BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

PERAN SERTA MASYARAKAT/ STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF

I. PENDAHULUAN. dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian tentang peran komite

BAB I PENDAHULUAN. yang bernama komite sekolah (SK Mendiknas Nomor 044/U/2002). karena pembentukan komite sekolah di berbagai satuan pendidikan atau

BAB I PENDAHULUAN. keinginan pemerintah dan kebutuhan masyarakat. Paradigma baru manajemen

BAB I PENDAHULUAN. yang mengutamakan perluasan pengetahuan. Diharapkan pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dibidang peningkatan mutu pendidikan sangat diperlukan tertutama

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi kewenangan ke tingkat sekolah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 044/U/2002 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan pendidikan membuat keberadaan komite sekolah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan otonomi daerah harus diartikan sebagai upaya pemberdayaan daerah dan masyarakat untuk

MASYARAKAT/STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (PROPENAS) Tahun Dalam BAB VII PROPENAS. ini memuat tentang Pembangunan Pendidikan, dimana salah satu arah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, yang secara umum bertumpu pada dua paradigma baru yaitu

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Kepmendiknas tersebut telah. operasional Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah..

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. investasi. Dengan demikian nilai modal ( human capital ) suatu bangsa tidak hanya

BAB VI PENUTUP. tersebut akan disajikan secara rinci sebagai berikut: 1. Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pertimbangan (Advisory Agency)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. mengutamakan kepuasan pelanggan dengan memberikan pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Pendidikan yang bermutu akan diperoleh pada sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan juga merupakan cara yang efektif sebagai proses nation and

BAB I PENDAHULUAN. manfaat penelitian secara teoritik dan praktis, serta penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang saling berkaitan. Empat komponen yang di maksud adalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi tuntutan

II. TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. Cicih Sutarsih, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

UNJUK KERJA KOMITE SEKOLAH DI SMA NEGERI 3 SEMARANG TESIS

BAB II TELAAH PUSTAKA

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Bertaraf Internasional sejak tahun pelajaran 2008/2009 (4 tahun)

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia adalah kualitas pendidikan.

BAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Salah satu upaya untuk meningkatkan peluang berpartisipasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di sekolah sehingga apa yang menjadi kelebihan sekolah dapat lebih

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT

BAB II LANDASAN TEORI

KA/LPM-UNSRAT/01 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI. Tahun

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia

Manajemen Mutu Pendidikan

DORONGAN BELAJAR SISWA PASCA PEMBERIAN BOS TESIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KOMPETENSI TENAGA KEPENDIDIKAN 1. KOMPETENSI PENGAWAS/PENILIK PAUD

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

BAB I P E N D A H U L U A N. Upaya terselengaranya pendidikan dengan baik tidak hanya tanggung

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KOTA PALU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU,

BAB I PENDAHULUAN. Secara konseptual desentralisasi pendidikan adalah suatu proses dimana suatu

Disampaikan oleh Ketua Dewan Pendidikan Kota Depok Oktober 2016

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

I. PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KONTRIBUSI KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI PEMBERDAYAAN PERPUSTAKAAN Oleh : Drs. Hari Santoso, S.Sos. 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang telah di amandemen menjadi Undang-Undang No. 32 dan No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good

BAB I PENDAHULUAN. teknologi serta nilai-nilai budaya dalam bentuk kegiatan pembelajaran, baik. formal di sekolah maupun non formal di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. prinsip kemandirian, kerjasama, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI SD NEGERI BENDUNGAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG TESIS

MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

BAB II TELAAH PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizqi Syaroh Amaliyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerintah. Dapat dikatakan pada saat ini tanggung jawab masing masing

