Aksesibilitas a. Geometri koridor jalan b. Tautan & kontinuitas akses spasial & visual

dokumen-dokumen yang mirip
KONDISI LIVABILITAS KORIDOR JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB 6 : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Isu Kejahatan di Ruang Publik Tingkat Kejahatan di Kabupaten Sleman

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kondisi Sistem Setting dan Livabilitas Ruang Terbuka Publik di Lapangan Puputan

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ALTERNATIF KONSEP PERANCANGAN FASILITAS KORIDOR HIJAU BAGI PEJALAN KAKI DI KAMPUS KONSERVASI UNNES

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB 2 DATA DAN ANALISA

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch

6.1 Peruntukkan Kawasan

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

BAB I PENDAHULUAN. pengguna kendaraan tidak bermotor dan pedestrian seperti terabaikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat

BAB V PENUTUP. Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB I PENDAHULUAN. Sleman DIY. Simpang ini menghubungkan kota Jogjakarta dengan kota-kota lain di

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dalam sebuah kota, maupun pendapatan masyarakat.

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN Urban Heat Island Sebagai Dampak Dari Pembangunan Perkotaan


BAB III: DATA DAN ANALISA

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG

JALAN TOL BAGI KENDARAAN TIDAK BERMOTOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

Kebutuhan Terhadap Pedoman Pejalan Kaki

Perancangan Fasilitas Pejalan Kaki Pada Ruas Jalan Cihampelas Sta Sta Kota Bandung Untuk Masa Pelayanan Tahun 2017 BAB I PENDAHULUAN

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

Indikator Konten Kuesioner

5. Konsep Urban Design Guidelines yang Memperhatikan Kebutuhan Pejalan Kaki Usia Kanak-Kanak dan Usia Lanjut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hasil Penelitian Yang Pernah Dilakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan

Transkripsi:

2. Geometri jalan lebar, terdapat trotoar yang lebar dan jalur sepeda. Kualitas penghubung akan kuat ketika jalurnya linear dan didukung enclosure serta merupakan konektor dari dua tujuan (Caliandro, 1978) Sirkulasi dan tautan dipengaruhi oleh kemudahan melintasi dan menyeberang jalan (Project for Public Space) Aksesibilitas a. Geometri koridor jalan b. Tautan & kontinuitas akses spasial & visual Geometri koridor jalan yang tidak memadai seperti pada penggal jalan 1 di studi kasus mempengaruhi tingkat livabilitas yang rendah pada penggal jalan tersebut karena sirkulasi yang sulit. Seperti yang diutarakan oleh Caliandro, 1978 dan Project for Public Space, bahwa koridor jalan sebagai fasilitas akses yang merupakan fungsi penghubung memerlukan tautan sebagai tujuan perjalanan dan kontinuitas akses spasial & visual dari enclosure untuk kelancaran dan kemudahan perjalanan. 160

3 Memiliki trotoar (jalur Keselamatan & Definisi jalur sirkulasi dan area aktivitas. pedestrian) yang lebar dan mencukupi pejalannya dan Kenyamanan Fisik a. Keselamatan Area sirkulasi definitif diperlukan untuk memisahkan penggunaan ruang untuk mendukung keselamatan dan kenyamanan fisik pengguna jalan. Ketersedian jalur sirkulasi memiliki jalur sepeda. Hal ini untuk mendorong gaya hidup sehat dan aktif di kalangan Ketersediaan fasilitas pendukung keselamatan b. Kenyamanan fisik untuk kendaraan bermotor, sepeda, dan pedestrian serta area parkir yang tidak terinvasi. Kondisi yang ada di studi kasus menunjukkan bahwa tersedianya pedestrian way saja tidak masyarakat. (Appleyard, 1981) Public use boundary akan berbeda ketika pemisahan dari area publik Ketersediaan street furniture Kenyamanan termal dapat mengakomodasi sirkulasi pejalan kaki jika terdapat invasi lahan oleh aktivitas lain yang menghambat pedestrian seperti PKL atau parkir dan aktivitas kendaraan. Perlu adanya definisi dan area privat didefinisikan oleh fisik yang jelas (public use boundary) dan dinding atau bentuk fisik yang lain. tidak dibedakan apabila memadai serta meminimalisir invasi oleh aktivitas lain. Ketersediaan fasilitas pendukung keselamatan batasannya tidak didefinisikan seperti pengaman jalan terhadap selokan, 161 melalui bentuk fisik. (Caliandro, terlebih yang juga mendukung penghijauan jalan dan terintegrasi dengan street furniture menjadi

