I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FUNGSI TAMAN KOTA METRO SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK TAHUN Ova Andrahan*, Yarmaidi**, Edy Haryono***

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

ANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009:3). Metode penelitian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI. 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kota Ponorogo. Dirthasia G. Putri

Pembangunan (Jakarta: Universitas Trisakti,2005), hal Dalam Penjelasan Pasal ayat 5 Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

KAJIAN KECENDERUNGAN RUANG PUBLIK SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG BERKEMBANG SEBAGAI KAWASAN REKREASI BELANJA TUGAS AKHIR

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244

ARAHAN PENGEMBANGAN FUNGSI RUANG LUAR KAWASAN GELORA BUNG KARNO JAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: RICKAYATUL MUSLIMAH L2D

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang

RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 (JURNAL) Oleh FADELIA DAMAYANTI

Tugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

OPTIMALISASI PEMANFAATAN TAMAN KOTA OLEH MASYARAKAT KOTA BEKASI

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Sekolah

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

LAPORAN PENELITIAN SETING PRILAKU PENGUNJUNG DI TAMAN NOSTALGIA KUPANG. Oleh I Kadek Mardika

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. The McGraw-Hill Companies, Inc. 4 Poerwadarminta, WJS Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

BUPATI BANGKA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagi suatu negara, termasuk Indonesia. Dampak peningkatan jumlah penduduk

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

TELAAH RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PERTANIAN DAN KEHUTANAN PROPINSI DKI JAKARTA*) Oleh: Tarsoen Waryono **) Abstrak

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN RUANG TERBUKA PUBLIK KELURAHAN BITUNG KARANG RIA DI KOTA MANADO

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

BAB I PENDAHULUAN. yang semula merupakan ruang tumbuh berbagai jenis tanaman berubah menjadi

RUANG TERBUKA PADA KAWASAN PERMUKIMAN MENENGAH KE BAWAH Studi Kasus : Kawasan Permukiman Bumi Tri Putra Mulia Jogjakarta

RUANG TERBUKA SEBAGAI RUANG EVAKUASI BENCANA TSUNAMI (Studi Kasus: Daerah Rawan Tsunami Kabupaten Kulonprogo) TUGAS AKHIR

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN KABUPATEN PURWOREJO

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN (Jurnal) Oleh KIKI HIDAYAT

ARAHAN PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA KORIDOR JALAN JENDRAL SUDIRMAN KOTA SINGKAWANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kependudukan Kota di Jawa Barat Tahun Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Per Km 2

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA CIMAHI TAHUN

MEMUTUSKAN : : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU.

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2010

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bintarto (1977:9) Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitrakan

ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERENCANAAN RUANG TERBUKA NON HIJAU DI KOTA TIDORE KEPULAUAN DENGAN METODE PARTICIPATORY PLANNING

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA POSO (STUDI KASUS : KECAMATAN POSO KOTA)

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ekonomi dibandingkan dengan dimensi ekologi. Struktur alami sebagai tulang punggung Ruang Terbuka Hijau harus dilihat

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan

BAB 1 PENDAHULUAN. telah membatasi ruang-ruang bebas yang bisa diakses penduduk kota untuk

BAB I PENDAHULUAN. penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Lingkungan perkotaan merupakan

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Bantul merupakan kabupaten yang berada di Propinsi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota adalah sebuah sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomis yang heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu yang mencakup berbagai dimensi antara lain dimensi politik, sosial, ekonomi, budaya, dan teknologi dan fisik. Salah satu kebutuhan fisik masyarakat perkotaan adalah tersedianya areal ruang publik (public space). Setiap kota diharapkan melakukan penataan terhadap kawasan ruang publik, dan disusun dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota. Selama ini pembangunan kota dicerminkan oleh perkembangan kota secara fisik melalui pertumbuhan sarana dan prasarana pendukung kehidupan masyarakat perkotaan. Pembangunan kota yang cenderung kearah fisikal tanpa diiringi dengan kesadaran pembangunan lingkungan telah menyebabkan dilema sangat minimnya ruang terbuka publik di daerah perkotaan. Padahal jika ditelaah lebih lanjut, keseimbangan lingkungan perkotaan sama pentingnya dengan pertumbuhan fisik dan ekonomi kota. Dalam menyusun rencana tata ruang wilayah kota, suatu kota diharapkan menyediakan dan memanfaatkan ruang terbuka hijau dan ruang