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah, masyarakat, orang tua dan stake holder yang lain. Pemerintah telah memberikan otonomi kepada satuan pendidikan untuk dapat mengelola dan menyelenggarakan pendidikan bersama masyarakat. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, kemudian Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tetang Pembagian Kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah berpengaruh terhadap pemerintah daerah (kabupaten/kota) meningkatkan kualitas pembangunan termasuk dalam pendidikan, sehingga keterlibatan peran serta masyarkat lebih terbuka. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 35 ayat 1 menjelaskan bahwa Standart Nasional Pendidikan merupakan acuan dalam penyelenggaraan pendidikan yang terdiri dari : kurikulum pendidikan, standar proses pendidikan, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana prasarana pendidikan, pengelolaan pendidikan, dan pembiayaan pendidikan. Kebijakan pemerintah ini disambut oleh SMK Negeri 2 Metro dengan berbenah dalam upaya peningkatan kualitas dan mutu pendidikan dengan mengoptimalkan peran dan fungsi dari semua unsur termasuk komite sekolah. Dalam pembinaan

2 pendidikan dasar dan menengah merupakan wujud dalam peningkatan mutu pendidikan yang berbasis sekolah dan masyarakat dengan membentuk Dewan Pendidikan dan komite sekolah. Penerapan otonomi dibidang pendidikan yaitu sesuai dengan bertambahnya respon masyarakat terhadap dunia pendidikan sebagai pengaruh perbaikan dibidang pendidikan. Dalam hal decentralisasi secara luas kepada daerah untuk mengatur daerahnya sendiri termasuk dibidang pendidikan memunculkan ide dan gagasan untuk mengembangkan sistem pendidikan didaerah dalam pengelolaan pendidikan nasional. Dalam meningkatkan peran serta dan tanggung jawab masyarakat di dalam penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional menerbikan Kemendiknas Nomor 044/U/2002 tahun 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Komite sekolah pada satuan pendidikan merupakan cerminan/representasi dari stakeholder di sekolah yang mempunyai peran memberikan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan disekolah, mendukung dalam pelaksanaan kebijakan dan program, mengawasi pelaksanaan program dan kebijakan, serta sebagai penghubung sekolah dengan pemerintah, masyarakat dan pihak lain. Menurut Simon dalam Komariah dan Triatna, (2004 :70) mendefenisikan desentralisasi sebagai suatu organisasi administratif adalah sentralisasi yang luas apabila keputusan yang dibuat pada level organisasi yang tinggi, desentralisasi yang luas apabila keputusan didelegasikan dari top management kepada level yang rendah dari wewenang eksekutif. Berdasarkan pengertian tersebut, desentralisasi merupakan wujud kepercayaan pusat kepada daerah untuk

3 melaksanakan pembangunannya berdasarkan prakarsa sendiri. Implikasinya adalah daerah harus bertanggung jawab secara profesional untuk menampilkan kinerja terbaiknya. Pemberian kewenangan kepada daerah adalah suatu bentuk peningkatan kepedulian masyarakat dan daerah untuk mewujudkan taraf hidup masyarakat disegala bidang juga tidak ketinggalan pendidikan. Untuk mewujudkan dan menyalurkan aspirasi masyarakat maka peran serta masyarakat dalam pendidikan, maka perlu dibentuk organisasi penyalur aspirasi tersebut adalah komite sekolah dengan harapan untuk menjamin transparansi dan akuntabilitas dan kebersamaan dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Komite sekolah dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di satuan pendidikan, dan mepunyai harapan untuk pengelolaan sekolah disatuan pendidikan. Pelaksanaan pendidikan di satuan pendidikan diselenggarakan dengan mengacu asas partisipasi, transparansi dan akuntabilitas, yaitu dalam penyelenggaraan sekolah di satuan pendidikan khususnya kepala sekolah bekerja sama dengan masyarakat pendidikan. Maka dibutuhkan wadah yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk turut serta dalam melaksanakan amanat tersebut, yaitu komite sekolah satuan pendidikan. Semua satuan pendidikan sekolah-sekolah di Indonesia memiliki memiliki komite sekolah, karena hal ini disambut antusias oleh masyarakat, dengan harapan partisipasi dari semua unsur lebih dapat terkontribusi. Komite Sekolah adalah amanat dari rakyat yang dituangkan dalam Undang-Undang. Selaras dengan pelaksanaan otonomi daerah khususnya dibidang pendidikan, yang menempatkan pemerintah kabupaten/kota sebagai pelaksana

