C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI KELAYAKAN INDUSTRI CABE BUBUK DI KABUPATEN CIANJUR

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

TEKNOLOGI PENGOLAHAN CABE MERAH. Oleh: Gusti Setiavani, STP

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

Proceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

BAHAN DAN METODE. Penelitian inidilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2016

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

Bunga potong yang banyak diminati adalah bunga yang mekar sempurna, penampilan

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR

III. METODE PENELITIAN

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN

A. Kerangka Pemikiran

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

VIII. ANALISIS FINANSIAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aneka ragam jenis tanaman sayuran dapat dibudidayakan dan dihasilkan di

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup murah. Selain itu, jambu biji juga memiliki khasiat untuk

VII. ANALISIS FINANSIAL

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

III. KERANGKA PEMIKIRAN

RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto

II. KERANGKA PEMIKIRAN

INDUSTRI KERUPUK UDANG

ASPEK FINANSIAL Skenario I

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Sumatera Utara. Tabel 2. Luas areal terbesar 5 kabupaten provinsi Riau

TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu

V. STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia yang

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Usia merupakan faktor yang cukup berperan serta berpengaruh dalam

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

ALTERNATIF PENANGANAN PASCA PANEN CABAI MERAH YANA MELIMPAH

IV METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

NAMA : WIRO FANSURI PUTRA

HASIL DAN PEMBAHASAN

USAHA MIKRO GULA MERAH TEBU DI DESA MANGUNREJO KECAMATAN NGADILUWIH DAN DESA CENDONO KECAMATAN KANDAT KABUPATEN KEDIRI

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

IPTEKS BAGI MASYARAKAT ( I b M) PADA KELOMPOK TANI BUDIDAYA JAMUR KONSUMSI SUBUR MAKMUR DESA PARONGPONG KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. (barang/jasa) dibutuhkan peranan supplyer untuk memasok produk yang

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil análisis dan pembahasan terhadap kelayakan investasi PT. ABC

RINGKASAN EKSEKUTIF ARIEF RAHMAN,

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES )

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III PERANCANGAN PROSES

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

SOAL PELATIHAN PENANGANAN PASCA PANEN CABE MERAH Oleh : Juwariyah BP3 K Garum. Berilah Tanda Silang (X) Pada Jawaban Yang Saudara Anggap Paling Benar!

SKALA MINIMUM AGROINDUSTRI CABAI BUBUK

Lampiran 1. Impor Ikan Asap Dunia Tahun 2008

VII. RENCANA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

II. TINJAUAN PUSTAKA Tebu

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tingkat kemampuan seseorang dalam mengelola usahanya. Berdasarkan

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja serta mendorong pengembangan

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. umur. Karakteristik umur berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas gula semut

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG

Transkripsi:

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabe berasal dari Amerika Tengah dan saat ini merupakan komoditas penting dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Hampir semua rumah tangga mengkonsumsi cabe setiap hari sebagai pelengkap dalam hidangan keluarga sehari-hari. Konsumsi cabe rata-rata sebesar 4,6 kg per kapita per tahun. Permintaan yang cukup tinggi dan relatif kontinu serta cenderung terus meningkat memberi dorongan kuat masyarakat luas terutama petani dalam pengembangan budidaya cabe. Berbagai alternatif teknologi yang tersedia serta relatif mudahnya teknologi tersebut diadopsi petani merupakan rangsangan tersendiri bagi petani. Disamping itu produktivitas cabe sangat tinggi dan waktu yang dibutuhkan untuk penanaman relatif singkat, sehingga nilai ekonomi cabe cukup tinggi. Dalam kondisi yang menguntungkan, cabe merupakan pilihan utama bagi petani di banyak wilayah termasuk di Kabupaten Cianjur. Tetapi di satu sisi dengan sangat intensifnya peningkatan produksi cabe di saat-saat tertentu sering menyebabkan anjloknya harga cabe di pasaran. Hal ini karena permintaan cenderung tetap dalam jangka pendek sementara produksi melimpah. Informasi suplydemand yang tidak akurat atau bahkan belum menjadi orientasi petani cabe menyebabkan keseimbangan pasar sering terganggu. Karakteristik cabe yang perisable menyebabkan fluktuasi harga cabe sangat tinggi dari waktu ke waktu. Kemerosotan harga hingga mencapai tingkat yang sangat tidak ekonomis sering harus diterima petani karena tidak mempunyai pilihan lain kecuali harus menjual secepatnya dengan harga murah. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu produsen cabe yang cukup potensial karena kondisi tanah dan wilayah yang sangat mendukung. Produksi cabe dari Cianjur sebesar 2.42 ton atau sebesar 57,18% dari total produksi Jawa Barat. Sebagaimana yang terjadi secara umum, problem komoditas cabe di Cianjur menyangkut fluktuasi harga yang selalu menjadikan kekhawatiran petani. Strategi mengurangi resiko dan ketidakpastian dalam pengembangan komoditas cabe yang dimaksudkan untuk lebih meningkatkan daya simpan dan nilai tambah perlu disiapkan dan ini dapat dilakukan dengan kerjasama berbagai pihak. Industri pengolahan cabe dapat menjadi Iternatif usaha yang diandalkan dalam mengatasi permasalahn rutin yang terjadi pada komoditas cabe tersebut. Pembuatan bubuk cabai, memperpanjang daya simpan, serta mempermudah penanganan baik dalam pengangkutan maupun penggunaannya. Dalam pembuatan bubuk cabai, bahan dasar diutamakan dari jenis cabai merah keriting. Peran investor sebagai penyedia modal dapat ditingkatkan dalam pengembangan agroindustri cabe sementara petani sebagai suplier bahan baku cabe. Kerjasama kemitraan sebagai pola alternatif dapat dikembangkan dalam upaya tersebut. Tepung cabe kering terutama banyak dimanfaatkan sebagai bubuk murni pelengkap bumbu masakan instan seperti mie atau bihun. Disamping itu dalam bentuk kemasan botol atau alumunium foil mulai dikembangkan.

