METODE PENGATURAN THROUGHPUT UNTUK TCP WESTWOOD+ PADA SALURAN BOTTLENECK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. multimedia memasuki dunia internet. Telepon IP, video conference dan game

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TCP Flow & Congestion Control

Analisis Perbandingan Kinerja TCP Vegas Dan TCP New Reno Menggunakan Antrian Random Early Detection Dan Droptail

Perbaikan Tcp Westwood +

Rekayasa Elektrika. Analisis TCP Cubic dan Simulasi untuk Menentukan Parameter Congestion Window dan Throughput Optimal pada Jaringan Nirkabel Ad Hoc

TCP Flow & Congestion Control

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mendapat perbandingan unjuk kerja protokol TCP Vegas dan UDP dengan

ANALISIS KINERJA JARINGAN RSVP MENGGUNAKAN SIMULATOR OPNET

diperoleh gambaran yang lebih baik tentang apa yang terjadi di jaringan dan dapat segera diketahui penyebab suatu permasalahan.

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA BIC, CUBIC DAN HTCP PADA TOPOLOGI PARKINGLOT DAN MULTIHOME MENGGUNAKAN NS2

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA BIC, CUBIC DAN HTCP PADA TOPOLOGI DUMBBELL DAN SIMPLE NETWORK MENGGUNAKAN NS2

ANALISIS KINERJA TCP WESTWOOD UNTUK PENCEGAHAN KONGESTI PADA JARINGAN LTE DENGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR 2.33 (NS2.33)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KINERJA TCP WESTWOOD PLUS UNTUK PENCEGAHAN KONGESTI PADA JARINGAN LTE MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR 3 (NS 3)

TRAFFIC MANAGEMENT (Quality of Service & Congestion Control) Definisi Traffic Management

Membedakan Bandwidth, Speed dan Throughput 12 OKTOBER 2011

telah diaplikasikan oleh vendor router pada produkproduknya

EVALUASI KINERJA AGGREGATE FLOW CONTROL TERHADAP SISTEM DIFFERENTIATED SERVICES

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EVALUASI KINERJA TCP NEW RENO DALAM WIRELESS MESH NETWORK PERFORMANCE EVALUATION OF TCP NEW RENO IN WIRELESS MESH NETWORK

BAB 4 PERANCANGAN. 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

sebagian syarat Nama NIM : Industri Industri Disusun Oleh:

ANALISA PERFORMANSI APLIKASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING [MPLS] ANITA SUSANTI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan simulasi dan analisis perbandingan unjuk kerja

ANALISIS KINERJA TRANSMISSION CONTROL PROTOCOL PADA JARINGAN WIDE AREA NETWORK

ANALISIS UNJUK KERJA TCP TAHOE CONGESTION CONTROL PADA ANTRIAN RED DAN DROPTAIL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Kinerja Protocol SCTP untuk Layanan Streaming Media pada Mobile WiMAX 3

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI SKEMA SCHEDULING WFQ (WEIGHTED FAIR QUEUEING) DAN PQ (PRIORITY QUEUEING) PADA JARINGAN IP (INTERNET PROTOCOL)

ACTIVE QUEUE MANAGEMENT UNTUK TCP CONGESTION CONTROL

MAXIMIZING TCP THROUGHPUT AND FAIRNESS INDEX IN WIRELESS CDMA NETWORKS

ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA DCCP CCID 2 DAN CCID 3 DI JARINGAN KABEL SKRIPSI

Bab 2. Tinjauan Pustaka

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS PERFORMANSI TFMCC PADA JARINGAN BROADBAND WIRELINE

ANALISIS PERBANDINGAN UNTUK KERJA TCP TAHOE DAN TCP NEWRENO PADA JARINGAN WIRED DAN WIRELESS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Semua bidang usaha di dunia ini menerapkan teknologi informasi dalam

BAB II DASAR TEORI 2.1 Transmission Control Protocol

Materi Mata Kuliah Jaringan Komputer Universitas Indo Global Mandiri

Analisis Throughput Varian TCP Pada Model Jaringan WiMAX

BAB IV. Kinerja Varian TCP Dalam Jaringan UMTS

ANALISA PERBANDINGAN METODE ROUTING DISTANCE VECTOR DAN LINK STATE PADA JARINGAN PACKET

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi internet, user komputer mulai menggunakan surat elektronik atau

Analisa Packet Loss Transmission Control Protocol (TCP) RENO pada Jaringan Intranet Menggunakan NS2 (Network Simulator)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Fungsi Lapis Transport