4 kewenangan dan tanggung jawab untuk menyelengarakan pendidikan. Kewenangan penyelenggaraan pendidikan ditingkat daerah bukan hanya dilimpahkan kepada pemerintah kabupaten/kota, tetapi dalam kebijakan-kebijakan yang lain telah diserahkan kepada pengelola satuan pendidikan, baik dengan pengelolaan pendidikan disekolah atau pendidikan diluar sekolah. Dalam arti lain, kesuksesan dalam penyelenggaraan pendidikan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, tetapi pemerintah tingkat propinsi, kabupaten/kota, dan sekolah, orang tua, dan masyarakat turut bertanggung jawab. Dengan demikian pendidikan mengacu pada keterlibatan unsur masyarakat dan pelaksanaan sistem manajemen berbasis sekolah dapat diterapkan pendidikan di seluruh satuan pendidikan. Sehingga tidak hanya sebuah wacana belaka. Komite SMK Negeri 2 Metro merupakan lembaga independen sebagai wakil masyarakat untuk turut serta dalam pelaksanaan pendidikan di satuan pendidikan dan melakukan perannya antara lain : (1) orang tua dan masyarakat turut serta dalam meningkatkan partisipasinya dalam perencanaan, kepengawasan, dan melaksanakan evaluasi program-program pendidkan disatuan pendidikan badan yang independen yaitu komite sekolah. (2) Peran masyarakat melalui komite sekolah dapat ditingkatkan dengan melaksanakan melalui peran pertimbangan, memberikan dukungan, memberikan pengawasan pendidikan di satuan pendidikan. (3) Peran masyarakat melalui komite sekolah adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan pelayanan sebagai mediator pemerintah, masyarakat dan sekolah. Pernyataan Maya. H (2012:167) yaitu, Salah satu bentuk peran serta masyarakat peran serta masyarakat adalah melakukan pemberdayaan masyarakat

5 dengan memperluas partisipasi masyarakat dalam pendidikan, yang meliputi peran serta organisasi kemasyarakatan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, dan organisasi kemasyarakatan dalam hal penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. Dengan demikian sekolah perlu meingkatkan peran masyarakat dengan bekerjasama dengan pemangku kebijakan yang lainnya (stakeholder) dan meningkatkan pemanfaatan potensi-potensi yang ada, sehingga keterlibatan masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan dapat terwujud. Dengan kata lain dukungan masyarakat adalah kekuatan potensi yang kuat dalam membangun masyarakat dalam mewujudkan demokrasi pendidikan. Kemudian Sagala (2011:236) berpendapat bahwa kelompok masyarakat biasanya merupakan sumber keuangan bagi sekolah, mereka digerakkan oleh pemimpin masyarakat setempat untuk tugas tertentu. Era otonomi sekarang ini keberhasilan penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari peran masyarakat. Pendidikan yang selalu didukung masyarakat melalui wadah komite sekolah, maka pelaksanaan mutu pendidikan akan lebih mudah diwujudkan. Sehingga untuk mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu maka peran komite sebagai pemberi pertimbangan, pemberi dukungan, pengontrol dan penghubung harus dapat terlaksana secara efektif. Kondisi ini direspon SMK Negeri 2 Metro, yang dari tahun ketahun berbenah dalam meningkatkan mutu pendidikannya. SMK negeri 2 Metro merupakan sekolah tua yang berdiri pada tahun 1968 dengan sebagai kelompok sekolah pertanian. Dalam perjalanan masa penyelenggaran pendidikan sampai tahun1997, SMK Negeri 2 Metro mempunyai segudang prestasi baik prestasi akademis maupun non akademis. Dilihat animo pendaftar siswa baru juga sangat tinggi. Untuk penyiapan tenaga kerja baik

