III. BAHAN DAN METODE

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Tengah. Sedangkan analisis dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil

TATA CARA PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan November Februari 2014.

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu

Lampiran 1. Perhitungan Nisbah C/N dan Kadar Air

Lampiran 1. Prosedur Analisis

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODOLOGI PENELITIAN. sampel dilakukan di satu blok (25 ha) dari lahan pe rkebunan kelapa sawit usia

III. BAHAN DAN METODE. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990).

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1 Prosedur Analisis ph H2O dengan ph Meter Lampiran 2. Prosedur Penetapan NH + 4 dengan Metode Destilasi-Titrasi (ppm)=

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia.

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

III. BAHAN DAN METODE. Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada bulan Maret hingga Juli

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Labolatorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi

Lampiran 1. Prosedur penetapan kemasaman tanah (ph) H 2 O

BAB III METODE PENELITIAN

INSTRUKSI KERJA PENGUKURAN PH, BAHAN ORGANIK, KTK DAN KB

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

MATERI DAN METODE. Prosedur Penelitian

Instruksi Kerja Laboratorium Kimia Tanah FP UB INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM KIMIA TANAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 4. Cacing tanah jenis Eisenia fetida berumur 1 bulan sebanyak 2 kg. a. 1 ml larutan sampel vermicompost

METODE ANALISIS. ph H 2 O (1:5) Kemampuan Memegang Air (Water Holding Capacity)

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

Lampiran 1 Lay out penelitian I

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Ilmu Tanah, Laboratorium Ilmu Tanah dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

x100% LAMPIRAN PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Ganjyal et al., 2006; Shimelis et al., 2006)

INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM KIMIA TANAH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lima pasar tradisonal yang terdapat di Bandar

Desikator Neraca analitik 4 desimal

Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 )

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Metode

III. BAHAN DAN METODE

LAMPIRAN. Kadar Air dengan Metode Thermogravimetri (Sudarmadji, dkk., 2007)


3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang efek pemanasan pada molases yang ditambahkan urea

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

METODE. Materi. Rancangan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar

TATA CARA PENELITIAN

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Agustus 2013 di. PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar Lampung Tengah.

PEMBUATAN REAGEN KIMIA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September Oktober Pengambilan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) Penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Persiapan Bahan Baku

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

Transkripsi:

III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Proses pengomposan dilaksanakan di PTPN VII Unit Usaha Way Berulu sedangkan analisis dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian THP serta Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Maret sampai April 2014. 3.2. Bahan dan Alat Bahan baku utama yang digunakan untuk pembuatan kompos dalam penelitian ini adalah kulit kakao (umur simpan 1 minggu) yang diperoleh dari perkebunan kakao di PTPN VII Way Berulu. Kotoran ternak yang digunakan adalah kotoran sapi, kotoran kambing, dan kotoran ayam (masing-masing umur simpan 1 minggu) yang diperoleh dari di sekitar daerah Way Berulu. Bahan lain yang ditambahkan adalah sekam padi dan dolomit. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam analisis sampel adalah katalis campuran (kalium sulfat, tembaga sulfat dan logam selenium), asam salisilat, asam sulfat pekat, asam fosfat pekat 85%, larutan NaOH 40%, dan O,1 N indikator campuran (bromkesol hijau dan metal merah), larutan asam borat, HCl, larutan NaF 4% 0,025 N, dan indikator difenilamin standar.

