HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Karakteristik. Volume (ml) 1,54 ± 0,16. ph 7,04±0,8

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik semen

PENGARUH LEVEL MADU DI DALAM PENGENCER TRIS KUNING TELUR TERHADAP DAYA HIDUP DAN KEUTUHAN MEMBRAN PLASMA SPERMA DOMBA LOKAL

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi. Evaluasi semen segar yang telah

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. diberi lima perlakuan. Domba yang digunakan ini adalah domba lokal yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Volume Semen Domba

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan kambing Kacang (Devendra dan Burns, 1983). Menurut tipenya, rumpun

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN MEMBRAN PLASMA UTUH. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

TUGAS AKHIR - SB Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP.

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

PENDAHULUAN Latar Belakang

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum

PENGARUH PENGHILANGAN RAFINOSA DALAM PENGENCER TRIS AMINOMETHANE KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA SIMPAN DINGIN SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen

TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang dapat menghasilkan wol

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

PENDAHULUAN. Latar Belakang. setiap tahunnya, namun permintaan konsumsi daging sapi tersebut sulit dipenuhi.

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor,

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

BAB III MATERI DAN METODE

KUALITAS SPERMATOZOA EPIDIDIMIS SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) YANG DISIMPAN PADA SUHU 3-5 o C

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP DAYA HIDUP DAN KEUTUHAN MEMBRAN PLASMA SPERMATOZOA ITIK RAMBON

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Statistik 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai jiwa yang akan bertambah sebesar 1,49% setiap tahunnya

Tatap mukake 8&9. Universitas Gadjah Mada

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

Pengaruh metode gliserolisasi terhadap kualitas semen domba postthawing... Labib abdillah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat

PENGGUNAAN KATALASE DALAM PRODUKSI SEMEN DINGIN SAPI

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN. yang baik pun meningkat. Salah satu sumber gizi yang paling penting adalah protein

Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2014), Volume 1, No. 1: ISSN :

UJI KU <klitas SPERMA DAN PENGHITUNGAN JUMLAH PENGENCER DALAM UPAYA MENENTUKAN KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Maret hingga 27 April 2017 di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi perkawinan silang dengan kambing kacang. Masyarakat menyebut

Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Semen Spermatozoa

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER

Kualitas spermatozoa epididimis sapi Peranakan Ongole (PO) yang disimpan pada suhu 3-5 C

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C

PENGARUH SUHU DAN LAMA SIMPAN SEMEN SEGAR TERHADAP MOTILITAS DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE)

L.N. Varasofiari, E.T. Setiatin, dan Sutopo Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRACT ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Limousin merupakan keturunan sapi Eropa yang berkembang di Perancis.

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP MOTILITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA SEMEN CAIR SAPI SIMMENTAL

I. PENDAHULUAN. ekonomis penting. Ikan mas telah memasyarakat dan tersebar hampir di seluruh

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)

PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Unit Pelayanan

Kualitas Semen Cair Domba Garut pada Penambahan Sukrosa dalam Pengencer Tris Kuning Telur

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,

Penambahan Sari Kacang Hijau pada Tris sebagai Bahan Pengencer terhadap Motilitas, Daya Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Sapi Kebumen

Tatap mukake 6 KUANTITAS DAN KUALITAS SPERMA

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu jenis bangsa sapi asli Indonesia

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut

MOTILITAS DAN VIABILITAS SEMEN SEGAR KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DENGAN MENGGUNAKAN PENGENCER CAUDA EPIDIDYMAL PLASMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

PERAN MALTOSA SEBAGAI KRIOPROTEKTAN EKSTRASELULER DALAM MEMPERTAHANKAN KUALITAS SEMEN BEKU DOMBA GARUT

Transkripsi:

31 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap evaluasi semen domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis maupun mikroskopis diperoleh rataan karakteristik kualitas semen segar domba lokal seperti yang tercantum pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Parameter Hasil penelitian Volume 0,9 Ph 6,55 Konsistensi Warna Encer Krem Gerakan massa +++ Motilitas (%) 87.94 Konsentrasi Total (juta/ml) 3257.5 MPU (%) 62,5 Bau Amis khas domba Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa rataan karakteristik semen segar domba lokal yang diperoleh baik secara makroskopis maupun mikroskopis menunjukkan hasil yang normal. Pada umumnya volume semen segar domba berkisar 0,8 1,2 ml (Feradis, 2010(a)). Hasil penelitian mengenai derajat keasaman semen domba normal yaitu 6,55 sesuai dengan Hafez dkk., (1959) dalam Toelihere (1993) yang berkisar 6,2 7,0. Konsistensi, warna, geraka massa dan bau menunjukan hasil yang normal. Menurut Hafez dkk., (1959) dalam

