PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA Tota Suhendrata dan Setyo Budiyanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegalepek, Sidomulyo Ungaran 50501, Telp. (024) 6924965; Fax. (024) 924966; e-mail: suhendrata@yahoo.co.id; HP: 08122906541 ABSTRAK Salah satu upaya untuk mengantisipasi dari ancaman krisis pangan adalah meningkatkan produksi pangan khususnya upaya pencapaian surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014. Strategi dan upaya peningkatan produksi beras (padi) dapat dicapai melalui peningkatan produktivitas padi sawah dan padi gogo. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui penggunaan varietas unggul dan penerapan teknologi budidaya diantaranya peningkatan populasi an dengan sistem jajar legowo. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan sistem tanan jajar legowo 2:1 dengan jarak 20 x 10 x 30 cm terhadap produktivitas padi gogo varietas Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, dan Situ Bagendit dan pendapatan petani. Penelitian dilaksanakan di lahan kering Desa Kincang Kecamatan Rakit Kabupaten banjarnegara pada musim hujan bulan November 2011 Februari 2012). Inovasi yang diterapkan meliputi (1) varietas Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, dan Situ Bagendit, (2) tanpa olah tanah, (3) sistem jajar legowo 2:1 dengan jarak 20 x 10 x 30 cm dan sistem tegel 20 x 20 cm, dan (4) pemupukan dengan pupuk kandang 3 ton/ha, Urea 150 kg/ha, Phonska 200 kg/ha dan ZA 50 kg/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan sistem jajar legowo 2:1 dengan jarak 20 x 10 x 30 cm dapat meningkatkan (1) produktivitas gabah kering giling (GKG) varietas Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, dan Situ Bagendit masing-masing sebesar sebesar 0,5 t/ha (9,16 persen); 1,1 t/ha (16,72 persen); 1,4 t/ha (27,98 persen) dan 0,8 t/ha (27,13 persen) dibandingkan dengan produktivitas sistem tegel dengan jarak 20 x 20 cm, dan (2) meningkatkan pendapatan petani sekitar Rp. 1,3; 2,8; 3,9 dan 2,2 juta/ha/musim masing-masing untuk varietas Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6 dan Situ Bagendit. Perubahan penerapan sistem dari sistem tegel menjadi sistem jajar legowo cukup berperan dalam peningkatan produktivitas dan pendapatan petani. Kata kunci: lahan kering, padi gogo, sistem, produktivitas PENDAHULUAN Kebutuhan beras sebagai salah satu sumber pangan utama masyarakat Indonesia akan terus meningkat, hal ini dikarenakan jumlah penduduk terus bertambah dengan laju peningkatan sekitar 1,3 persen per tahun dan adanya perubahan pola konsumsi dari non beras ke beras. Disamping itu terjadi penciutan lahan sawah akibat konversi lahan untuk kepentingan non pertanian dan munculnya fenomena penurunan kesuburan lahan menyebabkan produktivitas padi sawah cenderung melandai (Badan Litbang Pertanian, 2008). Salah satu upaya untuk mengantisipasi dari ancaman krisis pangan adalah meningkatkan produksi pangan khususnya beras dalam upaya pencapaian surplus beras
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi 10 juta ton pada tahun 2014. Strategi dan upaya peningkatan produksi beras (padi) salah satunya dapat dicapai melalui peningkatan produktivitas padi sawah dan padi gogo. Peningkatan produktivitas dan produksi padi gogo diantaranya dapat dilaksanakan dengan penerapan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Hasil penelitian pendekatan model PTT padi gogo di Lampung selama 3 tahun (2002-2005) produktivitas padi gogo dapat ditingkatkan dari 2,5 t/ha menjadi sekitar 5,0 t/ha (Toha, 2007). Peningkatan produktivitas an padi selain ditentukan oleh faktor genetik varietas, juga oleh cara budidaya seperti sistem/cara, jarak, populasi an, pemupukan dll. Salah satu inovasi teknologi utama yang mampu meningkatkan produktivitas padi adalah sistem jajar legowo (Suhendrata, 2011). Sistem jajar legowo merupakan rekayasa sistem dengan mengatur jarak antar rumpun maupun antar barisan sehingga terjadi pemadatan rumpun padi di dalam barisan dan memperlebar jarak antar barisan. Tujuan sistem jajar legowo untuk mendapatkan tambahan populasi per satuan luas dan mendapatkan ruang kosong memanjang sehingga memudahkan dalam pemeliharaan padi. Pada sistem jajar legowo dua baris semua rumpun padi berada di barisan pinggir dari peran. Akibatnya semua rumpun padi tersebut memperoleh manfaat dari pengaruh