2 terbuka publik. Menurut UU No.26 Tahun 2007, penyediaan areal untuk ruang terbuka hijau dan ruang terbuka publik dalam suatu wilayah kota, paling sedikit 40 % dari luas wilayah kota, dengan proporsi 30 % untuk ruang terbuka hijau dan seluas 10 % untuk areal terbuka publik. Dari informasi yang di dapat dari Dinas Pertamanan Kota Metro, terdapat 38 ha ruang terbuka hijau (RTH) publik atau sebesar 0,55 % dari luas wilayah Kota Metro didominasi oleh hutan kota/taman kota. Dari jumlah tersebut yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kota Metro dan satu-satunya ruang terbuka publik yang dimanfaatkan adalah Taman Kota Metro atau Taman Merdeka Metro. Ruang terbuka hijau (RTH) memiliki beragam fungsi yang dapat ditinjau dari beberapa aspek. Dari aspek fungsi ekologis, sosial/budaya, arsitektural, dan ekonomi. Secara ekologis RTH dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara, dan menurunkan suhu kota tropis yang panas terik. Bentuk-bentuk RTH perkotaan yang berfungsi ekologis antara lain seperti sabuk hijau kota, taman hutan kota, taman botani, jalur sempadan sungai dan lainlain. Secara sosial budaya keberadaan RTH dapat memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi. Bentuk RTH yang berfungsi sosial-budaya antara lain taman-taman kota, lapangan olah raga, kebun raya, tempat pemakaman umum (TPU), dan sebagainya. Secara arsitektural RTH dapat meningkatkan nilai keindahan dan kenyamanan kota melalui keberadaan taman-taman kota, kebunkebun bunga, dan jalur - jalur hijau di jalan-jalan kota. Wujud fisik kawasan kepentingan umum dapat berupa jalur hijau seperti tempat pejalan kaki

3 (pedestrian), danau, pantai maupun buffer zone yang berfungsi sebagai jogging track dan bicycle track. Jalur biru yang berfungsi untuk kegiatan olahraga, ruang terbuka, seperti taman-taman atau ruang terbuka hijau, area bermain anak-anak, plaza, alun-alun, dan hutan kota. Adanya wujud fisik kawasan kepentingan umum tersebut diharapkan fungsi dari ruang publik dapat dipergunakan secara maksimal dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan ruang publik. Peran ruang publik bagi masyarakat kota sangat penting selain menyangkut tata ruang fisik lingkungan, ruang publik juga mengemban fungsi dan makna sosial dan kultural yang sangat tinggi seperti yang dikemukakan oleh Budiharjo dan Sujarto (1999:34), ruang publik merupakan; tempat dimana masyarakat dapat melakukan aktivitas sehubungan dengan kegiatan rekreasi dan hiburan, bahkan dapat pula mengarah pada jenis kegiatan hubungan sosial lainnya seperti untuk jalan-jalan, melepas lelah, duduk bersantai-santai, pertemuan akbar pada saat tertentu atau juga digunakan untuk upacara-upacara resmi, dapat pula dipadukan dengan tempat-tempat perdagangan. Di sisi lain, minimnya ruang terbuka publik yang dapat menampung aktivitas bersama dapat mengakibatkan masalah sosial sebagai akibat kurangnya waktu bersama dan sosialisasi antar masyarakat, anak-anak tidak lagi memiliki tempat bermain di ruang terbuka, sehingga toleransi semakin berkurang dan budaya kebersamaan semakin hilang. Selain itu juga dengan terbatasnya ruang terbuka menjadikan masyarakat seperti kurang memiliki ruang gerak untuk mengekspresikan atau perlu untuk tempat bersantai setelah mereka bekerja atau melakukan rutinitas sehari-hari yang dapat menimbulkan kepenatan sehingga