1973) Konflik lalu lintas terjadi apabila volume aliran kendaraan atau densitas dari parkir membatasi kesinambungan jalur pedestrian dan membatasi pergerakan pedestrian atau pengguna jalan (Caliandro, 1973) Street furniture membentuk ruang, merangsang kedatangan orang untuk beraktivitas (Jacob, 1963) Pepohonan/ vegetasi menyuplai oksigen, pembatas jalur pejalan kaki dengan kendaraan bermotor, mengatur pencahayaan alami (Jacob, 1963) penting untuk koridor jalan supaya livable dan merangsang kedatangan orang untuk beraktivitas seperti pada studi kasus di penggal jalan 5 yang aktivitas non movement cukup signifikan pada area yang terdapat street furniture terpadu. Kenyamanan termal mendukung livabilitas koridor jalan, terutama pada area dengan teduhan alami. Seperti pada penggal jalan 2 dan 5 yang banyak ditemukan aktivitas nonmovement di area-area yang cenderung terdapat teduhan. Selain terdapat teduhan juga area harus aksesibel, seperti pada penggal jalan 4 di studi kasus. Area dengan banyak vegetasi namun tidak aksesibel tidak dapat digunakan untuk beraktivitas. 162

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan 6.1.1. Kondisi Livabilitas Jalan Selokan Mataram Penggal Jalan Affandi Seturan Raya Hasil temuan kondisi livabilitas pada studi kasus diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kategori yaitu: 1) penggal jalan 1 (satu) dengan livabilitas C (nilai rendah pada ketiga elemen livabilitas); 2) penggal jalan 3 (tiga) dengan livabilitas B (nilai rendah pada elemen aksesibilitas & keselamatan serta kualitas lingkungan dan nilai tinggi pada elemen fungsi & aktivitas sosial); 3) penggal jalan 2 (dua), 4 (empat), dan 5 (lima) dengan livabilitas A (nilai tinggi pada elemen fungsi & aktivitas sosial, nilai sedang pada elemen kualitas lingkungan, dan rendah pada elemen aksesibilitas & keselamatan). Dalam arahan desain, elemen yang berhubungan dengan elemen yang memiliki tingkat livabilitas rendah menjadi prioritas. 163

6.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Livabilitas Jalan Selokan Mataram Penggal Jalan Affandi Seturan Raya Faktor yang mempengaruhi livabilitas pada Jalan Selokan Mataram penggal Jalan Affandi hingga Jalan Seturan Raya antara lain sebagai berikut: 6.1.2.1.Keragaman Fungsi sebagai Atraktor a. Fungsi luar kawasan Fungsi bangunan generator luar kawasan Keragaman fungsi bangunan berupa fungsi akademis, komersial, dan fasilitas umum yang mengelilingi kawasan menjadi atraktor kawasan sebagai kawasan yang strategis. Fungsi koridor jalan luar kawasan Terdapat koridor jalan arteri yang sejajar dengan Jalan Selokan Mataram serta jalan di sekitar kawasan yang merupakan koridor jalan komersial sehingga mendorong kawasan studi kasus untuk berkembang. b. Fungsi dalam kawasan Fungsi bangunan dalam kawasan Fungsi bangunan dalam kawasan didominasi fungsi pemukiman. Fungsi bangunan yang berbatasan dengan koridor jalan studi kasus cenderung berupa fungsi publik yang beragam (komersial, kuliner, fasum). 164

Keragaman fungsi bangunan memberikan kehidupan aktivitas yang tinggi. Fungsi ruang terbuka yang fleksibel Fungsi ruang terbuka yang dapat digunakan untuk bermacam kegiatan luar ruang untuk masyarakat sekitar. Kecenderungan aktivitas non movement yang tinggi berada pada ruang terbuka publik jenis plasa dengan akses yang baik. Fungsi potensi alam Fungsi potensi alam dari ruang terbuka biru (sungai dan selokan Mataram) dan ruang terbuka hijau (sawah, jalur hijau, lapangan semak) menarik masyarakat untuk memanfaatkan potensinya. Salah satunya dengan memancing di Selokan Mataram. 6.1.2.2.Aksesibilitas a. Tautan dan kontinuitas akses spasial & visual Kontinuitas jalur utara selokan dan tautan antara koridor Jalan Affandi terhadap junction 1 dan junction 2 serta ketersediaan & penataan area parkir yang dekat dengan tempat tujuan mempengaruhi livabilitas koridor jalan studi kasus. b. Geometri koridor jalan 165