pinggir (border effect). Permana (1995) melaporkan bahwa rumpun padi yang berada di barisan pinggir hasilnya 1,5-2 kali lipat lebih tinggi dari produksi pada yang berada di bagian dalam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan sistem tanan jajar legowo 2:1 dengan jarak 20 x 10 x 30 cm terhadap produktivitas padi gogo varietas Inpago 4, Inpago 5, inpago 6, dan Situ Bagendit dan pendapatan petani METODE Kegiatan penelitian dilaksanakan di lahan kering Desa Kincang Kecamatan Rakit Kabupaten Banjarnegara pada musim hujan (MH 2011/2012) November 2011 Februari 2012. Penelitian ini merupakan kajian komponen teknologi (technology generation experiments) ditujukan untuk menghasilkan teknologi baru yang dapat meningkatkan hasil (produktivitas). Inovasi yang diintroduksikan terdiri dari 4 varietas padi gogo yaitu Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6 dan Situ Bagendit, tanpa olah tanah, sistem (jajar legowo 2:1 dengan jarak 20 x 10 x 30 cm dan tegel 20 x 20 cm) dan pupuk organik 3 t/ha, urea 150 kg/ha, phonska 200 kg/ha dan ZA 50 kg/ha. Deskripsi varietas padi gogo yang diimplementasikan sebagai berikut: (1) Varietas Inpago 4 dapat dipanen pada umur ± 124 HST, tinggi an ± 134 cm, jumlah anakan produktif ± 11 batang, tahan terhadap beberapa ras penyakit blas, adaptif terhadap lingkungan kurang baik, toleran terhadap keracunan Al (60 ppm), mutu beras baik, tekstur nasi pulen dengan kadar amilosa ±21,9 persen, potensi hasil ± 6,1 t/ha dan dilepas tahun 2010, (2) Varietas Inpago 5 dapat dipanen pada umur ± 118 HST, tinggi an ± 132 cm, jumlah anakan produktif ± 14 batang, tahan terhadap beberapa ras penyakit blas, toleran kekeringan, agak toleran terhadap keracunan Al (60 ppm), rendemen beras kepala tinggi, tekstur nasi sangat pulen dengan kadar amilosa ± 18,0 persen, potensi hasil ± 6,2 t/ha dan dilepas tahun 2010, (3) Varietas Inpago 6 dapat
dipanen pada umur ± 113 HST, tinggi an ± 117 cm, jumlah anakan produktif ± 11 batang, tahan terhadap beberapa ras penyakit blas, agak toleran terhadap keracunan Al (60 ppm), rendemen beras kepala tinggi, tekstur nasi pulen dengan kadar amilosa ±22 persen, potensi hasil ±5,8 t/ha dan dilepas tahun 2010, dan (4) Varietas Situ Bagendit dapat dipanen pada umur 110-120 HST, tinggi an 99-105 cm, jumlah anakan produktif 12-13 batang, agak tahan terhadap penyakit blas, agak tahan terhadap hawar daun bakteri patotipe IIItekstur nasi pulen dengan kadar amilosa ±22 persen, potensi hasil 6,0 t/ha dan dilepas tahun 2003 (Suprihatno et al., 2011) Data yang dikumpulkan meliputi tinggi an, jumlah anakan produktif saat panen, dan hasil panen (gabah kering panen = GKP). Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Untuk mengkonversi hasil ubinan ke per hektar digunakan rumus: Produktivitas GKG (ka 14 persen) = (10.000 m 2 /LU) {(100 ka)/(100 14)} hasil ubinan, dimana: ka = kadar air gabah waktu panen; LU = Luas Ubinan (m 2 ). Kelayakan perubahan teknologi dianalisis dengan analisis Losses and Gains atau Korbanan dan Perolehan (Swastika 2004). HASIL DAN PEMBAHASAN a. Keragaan Agronomis Tinggi an padi gogo varietas Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6 dan Situ Bagendit saat panen pada sistem jajar legowo lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi an pada sistem tegel (Tabel 1). Tinggi an varietas Inpago 4, Inpago 5 dan Inpago 6 lebih tinggi dibandingkan dengan deskripsinya, sedangkan tinggi an Situ bagendit lebih pendek dibandingkan dengan deskripsinya (Suprihatno et al., 2011). Tabel 1. Keragaan Tinggi Tanaman Dan Jumlah Anakan Padi Gogo Pada Lahan Tanpa Olah Tanah Di Desa Kincang Kecamatan Rakit Kabupaten Banjarnegara MH 2011/2012 Jumlah Anakan No. Varietas Tinggi Tanaman (cm) (batang/rumpun) Legowo Tegel Legowo Tegel 1. Inpago 4 157,3 133,9 10,1 10,0 2. Inpago 5 147,1 143,1 11,5 9,6 3. Inpago 6 145,1 137,9 11,2 8,8 4. Situ Bagendit 97,5 95,3 9,0 7,7 Jumlah anakan produktif per rumpun padi gogo varietas Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6 dan Situ Bagendit saat panen pada sistem jajar legowo lebih banyak dibandingkan dengan sistem tegel (Tabel 1). b. Keragaan Produktivitas Produktivitas gabah kering giling (GKG) padi gogo varietas Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6 dan Situ Bagendit pada sistem jajar legowo lebih tinggi dibandingkan dengan sistem tegel dengan peningkatan berkisar antara 0,5 1,4 t/ha (1,0 t/ha) atau 9,16 27,98 persen (20,21 persen). Produktivitas tertinggi terjadi padi varietas