1.2. Tujuan Kajian berikut dimaksudkan untuk melakukan analisi finansial pengembangan di masa mendatang baik dilihat dari aspek teknis, ekonomis, maupun sosial. II. PROSPEK PEMASARAN Konsumsi cabe dalam bentuk tepung atau bubuk semakin meningkat dengan berubahnya selera masyarakat yang semakin menghendaki bentuk makanan slap hidang. Perkembangan konsumsi tepung cabe sejalan dengan semakin berkembangnya makanan instan seperti mie, bihun dan nasi goreng. Disamping itu juga semakin banyak digunakan di rumah makan besar sebagai bumbu pelengkap hidangan. Bubuk cabe juga mulai dipasarkan lewat swalayan dengan kemasan khusus. Dalam perdagangan internasional bubuk cabe semakin berkembang oleh karena jangkauan pasar yang semakin jauh. Pasar global semakin memungkinkan perdagangan cabe antar negara, dan ini tidak mungkin dilakukan dalam bentuk segar. Prospek pasar bubuk cabe masih terbuka luas, baik di dalam negeri maupun luar negeri (ekspor). Berkembangnya industri makanan di Indonesia merupakan peluang bagi pemasaran bubuk cabai di dalam negeri. Hal yang penting diperhatikan dalam usaha bubuk cabai adalah perencanaan skala produk yang akan diusahakan dan saat tepat dalam penjualan untuk memperoleh harga yang balk. III. PROSES PEMBUATAN TEPUNG CABAI Bubuk cabai merah dibuat dari cabal merah yang telah dikeringkan. Proses pengolahan dari cabai segar menjadi bubuk cabal melalui tahapan sebagai berikut : 1. Sortasi Sortasi (pemilihan) dilakukan untuk memilih cabal merah yang balk, yaitu tingkat kemasakannya di atas 6%, sehat dan fisiknya mulus (tidak cacat) 2. Pencucian Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan sisa-sisa pestisida. Pencucian dilakukan sampai bersih dan tangkai cabai dibuang. 3. Pembelahan Pembelahan dilakukan sebelum pengeringan. Tujuannya untuk mempercepat waktu pengeringan. Pada waktu melakukan pembelahan, sebaiknya menggunakan sarung tangan plastik agar terhindar dari rasa pedas. 4. Blanching Cabai merah yang telah bersih direndam dalam air panas yang hampir mendidih (9 C) dan telah diberi kalsium metabisulf atau atrium bisufit 2 g/l air (,2%) selama ± 6 menit. Setiap kilogram cabai dibutuhkan air panas ± 1,51. Kemudian cabai diangkat dan dimasukan ke dalam air dingin, sehingga proses pemanasan terhenti. Cabai ditiriskan dan selanjutnya siap dikeringkan. Tujuan blanching untuk mempercepat waktu pengeringan, mencegah browning dan memperpanjang daya simpan. Selain itu juga untuk mencegah cabal menjadi keriput dan warna tidak kusam akibat proses pengeringan. 5. Pengeringan Setelah di-blanching cabal siap dikeringkan. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan cara :