Perbedaan geometri koridor jalan penggal jalan 1 dan jalur utara selokan yang lebih sempit dibanding penggal jalan lain yang lebih lebar mempengaruhi aktivitas yang terjadi di area tersebut. 6.1.2.3.Keselamatan & Kenyamanan Fisik a. Keselamatan Area sirkulasi definitif Kondisi koridor jalan berupa shared street mempengaruhi keselamatan karena tidak terdapat batasan definitif secara fisik antara moda kendaraan satu dengan yang lain, minimal pemisahan fisik bagi pengguna kendaraan bermotor dan tidak bermotor. Karena seringkali pengguna kendaraan tidak bermotor tersingkir dan terancam keselamatannya terutama saat waktu aktivitas yang padat. Fasilitas pendukung keselamatan Tidak adanya fasilitas pendukung keselamatan seperti pagar selokan dan penerangan jalan di beberapa titik kawasan mempengaruhi keselamatan pengguna jalan. Di beberapa lokasi kawasan kerap menjadi lokasi kecelakaan. b. Kenyamanan Fisik Ketersediaan Street Furniture 166

Street furniture berupa tempat duduk, peneduh, penerangan jalan, tempat sampah, rambu, fasilitas penyandang cacat mempengaruhi livabilitas kawasan supaya pengguna jalan dapat nyaman beraktivitas seperti pada penggal jalan 5 yang memanfaatkan sempadan selokan sebagai area duduk. Kenyamanan termal Aktivitas berupa aktivitas non movement cenderung ditemukan pada area yang memiliki peneduh alami maupun buatan untuk menjaga kenyamanan termal masyarakat yang beraktivitas. 6.2. Rekomendasi 6.2.1. Dasar Pertimbangan Hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan dalam pemberian rekomendasi berupa arahan agar meningkatkan livabilitas koridor jalan Selokan Mataram penggal Jalan affandi Seturan Raya, yaitu: 1. Arahan dilakukan berdasarkan hasil temuan penelitian yaitu kondisi livabilitas kawasan penggal jalan yang dianalisis untuk mendapatkan temuan faktor pengaruh livabilitas jalan. Faktor pengaruh kondisi livabilitas jalan ini digunakan sebagai arah untuk melihat permasalahan kawasan terkait livabilitas yang digunakan untuk memberikan rekomendasi desain penataan koridor jalan Selokan 167

Mataram penggal Jalan Affandi Seturan Raya. Dikaitkan dengan teori terkait livabilitas jalan. 2. Arahan juga dilakukan dengan mempertimbangkan wacana pengembangan kawasan menurut Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman Tahun 2011 2031. Pertimbangan lain adalah terhadap wawancara & dokumen pekerjaan penataan jalan serta wawancara terhadap Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral Provinsi DIY Bidang Bina Marga serta Dinas Pembangunan & Peningkatan Jalan & Perumahan Bidang Bina Marga Pemerintah Kabupaten Sleman. 1 6.2.2. Rekomendasi Umum 1. Mengendalikan aktivitas sirkulasi dalam kawasan sebagai akses utama kawasan (penyediaan akses sirkulasi definitif, penegasan koridor jalan yang sejajar terhadap koridor studi kasus, integrasi dengan angkutan umum kota, penataan fungsi bangunan fungsi komersial dipusatkan berbatasan dengan jalan utama yang terintegrasi dengan area parkir dan pedestrian way); 1 Wawancara dengan Ibu Th.Emilia T,ST,MT Kepala Seksi Pembangunan & Peningkatan Jalan Dinas PJJ & Perumahan Bidang Bina Marga Pemerintah Kabupaten Sleman (2013) dan data dari dokumen DAD Ruas Jalan Selokan Mataram Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumder Daya Mineral Provinsi DIY. Bidang Bina Marga (2013) 168

2. Meningkatkan aktivitas komunal ramah lingkungan sebagai koridor komunal (pemanfaatan potensi air selokan untuk mendukung aktivitas komunal, penyediaan ruang terbuka publik hijau yang aksesibel); 3. Meningkatkan keselamatan & kenyamanan fisik pengguna jalan sebagai koridor hijau (penyediaan area sirkulasi fisik terpisah antara kendaraan bermotor dan tidak bermotor yang diprioritaskan bagi kendaraan tidak bermotor, penyediaan jalur hijau sebagai sempadan dan pengamanan selokan, dan teduhan). 169

