JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN BAB II. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Tujuan Praktikum

NUR EFENDI NIM: PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN KABUPATEN ROKAN HULU RIAU/2016

PANDUAN PRAKTIKUM DEBIT AIR. Oleh: Dr. Badaruddin,S.Hut,MP

Panduan Teknis. Pengukuran Debit Sungai Sederhana. Prosedur Pengukuran. 1. Menentukan lokasi pengamatan/pengukuran debit dan tinggi muka air

BAB III LANDASAN TEORI

Hidrometri Hidrometri merupakan ilmu pengetahuan tentang cara-cara pengukuran dan pengolahan data unsur-unsur aliran. Pada bab ini akan diberikan urai

Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum. B. Maksud dan Tujuan

Pengukuran Debit. Persyaratan lokasi pengukuran debit dengan mempertimbangkan factor-faktor, sebagai berikut:

III. METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh.

PENGAMATAN DEBIT DRAINASE JALAN KYAI HAJI HARUN NAFSI KELURAHAN RAPAK DALAM KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG

PENGUKURAN DEBIT ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

BAB III LANDASAN TEORI

Analisis Angkutan dan Distribusi Sedimen Melayang Di Sungai Kapuas Pontianak Kalimantan Barat pada musim kemarau

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

KISI KISI UJI COBA SOAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Stadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Data Penelitian

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V RENCANA PENANGANAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Debit aliran merupakan sebuah satuan yang digunakan untuk mendekati

Diameter Pipa Air Bersih Untuk Bangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN KEBUTUHAN AIR DAN DEBIT AIR BAKU

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 FISIKA

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

ANALISIS SEDIMENTASI PADA SALURAN UTAMA BENDUNG JANGKOK Sedimentation Analysis of Jangkok Weir Main Canal

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

Tata cara pengukuran pola aliran pada model fisik

SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI

MODEL ANALISIS ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA DENGAN BENTUK PENAMPANG TRAPESIUM PENDAHULUAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

Soal Gerak Lurus = 100

PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/ Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume

Panduan Teknis. Pengukuran Tingkat Kekeruhan Air dan Sedimen Sederhana. Pendahuluan

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

(misalnya danau, situ, waduk, danau, rawa dan lahan basah), terdiri atas kompoenen biotik dan

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU

Mekanika Fluida II. Karakteristik Saluran dan Hukum Dasar Hidrolika

Tata cara pengambilan contoh muatan sedimen melayang di sungai dengan cara integrasi kedalaman berdasarkan pembagian debit

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY

ANALISIS EFISIENSI DAN KEHILANGAN AIR PADA JARIRINGAN UTAMA DAERAH IRIGASI AIR SAGU. Wilhelmus Bunganaen *)

BAB III METODE PENELITIAN. menunjang pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro-Hidro (PLTMH).

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS 1

BIOFISIK DAS. LIMPASAN PERMUKAAN dan SUNGAI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS SEDIMENTASI ALIRAN SUNGAI BATANG SINAMAR BAGIAN TENGAH DI KENAGARIAN KOTO TUO KECAMATAN HARAU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

Untuk SMA dan MA Kelas X GERAK LURUS LKPD. Nama : Kelas :

BAB IV METODE PENELITIAN

KONSEP EKOHIDRAULIK SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN EROSI

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BATANG LUBUH KABUPATEN ROKAN HULU PROPINSI RIAU

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di sungai Arter Desa Hurun kecamatan Padang

Karena hanya mempelajari gerak saja dan pergerakannya hanya dalam satu koordinat (sumbu x saja atau sumbu y saja), maka disebut sebagai gerak

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gerusan Lokal

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran umum Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Buluh. Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai pada 18 Desember 2003, semasa

ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DI SUNGAI JAWI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI D I N A S P E N D I D I K A N

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir.

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang

254x. JPH = 0.278H x 80 x 2.5 +

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. PENGUKURAN DAN PERKIRAAN DEBIT SUNGAI

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR

Data Hidrologi dan Survey Hidrometri

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pelatihan Ulangan Semester Gasal

BAB III METODA ANALISIS

STUDI DEBIT ALIRAN PADA SUNGAI ANTASAN KELURAHANSUNGAI ANDAI BANJARMASIN UTARA

Bab III Metodologi Analisis Kajian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

07. Bentangalam Fluvial

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

Transkripsi:

