HUBUNGAN FAKTOR- FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN DALAM MEMBERIKAN KONSELING PADA PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS WILAYAH SLEMAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. IV.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE (ANC) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AMPEL I BOYOLALI

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. dalam menentukan nilai ekonomis aset dan potensi harta kekayaan. Di Indonesia,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC DENGAN KUNJUNGAN ANC DI PUSKESMAS GALUR 2 KULON PROGO DWI SURYANDARI INTISARI

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG AMBULASI DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Buku Kesesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas Rancamanyar Baleendah Kabupaten Bandung

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

BAB II PROFIL DAERAH KABUPATEN SLEMAN & BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN SLEMAN

KONSELING GIZI IBU HAMIL OLEH TENAGA KESEHATAN (BIDAN, PETUGAS GIZI) TERHADAP KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS JOGONALAN I

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pajak yang sangat

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 1 TAHUN DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dikenal sebagai kota pendidikan dan kota pariwisata dengan jumlah penduduk

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN DI BPM KUSNI SRI MAWARTI DESA TERONG II KEC.

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PENERAPAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL DI RUMAH BERSALIN NGUDI SARAS KARANGANYAR

Fajarina Lathu A INTISARI

Berdasarkan pernyataan Visi yang diinginkan sebagai tersebut diatas selanjutnya misi Polres Sleman adalah sebagai berikut:

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. 1. Sejarah Berdirinya Kabupaten Sleman. Keberadaan Kabupaten Sleman dapat dilacak pada Rijksblad no.

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH. Kabupaten Sleman merupakan kabupaten yang memiliki luas areal sebesar

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL SUAMI TERHADAP POLA PANTANG MAKAN IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGDOWO KLATEN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TK II SLEMAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN DESA SIAGA DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

HUBUNGAN PELAKSANAAN ASUHAN SAYANG IBU DENGAN KECEMASAN PROSES PERSALINAN DI BPM HESTI UTAMI DESA GRANTUNG KECAMATAN BAYAN KABUPATEN PURWOREJO

Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 ISSN X

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

Disusun Oleh: Wiwiningsih

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG ANTENATAL CARE DIPUSKESMAS JEPON KABUPATEN BLORA. Oleh

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA KENCANA

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan salah satu masa penting di dalam kehidupan. seorang wanita, selama kehamilan akan terjadi proses alamiah berupa

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL DENGAN KESEHATAN JANIN TRIMESTER II DI RSIA KUMALA SIWI JEPARA

ANALISIS TINGKAT KECEMASAN IBU KEHAMILAN PERTAMA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN

Kata kunci : pengetahuan, sikap ibu hamil, pemilihan penolong persalinan.

HUBUNGAN ANTARA SIKAP BIDAN DAN DUKUNGAN KADER TERHADAP PERILAKU BIDAN DALAM PEMBERIAN VITAMIN A IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS KABUPATEN KLATEN

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Balita ke Posyandu di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kecamatan Baros Kota Sukabumi

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013

BAB III TINJAUAN WILAYAH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. akan menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap

PENGARUH MOTIVASI BIDAN TERHADAP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN REGISTRASI BIDAN DI IBI RANTING KOTA PAMEKASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia bisnis kini berkembang sangat pesat di jaman yang maju dan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN K4 DI PUSKESMAS BAQA KOTA SAMARINDA TAHUN 2016

Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Dengan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR ASKEB II PADA MAHASISWA KEBIDANAN TINGKAT 2 DI STIKes MITRA KENCANA TASIKMALAYA

Ria Yulianti Triwahyuningsih Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia

KEADAAN UMUM WILAYAH. ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi.