32 Toelihere (1993), bahwa konsistensi atau kekentalan semen domba yaitu kental dan berwarna krem serta memiliki konsentrasi 2000 juta sampai 3000 juta lebih sel spermatozoa per ml. Perbedaan perolehan nilai yang terjadi antara konsistensi dan konsentrasi semen cukup tinggi pada domba lokal ini dapat disebabkan oleh kondisi fisik ternak, seperti umur yang masih produktif, bobot badan yang optimum, kualitas pakan, dan frekuensi penampungan semen yang ideal, seperti pernyataan Toelihere (1993), bahwa kualitas semen dipengaruhi oleh umur, bobot badan, kualitas pakan, dan frekuensi penampungan. Bobot badan yang tinggi dapat menyebabkan pejantan menjadi lamban, sulit atau tidak dapat berkopulasi karena kemalasannya, kelemahan kaki belakang, dan penurunan libido (Flipse dan Almquist, 1961 dalam Toelihere 1993). Gerakan masa spermatozoa terlihat gelombang besar, banyak, gelap, tebal, dan aktif mempunyai nilai sangat baik yaitu (+++) sesuai dengan Toelihere (1993), bahwa berdasarkan penilaian gerakan masa, kualitas semen dapat ditentukan dengan (+++), terlihat gelombang gelombang besar, banyak, gelap, tebal, dan aktif bagaikan gumpalan awan hitam dekat waktu hujan. Bau yang dihasilkan yaitu bau amis khas ternak domba. Berdasarkan uraian di atas semen tersebut layak untuk diproses lebih lanjut. 4.2. Pengaruh Perlakuan terhadap Daya Tahan Hidup Sperma Domba Lokal (Jam) Daya tahan hidup merupakan kemampuan spermatozoa untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam waktu tertentu yang dapat diukur berdasarkan nilai motilitas.pengamatan daya tahan hidup spermatozoa dilakukan pada saat semen disimpan pada suhu 5 0 C. Pengamatan ini dilakukan setiap 12 jam setelah pengenceran, selanjutnya setelah motilitas mencapai ± 40% maka

33 pengamatan dilakukan setiap 6 jam. Hasil penelitian mengenai pengaruh penambahan madu dengan berbagai konsentrasi terhadap daya tahan hidup sperma domba lokal dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Daya Tahan Hidup Sperma Domba Lokal Ulangan Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 ---------------------------Jam-------------------------- 1 77,33 80 121,50 96 84 2 84 84 84 80 74 3 85,09 96 84 75 96 4 108 96 96 108 72 Jumlah 354,42 356 385,50 359 326 Rata - rata 88,60 89 96,37 89,75 81,50 ST.Dev 13,38 8,25 17,68 15,11 11 Keterangan : P0 = Pengencer Tris-KuningTelur (denganfruktosa) + 0% madudari totalpengencer P1 = Pengencer Tris-KuningTelur (tanpafruktosa) + 1% madudari total pengencer P2 = Pengencer Tris-KuningTelur (tanpafruktosa) + 2% madudari total pengencer P3 = Pengencer Tris-KuningTelur (tanpafruktosa) + 3% madudari total pengencer P4 = Pengencer Tris-KuningTelur (tanpafruktosa) + 4% madudari total pengencer. Tabel 4 menunjukkan bahwa rataan daya tahan hidup sperma berkisar antara 81,5 sampai 96,37 jam. Badan Standarisasi Nasional menetapkan kualitas semen sesudah proses pendinginan dan pembekuan harus menunjukan spermatozoa hidup (viabilitas) minimal 40% (Anonimous, 2005). Rataan daya tahan hidup sperma ini diambil pada saat motilitas mencapai 40%. Rataan daya

34 tahan hidup sperma pada penelitian ini secara berurutan dari yang terendah sampai tertinggi yaitu pengencer tris - kuning telur tanpa fruktosa dan mengandung madu 4% dari total pengencer (P4 = 81,50 jam), pengencer tris - kuning telur dengan fruktosa dan tidak mengandung madu yaitu (P0= 88,60 jam), pengencer tris - kuning telur tanpa fruktosa dan mengandung madu 1% dari total pengencer (P1= 89 jam), pengencer tris - kuning telur tanpa fruktosa dan mengandung madu 3% dari total pengencer (P3= 89,75 jam),pengencer tris kuning telur mengandung 2% madu dari total pengencer (P2= 96,37 jam). Pengaruh penambahan madu pada semen cair domba lokal dengan berbagai konsentrasi terhadap daya tahan hidup sperma dapat diketahui dengan sidik ragam (Lampiran 2). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penggunaan berbagai tingkat madu dalam pengencer semen tidakberbeda nyata (p<0,05) terhadap daya tahan hidup semen cair domba lokal. Hal ini dapat menunjukkan bahwa penambahan madu ke dalam pengencer tris kuning telur dapat menggantikan fruktosa namun tidak memberikan hasil yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata rata yang memiliki angka tidak terlalu jauh antara perlakuan dengan kontrol. Madu dapat menggantikan fruktosa karena madu merupakan bahan yang mengandung sumber energi tinggi dan merupakan cairan kental yang dihasilkan oleh lebah madu dari berbagai sumber nektar. Komponen utama dari nektar adalah sukrosa, fruktosa, dan glukosa serta terdapat juga dalam jumlah sedikit zat zat gula lainnya seperti maltosa, melibiosa, rafinosa serta turunan karbohidrat lainnya (Adji, 2004). Karbohidrat yang terkandung dalam bahan pengencer mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai sumber energi, mengatur tekanan osmotik dan sebagai krioprotektan ekstraseluler (Yildiz dkk., 2000).Penambahan sedikit jumlah glukosa dapat meningkatkan dan