31 Peralatan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari peralatan laboratorium seperti alat destruksi, alat destilasi, labu semi-mikro Kjeldahl, alat pemanas semimikro Kjeldahl, buret, pipet dan ph meter. Peralatan yang digunakan di lapangan berupa timbangan, sekop atau cangkul, termometer, sepatu boot, pisau atau golok, sarung tangan, terpal, masker, dan lain sebagainya. 3.3. Metode Penelitian Sebelum penelitian, dilakukan perhitungan secara teoritis terhadap rasio C/N campuran berdasarkan studi literatur dari masing-masing bahan untuk menghitung formulasi campuran sehingga diperoleh C/N rasio 30-40. Pengomposan campuran kulit kakao dan sekam padi ditambahkan dengan kotoran ternak (sapi, ayam, dan kambing) dengan total campuran ± 685 Kg. Proses pengomposan dilakukan dengan sistem windrow yaitu ditumpuk berbentuk kerucut dan ditutup dengan terpal plastik selama 30 hari dengan pembalikan atau aerasi satu minggu sekali. Seluruh satuan percobaan diulang sebanyak 2 kali dan akan menghasilkan 3 x 2 = 6 satuan percobaan. Pengamatan dilakukan selama 30 hari pengomposan yang meliputi suhu yang diukur harian. ph, warna, bau, tekstur yang diukur mingguan dan kadar air, kandungan C-organik, N-total, rasio C/N yang diukur di awal dan akhir pengomposan, serta kandungan P dan K yang diukur pada perlakuan terbaik. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik yang dianalisis secara deskriptif.

32 3.4. Pelaksanaan Penelitian 3.4.1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan dengan menghitung rasio C/N dari campuran kulit kakao dengan kotoran ternak sapi (K1), kotoran ayam (K2), dan kotoran ternak kambing (K3). Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan oleh Soedarsono dkk (1997), rasio C/N kulit kakao (umur simpan satu minggu) adalah 20-25. Kotoran ternak sapi memiliki rasio C/N sebesar 25-30, kotoran ternak ayam memiliki rasio C/N sebesar 18-25, sedangkan kotoran ternak kambing memiliki rasio C/N sebesar 30-35. Untuk memenuhi rasio C/N yang optimal pada proses pengomposan yaitu sebesar 30-40, maka diperlukan perbandingan yang tepat antara campuran kulit kakao dan kotoran ternak tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan secara teoritis antara rasio C/N kulit kakao dan kotoran ternak, maka perbandingan antara kulit kakao, kotoran ternak, dan sekam padi 5:5:1 sudah masuk dalam kisaran C/N optimal (K1 32,03, K2 29,58, dan K3 34,02). Namun, untuk membuktikan hasil perhitungan tersebut dibutuhkan analisis laboratorium untuk mengetahui perbandingan rasio C/N yang optimal dari campuran masing-masing bahan baku tersebut. Analisis dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3.4.2. Proses Pengomposan Pembuatan kompos diawali dengan pencampuran bahan baku utama berupa kulit kakao yang telah dicacah (± 3 cm) dengan kotoran ternak sebagai perlakuan yaitu

33 kotoran ternak padat (K) yakni K1 (kotoran sapi), K2 (kotoran ayam), dan K3 (kotoran kambing). Kulit kakao yang digunakan untuk masing-masing unit percobaan sebesar 300 kg. Selanjutnya, kotoran ternak ditambahkan ke dalam bahan utama sebanyak ± 300 kg/unit percobaan. Sebelum bahan antara kulit kakao dan kotoran ternak dicampurkan, bahan tersebut ditambahkan sekam padi dan dolomit masing-masing seberat 60 kg dan 25 kg. Kadar air dalam campuran bahan utama dan kotoran ternak yang telah tercampur diusahakan berkisar antara 40-60%. Apabila kadar air campuran kurang dari kisaran tersebut maka dapat ditambahkan air ke dalam campuran hingga diperkirakan kadar air campuran mencapai 40-60%. Perkiraan dalam mencapai kadar air tersebut dapat dilakukan secara manual dengan cara mengepal campuran bahan. Jika campuran ketika digenggam meneteskan air menunjukkan kadar air melebihi kisaran 40-60% dan jika campuran ketika digenggam tidak meneteskan air dan ketika genggaman dibuka gumpalan padat menunjukkan kadar air bahan antara 40-60%. Setelah bahan-bahan tersebut tercampur rata, bahan kompos siap dikomposkan di selama ± 30 hari. Pengomposan dilakukan dengan cara menumpuk bahan baku kompos dan membentuk tumpukan kompos tersebut seperti kerucut dengan ukuran tinggi 1 m. Kadar air kompos harus selalu diperhatikan dan diusahakan agar berkisar antara 40-60% agar pengomposan berlangsung dengan baik. Untuk mengatur pemerataan kadar air dan memperlancar proses aerasi dilakukan pembalikan setiap 1 minggu sekali.