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN KETERATURANANTENATAL CAREPADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Kartika Dewi Ayusti

BAB III TINJAUAN KAWASAN

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

BAB III TINJAUAN KAWASAN

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU YANG MEMPUNYAI BALITA TENTANG POSYANDU DI PUCANGANOM WEDOMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2013

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN STANDART PELAYANAN KEHAMILAN TERHADAP KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS GEMOLONG SRAGEN TAHUN 2011

Sudarti 1, Afroh Fauziah 2 INTISARI PENDAHULUAN

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Nisa khoiriah INTISARI

Oleh : R Noucie Septriliyana dan Wiwi Endah Sari Stikes A. Yani Cimahi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

Oleh : Desi Evitasari, S.ST ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG IMUNISASI TT DENGAN KELENGKAPAN PEMBERIAN IMUNISASI TT DI DESA BALUN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2011

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR

PERSETUJUAN PEMBIMBING HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN KEPATUHAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS BUHU KECAMATAN TIBAWA KABUPATEN GORONTALO JURNAL

HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DUKUH PUNDONG SRIHARDONO BANTUL YOGYAKARTA TAHUN INTISARI

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

BAB IV. A. Pelaksanaan Pasal 24 huruf a, b, dan c Undang-undang Nomor 20 Tahun tentang Rumah Susun Oleh Pemerintah Kabupaten Sleman.

HUBUNGAN KOMUNIKASI TEURAPETIK BIDAN DENGAN KECEMASAN IBU BERSALIN DI RUANG KEBIDANAN DAN BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PARITAS DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

Transkripsi:

HUBUNGAN FAKTOR- FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN DALAM MEMBERIKAN KONSELING PADA PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS WILAYAH SLEMAN Roschidah Putri Rizani 1, Sudarti 2, Urip Tugiyarti 3, M. Judha 4 INTISARI Latar belakang: Komunikasi yang efektif penting untuk kelancaran pelaksanaan pelayanan kebidanan dan merupakan proses yang dapat melancarkan pencapaian tujuan. Faktor yang menghambat atau mendorong komunikasi terbuka perlu dipahami oleh tenaga kesehatan dalam bidang kebidanan. Keberhasilan suatu komunikasi/ konseling biasanya diukur dari tindakan nyata yang dihasilkan. Pelaksanaan konseling sangat didukung oleh kemampuan bidan dalam memberikan konseling yaitu kemampuan mengadakan komunikasi dengan klien, menjalin hubungan yang baik antara bidan dengan klien. Tujuan:. Untuk mengetahui hubungan faktor-faktor penghambat pelaksanaan konseling dengan tingkat keberhasilan pada pelayanan kebidanan di Puskesmas wilayah Sleman Tengah Metode: Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas wilayah Sleman Tengah. Populasi dalam penelitian ini yaitu bidan yang bertugas/bekerja dan klien/pasien yang berkunjung ke Puskesmas wilayah Sleman Tengah. Teknik sampling menggunakan Stratified Random Sampling. Jumlah sampel adalah 30 responden. Analisa data menggunakan uji chi square. Hasil penelitian: Hasil analisis deskriptif diketahui karakteristik responden berdasar tingkat faktorfaktor penghambat pelaksanaan konseling sebagian memiliki hambatan yang tidak menghambatsebesar 56,67%. Karakteristik tingkat keberhasilan pada pelayanan kebidanan sebagian besar termasuk kategori sedang berjumlah 60,00%. Hasil uji chi square diperoleh nilai X 2 hitung (25,378) > X 2 tabel (9,49) dengan p value 0,000 < 0,05. Kesimpulan: Hasil analisis bivariat diketahui terdapat hubungan yang bermakna/signifikan antara faktor-faktor penghambat pelaksanaan konseling dengan tingkat keberhasilan pada pelayanan kebidanan di Puskesmas Wilayah Sleman Yogyakarta Kata Kunci: faktor penghambat, keberhasilan konseling, pelayanan kebidanan