6.2.3. Rekomendasi Khusus Rekomendasi khusus diusulkan berdasarkan temuan faktor livabilitas yang dihubungkan dengan kondisi kawasan, melihat permasalahan terkait livabilitas yang dikaitkan dengan kebijakan pemerintah. Image desain pengembangan kawasan hanya bersifat sebagai ide desain. 170 6.2.3.1. Fungsi ekstensif kawasan sebagai atraktor Tabel 6.2 Rekomendasi Desain Fungsi Penghubung Atraktor Ekstensif Kawasan Kondisi Kawasan Permasalahan Kebijakan Pemerintah Rekomendasi Desain Keberadaan ekstensif berupa akademis, atraktor kawasan atraktor komersial, pelayanan umum, dan jasa mengelilingi kawasan. Dominansi fungsi pendidikan/akademis memicu munculnya Pendatang yang bermukim di kawasan terutama pelajar dan pekerja yang tujuannya pada kawasan pendidikan dan komersial di luar kawasan menyebabkan pembangunan pemukiman maupun indekost dan pergerakan aktivitas Kecamatan Depok khususnya Caturtunggal dan Condongcatur sebagai area perkotaan tujuan wisata pendidikan, ilmu pengetahuan, dan perbelanjaan dan peruntukkan kawasan pemukiman. Namun juga terdapat Selokan Mataram sebagai jaringan irigasi. Terdapat ketentuan dalam pengembangan kawasan menurut Mengendalikan dengan: livabilitas 1. Meningkatkan aktivitas pergerakan ramah lingkungan di jalan Selokan Mataram untuk menuju fungsi luar kawasan sebagai dukungan terhadap livabilitas di kawasan peruntukkan

fungsi dalam kawasan meningkat. Terlihat pada Peraturan Daerah Kabupaten pemukiman dan berupa indekost, dan jam berangkat dan pulang Sleman Nomor 12 Tahun 2012 pengembangan di zona fungsi pendukung lain sekolah / kerja, sering Tentang Rencana Tata Ruang jaringan irigasi dengan (komersial & jasa) terjadi konflik lalu lintas Wilayah Kabupaten Sleman menyediakan jalur khusus seperti kemacetan. Tahun 2011 2031 dan Pergub yang kontinu untuk pejalan Istimewa Yogyakarta Nomor 9 kaki dan pengendara Tahun 2012 Tentang Sempadan kendaraan non-bermotor Jaringan Irigasi. Sempadan di sekaligus jalur untuk kawasan studi kasus minimal inspeksi Selokan Mataram memiliki lebar 2m. Pemanfaatan & kendaraan umum (Trans lahan sempadan juga diatur, Jogja) serta kendaraan termasuk sebagai jalur inspeksi di emergency. sisi jalur irigasi. 2. Meningkatkan pelayanan Dari dokumen penataan jalan moda transportasi yang Dinas Pekerjaan Umum, melayani pencapaian dari Perumahan, dan Energi Sumber dan ke atraktor luar Daya Mineral Provinsi DIY kawasan dengan integrasi Bidang Bina Marga serta Dinas Trans Jogja pada jalur utara 171 Pembangunan & Peningkatan selokan.

Jalan & Perumahan Bidang Bina Marga Pemerintah Kabupaten Sleman menanggapi pergerakan aktivitas yang meningkat untuk mencapai fungsi (atraktor) di luar kawasan dilakukan dengan membuka jalan baru di area yang sama yaitu di jalur utara selokan sebagai shared street. Untuk meningkatkan kapasitas jalan menampung aktivitas dari dan menuju atraktor luar kawasan. 3. Memfasilitasi peningkatan pergerakan dari dan menuju fungsi luar kawasan dengan menegaskan jalur alternatif selain jalan Selokan Mataram dengan memberi rambu-rambu, sehingga jalan Selokan Mataram tidak lagi menjadi jalan kolektor tunggal yang kontinu lintas barat-timur kawasan. 172

Jalur pelayanan kendaraan angkutan umum sudah ada di jalan arteri di area ektensif kawasan yaitu pelayanan bus umum Trans Jogja. Halte sudah tersedia di Jalan Affandi, Jalan Ring Road Utara, Jalan Laksda Adisucipto, dan Jalan Seturan Raya. Untuk mengendalikan livabilitas dalam kawasan guna mencapai atraktor di luar kawasan dan mendukung pergerakan ramah lingkungan, jalur pelayanan direkomendasikan untuk melalui Jalan Selokan Mataram penggal Jalan Affandi Seturan Raya. Jalur Trans Jogja terhubung langsung dengan pedestrian way dan jalur sepeda untuk kemudahan lanjutan perjalanan. Bus Trans Jogja menggunakan jalur utara selokan dan diatur waktu operasionalnya untuk pelayanan arus dua 173 Gambar 6.1 Rekomendasi jalur pelayanan angkutan umum (Trans Jogja) arah dari timur ke barat dan sebaliknya.