TUGAS REKAYASA SUNGAI MENGHITUNG DEBIT ALIRAN SUNGAI, KECEPATAN SEDIMEN & EROSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE APUNG (FLOATING METHOD) & METODE ALAT UKUR CURRENT METER DOSEN PEMBIMBING : Rosmalinda, St DISUSUN OLEH : SYAFUTRI ASBINTARI HENDRIZAL SERLY SALIMAH MASNUN RAHMAD HIDAYAT THOYIBAH FEBRI JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam suatu pengelolaan Sumber daya air dengan perencanaan bangunan air diperlukan suatu informasi yang menunjukkan jumlah air yang akan masuk ke bangunan tersebut dalam sutuan waktu yang dikenal sebagai debit aliran. Informasi mengenai besarnya debit puncak (banjir) yang diperlukan untuk perancangan bangunan pengendalian banjir dan juga dilihat dari data debit minimum yang diperlukan untuk pemaanfaatan air terutama pada musim kemarau. Sehingga dengan adanya data debit tersebut pengendalian air baik dalam keadaan berlebih atau kurang sudah dapat diperhitungkan sebagai usaha untuk mengurangi dampak banjir pada saat debit maksimum dan kekeringan atau defisit air pada saat musim kemarau paanjang. Oleh kerena itu, dalam pratikum ini belajar melakukan pengukuran debit sungai untuk mendapatkan informasi besarnya air yang mengalir pada suatu sungai pada saat waktu tertentu. 1.2.Tujuan Tujuan dari Pratikum ini adalah : 1. Untuk menentukan mana yang lebih Deras atau besar Kecepatan aliran sungai di Batang Lubuh Kota Pasir Pengaraian (Baik kecepatan tengah maupun tepi sungai) 2. Mengukur debit aliran sungai Batang Lubuh Kota Pasir Pengaraian 3. Pengaruh Sedimen terhadap Sungai 4. Solusi yang kami anggap bisa mengatasi sedimen di sungai tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Debit Aliran Debit aliran adalah laju air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam system SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m 3 /dt). Sedangkan dalam laporan-laporan teknis, debit aliran biasanya ditunjukkan dalam bentuk hidrograf aliran. Hidrograf aliran adalah suatu perilaku debit sebagai respon adanya perubahan karasteristik biogeofisik yang berlangsung dalam suatu DAS oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS dan atau adanya perubahan iklim lokal. 2.2. Pengukuran Debit Teknik pengukuran debit aliran langsung dilapangan pada dasarnya dapat dilakukan melalui empat katagori : 1. Pengukuran volume air sungai. 2. Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan luas penampang melintang sungai. 3. Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia (pewarna) yang adialirkan dalam aliran sungai (substance tracing method). 4. Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukuran debit seperti weir (aliran air lambat ) atau flume (aliran cepat). Pada katagori pengukuran debit yang kedua, yaitu pengukuran debit dengan bantuan alat ukur current meter atau sering dikenal sebagaipengukuran debit melalui ekatan velocity-area method yamg paling banyak digunakan dan berlaku untuk kebanyakan aliran sungai. Current meter berupa alat yang berbentuk propeller dihubungkan dengan kotak pencatat (monitor yang akan mencatat jumlah putaran selama propeller terebut berada dalam air) kemudian dimasukkan kedalam sungai yang akan diukur kecepatan alirannya. Bagian ekor alat tersebut yang berbentuk seperti sirip akan berputar karena gerakan aliran air sungai. Kecepatan aliran air akan ditentukan dengan jumlah putaran per detik yang kemudian dihitung akan disajikan dalam monitoring kecepatan rata-rata aliran air selama selang waktu tertentu. Pengukuran dilakukan dengan membagi kedalaman sungai menjadi beberapa bagian dengan lebar

permukaan yang berbeda. Kecepatan aliran sungai pada setiap bagian diukur sesuai dengan kedalaman. Ketentuan pengukurannya disajikan dalam tabel berikut : Kedalaman (m) Pengamatan & kecepatan Kecepatan rata-rata 0.0 0.6 0.6d = V o.6d 0.6 0.3 0.2d = 0.5 (V 0.2d + V 0.8d ) 0.8d 3.0 6.0 0.2d = 0.6d 0.8d >6 S 0.2d 0.6d 0.8d B = Tabel 1 Penentuan Kedalaman Sungai Dimana d adalah kedalaman sungai. Setelah kecepatan aliran sungai dan luasnya didapatkan, debit sungai dapat dihitung dengan menggunakan persamaan matemtis berikut : Q = A V Keterangan : Q = debit (m 3 /dt) V = Kecepatan (m/dt) A = Luasan Sungai (m 2 ) Dalam melakukan Pengukuran debit sungai perlu diperhatikan angka kecepatan aliran rata-rata, lebar Sungai, kedalaman, kemiringan,dan geseran tepi dan dasar sungai. Geseran tepi dan dasar sungai akan menurunkan kecepatan aliran terbesar pada bagian tengah dan terkecil pada bagian dasar sungai. Faktor penting lainnya yang perlu diperhatikan adalah jarijari hidrolik (hydraulic radius). R = A/W P Keterangan:

A = Luasan penampang Melintang (m 2 ) W p = Keliling basahan (wetted perimeter) Cara pengukuran lainnya selain dengan menggunakan alat current meter, dalam pengukuran kecepatan aliran sungai juga dapat dilakukan dengan metode apung (floating method). Caranya dengan menempatkan benda yang tidak dapat tenggelam dipermukaan aliran sungai untuk jarak tertentu dan mencatat waktu yang diperlukan oleh benda apung tersebut bergerak dari satu titik pengamatan ke titik pengamatan lain yang telah ditentukan. Benda apung yang digunakan dalam pengukuran ini pada dasarnya adalah benda apa saja sepanjang dapat terapung dalam aliraan sungai. Pemilihan tempat pengukuran sebaiknya pada baagian sungai yang relatif lurus dengan tidak banyak arus tidak beraturan. Jarak antara dua titik pengamatan yang diperlukan ditentukan sekurang- kurangnya yang memberikan waktu perjalanan selama 20 detik. Pengukuran dilakukan beberapa kali sehingga dapat diperoleh kecepatan rata- rata permukan aliran sungai dengan persamaan berikut: V per = L/t Keterangan : L = jarak antara dua titik pengamatan (m) t = waktu perjalanan benda apung (detik) 2.3. Pengaruh Erosi Terhadap Lingkungan Sekitar Tanah sekitar sungai menjadi terkikis sehingga sungai semakin lebar lebih kurang 20 meter

Terjadi pengendapan pada bagian sungai yang lain Dinding tebing semakin habis

2.4.Faktor-Faktor yang Menyebabkan Erosi pada Sungai terhadap Lingkungan Sekitar Sungai Banyaknya sampah yang menumpuk di sungai Kurangnya penghijauan Banyaknya tumbuhan sekitar sungai yang tidak bisa menyimpan air 2.5.Upaya untuk Penanggulangan Supaya tidak Terjadi Lagi Erosi pada Sungai Menghindari pembuangan sampah ke sungai Melestarikan budaya penghijauan Pada tepi sungai kalau bisa di kasih dinding-dinding penahan tanah supaya menghindari pengikisan tanah.

BAB III METODOLOGI 3.1. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam pratikum ini adalah sebagai berikut: 1. Curren Meter 2. Stopwatch 3. Tali 4. Bambu dan Tongkat bersekala 5. Pensil 6. Kertas 7. Benda yang dapat terapung 3.2. Prosedur a. Prosedur pelaksanaan pratikum ini untuk pengukuran kecepatan aliran sungaai dengan menggunakan alat current meter adalah sebagai berikut: 1. Ukur dimensi sungai meliputi lebar sungai, dan bagi lebar sungai menjadi beberapa segmen tergantung keadaan sungai tersebut. 2. Hitung kedalaman sungai dengan menggunakan tongkat berskala. 3. Tempatkan alat ukur current meter pada kedalaman sungai (lihat tabel 1) 4. Dengan menggunakan stopwatch, hitunglah kecepatan tertentu sesuai kedalaman sungai melalui angka yang ditampilkan dalam monitor current meter lama waktu pencatatan 1 menit. 5. Ulangi langkah hingga tiga kali pengukuran. 6. Lakukan pengukuran pada segmen, yaitu segmen 2 dan 3 7. Hitung kecepatan aliran sungai rata-rata pada setiap segmen pengukuran dengan cara menjumlahkan nilai pengamatannya. 8. Hitung debit sungai dengan mengalikan luas penampang sungai dengan kecepatan rata-rata aliran sungai. b. Prosedur pengukuran Kecepatan aliran sungai dengan metode apung (floating method) adalah sebagai berikut:

1. Ukur panjang sungai dengan meteran yang akan dijadikan sebagai lintasan benda. Jarak atau panjang sungai sekurang-kurangnya memberikan waktu perjalanan 20 detik. 2. Jatuhkan benda yang dapat terapung pada titik pengamatan 1 dan waktu mulai dihitung. Hentikan pencatat waktu ketika benda telah sampai pada titik pengamatan 2. 3. Catat waktu yang ditempeh benda tersebut. 4. Lakukan pengamatan beberapa kali minimal tiga kali percobaan 5. Hitung rata-rata waktu yang diperlukan benda selama percobaan tersebut. 6. Hitung kecepatan aliran sungai dengan mengalikan antara jarak titik pengamatan dengan waktu tempuh rata-rata. Kemudian kalikan kecepatan aliran tersebut dengan angka tetapan 0,75 (keadaan dasar sungai kasar). 7. Hitung debit sungai dengan mengalikan luas sungai dan kecepatan aliran yang didapatkan dari perhitungan pada langkah 6.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 2.6.Hasil a. Perhitungan Luas Penampang Sungai Luas AI = 0,5 (3 x 2,8) = 4,2 m 2 Luas AII = 3 x 2,8 = 8,4 m 2 Luas AII = 0,5 ( 3x 2,8) = 4,2 m 2 Luas Total Sungai = 16,8 m 2 b. Hasil Percobaan dengan mmetode Floating Method (metode apung) No Benda Waktu (Sekon) Panjang Sungai (m) Kecepatan (m/s) Kec.Rata-rata (m/s) 1 1 17 22 1,29 1,32 2 1 16 22 1,37 3 1 17 22 1,29 4 2 15 22 1,47 1,22 5 2 17 22 1,29 6 2 24 22 0,92 Kecepatan Rata-rata benda 1dan 2 1,27 Perhitungan : Q = V x A Q = (0,75 x 1,27 m/s ) x 16,8 m 2 Q = 16,002 m 3 /s

c. Hasil percobaan dengan Current meter No Kecepatan ( m/s ) Kecepatan Rata rata Segmen I Segmen 2 Segmen 3 (m/s) 1 0,4 0,8 0,5 2 0,4 0,8 0,5 3 0,2 0,7 0,5 Kec Rata-rata 0,33 0,77 0,5 0,53 Perhitungan : Q = A x V Q = 16,8 m 2 x 0,53 m/s Q = 8,90 m 3 /s 2.7.Pembahasan Pengukuran debit sungai yang dilakukan pada saat pratikum menggunakan dua metode, yaitu metode apung ( floating method ) dan menggunakan alat current meter. Berdasarkan data dan hasil perhitungan kedua metode tersebut menghasilkan debit yang jauh berbeda dengan selisih antara keduanya mencapai 7, 101 m 3 /s. Tentunya hal tersebut dikarenakan kedua debit didapatkan dari dua pengukuran yang berbeda. Dalam prakteknya dilapangan banyak faktor-faktor yang mengakibatkan ketidakakuratan dalam perhitungan debit aliran sungai. Pada pengukuran dengan metode apung, karasteristik sungai yang tidak beraturan, baik dari segi kedalaman, kecepatan arus maupun yang berat sehingga menyulitkan pratikum dalam menentukan lokasi yang tepat untuk pengukuran. Hasil pratikum dengan menggunakan metode apung ini kecepatan aliran yang didapatkan relative dengan selisih konstan, yaitu 1 m/s namun pada pengukuran terakhir berubah, kecepatannya jauh lebih lambat dari pengukuran sebelumnya, yaitu pada pengukuran dengan benda dua pengamatan ketika didapatkan kecepatan aliran sungai mencapai 0,92 m/s yang jauh lebih kecil secara berturut-turut sebesar 0,37 ; 0,55 dari pengamatan 2 dan 1 dengan benda yang sama. Hal tersebut dikarenakan aliran air yang tidak beraturan sehingga sesekali benda yang terapung dialiran permukaan sungai terjebak oleh cekungan arus sehingga perjalanan dari pengamatan 1 dan 2 tidak lancar yang mengakibatkan waktu tempunya jauh dari pengamatan yang lain.