A. PENDAHULUAN Dalam praktek kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas sangat dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina hubungan, baik sesama rekan sejawat ataupun dengan orang yang diberi asuhan. Upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh keterampilan bidan untuk berkomunikasi secara efektif dan melakukan konseling yang baik kepada klien. Karena melalui komunikasi yang efektif serta konseling yang berhasil, kelangsungan dan kesinambungan penggunaan jasa pelayanan bidan untuk kesehatan perempuan selama siklus kehidupan akan tercapai (Yulifah, 2009). Komunikasi yang efektif penting untuk kelancaran pelaksanaan pelayanan kebidanan dan merupakan proses yang dapat melancarkan pencapaian tujuan, maka iklim yang dapat menciptakan komunikasi yang efektif dan terbuka perlu diciptakan. Faktor yang menghambat atau mendorong komunikasi terbuka perlu dipahami oleh tenaga kesehatan dalam bidang kebidanan. Bidan perlu memahami dan mengaplikasikan konsep dan proses komunikasi untuk meningkatkan hubungan saling percaya dengan klien yang akan membantu perubahan prilaku klien kearah yang positif (Yulifah,2009). Konseling kebidanan adalah suatu proses pembelajaran, pembinaan hubungan baik, pemberian bantuan, dan bentuk kerjasama yang dilakukan secara profesional oleh bidan kepada klien untuk memecahkan masalah, mengatasi hambatan perkembangan, dan memenuhi kebutuhan klien (Yulifah,2009). Suatu proses konseling tanpa didasari oleh pengetahuan dan keterampilan yang baik serta sistem pemberian konseling yang terarah tidak akan mudah untuk dilakukan. Keberhasilan suatu komunikasi/ konseling biasanya diukur dari tindakan nyata yang dihasilkan. Untuk menimbulkan tindakan, bidan harus berhasil terlebih dahulu menenamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap, atau menumbuhkan hubungan yang baik. Sehingga untuk mencapai keberhasilan dalam memberikan konseling Pelaksanaan konseling sangat didukung oleh kemampuan bidan dalam memberikan konseling yaitu kemampuan mengadakan komunikasi dengan klien, menjalin hubungan yang baik antara bidan dengan klien. Selain itu juga faktor sosial budaya setempat dan tingkat pengetahuan atau taraf pendidikan klien juga mempengaruhi keberhasilan konseling.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (2007), secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 107 15 03 dan 107 29 30 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Sleman sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi D.I.Yogyakarta. Secara administratif terdiri 17 wilayah Kecamatan, 86 Desa, dan 1.212 Dusun. Pembagian wilayah administrasi Kabupaten Sleman yaitu: Kecamatan Moyudan, Kec. Godean, Kec. Minggir, Kec. Gamping, Kec. Seyegan, Kec. Sleman, Kec. Ngaglik, Kec. Mlati, Kec. Tempel, Kec. Turi, Kec. Prambanan, Kec. Kalasan, Kec. Berbah, Kec. Ngemplak, Kec. Pakem, Kec. Depok, Kec. Cangkringan. Di wilayah Kabupaten Sleman terdapat 35 gedung Pusat Kesehatan Masyarakat yaitu: Puskesmas Sleman I, Puskesmas Sleman II, Puskesmas Gamping I, Puskesmas Gamping II, Puskesmas Godean I, Puskesmas Godean II, Puskesmas Moyudan I, Puskesmas Moyudan II, Puskesmas Minggir I, Puskesmas Minggi II, Puskesmas Seyegan I, Puskesmas Seyegan II, Puskesmas Mlati I, Puskesmas Mlati II, Puskesmas Depok I, Puskesmas Depok II, Puskesmas Depok III, Puskesmas Berbah I, Puskesmas Berbah II, Puskesmas Prambanan I, Puskesmas Prambanan II, Puskesmas Kalasan I, Puskesmas Kalasan II, Puskesmas Ngemplak I, Puskesmas Ngemplak II, Puskesmas Ngaglik I, Puskesmas Ngaglik II, Puskesmas Tempel I, Puskesmas Tempel II, Puskesmas Turi I, Puskesmas Turi II, Puskesmas Pakem I, Puskesmas Pakem II, Puskesmas Cangkringan I, Puskesmas Cangkringan II (Dinkes, 2007). Dari beberapa kecamatan secara Random terpilih kecamatan Ngaglik yaitu Puskesmas Ngaglik I dan Ngaglik II dan Kecamatan Depok yaitu Puskesmas Depok I, Puskesmas Depok II dan Puskesmas Depok III sebagai tempat yang akan dilakukan penelitian. Puskesmas Wilayah Sleman Tengah yaitu Puskesmas Ngaglik I, Puskesmas Ngaglik II, Puskesmas Depok I, Puskesmas Depok II dan Puskesmas Depok III. Hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan di Puskesmas Wilayah Sleman Tengah yaitu Puskesmas Ngaglik I, Puskesmas Ngaglik II, Puskesmas Depok I, Puskesmas Depok II dan Puskesmas Depok III pada tanggal 12 Maret 2010, didapatkan data bahwa pelaksanaan konseling masih belum terlaksana dengan baik dikarenakan tidak tersedianya waktu/jadwal khusus. Dalam memberikan konseling bidan hanya sekedar memberikan konseling disela-