6.2.3.2. Image Desain Ilustrasi Rekomendasi terhadap Fungsi ekstensif Kawasan sebagai Atraktor 174 Gambar 6.2 Jalur Sirkulasi Eksisting Kawasan

Gambar 6.3 Ilustrasi Jalur Sirkulasi Kebijakan Pemerintah 175

176 Gambar 6.4 Rekomendasi Desain Integrasi Jalur Sirkulasi Penghubung Atraktor Ekstensif Kawasan

177 Gambar 6.5 Jalur Sirkulasi Penggal Jalan Eksisting Gambar 6.6 Jalur Sirkulasi Penggal Jalan (Rencana Pemerintah

Jalur selatan selokan dilebarkan 1.50 m untuk jalur hijau dan area street furniture yang terhubung dengan pedestrian way. Koridor jalan selatan selokan tetap menjadi jalur untuk pejalan kaki, pesepeda, motor, dan mobil untuk akses utama kawasan dan mencapai fungsi atraktor luar kawasan. Jalur utara selokan dilebarkan untuk menyelesaikan diskontinuitas jalur sekaligus sebagai jalur prioritas pejalan kaki, pengguna kendaraan non bermotor dan jalur angkutan umum (Trans Jogja) serta kendaraan emergency (ambulans, pemadam kebakaran, mobil inspeksi). Jalur dapat digunakan kendaraan bermotor pada jam Gambar 6.7 Rekomendasi Jalur Sirkulasi terbatas yaitu pukul 22.00 04.00. 178

Gambar 6.8 Ilustrasi Perspektif Potongan Tipikal Jalan Pembagian jalur jalan Penataan dilakukan di sisi selatan jalan dengan menyediakan area street furniture. Pelebaran dilakukan di sisi utara jalan untuk menyediakan jalur pergerakan pejalan kaki dan non bermotor serta untuk kendaraan angkutan umum (Trans Jogja & emergency). 179

6.2.3.3. Fungsi bangunan dalam kawasan Tabel 6.3 Rekomendasi Desain Fungsi Bangunan Publik dalam Kawasan Kondisi Kawasan Permasalahan Kebijakan Pemerintah Rekomendasi Desain Fungsi bangunan didominasi residensial. Keragaman fungsi publik cenderung pada bangunan yang berbatasan langsung dengan koridor jalan Selokan Mataram. Pada penggal jalan 1 keragaman fungsi paling rendah dan berlangsung hanya pada pagi hingga siang hari. Dari kelima penggal jalan, penggal jalan 1 memiliki keragaman aktivitas paling rendah. Terjadi ketimpangan aktivitas, penggal jalan 1 cenderung sepi movement activity & non movement activity dibanding penggal jalan lain. Peruntukkan lahan di dalam kawasan adalah sebagai kawasan pemukiman kampung & perumahan yang didukung dengan fungsi komersial & jasa yang berbatasan dengan Jalan Selokan Mataram serta ruang terbuka hijau. Rencana pelebaran jalan seperti pada penggal jalan lain dilakukan di penggal jalan 1. Bangunan dengan fungsi baru berkembang mandiri dengan tidak Meningkatkan livabilitas pada penggal jalan yang masih rendah tingkat livabilitas. Peruntukkan lahan dominansi sebagai fungsi residensial Fungsi bangunan yang berbatasan dengan Jalan Selokan Mataram yang sudah terbangun sebagai fungsi komersial dan jasa untuk pemenuhan resident & visitor. memfasilitasi kebutuhan Pelebaran jalan pada 180

mengalihfungsi lahan sempadan selokan selebar 1 meter di utara dan selatan selokan dari bangunan (Dinas Bidang Bina Marga) penggal jalan 1 akan memicu munculnya keragaman fungsi bangunan terutama yang berbatasan dengan jalan karena area menjadi aksesibel. Penambahan fungsi publik baru pada penggal jalan 1. Fungsi publik perlu menyediakan area parkir yang memadai dan tidak memakan badan jalan atau menginvasi lahan fungsi non-parkir. 181

6.2.3.4. Image Desain Ilustrasi Rekomendasi terhadap Fungsi Bangunan dalam Kawasan 182 Gambar 6.9 Fungsi Bangunan dalam Kawasan Eksisting

183 Gambar 6.10 Rekomendasi Pengembangan Fungsi Bangunan dalam Kawasan

Gambar 6.11 Keyplan Studi Kasus Eksisting Gambar 6.12 Peta Keragaman Fungsi Penggal Jalan 1 Eksisting 184 Gambar 6.13 Ilustrasi Pelebaran & Penataan Penggal Jalan 1 untuk memicu munculnya fungsi publik yang berbatasan dengan Jalan Selokan Mataram Gambar 6.14 Peta Usulan Keragaman Fungsi Penggal Jalan 1