Penggunaan benda sebagai alat yang mengapung dialiran sungai juga perlu diperhatikan. Hasil pengamatan antara benda 1 dan 2 yang mempunyai perbedaan ukuran menyebabkan perbedaan kecepatan aliran yang didapatkan. Pada pengamatan di dapatkan benda 1 yang ukurannya lebih kecil dari benda 2 ternyata mempunyai kecepatan Rata rata yang lebih besar dibandingkan dengan benda 2 yang berukuran lebih besar, yaitu kecepatan rata- rata benda 1 mencapai 1,32 m/s sedangkan pada benda 2 kecepatannya mencapai 1,22 m/s, terdapat perbedaan yang mencapai titik akhir pengamatan memerlukan waktu 20 detik. Namun hasil pratikum hanya ada satu kali pengamatan yang mencapai waktulebih dari 20 detik selebihnya kurang dari 20 detik, itu juga benda yang mencapai waktu lebih dari 20 detik dikarenakan terjebak dipusaran air sehingga waktu tempuhnya menjadi lebih lama. Dengan demikian, jarak pengamatan yang mencapai 22 m itu masih kurang untuk suatu pengamatan kecepatan aliran sungai pada keadaan aliran sungai tersebut, sehingga data yang didapatkanpun kurang akurat. Berbeda halnya dengan metode apung, metode pengukuran debit air dengan current meter ini lebih sulit penggunaannya. Pengukuran Kecepatan aliran airnya tidak sesederhana metode apung, pada metode ini kedalaman sungai menjadi suatu penentu dalam pengukuran, selain itu juga sungai harus dibagi ke beberapa bagian untuk mendapatkan kecepatan rata- rata aliran sungai pada dari bagian tepi dan tengah. Sehingga sebelum pelaksanaan pengamatan perlu memperhatikan beberaapa hal, yang utama adalah kedalaman sungai, selain itu juga Arus tidak boleh terhalang oleh suatu benda atau adanya batuan yang menghalangi sebab hal tersebut akan mempengaruhi terhadap hasil pengamatan. Hasil pengamatan menunjukkan kecepatan aliran sungai pada segmen tengah lebih besar dari pada bagian tepi kiri dan kanan. Dari hasil pengamatan 1 sampai dengan 3 pada segmen tengah paling besar, yaitu berkisar antara 0,7 0,8 sedangkan pada bagian kiri dan kanan maksimal kecepatan aliran sungai mencapai 0,5 m/s. Hal tersebut dikarenakan pada bagian tengah relatif lebih halus permukaan dasarnya sehingga air tidak terhalang perjalanannya, berbeda dengan yang ada ditepi yang banyak terhalang bebatuan. Faktor faktor yang dapat mengurangi keakuratan data hasil pengamatan adalah terbatasnya peralatan yang tersedia sehingga dalam penentuan titik pengamatan terhambat oleh arus yang besar, permukaan dasar sungai yangtidak beraturan menyebabkan ketidak telitian dalam penghitungan kedalaman air. Namun demikian, jika dibandingkan dengan hasil pengamatan dengan metode apung, metode current meter lebih teliti terbukti dengan

hasil pengamatan yang jauh lebih kecil. Selain itu juga penggunaan alat yang cukup baik dapat menghindari berbagai kesalahan dalam pengukuran dibandingkan dengan metode apung. Debit aliran sungai yang didapatkan dari hasil pengamatan baik berdasarkan metode apung maupun menggunakan Current Meter dapat dijadikan sebagai informasi sangat penting dalaam peraancangan bangunan air.

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan di sungai batang lubuh Kota Pasir Pengaraian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Debit aliran sungai berdasarkan pengukuran dengan metode apung sebesar 16,002 m 3 /s. 2. Debit aliran sungai berdasarkaan pengukuran dengan menggunakan current meter sebesar 8,90 m 3 /s. 3. Pengukuran debit aliran sungai dengan menggunakan current meter lebih akurat dibandingkan dengan metode apung. 4. Sungai merupakan jalan air alami. mengalir menuju Samudera, Danau atau laut, atau ke sungai yang lain. Berbagai pengaruh yang disebabkan oleh erosi yaitu Tanah sekitar sungai menjadi terkikis sehingga sungai semakin lebar, Terjadi pengendapan pada bagian sungai yang lain, Dinding tebing semakin habis. 5.2. Saran Pada pengukuran debit aliran sungai dengan metode apung sebaiknya dikaji mengenai pengaruh dimensi benda yang digunakan dan sebelum pengamatan dilakukan sebaiknya dicoba dahulu beberapa waktu tempuh benda dari jarak tertentu hingga dapat menentukan jarak yang memenuhi syarat pengamatan, yaitu waktu perjalanan benda sekurang- kurangnya 20 detik. Untuk pengukuran current meter perlu diperhatikan tempat pengukuran yang arusnya tidak terhalang oleh batu atau benda lainnya sehingga kecepatan yang diukur benar benar kecepatan aliran sungai. Mungkin penelitian ini belumlah sempurna sesuai yang kita harapkan. Maka dari itu penulis berharap kritik dan sarannya dari kita semua. Yang sempurna itu hanyalah dari Allah.

DOKUMENTASI SAAT MENGGUNAKAN CURRENT METER

DOKUMENTASI SAAT MENGGUNAKAN METODE APUNG (MANUAL)