sela waktu pemeriksaan sehingga konseling yang diberikan kurang terfokus pada pemecahan masalah yang dihadapi klien. Selain itu, di wilayah Puskesmas Sleman Tengah semuanya tidak tersedia ruangan khusus untuk pelaksanaan konseling. Bidan di wilayah Puskesmas Sleman selain bertugas di puskesmas dan mengurus administrasi puskesmas juga mempunyai kegiatan di masyarakat seperti posyandu yang cukup menyita waktu mereka. Dari faktor sosial budaya setempat, kurangnya pemahaman klien tentang fungsi bidan mengakibatkan masyarakat enggan untuk melakukan konsultasi kepada bidan tentang masalah kesehatan mereka. Tingkat pengetahuan atau taraf pendidikan klien juga mempengaruhi keberhasilan konseling. B. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif analitik. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif dari objek yang diteliti. Sedangkan metode analitik digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan faktor-faktor penghambat dengan tingkat keberhasilan dalam memberikan konseling pada pelayanan kebidanan di Puskesmas wilayah Sleman. Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2005). C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Wilayah Kabupaten Sleman sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi D.I.Yogyakarta. Wilayah puskesmas di Sleman terbagi menjadi 3 wilayah, yang terdiri Wilayah Sleman Utara, Wilayah Sleman Tengah dan Wilayah Sleman Selatan. Puskesmas Wilayah Sleman Tengah terdiri 5 puskesmas, yaitu Puskesmas Ngaglik I, Puskesmas Ngaglik II, Puskesmas