34 3.4.3. Diagram Alir Proses Pembuatan Kompos Kulit kakao 300 kg (C/N Rasio 20-25) Analisis : C-organik N total C/N rasio Kadar air ph Warna Tekstur Bau Pengamatan : Kadar air Warna Bau Tekstur ph N Total C-organik C/N Rasio P K Sekam padi 60 kg + dolomit 25 kg Bahan kompos (C/N Rasio 30-40) KA : 40-60% Pencampuran masingmasing bahan Penumpukan bahan dengan ukuran 1 m selama ± 30 hari Pembalikan setiap 7 hari sekali Kompos Kotoran ternak padat (300kg): K1 : kotoran sapi K2 : kotoran ayam K3 : kotoran kambing Pengamatan : ph Warna Tekstur Bau Pengamatan suhu harian Gambar 6. Diagram alir proses pengomposan kulit kakao Sumber : R & D GMP dalam Sulistiningsih (2006) yang dimodifikasi.

35 3.5. Pengamatan Pengamatan yang dilakukan terhadap kompos adalah suhu harian (Yuwono, 2005 dalam Harmoko, 2008), ph (AOAC, 1990), kadar air (AOAC 1990), N-total dengan metode semi-mikro Kjeldahl yang dimodifikasi (Thom dan Utomo, 1991), dan C-organik dengan metode Walkey and Black (Thom dan Utomo, 1991), rasio C/N, Fosfor (P) dengan metode Bray 1 atau Bray 2 (Prijono, 2012), serta Kalium (K) dengan metode Flame photometer (Prijono, 2012). 3.5.1. Pengamatan suhu Pengukuran suhu dilakukan setiap hari menggunakan termometer dengan cara memasukan termometer pada tumpukan kompos di tempat yang berbeda sebanyak 3 sampai 5 tempat. Data yang diperoleh kemudian dihitung rata-ratanya dan kemudian dijadikan suhu harian pengomposan. 3.5.2. Pengukuran derajat keasaman (ph) Pengamatan ph mengacu pada AOAC (1990), yaitu dengan menggunakan ph meter, pengukuran dilakukan pada awal dan akhir pengomposan. Sebanyak 10 g sampel dicampur dengan 50 ml air mineral, didiamkan selama 24 jam dan kemudian dilakukan pengukuran ph. Sebelum dilakukan pengukuran, ph meter harus distandarisasi dahulu dengan menggunakan larutan buffer ph 7,0 atau ph 4,0. Selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap larutan sampel dengan elektrodanya ke dalam larutan sampel dan biarkan beberapa saat sampai diperoleh pembacaan yang stabil.