TCP DAN UDP. Budhi Irawan, S.Si, M.T

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi oleh pengirim (transmitter) dan penerima (receiver) agar komunikasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. Layanan World Wide Web (WWW), yang begitu populer sebagai sarana

Analisa Kinerja Algoritma TCP Congestion Control Cubic, Reno, Vegas Dan Westwood+

TRANSPORT LAYER. Fikri Fadlillah, ST

Analisis Pengaruh RSVP Untuk Layanan VoIP Berbasis SIP

BAB III JARINGAN VPN IP SAAT INI PADA PERUSAHAAN X

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Makalah Seminar Tugas Akhir

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pentingnya Efisiensi Energi pada Perangkat Komunikasi Bergerak

Metode Deteksi Terputusnya Koneksi Tcp Pada Receiving Host Berdasarkan Packet Inter-Arrival Timeout

BAB IV ANALISIS DAN HASIL DATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik Komposisi Protokol Transport

PRAKTIKUM 14 ANALISA QoS JARINGAN

ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro 159

Bab 3 Parameter Simulasi

Performance Analysis of VoIP-SIP using RSVP on a Proxy Server

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa tahun sejak sistem mobile celular ada, telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar untuk kemajuan dunia telekomunikasi. Di dalam dunia

ANALISA PERBANDINGAN ALGORITMA KONTROL KEMACETAN LAPISAN TRANSPORT OSI DENGAN METODE RED, SFQ DAN REM MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR NS-2

ANALISA DAN SIMULASI PERBANDINGAN ALGORITMA WESTWOOD DAN ALGORITMA SELECTIVE ACKNOWLEDGMENT OPTION PADA SISTEM KENDALI KONGESTI JARINGAN TCP

BAB I PENDAHULUAN. yang dikerahkan di daerah pemantauan dengan jumlah besar node sensor mikro.

BAB IV HASIL DAN ANALISA

5. QoS (Quality of Service)

Soal Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Jaringan Komputer

Soal Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Jaringan Komputer

Fungsi Lapis Transport

ANALISIS KINERJA TCP BIC UNTUK PENCEGAHAN KONGESTI PADA JARINGAN LTE DENGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR 2.33

LAMPIRAN B USULAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kajian Manajemen Antrian pada Jaringan Multiprotocol Label Switching

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI SOFTSWITCH. suatu pemodelan softswitch ini dilakukan agar mampu memenuhi kebutuhan

MODUL 2 WIRESHARK Protokol TCP

BAB IV ANALISA PENGUNAAN FRAME RELAY. 4.1 Proses percobaan Penggunaan Frame Relay. Pada proses penganalisaan ini penulis melakukan tes untuk

KUALITAS LAYANAN. Budhi Irawan, S.Si, M.T

ANALISIS LAYANAN DATA PADA JARINGAN CDMA EVDO Rev.A.

ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA PROTOKOL TCP, UDP, DAN SCTP MENGGUNAKAN SIMULASI LALU LINTAS DATA MULTIMEDIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4. Evaluasi Performansi

BAB III METODE PENELITIAN. sebelumnya yang berhubungan dengan VPN. Dengan cara tersebut peneliti dapat

BAB I PENDAHULUAN. IMPLEMENTASI DAN ANALISIS PERFORMANSI ETHERNET OVER IP (EoIP) TUNNEL Mikrotik RouterOS PADA LAYANAN VoIP DENGAN JARINGAN CDMA 1

ANALISA KINERJA AD-HOC ON DEMAND DISTANCE VECTOR (AODV) PADA KOMUNIKASI VMES

OPTIMALISASI LOAD BALANCING DUA ISP UNTUK MANAJEMEN BANDWIDTH BERBASIS MIKROTIK. Futri Utami 1*, Lindawati 2, Suzanzefi 3

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Transkripsi:

