulyasa (2006:99) mengemukakan bahwa indikator hasil aktivitas siswa dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat aktif, baik fisik maupun sosial dalam proses pembelajaran. Ketuntasan hasil belajar yang dikemukakan oeh Mulyasa (2009:90) yaitu keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal sekurang-kurangnya 85% dari peserta didik. Untuk persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut. P = siswa yang tuntas seluruh siswa x 100% Dimana, P adalah persentase ketuntasan belajar siswa. Dalam menentuan keberhasilan proses yang dilakukan selama penelitian, ditentukan dengan menggunakan lembar observasi yang. Dimana penilaian menggunakan format skor. Arikunto (1997) membagi skor penilaian menjadi 4 kategori, seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini: Tabel 1 Kategori Penilaian Lembar Observasi Penilaian skor Kategori 4 Sangat baik 3 Baik 2 Cukup baik 1 Kurang baik Untuk mencari persentase nilai ratarata setelah dilakukan observasi dilakukan dengan menggunakan rumus: NR = Jumlah skor x 100% Skor maksimal NR adalah persentase nilai rata-rata setelah dilakukan observasi. Data yang sudah didapat dianalisis menggunakan teknik analisis data kualitatif, baik yang bersifat linear (mengalir) maupun bersifat sirkuler. Langkah-langkah analisis yang dilakukan adala menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan dan mereduksi data yang melibatkan kegiatan pengkategorian dan pengklarifikasian di dalamnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil tes awal tercatat bahwa dari 30 siswa kelas VIII-J SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek yang mengikuti tes, ada 14 siswa yang belum dapat mencapai ketuntasan yaitu 70 sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan 70 sebanyak 16 siswa dengan persentase 53,33%. Dengan diterapkannya metode belajar Group Investigation aktivitas belajar di kelas menjadi semakin aktif. Hal ini dapat dilihat dari perolehan persentase aktivitas guru pada siklus I sebesar 60% meningkat menjadi 85%. Sehingga rata-rata aktivitas guru termasuk dalam kriteria yang sangat baik. Sedangkan untuk aktivitas siswa pada siklus I mendapatkan persentase sebesar 64,29% meningkat menjadi 89,29% termasuk dalam kriteria yang sangat baik. Hal ini membuktikan bahwa model belajar Group Investigation mampu diterapkan dan diterima dengan baik di Kelas VIII-J dalam pembelajaran IPS. Berikut ditampilkan grafik perkembangan aktivitas belajar di Kelas VIII-J.

Rahayu Dwi Palupi, Penerapan Model Belajar Group Investigation... 89 Gambar 1 Perkembangan Aktivitas Siswa dan Guru Banyak siswa yang lebih paham dengan menggunakan metode Group Investigation pada mata pelajaran IPS sub tema Daya Tarik, Motivasi, dan Ambisi Bangsa Barat. Pemahaman ini membuat hasil yang di peroleh siswa menjadi meningkat. Hal ini sesuai dengan kurikulum yang berlaku bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khususnya tercapai. Pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation terjadi peningkatan prestasi belajar. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari nilai hasil tes mulai dari pre test, tes siklus 1 sampai dengan tes siklus 2. Sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata 65,33 dengan persentase ketuntasan belajar siswa 53,33%, siklus I diperoleh nilai rata-rata 70,67 dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 73,33% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 89,67 dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan prestasi belajar bidang studi IPS pada siswa Kelas VIII-J SMP Negeri 1 Pogalan Trenggalek Tahun 2014/2015 Semester I. Berikut ditampilkan grafik perkembangan prestasi belajar siswa. Gambar 2 Peningkatan Hasil Belajar Siswa PENUTUP Kesimpulan Model belajar group investigation (GI) memudahkan guru untuk menguasai kelas dan menjadi fasilitator dan motivator secara merata. Selama pembelajaran berlangsung siswa termotivasi dan terlibat aktif. Prestasi belajar bidang studi IPS sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata 65,33 dengan persentase ketuntasan belajar siswa 53,33%, siklus I diperoleh nilai rata-rata 70,67 dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 73,33% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 89,67 dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 100%. Penggunaan model belajar group investigation (GI) dapat meningkatkan prestasi belajar bidang studi IPS pada siswa Kelas VIII-J SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek Tahun 2014/2015 Semester I. Saran Penelitian ini diharapkan bisa menjadi pengembangan ilmu pengetahuan dan untuk memperkaya khasanah ilmiah tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipe group investigation untuk meningkatkan hasil belajar. Pembelajaran yang menggunakan model belajar group investigation perlu

90 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015 dikembangkan untuk mata pelajaran yang lain, agar dapat meningkatkan pemahaman siswa. Penggunaan model belajar group investigation perlu terus dilakukan karena pembelajaran lebih menyenangkan bagi siswa, mendorong dan membiasakan siswa untuk belajar mandiri, tidak bergantung pada guru. DAFTAR RUJUKAN Arends, R. I. 1998. Learning to teach. Singapore: Mc Graw-Hill book Company. Arends, R. I., Wenitzky, N. E., & Tannenboum, M. D. 2001. Exploring teaching: An introduction to education. New York: McGraw-Hill Companies. Arikunto, S. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Kosasih, D. 1996. Petunjuk Guru IPS. Jakarta: Depdikbud. Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution, S. 1987. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Poerwanto, N. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya Slavin, R. E. 1995. Cooperative learning. Second edition. Boston: Allyn and Bacon. Wahab, A.A., dkk. 1986. Metodologi Pengajaran IPS. Universitas Terbuka Jakarta: Karunika Winkel. 1997. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia Widia Sarana.