6 perkebunan, pertanian, kehutanan, dan bidang yang lainnya. Para tamatan dikala itu selalu tersalurkan diatas 75 % dengan masa tunggu satu tahun. Semua itu dapat terselenggara berkat dukungan dan kerjasama dengan masyarakat dan pemangku kebijakan pendidikan. Berbeda dengan kondisi sekolah setelah tahun 1998, perubahan yang cukup drastis. SMK Negeri 2 Metro dari tahun ketahun mengalami kemunduran. Animo pendaftar makin menurun, sarana sekolah banyak yang rusak, fasilitas pembelajaran makin tertinggal, sehingga kepercayaan masyarakat makin hilang. Kalau dilihat dari segi geografis SMK Negeri 2 Metro cukup potensi untuk dikembangan. Karena merupakan sekolah pertanian negeri di Kota Metro yang didukung dengan wilayah Lampung sebagai daerah pertanian dan perkebunan. Berkenaan dengan hasil akreditasi tahun 2010, SMK Negeri 2 Metro memperoleh nilai A untuk kompetensi keahlian Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Sedangkan yang lainnya masih mendapatkan nilai B. SMK Negeri 2 Metro sudah dinyatakan sebagai Rintisan Sekolah Berstandar Internasional sejak tahun 2007 oleh Kementrian Pendidikan Nasional. Dan pada akhir tahun 2008 SMK Negeri 2 Metro ditunjuk sebagai sekolah SBI Invest, dan mendapat bantuan dana dari ADB Invest. Pemberian predikat sebagai sekolah SBI Invest belum memberikan peningkatan yang cukup signifikan baik kualitas pembelajaran, sarana dan prasarana, maupun animo pendaftar siswa baru. Bahkan yang cukup ironis adalah jumlah pendaftar siswa baru selalu kurang dan tidak mencapai kuota yang akan diterima, walaupun ada kompetensi keahlian tertentu animo pendaftar melebihi kuota yang diharapkan. Dengan seiring waktu SMK Negeri 2 Metro pada tahun 2010 mendapat bantuan dana dari Asean Devolepment Bank untuk

7 merahap ruang kelas maupun sarana lainnya. Selain untuk perbaikan sarana prasarana bantuan dana tersebut dipergunakan untuk perbaikan pembelajaran, melalui diklat kompetensi tenaga pendidik maupun kependidikan. Pada tahun 2011 dan 2012 SMK negeri 2 Metro masih mendapat bantuan dari ADB Invest. Tentunya ini merupakan peluang bagi SMK Negeri 2 Metro untuk berbenah dan meningkatkan kualitas pendidikan. Hasil yang dicapai membuktikan bahwa mulai tahun ajaran 2012/2013 jumlah pendaftar siswa baru mulai meningkat, walupun belum sesuai yang diharapkan. Untuk kompetensi tertentu jumlah pendaftar mulai melebihi jumlah siswa yang akan diterima. Hal ini membuktikan bahwa kepercayaan masyarakat mulai terbuka terhadap SMK Negeri 2 Metro. Disamping itu peran serta masyarakat dalam mendukung kebijakan di SMK Negeri 2 Metro mulai nampak, yaitu pada tahun 2010 orang tua siswa telah sepakat akan membangun ruang kelas baru sejumlah enam ruang yang dibauat lantai dua. Dari segi fisik utamanya bangunan sarana pembelajaran peran komite sekolah makin meningkat yaitu dengan rencana pembangunan masjid yang sudah mulai penggalian dana mulai tahun 2011. Bantuan yang diberikan pemerintah pusat melalui ABD Invest dari tahun 2010 sampai tahun 2012 dipandang cukup berhasil, dalam mendukung dan menunjang sarana pendidikan maupun fasilitas pembelajaran. Dari kesuksesan tersebut pemerintah pusat melalui kemendikbud tahun 2013 menunjuk SMK Negeri 2 Metro sebagai sekolah rujukan bagi SMK-SMK di Indonesia. Hal tersebut menjadikan SMK Negeri 2 Metro untuk selalu bekerja keras untuk meningkatkan mutu pendidikan. Bersama dengan komite sekolah membuat