4 dibutuhkan suatu ruang atau space utuk mengakomodir kepentingan masyarakat perlunya ruang terbuka tersebut. Taman Kota mutlak dibutuhkan bagi masyarakat kota, karena terdapat unsurunsur seperti keserasian, reaksi aktif, pasif, nuansa rekreatif, terjadinya keseimbangan mental (psikologis) dan fisik manusia, habitat, keseimbangan ekosistem. Dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988, tentang Penataan Ruang terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan, dijelaskan bahwa ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana di dalam penggunaannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman. Ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan merupakan bagian dari penataan ruang kota yang berfungsi sebagai kawasan hijau pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga, kawasan hijau, dan kawasan pekarangan. Kota Metro seiring dengan perkembangannya, bertambahnya jumlah penduduk, dan pembangunan infrastruktur yang semakin marak dilakukan, maka akan berdampak pada tingginya tekanan terhadap pemanfaatan ruang. Oleh karena itu dibutuhkan adanya perhatian khusus terhadap penataan ruang kawasan perkotaan, terutama yang terkait dengan penyediaan ruang terbuka publik, fasilitas umum dan sosial. Salah satu ruang publik di Kota Metro adalah Taman Kota. Selain itu juga terdapat taman- taman antara lain:

5 Tabel 1. Taman Skala Kota Metro No Nama Taman Lokasi (Kecamatan) Luas ( M 2 ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Taman Perbatasan Kota Taman Gajah Taman Univ.Muhamadiyah Taman Simpang 3 Makam Taman Prestasi Kencana Taman Depan Indah Permai Taman Gedung Sesat Taman BRI Taman PT.Pos Taman Merdeka Taman Masjid Taqwa Taman Pojok Shopping Taman RSU IPDAM Taman Primkopti Taman Bank Eka Taman SMPN 3 Taman Depan Kecamatan Taman Terminal 16 C Taman makam Sumber Taman Pojok Polisi Taman Santap dan Parkir Taman Depan Pemda Taman Depan Kantor Tata Kota Taman Depan Chandra Taman Median Jalan Taman Bunderan (pos polisi) Taman Santa Maria Taman Depan Kalasan Taman Depan RSU Taman Segitiga Kampus Taman Bola Tejosari Taman Bunderan Karangrejo Taman Bunderan Banjarsari Metro Timur Metro Timur Metro Utara Metro Utara 30 1100 900 300 00 700 0 50 24.400 50 75 400 20 25 400 10 0 30 200 200 100 3.976 230 40 20 20 400 10 JUMLAH 31.935 Sumber: Dinas Pertamanan Tata Kota Metro Taman Kota Metro merupakan salah satu ruang publik satu-satunya dan yang dimanfaatkan oleh masyarakat saat ini. Menurut Profesor Eko Budiharjo ( 2013, 91 ), ruang terbuka memiliki beberapa fungsi, yaitu:

6 1. Fungsi Umum Tempat bermain dan berolahraga, Tempat bersantai, Tempat komunikasi sosial, Tempat peralihan, tempat menunggu. Sebagai ruang terbuka, untuk mendapatkan udara segar dengan lingkungan. Sebagai sarana penghubung antara tempat yang satu dengan tempat yang lain. Sebagai pembatas atau jarak diantara massa bangunan. 2. Fungsi Ekologis Penyegaran udara, Menyerap air hujan, Pengendalian banjir, Memelihara ekosistem tertentu. Pelembut arsitektur bangunan. Jika dikaitkan dengan fungsi ruang terbuka publik yang telah dikemukakan, kecenderungan antara teori dan realita tidak sesuai. Fenomena yang terjadi saat ini bahwa terlihat di sekitar Taman Kota banyak terdapat pedagang yang berjualan di sekitar taman tersebut. Sehingga hal ini dapat menimbulkan perubahan tatanan kota, Artinya di sekitar area taman secara estetika terlihat tidak rapi dan tidak teratur. Selain itu juga dari segi fasilitas khususnya parkir juga tidak tersedia dengan baik. Sebagai contoh banyak kendaraan yang parkir di jalan sehingga dapat mengganggu arus lalulintas kendaraan di area tersebut. Banyaknya Masyarakat yang berkunjung khususnya pada akhir pekan, namun tidak diiringi dengan peningkatan dalam hal