Pengeringan alamai Pengeringan Buatan Pada pengeringan alami, cabai dijemur selama ± 8 1 hari dengan panas matahari. Apabila cuaca kurang balk, pengeringan relatif lama (12 15 hari). Cara ini biayanya cukup murah, tetapi kelemahannya sangat tergantung pada cuaca dan dapat mengakibatkan turunnya kualitas cabal keying yang dihasilkan. Guna mempercepat waktu pengeringan serta meningkatkan kualitas cabai, pengeringan dilakukan dengan pengering buatan (oven) pada suhu 6 C selama 1 15 jam. Pada tahap ini suhu alat pengering harus diperhatikan jangan sampai melebihi 6 C. Saat pengeringan, bahan sebaiknya dibolak-balik setiap 3 4 jam agar keringnya merata. Pengeringan dapat diakhiri apabila kadar air telah mencapai 7 8 % atau bila cabai merah kering sudah mudah dipatahkan. Penyusutan berat sekitar 5 6%, yaitu dari 3 kg cabai segar akan dihasilkan 4 5 cabai keying. 6. Penggilingan Cabai merah yang sudah kering dihaluskan dengan menggunakan alap penepung (gilingan) sehingga diperoleh bubuk cabai merah selain gilingan dapat juga digunakan blender (rumah tangga), gilingan kopi atau mesin giling khusus bubuk cabal yang biasanya digunakan untuk keperluan industri menengah keatas. IV. Analisis Finansial 4.1. Parameter Kapasitas produksi 13,5 kg bubuk cabai/hari (skala rumah tangga) Hari kerja dalam 1 bulan = 25 hari Harga cabai merah segar = Rp. 5.,-/kg Sumber : Petani cabai Jawa Barat) Harga jual bubuk cabai = Rp. 18.5,-/kg (sumber : produsen bubuk cabai dari Cimanggis Bogor dan Swalayan) Produksi bubuk cabai perbulan : 25 hari kerja @ 13,5 kg/hari = 337,5 kg/bulan Kebutuhan bahan baku cabai merah = 3 kg/hari = 75 kg/bulan

- Pembiayaan usaha berasal dari modal sendiri dan pinjaman bank. Struktur pendanaan mengikuti struktur yang umum berlaku yakni 35% berasal dari modal sendiri dan 65% dari pinjaman bank. Bunga pinjaman diperhitungkan 18% (kredit invetasi) dan 21% (kredit modal kerja). - Pajak usaha diperhitungkan sesuai aturan yang bersifat progresif (pajak progresif) dengan ketentuan bahwa pajak dari laba usaha hingga sebesar 25 juta rupiah adalah sebesar 1%, sisaan berikutnya hingga sebesar 5 juta rupiah dikenakan sebesar 15%, dan sisaan berikutnya dikenakan sebesar 3%. 4.2. Investasi Sarana Produksi Investasi sarana yang diperlukan meliputi bangunan untuk proses produksi, mesin penggiling cabe, bak penyimpan, dan peralataan penunjang lainnya. Kebutuhan investasi untuk produksi dengan skala usaha 3 kg bahan baku cabe/hari sebesar Rp. 3.467.625,- 4.3. Biaya Operasional Yang dimaksud biaya operasional mencangkup biaya yang habis dalam sekali penggunaan dan diperhitungkan setiap tahun, meliputi biaya bahan baku cabe segar, bahan kimia, bahan pengemasan, listrik, bahan bakar, dan tenaga kerja. Total kebutuhan biaya opersional setiap tahun sebesar Rp 68.497.625,- Total modal awal yang diperlukan Rp. 11.233.775, meliputi modal investasi sebesar Rp. 3.467.625., dan modal kerja selama 3 bulan sebesarrp. 7.766.15,. Dengan struktur pendanaan 65 : 35, maka dana pinjaman yang diperlukan sejumlah Rp. 7.31.953,75. 4.4. Proyeksi Keuntungan Usaha pengolahan tepung cabe baru akan memberikan keuntungan mulai tahun kedua. Proyeksi laba rugi industri pengolahan cabe skala 3 kg bahan baku per hari disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Proyeksi Laba Rugi Pada Produksi Tepung Cabai No. Uraian Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 A. Penerimaan 1. Produksi Tepung Cabai 4.5. 4.5. 4.5. 4.5. 4.5. Harga Jual (Rp/kg) 18.5. 18.5. 18.5. 18.5. 18.5. Penjualan (Rp) 74.925.. 74.925.. 74.925.. 74.925.. 74.925.. Total Penerimaan 74.925.. 74.925.. 74.925.. 74.925.. 74.925.. B. Biaya Produksi 68.497.625. 68.497.625. 68.497.625. 68.497.625. 68.497.625. C. Bunga Pinjaman 1.465.791.6 324.569. 243.427.28 162.284.85 81.142.43 D. Pembayaran Pokok 5.498.788.75 45.791.25 45.791.25 45.791.25 45.791.25 E. Laba Sebelum Pajak -537.25.35 5.652.14.5 5.733.156.47 5.814.298.9 5.895.441.33 F. Pajak Penghasilan. 565.21.41 573.315.65 581.429.89 589.544.13 G. Laba Bersih -537.25.35 5.86.812.65 5.159.84.83 5.232.869.1 5.35.897.19 H. Akumulasi Laba -537.25.35 4.549.67.3 9.79.448.12 14.942.317.1 3 2.248.214.3 3