Depok I, Puskesmas Depok II dan Puskesmas Depok III. Jumlah tenaga bidan tetap di Puskesmas Wilayah Sleman Tengah adalah 30 orang dengan latar belakang pendidikan dari D-1 berjumlah 3 orang dan pendidikan D-III berjumlah 27 orang, sedangkan jumlah bidan tidak tetap berjumlah 5 orang. Dalam pelaksanaan konseling, semua puskesmas wilayah sleman tengah belum memiliki fasilitas ruang khusus untuk konseling. 2. Karaketeristik Subjek Penelitian A. Umur Dari hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi dan persentase dari karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Umur Responden No Umur Jumlah Persentase (%) 1 < 25 tahun 3 10,00 2 25 30 tahun 16 53,33 3 31 35 tahun 6 20,00 4 36 40 tahun 4 13,33 5 > 40 tahun 1 3,33 Total 30 100,00 Sumber: (Data Primer diolah, 2010) Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa umur responden sebagian besar memiliki umur 25 30 tahun, yaitu berjumlah 16 responden atau 53,33%. Responden yang memiliki umur > 40 tahun jumlahnya paling sedikit, yaitu berjumlah 1 responden atau 3,33%. Responden yang memiliki umur <25 tahun berjumlah 3 responden atau 10,00%. Responden yang memiliki umur 31-35 berjumlah 6 responden atau 20,00%. Responden yang memiliki umur 36 40 tahun berjumlah 4 responden atau 13,33%. B. Pendidikan Dari hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi dan persentase dari karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pendidikan Responden No Pendidikan Jumlah Persentase (%) 1 D-I 3 10,00 2 D-III 27 90,00 Total 30 100,00 Sumber: (Data Primer diolah, 2010) Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa pendidikan responden sebagian besar memiliki pendidikan D-III berjumlah 27 responden atau 90,00%, sedangkan yang memiliki pendidikan D-I berjumlah 3 responden atau 10%. a. Status Perkawinan Dari hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi dan persentase dari karakteristik responden berdasarkan status perkawinan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Status Perkawinan Responden No Status Perkawinan Jumlah Persentase (%) 1 Belum kawin 6 20,00 2 Kawin 24 80,00 Total 30 100,00 Sumber: (Data Primer diolah, 2010) Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa status perkawinan responden sebagian besar sudah kawin berjumlah 24 responden atau 80%, sedangkan yang belum kawin berjumlah 6 responden atau 20%. 2. Analisis Univariat a. Distribusi frekuensi faktor-faktor penghambat pelaksanaan konseling Dari hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi dan persentase faktor penghambat pelaksanaan konseling dari responden, bila dilihat dari hambatan yang bersifat internal dan eksternal dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor Penghambat Pelaksanaan Konseling Frekuensi Factor-faktor penghambat pelaksanaan konseling Menghambat Tidak menghambat Sangat tidak menghambat Jumlah F % F % F % F % Internal 6 20,00 19 63,33 5 16,67 30 100,00 Eksternal 7 23,33 15 50,00 8 26,67 30 100,00 Sumber: (Data Primer diolah, 2010) Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasar faktor penghambat internal pelaksanaan konseling, dimana sebagian besar responden memiliki tingkat dari faktor penghambat internal pelaksanaan konseling yang tidak menghambat, yaitu berjumlah 19 responden atau 63,39%. Kemudian responden dengan tingkat faktor penghambat internal pelaksanaan konseling yang sangat tidak menghambat berjumlah 6 responden atau 20,00%. Responden dengan tingkat faktor penghambat internal pelaksanaan konseling yang menghambat jumlahnya paling sedikit, yaitu 5 responden atau 16,67%. Berdasarkan tabel 4.4, di atas dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasar faktor penghambat eksternal pelaksanaan konseling, dimana sebagian besar responden memiliki tingkat faktor penghambat pelaksanaan konseling tidak menghambat, yaitu berjumlah 15 responden atau 50%. Kemudian responden dengan tingkat faktor penghambat eksternal pelaksanaan konseling yang sangat tidak menghambat berjumlah 8 responden atau 26,67%. Responden dengan tingkat faktor penghambat eksetrnal pelaksanaan konseling yang menghambat jumlahnya paling sedikit, yaitu 7 responden atau 23,33%. b. Distribusi frekuensi tingkat keberhasilan pada pelayanan kebidanan Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Keberhasilan pada Pelayanan Kebidanan

No Tingkat keberhasilan pada pelayanan kebidanan Jumlah Persentase (%) 1 Rendah 5 16,67 2 Sedang 18 60,00 3 Tinggi 7 23,33 Sumber: (Data Primer diolah, 2010) Total 30 100,00 Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasar tingkat keberhasilan pada pelayanan kebidanan, dimana sebagian besar responden memiliki tingkat keberhasilan pada pelayanan kebidanan yang sedang berjumlah 18 responden atau 60,00%. Responden dengan tingkat keberhasilan pada pelayanan kebidanan yang tinggi berjumlah 7 responden atau 23,33%. Responden dengan tingkat keberhasilan pada pelayanan kebidanan yang rendah jumlahnya paling sedikit berjumlah 5 responden atau 16,67%. 3. Analisis Bivariat a. Hubungan antara faktor-faktor penghambat pelaksanaan konseling dengan tingkat keberhasilan pada pelayanan kebidanan. Hubungan antara faktor-faktor penghambat pelaksanaan konseling dengan tingkat keberhasilan pada pelayanan kebidanan di puskesmas wilayah Sleman dapat dilihat dari tabel sebagai berikut : Tabel 4.6. Tabel Silang Faktor-faktor Penghambat Pelaksanaan Konseling dengan Tingkat Keberhasilan pada Pelayanan Kebidanan di Puskesmas Wilayah Sleman Faktor Penghambat Pelaksanaan Konseling Tingkat Keberhasilan pada Pelayanan Kebidanan Total P Rendah Sedang Tinggi X 2 hit X 2 tab Value F % F % F % N % Internal Menghambat 4 80 1 20 0 0,00 5 16,67