35 memperpajang aktivitas motilitas spermatozoa (Smith dkk, 1954 di dalam Olayemi dkk, 2011). Menurut mann dan Lutwak-Mann (1948) fruktolisis berperan penting terhadap daya hidup spermatozoa mamalia. Diantara lima perlakuan, yang menghasilkan daya tahan hidup sperma paling tinggi yaitu pada konsentrasi madu 2% yaitu perlakuan P2. Terjadinya penurunan viabilitas spermatozoa setelah proses pendinginan dan pembekuan bisa disebabkan karena pengaruh fisik saat perlakuan yang menyebabkan kematian. Pengaruh fisik tersebut diakibatkan oleh gesekan antar spermatozoa, antar spermatozoa dengan dinding tabung, atu antar globul lemak dari kuning telur sehingga menyebabkan kecenderungan penurunan viabilitas seiring dengan tingkat pengenceran yang berbeda (Munazaroh, A.M, dkk). Daya tahan hidup sperma yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara 81,5 sampai 96,37 dengan motilitas lebih besar sama dengan 40% yang artinya data tahan hidup sperma ini masih memenuhi standar dan normal. Penambahan madu 1% - 4% juga menunjukan hasil yang memenuhi standar dengan nilai rata rata P1= 89 jam, P2 = 96,37 jam, P3 = 89,75 jam, dan P4 = 81,5 jam. Sesuai dengan Qomariyah, dkk (2001) bahwa daya hidup sperma domba priangan yang disimpan pada bahan pengencer yang mengandung 30% kuning telur dan 70% air kelapa memberikan daya hidup selama 79,0 jam dengan motilitas 40%. 4.3. Pengaruh Perlakuan terhadap Keutuhan Membran Plasma Sperma Domba Lokal Membran sel merupakan bagian terluar yang membatasi bagian dalam dengan lingkungan luar sel dan berperan sebagai filter pada pertukaran zat-zat intraseluler dan ekstraseluler yang dipertahankan dalam proses metabolisme

36 (Garner dan Hafez, 2000 dalam Ba a La Ode, 2010).Keutuhan membran plasma sangat diperlukan oleh spermatozoa, karena kerusakan membran plasma akan berpengaruh terhadap proses metabolisme dan berhubungan dengan motilitas serta daya hidup spermatozoa yang dihasilkan. Metabolisme sel akan berlangsung baik jika membran plasma sel berada dalam keadaan yang utuh, sehingga mampu dengan baik mengatur lalu lintas masuk dan keluar dari sel semua substrat dan elektrolit yang dibutuhkan dalam proses metabolisme. Membran plasma utuh dapat dilihat dengan menggunakan larutan hipoosmotik. Prinsip dari hypoosmotic swelling test (HOST-Test) adalah memaparkan larutan hipoosmotik kedalam semen sampai tercapai equilibrium antara sitoplasma dengan lingkungan ekstraseluler. Membran plasma yang utuh akan ditandai dengan melengkungnya ekor spermatozoa sedangkan spermatozoa dengan membran plasma yang rusak tidak terlihat pembengkokan ekor karena membran plasma tidak dapat mempertahankan larutan hipoosmotik.pengamatan keutuhan membran plasma ini dilakukan dengan cara membuat preparat ulas tipis pada gelas objek dan dievaluasi menggunakan mikroskop dengan jumlah minimum 200 spermatozoa. Hasil penelitian mengenai pengaruh penambahan madu dengan berbagai konsentrasi terhadap keutuhan membran plasma sperma domba lokal dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil penelitian pada tabel di bawah didapat pada saat motilitas sperma mencapai 40%.