8 kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan kualitas, yaitu pendidikang yang bermutu, sehingga kepercayaan masayarakat akan selalu meningkat. Berdasarkan uraian diatas komite bersama sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar selalu berbenah dalam meningkatkan perannya dalam peningkatan mutu pendidikan di SMK Negeri 2 Metro. Hal ini ditandai dengan masih lemahnya sumberdaya yang ada. Di sisi lain komite SMK Negeri 2 Metro sebagai lembaga otonom sudah berusaha menunjukkan respon positif terhadap peningkatan mutu pendidikan, yaitu dengan memperbaiki sarana pembelajaran antara lain menambah ruang kelas baru, revitalisasi peralatan dan perbaikan lingkungan pembelajaran walaupun belum mencapai standart. Hal lain yang diperhatikan adalah agar dapat tercipta rasa saling memiliki terhadap sekolah dan menanamkan bahwa komite sekolah merupakan wadah penyalur dan penyelesaian masalah yang dapat menghambat pencapaian pendidikan yang bermutu. Untuk mewujudkan ini semua perlu kematangan internal pada penyelenggara pendidikan, perubahan pola pikir, mengutamakan kebersamaan, keterbukaan, dan akuntabilitas. Berdasarkan observasi pada SMK Negeri 2 Metro diperoleh informasi/data, bahwa Komite Sekolah dalam perannya baik sebagai badan pertimbangan, pendukung, pengontrol maupun mediator di SMK Negeri 2 Metro, belum dapat berperan secara maksimal, peran yang dilakukan komite lebih fokus pangawasan anggaran dan minim dalam pengawasan pembelajaran.

9 Berdasarkan uraian diatas penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana peran komite ekolah dalam peningkatan mutu pendidikan di SMK Negeri 2 Metro. 1.2 Fokus Penelitian Dari uraian di latar belakang maka fokus dari penelitian yaitu peran komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan di SMK Negeri 2 Metro, dengan sub fokus sebagai berikut : 1.2.1 Peran komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan, 1.2.2 Peran komite sekolah sebagai pemberi dukungan, 1.2.3 Peran komite sekolah sebagai pengontrol dan 1.2.4 Peran komite sekolah sebagai penghubung 1.3 Pertanyaan Penelitian Bagaimana peran komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan di SMK Negeri 2 Metro, dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1.3.1 Bagaimanakah peran komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan di SMK Negeri 2 Metro? 1.3.2 Bagaimanakah peran komite sekolah sebagai pemberi dukungan dalam peningkatan mutu pendidikan di SMK Negeri 2 Metro? 1.3.3 Bagaimanakah peran komite sekolah sebagai pengontrol dalam peningkatan mutu pendidikan di SMK Negeri 2 Metro? 1.3.4 Bagaimanakah peran komite sekolah sebagai mediator dalam peningkatan mutu pendidikan di SMK Negeri 2 Metro?

10 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendiskripsikan peran komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan di SMK Negeri 2 Metro. Dengan sub fokus dari penelitian adalah untuk menganalisis dan mendiskripsikan : 1.4.1 Peran komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan di SMK Negeri 2 Metro. 1.4.2 Peran Komite Sekolah sebagai pemberi dukungan di SMK Negeri 2 Metro. 1.4.3 Peran komite sekolah sebagai pengontrol di SMK Negeri 2 Metro. 1.4.4 Peran komite sekolah sebagai mediator di SMK Negeri 2 Metro dengan dunia usaha dan industri, pemerintah, dan masyarakat. 1.5 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini berguna secara teoritis dan praktis sebagai berikut : 1.5.1 Secara teoritis. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut dalam perencanaan pendidikan antara komite sekolah, sekolah, dan dunia pendidikan dalam pengembangan implementasi Manajemen mutu pendidikan. 1.5.2 Secara praktis. 1.5.2.1 Bagi sekolah Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk membuat suatu perencanaan pendidikan dengan mengungkap hambatan dan kendala