dan eksternal Tidak menghambat 1 5,88 14 82,35 2 11,76 17 56,67 25,378 9,49 0,000 Sangat tidak menghambat 0 0,00 3 37,50 5 62,50 8 26,67 Total 5 16,67 18 60,00 7 23,33 30 100,0 Sumber: (Data Primer diolah, 2010) Hasil analisa kategori responden, variabel faktor-faktor penghambat pelaksanaan konseling terdiri dari 3 kategori yaitu: menghambat, tidak menghambat dan sangat tidak menghambat, sedangkan variabel tingkat keberhasilan pada pelayanan kebidanan terdiri dari 3 kategori, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Dari 5 responden yang memiliki faktor-faktor penghambat pelaksanaan konseling menghambat, 80,00% mempunyai tingkat keberhasilan rendah pada pelayanan kebidanan, 20,00% mempunyai tingkat keberhasilan sedang. Dari 18 Responden memiliki faktor penghambat pelaksanaan konseling yang tidak menghambat, 5,26% mempunyai tingkat keberhasilan rendah pada pelayanan konseling, 82,35% mempunyai tingkat keberhasilan sedang dan 11,76 mempunyai tingkat keberhasilan tinggi. Dari 7 responden memiliki faktor penghambat pelaksanaan konseling yang sangat tidak menghambat, 37,5% mempunyai tingkat keberhasilan sedang pada pelayanan kebidanan dan 62,50% mempunyai tingkat keberhasilan pelaksanaan tinggi. Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan alat analisis chi square, diperoleh nilai X 2 hitung = 25,378 dengan p value adalah 0,000. Derajat bebasnya sebesar (m-1)(n-1). Jika angka dimasukkan dalam rumus tersebut maka diperoleh derajat bebasnya adalah (3-1)(3-1) = 4. Nilai X 2 tabel (df = 4, taraf signifikan α = 0,05) adalah 9,49. Hasil analisa data perbandingan antara nilai X 2 hitung dengan nilai X 2 tabel, dimana nilai X 2 hitung (25,378) > X 2 tabel (9,49) dengan p value 0,000 < 0,05. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna/signifikan antara faktor-faktor penghambat pelaksanaan konseling dengan tingkat keberhasilan pada pelayanan kebidanan di Puskesmas Wilayah Sleman Yogyakarta.

b. Pembahasan Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga yang berkualitas. Pelayanan kebidanan merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangan yang diberikannya dengan maksud meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka tercapainya keluarga berkualitas, bahagia dan sejahtera (Estiwidani, 2008). Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga dan masyarakat yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan. Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasar faktor-faktor penghambat pelaksanaan konseling, dimana sebagian besar responden memiliki tingkat faktor-faktor penghambat pelaksanaan konseling tidak menghambat, yaitu berjumlah 18 responden atau 56,67%. Kemudian responden dengan tingkat faktor-faktor penghambat pelaksanaan konseling yang sangat tidak menghambat berjumlah 7 responden atau 26,67%. Responden dengan tingkat faktorfaktor penghambat pelaksanaan konseling yang menghambat jumlahnya paling sedikit, yaitu 5 responden atau 16,67%. Dari jumlah persentase faktor-faktor penghambat pelaksanaan konseling di Puskesmas Wilayah Sleman Yogyakarta sebagian besar tidak memiliki hambatan dalam memberikan konseling bahkan ada yang sangat tidak menghambat. Hal ini kemungkinan dikarenakan faktor pengetahuan dan keterampilan tentang konseling, serta kemampuan bidan dalam membentuk jejaring yang baik karena bidan merupakan tenaga pelayanan kesehatan yang sudah terlatih dan profesional dalam memberi bimbingan, asuhan dan penyuluhan kepada ibu hamil, persalinan, nifas dan menolong persalinan dengan tanggungjawabnya sendiri serta memberikan asuhan pada bayi baru lahir dan bayi. Tingkat faktor-faktor penghambat pelaksanaan konseling yang menghambat jumlahnya paling sedikit, yaitu 5 responden atau 16,67%. Dari tabel 4.4, dapat diketahui persentase penghambat pelaksanaan konseling, penghambat pelaksanaan