6.2.3.5. Fungsi Ruang Terbuka Publik yang Fleksibel 185 Tabel 6.4 Rekomendasi Desain Fungsi Ruang Terbuka Publik yang Fleksibel Kondisi Kawasan Permasalahan Kebijakan Pemerintah Rekomendasi Desain Fungsi ruang terbuka RTP Penggal Jalan 1 publik masih kurang Akses menuju RTP plasa pada penggal jalan 1 (sudah ada RTP plasa namun tidak aktif) dan penggal jalan 4 (terdapat (lapangan) yang sulit karena level di bawah jalan, akses dakian tanah. Visual dari jalan Selokan Mataram terhalang ruang hijau terbuka PKL kuliner. namun tidak aktif, RTP Penggal Jalan 4 aktivitas non movement jarang terjadi, rata-rata pada pagi hari di jalur Ruang terbuka hijau di jalur utara selokan non aksesibel sehingg tidak bisa digunakan utara selokan berupa beraktivitas meski menyimpan aktivitas olahraga atau memancing. potensi dapat dikembangkan sebagai RTP aktif. Ruang terbuka publik memanfaatkan lahan sempadan selatan selokan pada penggal jalan 4 dan 5 sebagai taman untuk area duduk yang Meningkatkan livabilitas pada penggal jalan yang masih rendah tingkat livabilitas pada ruang terbuka publik: RTP Penggal Jalan 1 Memberi akses dari Jalan Selokan Mataram untuk pejalan kaki, pesepeda, dan difabel. Integrasi penataan terhadap PKL kuliner dan pasar tradisional yang merupakan generator penggal jalan 1. berbatasan dengan RTP Penggal Jalan 4 pedestrian way Penataan RTH menjadi ruang terbuka publik selebar 1 meter di berupa taman yang aksesibel dengan sisi selatan dan dominasi vegetasi pepohonan. Area utara jalan. panggung untuk acara komunal

6.2.3.6. Image Desain Rekomendasi terhadap Fungsi Ruang Terbuka Publik yang Fleksibel Gambar 6.15 Keyplan Eksisting Gambar 6.16 Peta Potensi Ruang Terbuka Publik Eksisting Penggal Jalan 4 berupa plasa (lahan hijau vegetasi non aksesibel) RTP penggal jalan 4 RTP 1 186 Gambar 6.17 Peta Ruang Terbuka Publik Eksisting Penggal Jalan 1 berupa plasa (lapangan dengan perkerasan beton) Gambar 6.18 Ruang Terbuka Publik Eksisting Penggal Jalan 1 berupa plasa (lapangan dengan perkerasan beton) Gambar 6.19 Potensi ruang terbuka publik plasa sekaligus area hijauan di penggal jalan 4

Gambar 6.20 Ilustrasi ruang terbuka publik hijau di penggal jalan 4 RTP berupa taman rekreasi dengan atraktor kolam dan hijauan serta panggung rendah yang dapat dimanfaatkan aktivitas masyarakat sekitar untuk bersama 187

6.2.3.7. Fungsi Potensi Alam Tabel 6.5 Rekomendasi Desain Fungsi Potensi Alam Kondisi Kawasan Permasalahan Kebijakan Pemerintah Rekomendasi Desain Area sempadan selokan sisi selatan yang berupa hijauan tidak kontinu di penggal jalan 1 dan sebagian penggal jalan 2. Selokan masih menjadi sarana irigasi persawahan di sekitar kawasan. Aktivitas membuang sampah di selokan masih sering dilakukan. Aktivitas memanfaatkan potensi selokan sering dilakukan warga sekitar seperti memancing. Sempadan selokan dan jalur hijau Tidak adanya sempadan membuat aliran hujan dari jalan langsung menuju ke selokan, tidak ada yang diserap oleh jalur hijau. Irigasi terganggu Banyaknya sampah yang ikut mengalir ke sawah menurunkan kualitas panen Keselamatan aktivitas sekitar selokan Area selokan yang tanpa pengaman untuk aktivitas Menyediakan area sempadan selokan di sisi utara dan selatan selokan kontinu sepanjang jalan dengan lebar 1 meter. Pada penggal 4 dan 5 sisi selatan dimanfaatkan sebagai taman duduk. Penggal 1 hingga 3 dibuat perkerasan dengan titik pohon setiap 2 meter. Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Meningkatkan livabilitas fungsi potensi alam pada: Jalur hijau Menyediakan sempadan selokan selebar 2 meter di sisi selatan selokan kontinu sepanjang penggal jalan dengan groundcover dan pohon tajuk pengarah supaya tidak menghalang pandang pengguna kendaraan bermotor. Sisi utara sempadan selebar 2 meter yang dimanfaatkan sebagai promenade khusus bagi aktivitas pejalan kaki dengan penutup 188

memancing cukup rawan terutama untuk anak-anak yang beraktivitas di sekitarnya Sleman Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman Tahun 2011 2031 Pasal 71, sempadan yang membatasi jaringan irigasi sekurang-kurang 2 meter di kanan-kiri jalur irigasi. permukaan tanah berupa grass block yang masih memungkinkan resapan air. Jalur hijau juga berada di batas jalur sepeda dan jalur kendaraan terhadap jalur pejalan kaki. Penyediaan street furiture berupa tempat sampah dan regulasi tegas tentang larangan membuang sampah di selokan. Penyediaan beberapa titik area memancing yang terdapat pagar selokan. Mendekatkan secara fisik pengguna jalan terhadap potensi air di Selokan Mataram melalui penyediaan 189