7 fasilitas, seperti tempat parkir. Keadaan tempat parkir di Taman Kota bisa dikatakan kurang tertata, karena masih sering terlihat pengunjung parkir di tempat yang tidak semestinya, diantaranya di badan jalan sehingga dapat mengganggu aktivitas lalu lintas. Hal ini terjadi karena kurangnya kapasitas parkir yang dapat ditampung oleh tempat parkir. Aktivitas Taman Kota Metro berlangsung dari pagi hingga malam hari. Taman Kota Metro Banyak dikunjungi masyarakat ketika menjelang sore atau setelah mereka melakukan aktivitas sehari-hari. Mereka berkunjung unruk bersantai, duduk-duduk ataupun berolahraga. Masyarakat yang memanfaatkan Taman terdiri dari berbagai kalangan diantaranya anak-anak, remaja bahkan orang tua. Pada Malam hari area taman banyak dimanfaatkan oleh kalangan muda sebagai tempat akhir pekan mereka sambil menikmati suasana taman. Fenomena yang terjadi saat ini bahwa Pemanfaatan Taman Kota kurang dimanfaatkan sesuai fungsinya, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Fungsi Taman Kota Sebagai Ruang Terbuka Bagi Masyarakat tahun 2012. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tentang ruang terbuka tersebut, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini untuk mengetahui secara rinci yaitu 1. Apakah di Taman Kota Metro terdapat Fungsi sosial budaya, seperti adanya unsur tempat duduk, tempat berkumpul (gazebo), dan Keadaan yang nyaman? 2. Apakah di Taman Kota Metro terdapat Fungsi estetika, seperti adanya unsur keindahan, kebersihan, kenyamanan, dan menarik?

8 3. Apakah di Taman Kota Metro terdapat Fungsi ekologis, seperti adanya unsur vegetasi yang teduh dan nyaman serta tata letak yang sesuai? 4. Apakah di Taman Kota Metro terdapat Fungsi rekreasi, seperti adanya unsur aktivitas aktif yaitu jalan-jalan, olahraga dan bermain, serta aktivitas pasif yaitu duduk duduk? C. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui fungsi sosial budaya, seperti terdapat unsur tempat duduk, tempat berkumpul (gazebo), dan Keadaan yang nyaman. 2. Untuk mengetahui fungsi estetika, seperti terdapat unsur keindahan, kebersihan, kenyamanan, dan menarik. 3. Untuk mengetahui fungsi ekologis, seperti terdapat unsur vegetasi yang teduh dan nyaman serta tata letak yang sesuai. 4. Untuk mengetahui Fungsi rekreasi, seperti terdapat unsur aktivitas aktif yaitu jalanjalan, olahraga dan bermain, serta aktivitas pasif yaitu duduk duduk. D. Manfaat Penelitian Dari informasi yang didapat, diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui terdapat perbedaan pandangan.tentang fungsi Taman Kota bagi masyarakat.

9 2. Untuk mengetahui terdapat fungsi sosial budaya, estetika, ekologis, dan rekreasi di Taman Kota Metro. 3. Bagi masyarakat, dapat menjadi salah satu gambaran mengenai fungsi Taman Kota sebagai ruang terbuka yang ada di Kota Metro. 4. Peneliti memperoleh pengalaman empiris dalam mengaplikasikan teori-teori untuk menganalisa permasalahan ruang publik yang ada di Kota Metro terkait dengan Taman Kota. 5. Bagi Pemerintah dan Dinas terkait, dapat dijadikan pertimbangan Pemerintah Kota Metro dalam penataan ruang dan dapat dijadikan pedoman bagi pengelola Taman Kota Metro sebagai ruang publik yang lebih baik lagi. 6. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan di Universitas Lampung. E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup subjek penelitian adalah pengunjung Taman Kota Metro di Kecamatan Kota Metro. 2. Ruang Lingkup objek penelitian adalah fungsi Taman Kota Metro sebagai ruang publik masyarakat di Kecamatan Kota Metro 3. Ruang lingkup tempat dan waktu penelitian adalah Taman Kota Metro di Kecamatan Kota Metro tahun 2012. 4. Ruang lingkup ilmu adalah geografi perencanaan dan pembangunan wilayah (GPPW). Geografi Pembangunan adalah cabang dari disiplin geografi yang mempelajari/ mengkaji mengenai keterkaitan antara proses pembangunan yang

10 dilakukan sesuatu region dengan keadaan alam serta penduduk region tersebut. Atau dengan kata lain merupakan bagian dari ilmu geografi yang mempelajari alam semesta dengan segala isinya (aspek keruangan geografi) yang diperlukan untuk menyusun rancangan atau perencanaan pembangunan.