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Inpago 5 (7,5 dan 6,4 t/ha) dan terendah pada varietas Situ Bagendit (4,0 dan 3,1 t/ha) tetapi peningkatan produktivitas tertinggi terjadi pada varietas Inpago 6 dengan peningkatan 1,4 t/ha dan terendah pada varietas Inpago 4 sebesar 0,5 t/ha (Tabel 2). Dengan demikian menunjukkan bahwa penerapan sistem jajar legowo 2:1 pada lahan tanpa olah tanah dapat meningkatkan produktivitas padi gogo varietas Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6 dan Situ Bagendit. Tabel 2. Produktivitas Padi Gogo Pada Lahan Tanpa Olah Tanah Di Desa Kincang Kecamatan Rakit Kabupaten Banjarnegara MH 2011/2012 No. Varietas Produktivitas (t/ha) Peningkatan Legowo Tegel t/ha persen 1. Inpago 4 6,188 5,669 0,519 9,16 2. Inpago 5 7,532 6,453 1,079 16,72 3. Inpago 6 6,620 5,173 1,447 27,98 4. Situ Bagendit 3,995 3,146 0,848 26,96 c. Analisis Kelayakan Perubahan Sistem Pergantian (perubahan) sistem dari sistem tegel ke sistem jajar legowo 2 : 1 mengakibatkan perubahan struktur biaya dan pendapatan. Hasil evaluasi kelayakan menggunakan analisis korbanan dan perolehan dengan mengganti sistem tegel dengan sistem jajar legowo mengakibatkan korbanan sebesar Rp. 200.000 per ha untuk tambahan biaya. Peningkatan hasil akibat penerapan sistem jajar legowo 2 : 1 dengan faktor koreksi 20 persen maka peningkatan produktivitas varietas Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6 dan Situ Bagendit masing-masing sebesar 0,4 t/ha, 0,9 t/ha, 1,2 t/ha, dan 0,7 t/ha dengan harga gabah kering giling (GKG) pada saat panen Rp. 3.500/kg, maka nilai tambahan penerimaan masing-masing sebesar Rp. 1.453.200, Rp. 3.021.200, Rp. 3.901.600 dan Rp. 2.224.400 (Tabel 3). Tabel 3. Analisis Partial Perubahan Teknologi Sistem Tanam Korbanan (Losses) Rp. Perolehan (Gain) Rp. Keuntungan (Rp) 1.453.200 Bila menggunakan Inpago 4 = 1.253.200 3.021.200 Bila menggunakan Inpago 5 = 2.821.200. 3.901.600 Bila menggunakan Inpago 6 = 3.851.600 2.224.400 Bila menggunakan bagendit = 2.174.400 Hasil analisis menunjukkan bahwa penerapan sistem jajar legowo 2:1 dapat meningkatkan pendapatan usahatani padi gogo berkisar antara Rp. 1.253.200 3.851.600/ha/musim tergantung pada varietas yang di.
KESIMPULAN 1. Penerapan sistem jajar legowo 2:1 pada varietas Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6 dan Situ Bagendit dapat meningkatkan tinggi an dan jumlah anakan produktif. 2. Penerapan sistem jajar legowo 2:1 pada varietas Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6 dan Situ Bagendit dapat meningkatkan produktivitas masing-masing 0,5; 1,1; 1,4 dan 0,8 t/ha/musim. 3. Penerapan sistem jajar legowo 2: 1 pada varietas Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6 dan Situ Bagendit dapat meningkatkan pendapatan petani masing-masing sekitar Rp.1,3; 2,8; 3,9 dan 2,2 juta/ha/musim 4. Perubahan penerapan sistem dari sistem tegel menjadi sistem jajar legowo cukup berperan dalam peningkatan produktivitas dan pendapatan petani. DAFTAR PUSTAKA Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008. Pengelolaan Tanman Terpadu (PTT) padi gogo. Badan Litbang Pertanian. Permana, S., 1995. Teknologi usahatani mina padi azolla dengan cara tabam jajar legowo. Mimbar saresehan Sistem Usahatani Berbasis Padi di Jawa Tengah. BPTP Ungaran. Suhendrata, T., 2011. Peningkatan produktivitas dan pendapatan petani padi sawah melalui penerapan sistem jajar legowo di Kabupaten Karanganyar dan Sragen. Prosiding Seminar Nasional Implementasi Teknologi Budidaya Tanaman Pangan Menuju Kemandirian Pangan Nasional. Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Suprihatno, B., A.A. Daradjat, Satoto, Suwarno, E. Lubis, Baehaki S.E., Sudir, S. Dewi Indrasari, I.Putu Wardana, dan Made Jana Mejaya. 2011. Deskripsi Varietas Padi. Edisi Revisi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi. Swastika, D. K. S., 2004. Beberapa teknik analisis dalam penelitian dan pengkajian teknologi pertanian. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol 7, No.1. BBP2TP Bogor. Toha, H.M. 2007. Peningkatan produktivitas padi gogo melalui penerapan pengelolaan an terpadu dengan introduksi varietas unggul. Jurnal Penelitian Tanaman Pangan Vol 26 (3): 180 187. Lembaga Penelitian Universitas Lampung.