6.2.3.8. Image Desain Rekomendasi terhadap Fungsi Potensi Alam 190 Gambar 6.21 Peta RTH dan RTB eksisting

Gambar 6.22 Tikungan junction 2 bagian timur eksisting Gambar 6.23 Sempadan jalur hijau sebagai fasilitas pengaman di penggal jalan 3 eksisting 191 Gambar 6.24 Jalur pejalan kaki yang tidak ada di penggal jalan 1 Gambar 6.25 Aktivitas memancing memanfaatkan potensi selokan Mataram

Gambar 6.26 Ilustrasi jalur sempadan & pagar sebagai jalur hijau sekaligus fasilitas keselamatan jalur tikungan 192 Gambar 6.27 Ilustrasi Penyediaan Street Furniture Penyediaan street furniture terintegrasi dengan jalur hijau dan pedestrian way

Gambar 6.28 Ilustrasi penyediaan area memancing di Selokan Mataram Selokan Mataram selain tetap menjadi saluran irigasi persawahan juga sebagai area duduk dan aktivitas memancing Gambar 6.29 Ilustrasi pemanfaatan potensi air Selokan Mataram Platform dari bahan yang ringan dan tidak memberatkan struktur tanggul selokanyang memungkinkan pengguna jalan dekat dengan potensi air di Selokan Mataram. Penataan diharapkan mendorong rasa memiliki & memelihara kawasan 193

6.2.3.9. Kontinuitas Akses & Geometri Koridor Jalan Tabel 6.6 Rekomendasi Desain Kontinuitas Akses & Geometri Koridor Jalan Kondisi Kawasan Permasalahan Kebijakan Jalur utara selokan terputus di beberapa titik oleh kondisi geometris yang menyempit, vegetasi, dan bangunan yang menjorok hingga bibir selokan. Diskontinuitas alur perjalanan dari junction 2 menuju ke penggal jalan 1 karena koridor jalan yang menyempit dan devider terbuka Jalan Affandi terhubung langsung dengan junction 2. Jalur utara selokan tidak dapat diakses nyaman dan kontinu, sehingga rendah movement activity, namun sisi baiknya non movement activity cenderung berada di area ini. Penggal jalan 1 dan junction 1 jarang dilewati pengguna jalan, didominasi oleh pengguna mobil. Lokasi junction 2 yang tidak linear dari jalan Affandi (harus membelok) sering Pemerintah Pembebasan lahan di Pelebaran geometri koridor junction selebar 7 meter Rekomendasi Desain Mengendalikan livabilitas dalam jalur utara dan selatan penyediaan akses. selokan untuk Pembebasan lahan di jalur utara pelebaran jalur utara dan selatan selokan untuk selokan yang pelebaran jalan. Sisi utara difungsikan sebagai sebagai jalur sepeda dan pejalan jalur kendaraan. Jalur kaki, jalur selatan sebagai jalur pedestrian way kendaraan bermotor. Pedestrian selebar 1.5 meter di way tetap ada berbatasan dengan utara dan selatan bangunan di batas koridor jalan. jalan. Pemindahan lokasi junction 2 agar linear dengan perpotongan koridor jalan Affandi dan menghilangkan tikungan tajam 194

Penumpukkan aktivitas menyebabkan kemacetan dan Pelebaran geometri yang sering mengakibatkan pengguna sepeda motor kecelakaan pengguna jalan koridor jalan kecelakaan. Pelebaran geometri berada di junction 2. terjatuh ke selokan. semua junction selebar 7 meter pada koridor jalan. 6.2.3.10. Kontinuitas Akses & Geometri Koridor Jalan Junction 2 Gambar 6.30 Keyplan Jalur Sirkulasi junction Eksisting Gambar 6.31 Peta Junction 2 eksisting 195

Gambar 6.32 Junction 2 bagian timur eksisting Gambar 6.33 Junction 2 bagian barat eksisting 196 Gambar 6.34 Ilustrasi pemindahan & penataan jalur junction 2