METODE PENGATURAN THROUGHPUT UNTUK TCP WESTWOOD+ PADA SALURAN BOTTLENECK Hilal Hudan Nuha 1, Fazmah Arif Y. 2 Pasca Sarjana Teknik Informatika IT Telkom Jln. Telekomunikasi no 1. Dayeuhkolot. Bandung e-mail : 1 hilalnuha@gmail.com, 2 fay@ittelkom.ac.id Abstrak TCP mempunyai banyak jenis pengembangan. Untuk jaringan dengan delay tinggi seperti seluler dan satelit seperti HSDPA maka TCP Westwood sering dipakai untuk protokol transport. Varian dari Westwood sendiri yaitu Westwood+ mempunyai kelebihan karena bersifat adaptif dalam menghadapi jaringan dengan loss tinggi. Pada linux kernel 2.6 TCP westwood sudah tersedia dan tinggal diaktivasi. TCP westwood+ sendiri mempunyai beberapa parameter diantaranya increment factor yang akan dipakai pada saat fase congestion avoidance pada algoritma Additive Increase. Secara default increment factor bernilai 1 dan bisa diubah. Pada makalah ini diujicobakan mengubah nilai increment factor tadi dan melihat pengaruhnya pada throughput. Dari hasil simulasi pada Network Simulator 2 bisa disimpulkan bahwa jika kita mengubah nilai increment factor tersebut pada jaringan bottleneck dengan nilai sembarang x 2 dengan x 2 diantara 0 sampai 1 maka pada throughput yang dihasilkan ternyata relatif sebanding dengan nilai x. pada kondisi bottleneck ternyata pengaturan besar throughput pada TCP Westwood+ bisa dilakukan dengan mengganti nilai increment factor dengan nilai tertentu sedangkan pada kondisi yang longgar atau traffik rendah maka perilaku throughput akan sama. Keyword : Throughput, TCP,Westwood+ I. Pendahuluan Internet sendiri didominasi penggunaan protokol HTTP pada layer aplikasi dan Transmission Control Protocol(TCP) adalah protokol utama yang dipakai pada internet pada layer transport. TCP sendiri mempunyai banyak jenis pengembangan. Untuk jaringan dengan delay tinggi seperti seluler dan satelit seperti HSDPA maka TCP Westwood sering dipakai untuk protokol transport. Varian dari Westwood sendiri yaitu Westwood+ mempunyai kelebihan karena bersifat adaptif dalam menghadapi jaringan dengan loss tinggi. Pada linux kernel 2.6 TCP westwood sudah tersedia dan tinggal diaktivasi. Sehingga TCP Westwood+ layak untuk dianalisis lebih lanjut karena pasar dan pemakaiannya yang bersifat luas. Tujuan dari penelitian ini adalah mencari cara pengaturan besaran throughput dengan mengubah parameter yang ada pada TCP. Pada makalah ini akan dilakukan percobaan mengenai pengaruh increment factor pada throughput TCP westwood+. Hal ini sangat bermanfaat untuk provider untuk mengendalikan throughput pada subscriber pada kondisi sibuk dan untuk mengklasifikan QoS berdasarkan paket konsumsi yang dipakai. II. Dasar Teori 2.1. Transmission Control Protocol(TCP) dan Congestion Control TCP dirancang untuk protocol host to host yang handal dalam jaringan komunikasi komputer dan interkoneksi dari jaringan yang ada. TCP mengintrepetasikan sebuah packet loss sebagai tanda bahwa terjadi kongesti(antrian membludak) dalam jaringan dan menanggapinya dengan mengurangi ukuran window. Ukuran window atau dinotasikan dengan cwnd adalah jumlah paket yang dikirim dalam satu kali pengiriman. Selain itu untuk menandai bahwa paket tersebut sampai maka terdapat acknowledgement sebagai penanda bahwa paket yang dikirim sudah sampai. Van Jacobson memperkenalkan Congestion Control sebagai solusi atas terjadinya kongesti dalam jaringan. Setidaknya ada dua bagian dalam algoritma kontrol kongesti yang pertama adalah fase Slowstart Algorithm dimana pertama kali koneksi dibuka maka nilai cwnd atau W berlaku persamaan berikut: W <- W +1 per ACK Atau W <- 2W per RTT Sehingga ukuran cwnd meningkat secara cepat dan tumbuh secara eksponensial. Hal ini dimaksudkan agar pengiriman data segera dimulai dengan ukuran sebesar-besarnya sampai batas tertentu. Batas inilah yang disebut sebagai ssthresh atau slowstart threshold. Ketika cwnd mencapai nilai lebih dari ssthresh maka TCP memasuki fase Congestion Avoidance yang mempunyai persamaan berbeda tergantu dari variansi TCP yang dipakai. C-38