37 Tabel 5. Rataan Persentasi Keutuhan Membran Plasma Sperma Domba Lokal Ulangan Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4...(%)... 1 64,55 52,20 53,65 52,00 57,00 2 51,21 56,74 56,62 39,40 41,66 3 50,38 47,96 42,35 40,00 40,22 4 61,35 57,14 39,21 43,50 39,80 Jumlah 227,49 214,06 191,83 174,90 178,68 Rata - rata 56,87 53,52 47,96 43,73 44,67 ST. Dev 7,15 4,32 8,47 5,80 8,26 Tabel 5 menunjukkan bahwa rataan membran plasma utuh sperma domba lokal berkisar antara 43,01 sampai 61,70 persen. Rataan keutuhan membran plasma sperma secara berurutan dari yang terendah sampai tertinggi yaitu pengencer tris - kuning telur tanpa fruktosa dan mengandung madu 3% dari total pengencer (P3= 43,73%), pengencer tris - kuning telur tanpa fruktosa dan mengandung madu 4% dari total pengencer (P4= 44,67%), pengencer tris - kuning telur tanpa fruktosa dan mengandung madu 2% dari total pengencer (P2 = 47,96%), pengencer tris - kuning telur tanpa fruktosa dan mengandung madu 1% dari total pengencer (P1 = 53,52%), pengencer tris kuning telur dengan fruktosa dan 0% madu dari total pengencer (P0 = 56,87%). Hasil yang didapat pada penelitian ini melebihi standar yang digunakan untuk Inseminasi Buatan yaitu sebesar 30% Evans dan Maxwell (1987), yang artinya nilai MPU yang diperoleh masih memenuhi standar kualitas untuk Inseminasi Buatan. Pengaruh perlakuan penambahan semen cair domba lokal dengan berbagai konsentrasi madu terhadap keutuhan membran plasma sperma dilakukan dengan sidik ragam (Lampiran 4), yang menunjukkan bahwa penggunaan berbagai tingkat madu dalam pengencer semen tidak memberikan pengaruh yangtidakberbedanyata

38 (p>0,05) dan menunjukkan bahwa hasil rataan penelitian ini tidak berbeda jauh pada setiap perlakuannya. Hal ini disebabkan karena madu memiliki beberapa jenis karbohidrat yaitu glukosa, fruktosa, dan sukrosa (Poedjiadi, 1994). Beberapa jenis karbohidrat yang sering dimanfaatkan adalah: glukosa pada semen beku domba (Molinia dkk., 1993 dalam Labetubun dan Siwa, 2011). Namun perlakuan madu (P1, P2, P3, dan P4) memberikan persentase yang menurun dan lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan P0 yang menggunakan pengencer yang biasanya digunakan. Hal ini diduga karena kondisi ph yang menurun. Penurunan ph ini disebabkan oleh peningkatan jumlah asam laktat dalam larutan pengencer yang merupakan produk metabolisme fruktosa dan glukosa (Mann dan Lutwak-Mann, 1948). Dengan menurunnya ph ke arah yang lebih asam diakibatkan oleh semakin berkurangnya buffer akan menurunkan tingkat motilitas spermatozoa seiring dengan semakin lama waktu penyimpanan pada suhu 5 0 C (Toelihere, 1985). Menurut Erywiyanto, dkk (2012) madu dapat memberikan pengaruh terhadap tumbuhnya bakteri Streptococcus pyogenes.streptococcus pyogenes merupakan bakteri yang bersifat anaerob fakultatif. Penyebab lain yaitu diduga diakibatkan oleh penurunan ph larutan. Menurut Toelihere (1985) mengatakan, bahwa metabolisme spermatozoa dalam keadaan anaerobik akan menghasilkan asam laktat yang bertimbun dan meningkatkan derajat keasaman atau menurunkan ph larutan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan karbohidrat (fruktosa) dalam madu tidak memberikan hasil yang nyata terhadap keutuhan membran plasma. Hal ini dikarenakan kandungan karbohidrat yang ada dalam madu yang akan menyebabkan terjadinya radikal bebas. Radikal bebas berperan dalam terjadinya berbagai penyakit. Hal ini dikarenakan radikal bebas adalah spesi

39 kimia yang memiliki pasangan elektronbebas di kulit terluar (Sofia, 2003) sehingga sangat reaktif dan mampu bereaksidengan makromolekul sel, seperti: protein, lipid, karbohidrat, atau DNA (Langseth, 1995).Berbagai jaringan yang dapat mengalami kerusakan akibat ROS diantaranyan ialah Deoxyribo Nucleic Acid (DNA), lipid, dan protein. Bila terjadi pada DNA sel germinal baik di dalam ovarium maupun testis, sedangkan kerusakan DNA pada sel somatic dapat mengarah pada inisiasi keganasan dan protein (Bender, 2009).