36 3.5.3. Pengamatan kadar air Penentuan kadar air dari tumpukan kompos mengacu pada penentuan kadar air cara pemanasan menggunakan oven (AOAC 1990). Pengamatan ini dilakukan pada awal dan akhir proses pengomposan. Sebanyak 25 g sampel ditimbang dalam botol timbang yang telah diketahui berat keringnya. Kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 100-105 0 C selama 12 jam, didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Selanjutnya sampel dipananskan kembali dalam oven selama 30 menit, didinginkan kembali dalam desikator dan ditimbang kembali beratnya. Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga diperoleh berat konstan (selisih penimbangan berturut-turut kurang dari 0,2 mg). Selisih antara berat basah dan berat kering merupakan kandungan air dalam bahan atau dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Kadar air = Berat Basa h Berat Kering Berat Basa h X 100 % 3.5.4. Total C-organik Kandungan C-organik dianalisis dengan menggunakan metode Walkey and Black (Thom dan Utomo, 1991). Analisis ini dilakukan pada awal dan akhir proses pengomposan. Sampel sebanyak 0,2 g yang lolos ayakan 2 mm ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml. Sebanyak 10 ml kalium bikromat 1 N ditambahkan ke dalam labu. Kemudian ditambahkan 15 ml asam sulfat pekat dan digoyang secara perlahan dengan cara memutar labu selama 2 menit. Diusahakan agar sampel tidak naik keatas sisi bagian atas gelas labu sehingga tidak terjadi kontak dengan pereaksi. Labu akan menjadi panas saat asam sulfat

37 ditambahkan dan dibiarkan selama 30 menit. Sebanyak 100 ml air ditambahkan dan dibiarkan hingga dingin. Tambahkan 5 ml asam fosfat pekat, 2,5 ml larutan NaF 4% dan 5 tetes indikator difenilamin. Sampel dititrasi dengan larutan ammonium sulfat besi (2 + ) 0,5 N hingga warna larutan berubah dari coklat kehijauan menjadi lebih keruh (turbid blue). Kemudian dititrasi tetes demi tetes dan labu digoyang terus menerus hingga warna berubah dengan tajam menjadi hijau terang. Sampel blangko disiapkan dan dilakukan prosedur yang sama. Perhitungan : ml K2Cr2O7 (1- s / t ) % C = 0,3886 % berat sampel tanah Keterangan : s = ml titrasi sampel t = ml titrasi blanko 3.5.5. Nitrogen Total Kandungan N-total pada tumpukan kompos dianalisis dengan menggunakan Metode Semi-Mikro Kjeldahl (Thom dan Utomo, 1991). Pengukuran ini dilakukan pada awal dan akhir proses pengomposan. Sebanyak 1 g sampel ditempatkan dalam labu semi-mikro Kjeldahl 100ml, kemudian ditambahkan 5ml larutan asam sulfat salisilat dan dibiarkan selama beberapa jam pada suhu ruangan. Setelah itu labu dipanaskan dalam dengan alat pemanas sampai berhenti berbuih. Kemudian labu didinginkan dan ditambahkan 1,1 g campuran katalis. Labu diletakkan di atas alat pemanas, panas ditingkatkan hingga proses perombakan selesai dan campuran dalam labu mendidih secara perlahan-lahan selama 5 jam. Suhu pemanasan selama pendidihan ini diatur sehingga asam sulfat mengkondensasi kira-kira sampai sepertiga bagian atas leher labu. Stelah

38 perombakan selesai, labu dibiarkan dingin dan ditambahkan 10 ml air destilata. Kemudian diaduk secara perlahan hingga padatan berubah menjadi suspensi dan labu dibiarkan menjadi dingin. Sampai tahap ini, labu ditutup untuk dilakukan destilasi. Peralatan destilasi disiapkan dengan pemanasan generator uap sampai mendidih. Cairan dari labu destilasi ditransfer dan labu pengurai dibilas dengan air destilata (5ml) sebanyak 2 kali dan air bilasannya ditransfer ke labu destilasi. Labu dihubungkan ke peralatan destilasi uap, system destilasi uap ditutup, dan kemudian diletakkan sebuah erlenmeyer 100 ml yang berisi 25ml asam borat dibawah kondensor. Kemudian ditambahkan NaOH 40% sebanyak 20 ml dengan menggunakan corong dan dialirkan secara perlahan ke dalam labu destilata. Generator uap dihentikan ketika larutan destilata mencapai kira-kira 40 ml. Ujung tabung destilasi dibilas dan labu erlenmeyer yang mengandung bahan destilata diambil. Titrasi larutan destilata dengan HCL 0,025 N standar dengan menggunakan buret. Perubahan warna pada titik akhir adalah dari hijau menjadi merah jambu. Perhitungan: % N= N x ml x 14 berat sampel (mg ) x 100 3.5.6. Rasio C/N Pengukuran rasio C/N dilakukan dengan menghitung perbandingan nilai Total C- organik dan Nitrogen Total yang diperoleh dari data hasil analisis.