Gambar 2.1 Ilustrasi Ukuran W pada TCP reno Gambar 2.1 menggambarakan ukuran W pada fase slowstart dan pada congestion avoidance. Pada TCP secara umu, algoritma congestion avoidance adalah sebagai berikut ACK: W W + 1/W (additive increase) LOSS: W W/2 (multiplicative decrease) Sehingga a sering disebut increment factor. Algoritma congestion avoidance TCP reno termasuk pada Additive Increase Multiplicative Decrease(AIMD), yang mempunyai pola: ACK: W W + a/w LOSS: W b*w Nilai a dan b bervariasi misalkan pada TCP Reno nilai a=1, b= ½. Misalkan pada kondisi tersebut kita simbolkan throughput dengan nilai Th. Pada penelitian sebelumnya jika kita mensubtitusi a dengan x 2 =( ½) 2 =¼,maka throughput akan berubah menjadi ½ Th atau setengah dari throughput sebelumnya. Hal ini berarti jika kita mengganti nilai a dengan x 2, dimana x 2 berada pada 0 sampai 1 maka throughput akan berubah nilainya dengan x kali Th (Honda, 2008). 2.2 TCP Westwood+ TCP westwood+ merupakan pengembangan dari TCP westwood dan mempunyai kelebihan dalam hal mengatasi jaringan dengan loss tinggi dan delay yang panjang seperti satelit dan seluler. Dalam linux kernel 2.4, TCP westwood+ sudah terpasang dan bisa dipakai dengan konfigurasi tertentu. TCP westwood+ mempunyai Slowstart Algorithm yang sama dengan TCP Reno yaitu : W W +1 per ACK atau W 2W per RTT Algoritma Slowstart membuat W meningkat secara cepat dan eksponensial sampai W menyentuh nilai ssthresh. Pada kondisi tersebut TCP masuk pada algoritma Congestion avoidance. Gambar 2.2 menggambarkan tingkah laku TCP westwood+ pada jaringan. Gambar 2.2 Ilustrasi Ukuran W pada TCP Reno Berbeda dengan TCP Reno, TCP westwood+ mempunyai algoritma Congestion Avoidance yang termasuk kedalam Addittive Increase Adaptive Decrease(AIADD) karena mempunyai tingkah laku yang berbeda dengan Reno pada kondisi loss yang mana pada westwood+ bersifat adaptif. ACK: W W + a/w, (additive increase, a=1) LOSS: W max(2, BWE. RTTmin / Seg_Size), (adaptive decrease) o BWE : available bandwidth end-to-end o RTTmin : minimum Round Trip Time measured during connection and o Seg_size : TCP segment (bit) C-39

Pada penelitian sebelumya( Honda, 2008), telah dilakukan modifikasi TCP Reno sehingga throughput bisa diskalakan atau dikendalikan dengan mengubah increment factor. Pada makalah ini akan dilakukan hal yang sama pada TCP westwood+ dimana akan diubah algoritma Additive Increase dengan mengganti nilai a dengan x 2. Sehingga algoritma akan berubah menjadi berikut. ACK: W (W + Dn 2 /W) LOSS: W (max(2, BWE. RTTmin / Seg_Size)) Diharapkan dengan modifikasi di atas dapat juga mengubah nilai thoughput pada jaringan. III. Rancangan Percobaan Pada percobaan kali ini akan diujicobakan algoritma di atas pada Network Simulator 2. Akan dilakukan empat kondisi bottleneck yang berbeda untuk melihat perilaku TCP westwood+ dengan modifikasi increment factor. Gambar 3.1 akan menggambarkan topologi jaringan pada percobaan. Gambar 3.1 Desain Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah mencari hubungan antara pengaruh nilai increment factor(a) pada throughput jaringan pada berbagai ukuran bottleneck. Terdapat 5 buah koneksi yang menghubungkan antara source dengan destination. Source 1 dan 2 akan mempunyai x=0,2; 0.5; dan 0,7 dan a=x 2.sedangkan koneksi yang lainnya yaitu 3,4,dan 5 akan mempunyai nilai normal a=1. Sambungan antara source dengan node S bernilai 3Mbps begitu pula untuk Node D dengan destination sedangkan node S dengan D mempunyai bottleneck 15, 5, 1, dan 0.5 Mbps. Akan dibandingkan throughput untuk koneksi dengan a kurang dari 1 dan a bernilai normal atau bernilai 1 pada masing-masing kondisi bottleneck yang akan disample throughputnya setiap 5 detik selama 100 detik. IV. Analisis Hasil Pada sekenario pertama akan terdapat 5 buah throughput untuk masing masing koneksi. Agar throughput tersebut bisa dibandingkan maka throughput koneksi yang diatur (source 1 dan 2) akan diambil rataratanya pada untuk setiap detik dan dibandingkan dengan rata-rata througput koneksi yang normal(source 3,4,dan 5). Gambar 4.1 dan 4.2 adalah grafik perbandingan rata-rata throughput dengan nilai x=0.2, 0.5, dan 0.7 dan x=1 pada berbagai kondisi bottleneck. Untuk kurva x=0.2 disimbolkan dengan tanda silang (x), kurva x=0.5 disimbolkan dengan tanda bintang (*), dan kurva x=0.7 disimbolkan dengan tanda titik(.). C-40