konseling yang menghambat untuk faktor eksternal (23,33%) lebih besar kalau dibandingkan dengan faktor internal (20,00%). Hal ini dikarenakan di Puskesmas Wilayah Sleman, semua tidak memiliki ruangan khusus untuk pelaksanaan konseling. Dari faktor sosial budaya setempat dan tingkat pengetahuan atau taraf pendidikan klien masih rendah bisa menjadi penghambat dalam pelaksanaan konseling di Puskesmas. Faktor penghambat eksternal dalam pelaksanaan konseling diantaranya mitra kerja bidan, sistem dalam organisasi, persaingan dalam pekerjaan, fasilitas (ruangan, alat peraga, dan sebagainya), dan budaya. Untuk faktor eksternal penghambat pelaksanaan konseling disebabkan bidan menganggap tidak penting dilakukannya konseling pada wanita, selain di puskesmas bidan juga memberikan memberikan pelayanan lain seperti posyandu, tugas mengurus administrasi puskesmas yang cukup menyita waktu mereka. Faktor internal lain bisa disebabkan bidan dalam memberikan konseling hanya disela-sela waktu pemeriksaan, sehingga konseling yang diberikan kurang terfokus pada pemecahan masalah yang dihadapi klien. Tingkat keberhasilan suatu konseling yang di laksanakan dapat di tentukan dengan tercapainya tujuan dari konseling itu sendiri. Selain itu, dengan menerapkan langkah-langkah proses konseling yang sesuai juga sangat mempengaruhi keberhasilan dari suatu pelaksanaan konseling. Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasar tingkat keberhasilan pada pelayanan kebidanan, sebagian besar responden memiliki tingkat keberhasilan pada pelayanan kebidanan yang sedang berjumlah 18 responden atau 60,00%. Responden dengan tingkat keberhasilan pada pelayanan kebidanan yang tinggi berjumlah 7 responden atau 23,33%. Responden dengan tingkat keberhasilan pada pelayanan kebidanan yang rendah jumlahnya paling sedikit berjumlah 5 responden atau 16,67%. Dari hasil persentase tingkat keberhasilan pada pelayanan kebidanan di puskesmas wilayah Sleman dapat diketahui bahwa hanya 5 responden (16,67%) dari 30 responden yang memiliki tingkat keberhasilan rendah. Hasil persentase ini menunjukkan dan memperkuat bahwa bidan merupakan tenaga kesehatan yang terampil, terlatih dan profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan. Hal ini dibuktikan dari 5 responden yang memiliki faktor-faktor penghambat pelaksanaan konseling menghambat, 80,00% mempunyai tingkat keberhasilan rendah pada pelayanan