11 dalam meningkatkan peran komite sekolah dalam memperbaiki mutu pendidikan di satuan pendidikan. 1.5.2.2 Bagi Komite Sekolah Sebagai masukan yang berupa pertimbangan dan gagasan-gagasan untuk penyelenggaraan pendidikan sehingga peran komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan dirasa sangat penting. 1.5.2.3 Bagi Pemerintah Daerah Sebagai sumbangan pemikiran dan memberikan masukan kepada Pemerintah untuk menyusun kebijakan-kebijakan yang dapat mendukung peran Komite Sekolah untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di Kota Metro. 1.5.2.4 Bagi Peneliti Menjadi wacana bagi peneliti untuk berperan aktif dalam meningkatkan dan mewujudkan pendidikan yang bermutu, khususnya penyelenggaraan pendidikan di SMK Negeri 2 Metro. 1.6 Definisi Istilah Untuk memperjelas pengertian dan pemahaman dalam penyusunan laporan penelitian ini, maka definisi istilah dapat dijelaskan sebagai berikut : 1.6.1 Komite Sekolah Pengertian komite sekolah merupakan badan independen yang menjadi wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya dalam peningkatan mutu pendidikan, dalam penyelenggaraan pendidikan secara transparan, akuntabel dan dipercaya oleh

12 masyarakat. Sehingga pelaksanaan pendidikan dapat efektif dan efisien. 1.6.2 Peran Komite Sekolah sebagai Pemberi Pertimbangan Pengertian komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan atau masukan, bahwa komite sekolah berfungsi memberikan masukan, nasehat secara terus-menerus dalam pengambilan kebijakan. Hal ini diawali dengan mengidentifikasi masukan-masukan atau aspirasi dari masyarakat tentang penyelenggaraan pendidikan di sekolah, Karena dalam otonomi daerah, keberhasilan penyelenggaran pendidikan diukur dari seberapa besar partisipasi dari masyarakat dalam mendudkung kebijakan dan program-program yang dilaksanakan. 1.6.3 Peran Komite Sekolah sebagai Pemberi Dukungan Komite sekolah sebagai pemberi dukungan (supporting agency), bahwa Komite Sekolah mempunyai tugas memberi dukungan terhadap perencanaan pendidikan, pelaksanaan proses pendidikan, dan melaksanakan evaluasi terhadap keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Evaluasi ini dilaksanakan untuk menentukan prioritas kebijakan-kebijakan selanjutnya, sehingga hal-hal yang menghambat penyelenggaraan pendidikan dapat tekan sekecil mungkin. 1.6.4 Peran Komite Sekolah sebagai Pengontrol Komite sekolah sebagai pengontrol penyelenggaran pendidikan adalah meliputi pengontrol dalam perencanaan pendidikan,

13 pengontrol dalam pelaksanaan program-program pendidikan, dan dan mengontrol pelaksanaan evaluasi dari hasil pembelajaran. Sehingga penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dapat lebih akuntabel dan transparan sesuai dengan program yang telah disusun bersama stakeholder yang lain. 1.6.5 Peran Komite Sekolah sebagai Penghubung Komite sekolah sebagai penghubung disatuan pendidikan yaitu antara sekolah dengan masyarakat, Dinas Pendidikan dan dengan institusi lainnya. Sebab selama ini kendala yang banyak dialami sekolah adalah minimnya keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan kebijakan-kebijakan pendidikan di sekolah. 1.6.6 Keanggotaan Komite Sekolah Komite Sekolah terdiri dari unsur masyarakat yaitu : tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, orang tua siswa, Dunia usaha dan industri, alumni, wakil peserta didik, Unsur dewan guru, yayasan/lembaga penyelenggara pendidikan. 1.6.7 Pembentukan Komite Sekolah Dalam pembentukan Komite Sekolah menganut prinsip-prinsip : Transparan, akuntabilitas, dan demokratis serta merupakan mitra kerja satuan pendidikan. 1.6.8 Mutu Pendidikan Mutu pendidikan akan dapat terwujud apabila didukung oleh input, proses, output dan outcome. Input dalam pendidikan dikatakan bermutu apabila sudah siap diproses. Selanjutnya proses

14 pendidikan bermutu apabila dapat mewujudkan kondisi pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Kemudian output pendidikan dikatakan bermutu apabila hasil belajar siswa baik secara akademis maupun non akademis siswa tinggi. Dan outcome dikatakan bermutu jika para tamatan/lulusan dapat terserap didunia kerja, dan semua pihak merasa puas.