4.5. Kelayakan Investasi Berdasarkan perhitungan lima tahun dan tingkat suku bunga 21% per tahun diperoleh nilai NPV sebesar Rp 5.8.4,73. Keuntungan usaha sebelum pajak per tahun (mulai tahun kedua) berkisar mulai dari Rp 5.652.14,5 hingga Rp 5.895.441,33. Industri tepung cabe cukup toleran terhadap perubahan suku bunga. Nilai IRR yang relatif tinggi yakni sebesar 19,6% menunjukan bahwa usaha ini relatif tidak banyak terpengaruh oleh gejolak suku bunga perbankan. Masa pengembalian modal dapat dicapai dalam waktu 1,82 tahun. 4.6. Analisis Analisis sensitivitas digunakan untukl melihat pengaruh perubahan berbagai variabel usaha terhadap indikator kelayakan investasi. Dalam kajian ini sensitivitas dilakukan terhadap (a) Kenaikan biaya investasi sebesar 1%, (b) Kenaikan biaya variabel sebesar 1%, (c) Penurunan produksi tepung cabe sebesar 1%, dan (d) Penurunan harga jual tepung cabe sebesar 1%. Dari hasil analisis sensitivitas, seperti yang diringkaskan pada Tabel 5, terlihat bahwa jika terjadi perubahan variabel usaha, yang disebabkan karena terjadinya kenaikan biaya investasi industri tepung cabe ini masih menunjukan indikator kelayakan yang cukup baik. Namun usaha industri tepung cabe sangat sensitif apabila terjadi kenaikan biaya produksi sebesar 1%, penurunan produk tepung cabe sebesar 1% dan penurunan harga jual tepung cabe sebesar 1%. Tabel 2. Analisis Sensitivitas Usaha Industri Tepung Cabe. NILAI KRITERIA Kondisi Normal Biaya Investasi Naik 1% Biaya Variabel Naik 1% Produksi Turun 1% Harga Jual Turun 1% 1. NPV (df 21 %) 5.554.29,4 5.957.289,8-9.. - - 2. IRR 19,6 121,2 - - - 3. BC ratio 3,24 3,56 (-,5) - - 4. ROI 132,14 149,23 - - - 5. Payback Periode (Tahun) 1,82 1,75 - - - V. PELUANG BAGI INVESTOR Industri tepung cabe dapat dilakukan dengan skala besar maupun kecil. Industri skala kecil dapat dikelola sebagai industri rumah tangga dengan skala usaha sekitar 1 kg bahan cabe segar per hari, sedangkan skala besar dapat mencapai ribuan kilogram per harinya. Semakin besar skala usaha tingkat keuntungan cenderung semakin tinggi karena semakin efisiennya penggunaan faktor-faktor produksi. Peluang investor dalam kegiatan industri dapat bergerak dalam bentuk industri besar-besaran secara mandiri atau kerjasama dengan pengrajin rumah tangga atau kedua bentuk sekaligus.

Dalam bentuk industri besar yang mandiri dapat dilakukan dengan kemitraan dengan petani penanam cabe. Investor berperan dalam penyediaan modal dan menampung hasil cabe sesuai dengan kesepakatan, sedangkan petani bertanggungjawab dalam penanaman cabe. Kemitraan dengan pengrajin rumah tangga dapat dilakukan misalnya investor menyediakan dana investasi dan modal kerja (biaya operasional) dan memasarkan hasil, sedangkan pengrajin tepung cabe rumah tangga melakukan processing pembuatan tepung cabe. Bahan baku cabe segar diperoleh sendiri oleh petani dari bebas atau dapat juga disediakan investor.