39 Perhitungan : Rasio C/N = Nilai C-Organik Nilai N-Total 3.5.7. Warna, bau, dan tekstur Pengamatan warna tumpukan kompos mengacu pada penampakan visual dan foto menggunakan kamera digital agar foto yang dihasilkan kontras. Warna yang diamati adalah perubahan warna selama pengomposan 0 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 30 hari. Untuk pengamatan bau dan tekstur dilakukan sama seperti pada pengamatan warna yaitu pada pengomposan pengomposan 0 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 30 hari. Hal ini dilakukan untuk memastikan kompos yang dihasilkan telah matang dan siap untuk digunakan. Kompos yang baik berbau tanah (netral) dan bertekstur remah. 3.5.8. Analisis Fosfor (P) Kandungan Fosfor (P) dianalisis dengan menggunakan metode Bray 1 atau Bray 2 pada produk kompos dengan perlakuan terbaik. Sampel kompos kering yang telah lolos ayakan 0.5mm ditimbang seberat 2gr, kemudian masukkan botol kocok dan tambahkan 20ml pengesktrak Bray 1 atau Bray 2 (ditentukan oleh ph tanah) kemudian dikocok selama 5 menit pada mesin pengocok. Setelah selesai saring larutan dengan kertas saring whatman 42 dan filtrat saringan ditampung. Pipet 5 ml hasil saringan dan masukkan dalam tabung reaksi,tambahkan 20 ml aquadest dan reagen B sebanyak 8 ml, didiamkan selama 20 menit. Selanjutnya, tetapkan absorban dengan spectronic 21 pada panjang gelombang 882 nm demikian juga

dengan deret standard P. Konversi bacaan % absorban dan hitung besarnya mgl- 1P berdasarkan garis regresi dari pada kurva standard P yang diperoleh. Perhitungan : P.tersedia (mgl-1) = Bacaan sampel A x pengenceran x Fka B 40 3.5.9. Analisis Kalium (K) Kandungan Kalium (K) dianalisis dengan menggunakan metode Flame photometer (Prijono, 2012). Analisis K dilakukan pada akhir penelitian dimana produk kompos dengan perlakuan terbaik akan dianalisis kadar K. Sampel sebanyak 1 g yang telah lolos ayakan 0.5 mm dimasukkan dalam tabung sentrifuge. Tambahkan 10 ml aquades, kocok selama 30 menit dan setelah itu sentrifuge selama 10 menit. Buang cairan yang dihasilkan. Tambahkan 10 ml NH 4 OAc ph 7 ke dalam tabung yang masih terdapat sampelnya, dikocok pada mesin pengocok selama 60 menit. Setelah itu, sampel disentrifuge selama 10 menit, saring dengan kertas saring. Tampung filtrat yang dihasilkan. Tambahkan 10ml NH 4 OAc ph 7 ke dalam tabung, kocok dan sentrifuge selama 10 menit. Tambahkan 10 ml NH4OAc 1N ph 7 yang mengandung 1% NH4Cl 1N ke dalam tabung, kocok dan sentrifuge selama 10 menit. Saring dan filtrat ditampung kembali ke wadah yang sama. Filtrat kemudian diukur kadar K menggunakan Flame photometer. Catat bacaan pada alat flame photometer. Konversi bacaan berdasarkan garis regresi dari pada kurva standard K yang diperoleh. Perhitungan : K(me/100gr) = Bacaan sampel A x Pengenceran x Fka B