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Rata-Rata Throughput dengan Skala dan Normal(bottleneck=15Mbps). Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Rata-Rata Throughput dengan Skala dan Normal(bottleneck=5Mbps) C-41

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Rata-Rata Throughput dengan Skala dan Normal(bottleneck=1Mbps) Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Rata-Rata Throughput dengan Skala dan Normal(bottleneck=0.5Mbps) Gambar 4.1 dan 4.2 memperlihatkan kondisi throughput pada kondisi traffik lebih rendah dari bottleneck. Bisa dilihat pada semua kurva berimpit dan bernilai 1 yang berarti semua koneksi mempunyai nilai yang sama dalam hal throughput. Hal ini juga berarti pengubahan nilai increment factor tidak berpengaruh pada throughput jaringan pada kondisi bottleneck besar. Hal ini disebabkan karena kongesti atau kepadatan tidak terjadi pada bottleneck S ke D. Hal tersebut berbeda dengan yang terjadi pada gambar 4.3 dan 4.4. terlihat jelas bahwa tiap koneksi dengan increment factor berbeda mempunyai kecenderungan throughput berbeda. Misalnya kurva dengan x=0.2 cenderung di bawah kurva x=0.5 dan x=0.7 dimana a=x 2. Secara nilai sendiri, kurva x=0.7 mendekati nilai 0.7 begitu juga untuk kurva 0.2 dan 0.5. hal ini terjadi karena kongesti atau kepadatan jaringan terjadi begitu sering C-42

sehingga setiap kali source akan melakukan peningkatan nilai cwnd kongesti terjadi dan adaptive decrease pun dipanggil sekali lagi setelah itu naik ke additive increase dengan nilai increment factor kecil sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam meningkatkan jumlah paket yang dikirim yang berakibat pada throughput yang kecil pula. Semakin kecil increment factor akan semakin kecil pula perbandingan throughput dengan koneksi yang mempunyai increment factor normal. V. Kesimpulan dan Saran Dari beberapa percobaan di atas ada beberapa hal yang bisa menjadi penekanan dari hasil analisis. Yang pertama yaitu bahwa pada kondisi dimana trafik jaringan rendah, nilai increment factor tidak berpengaruh pada throughput sebuah node. Yang kedua, yaitu pada kondisi bottleneck yang sempit dimana kongesti atau kepadatan traffik mudah terjadi maka nilai increment factor dari suatu node dengan koneksi TCP akan mempengaruhi throughput. Semakin kecil nilai increment factor, semakin kecil pula throughput pada bottleneck. Nilai throughput tersebut cenderung sebanding dengan x dimana x=a 2 dan a adalah increment factor. Hal ini bisa dimanfaatkan untuk mengatur nilai throughput dari suatu koneksi pada bottleneck. Saran untuk implementasi dan percobaan berikutnya adalah: a. Pengaruh Buffer pada Queue pada router dan jumlah user yang mengakses Bottleneck terhadap metode ini. b. Pengaruh Packet Loss Rate pada wireless terhadap throughput pada kondisi increment factor yang berubah ubah. VI. Daftar Pustaka Allman, M. 1999. TCP Congestion Control. RFC2581. Assaad, Mohamad. TCP Performance over UMTS-HSDPA Systems. DARPA. 1981. Transmission Control Protocol. Heckmann, Oliver. The Competitive Internet Service Provider. Honda, Michio. 2008. Bidimensional-Probe Multipath Congestion Control for Shared Bottleneck Fairness. Master Thesis. Issariyakul, Teerawat. Introduction to Network Simulator NS2. Padhye, Jitendra. TCP Throughput modeling Sanjaya. 2007. Analisis TCP Westwood pada HSDPA. Master Thesis. IT Telkom Sukiswo. Perbaikan Tcp Westwood +. Van. Jacobson, 1988. Congestion avoidance and control, ACM SIGCOMM, August C-43