kebidanan dan dari 8 responden memiliki faktor penghambat pelaksanaan konseling yang sangat tidak menghambat, 62,50% mempunyai tingkat keberhasilan pelaksanaan tinggi. Suatu proses konseling tanpa didasari oleh pengetahuan dan keterampilan yang baik tidak akan mudah untuk dilakukan. Pada praktiknya, selalu ditemui hambatanhambatan yang datang baik dari bidan sendiri sebagai konselor ataupun dari luar. Menurut Wulandari (2009), dari pelaksanaan konseling di harapkan dapat menghasilkan suatu sikap kemandirian klien dalam hal peningkatan kemampuan klien dalam upaya mengenal masalah, merumuskan alternatif pemecahan masalah, dan menilai hasil secara cepat dan cermat; klien memiliki pengalaman dalam menghadapi masalah dan melaksanakan pemecahan masalah kesehatan; klien memiliki rasa percaya diri dalam menghadapi masalah kesehatan dikemudian hari; munculnya kemandirian dalam masalah kesehatan. Dari hasil analisis data, diperoleh nilai X 2 tabel (df = 4, taraf signifikan α = 0,05) adalah 9,49. Hasil analisa data perbandingan antara nilai X 2 hitung dengan nilai X 2 tabel, dimana nilai X 2 hitung (25,378) > X 2 tabel (9,49) dengan p value 0,000 < 0,05. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna/signifikan antara faktor-faktor penghambat pelaksanaan konseling dengan tingkat keberhasilan pada pelayanan kebidanan di Puskesmas Wilayah Sleman Yogyakarta.

D. KESIMPULAN 1. Terdapat hubungan yang bermakna/signifikan antara faktor-faktor penghambat pelaksanaan konseling dengan tingkat keberhasilan pada pelayanan kebidanan di Puskesmas Wilayah Sleman Yogyakarta. 2. Faktor-faktor penghambat pelaksanaan konseling internal dan eksternal di Puskesmas Wilayah Sleman Yogyakarta adalah tidak menghambat, yaitu berjumlah 17 responden atau 56,67%. 3. Tingkat keberhasilan pada pelayanan kebidanan di Puskesmas Wilayah Sleman Yogyakarta adalah sedang, yaitu berjumlah 18 responden atau 60,00%. E. SARAN 1. Bagi institusi pendidikan Penelitian ini sebagai informasi pada institusi tentang hubungan faktor-faktor penghambat dalam melakukan konseling dengan tingkat keberhasilan suatu konseling, bahwa faktorfaktor yang menghambat pelaksanaan konseling mempengaruhi tingkat keberhasilan konseling. 2. Bagi profesi kebidanan Penelitian ini sebagai panduan dalam pemahaman pentingnya penerapan bimbingan dan konseling dalam melaksanakan praktik kebidanan. 3. Bagi peneliti selanjutnya Untuk lebih menyempurnakan dan mengembangkan penelitian ini dengan metode yang lebih baik seperti wawancara mendalam dan observasi atau dengan menambah variabel bebas lain yang mempengaruhi tingkat keberhasilan pelayanan kebidanan.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Edisi Revisi VI Cet ke- 13.Rineka Cipta. Jakarta. Departemen Kesehatan. Profil Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007. Departemen Kesehatan. Yogyakarta. Kusrini. 2000. Kesiapan Psikologi Perawat Pada Tahap Prekomunikasi Dalam Memberikan AsuhanKeperawatan di Bangsal D-1Penyakit Dalam di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Universitas Gajah Mada, Skripsi (Tidak Dipublikasikan) Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Standar Profesi Bidan. Jakarta: Pengurus Ikatan Bidan Indonesia. Muslihah. 2009. Komunikasi Keperawatan. Nuha Medika. Yogyakarta. Musnamar, T. 2008. Teknik Konseling. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Notoatmojo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Selemba Medika. Surabaya. Rahyani. 2001. Hambatan- Hambatan yang Dialami Bidan Dalam Melakukan Konseling Pada Klien Dalam Pelayanan Kebidanan di Puskesmas Kota Yogyakarta, Universitas Gajah Mada, Skripsi (Tidak Dipublikasikan) Ridwan. 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Saifuddin.A.B. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Sugiyono. 2008. Statistika Untuk penelitian. Alfabeta Bandung. Supratiknya. 2009. Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologi. Kanisius. Yogyakarta. Walgito, B. 2003. Pengantar Psikologi Umum. Andi. Yogyakarta. Winkel WSSJ. 1999. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Gramedia. Jakarta. Wulandari, D. 2009. Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan. Nuha Medika. Yogyakarta. Yulifah, R. 2009. Komunikasi dan Konseling Dalam Kebidanan. Salemba Medika. Jakarta.