197 6.2.3.11. Keselamatan & Kenyamanan Fisik Tabel 6.7 Rekomendasi Desain Keselamatan & Kenyamanan Fisik Kondisi Kawasan Permasalahan Kebijakan Pemerintah Rekomendasi Desain Jalur sirkulasi shared street untuk pengguna kendaraan bermotor, pesepeda, dan pejalan kaki. Area parkir dominansi tidak menggunakan badan jalan menginvasi pedestrian atau lahan Fasilitas pendukung keselamatan berupa rambu lalu lintas, pagar selokan, street Pesepeda dan pejalan kaki sering terabaikan keselamatan karena arus kendaraan bermotor yang mendominasi. Alur pejalan kaki dan pengendara terhambat oleh aktivitas parkir yang memakan badan jalan dan pedestrian way yang berlebihan. Penggal jalan 1 dan penggal jalan 2 yang berdekatan dengan junction 2 menjadi lokasi Jalur sirkulasi tetap shared street, pedestrian way di selatan dan utara jalan selebar 1.50 meter. Tidak ada regulasi khusus untuk jalur parkir. Parkir menggunakan sisa kapling bangunan maupun di badan jalan. Pelebaran geometri koridor seluruh penggal jalan dan junction selebar 7 meter. Jalur hijau berada di Meningkatkan livabilitas untuk mendukung keselamatan dan kenyamanan fisik dengan: Meningkatkan keselamatan dan kenyamanan fisik pedestrian & pengguna kendaraan tidak bermotor dengan memisahkan pergerakan pedestrian & pesepeda terhadap pergerakan kendaraan bermotor. Menyediakan jalur sirkulasi definitif. Jalur utara selokan sebagai jalur non kendaraan bermotor, dan jalur selatan selokan sebagai jalur kendaraan bermotor. Pedestrian way disediakan berbatasan dengan bangunan street

hamper, street kecelakaan berulang kali sempadan selokan sisi wall. furniture berupa karena minim utara dan selatan. Pada Penyediaan titik parkir on street di lampu jalan, tidak infrastruktur keselamatan jalur yang baru, ditanami beberapa tempat untuk melayani merata tersedia di Aktivitas pejalan kaki vegetasi peneduh setiap beberapa kapling bangunan yang tidak sepanjang jalan. rendah terutama pada jarak 2-3 meter. mengganggu arus jalan, penyediaan Terutama penggal penggal jalan 1. Pada area parkir terpusat, dalam jalan 1 dan sebagian penggal jalan 2-4 di sisi pengembangannya dapat berupa area penggal jalan 2 yang selatan selokan rendah parkir vertikal di beberapa titik lokasi paling minim aktivitas pejalan kaki. yang terintegrasi dengan pedestrian fasilitas Aktivitas pejalan kaki way dan area parkir sepeda. infrastruktur. dan non movement Penyediaan street furniture berbatasan Ketersediaan street activity cukup sedang dengan pedestrian way di jalur selatan furniture yang pada utara selokan karena selokan dan pada promenade. Berupa terintegrasi dengan lebih banyak teduhan area duduk dengan tempat sampah dan pedestrian way pohon walaupun tidak area parkir sepeda setiap jarak 500 hanya ada di kontinu. meter untuk memfasilitasi kenyamanan penggal jalan 5. aktivitas pedestrian & pesepeda. Jalur hijau hanya Pemindahan lokasi junction 2 agar 198 berada di sempadan linear dengan perpotongan koridor

selatan selokan. Tidak kontinu hingga penggal jalan 1 dan sebagian pengga jalan 2. Jalur hijau yang juga berfungsi sebagai teduhan terutama untuk pejalan kaki hanya terdapat pada penggal jalan 5 jalan Affandi dan menghilangkan tikungan tajam yang sering mengakibatkan kecelakaan. Pelebaran geometri semua junction selebar 7 meter pada koridor jalan. Titik vegetasi peneduh di jalur hijau kontinu setiap 2-3 meter. Di sempadan selatan selokan diberikan vegetasi pengarah, groundcover, dan perdu sebagai jalur hijau sekaligus pengaman sirkulasi di jalan terhadap selokan. 199

6.2.3.12. Image Desain Rekomendasi terhadap Keselamatan & Kenyamanan Fisik Jalur utara Gambar 6.35 Keyplan Jalur Sirkulasi Eksisting Jalur hijau Gambar 6.36 Peta Jalur utara selokan dan jalur hijau 200 Gambar 6.37 Jalur sirkulasi utara selokan Jalur sirkulasi utara selokan eksisting tanpa pengaman, lebar jalan sempit, dan tanpa teduhan Gambar 6.38 Jalur hijau eksisting Jalur hijau selatan selokan eksisting berupa vegetasi tajuk lebar Sering menggangu visibilitas