BUPATI LUMAJANG SURAT EDARAN NOMOR SE-900/1016/427.36/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN (RKA) SKPD TAHUN ANGGARAN 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI TOJO UNA-UNA. Tempat. SURAT EDARAN Nomor : 900/672/BPKAD TENTANG. Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA) SKPD Tahun Angggaran 2017

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

Uraian Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2013

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG

URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2017

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN ANGGARAN 2013

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

SURAT EDARAN Nomor : 920/598 - BPKAD/2017

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 1 TAHUN 2015 SISTEM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TAHUN ANGGARAN 2014

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK

BUPATI LUMAJANG SURAT EDARAN NOMOR SE-900/1016/427.36/2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN (RKA) SKPD TAHUN ANGGARAN 2015

Walikota Tasikmalayalaya PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 68 TAHUN 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8B TAHUN 2012 TENTANG

URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TAHUN ANGGARAN 2015

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 76 TAHUN 2014

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BUPATI PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR

PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

APBD BANTEN 2013 CAPAI RP6.052 TRILIUN

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2010 T E N T A N G

- 4 - URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TAHUN ANGGARAN I. Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Daerah dengan Kebijakan Pemerintah

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD atau rancangan peraturan

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO SEKRETARIAT DAERAH Jalan Raya Panglima Sudirman Nomor 134 Telp , P R O B O L I N G G O

2017, No Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 t

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI DAIRI,

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

[A.1] PENYUSUNAN KUA DAN PPAS. 1. Berdasarkan Peraturan Gubernur tentang RKPD dan Peraturan Menteri Dalam

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA

PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN ANGGARAN 2016

SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG APBD KOTA BATAM TAHUN ANGGARAN 2017

PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA (APBD) Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

RANPERDA APBD TA SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2018

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

WALIKOTA MAGELANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 1 TAHUN 2013 T E N T A N G ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

SIKLUS ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 09 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SISTEM DAN PROSEDUR PEMBAHASAN RANPERDA APBD DAN PENYUSUNAN RANPERBUP PENJABARAN APBD

URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TAHUN ANGGARAN 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG POKOK - POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam

PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN DPRD KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 55 TAHUN 2014 TENTANG

=====================================================

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA METRO,

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

RANPERDA PERUBAHAN APBD TA SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Transkripsi:

BUPATI LUMAJANG Lumajang, 20 Agustus 2013 K e p a d a Yth. 1. Sekretaris DPRD; 2. Inspektur Kabupaten Lumajang; 3. Direktur RSD Dr. Haryoto; 4. Kepala Badan/ Dinas/ Kantor; 5. Kepala Satuan Polisi PP; 5. Camat se - Kabupaten Lumajang 6. Lurah se-kecamatan Lumajang 7. Kepala Unit Kerja di Lingkungan Sekretariat Kabupaten, Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan di - L U M A J A N G SURAT EDARAN NOMOR SE-900/1016/427.36/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN (RKA) SKPD TAHUN ANGGARAN 2014 I. Pendahuluan Sesuai dengan Tahapan dan Jadwal Proses Penyusunan APBD 2013 yang tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah diubah terakhir kalinya dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan APBD T.A. 2014 maka dalam rangka mempercepat proses penyusunan RKA- SKPD diterbitkan Surat Edaran Kepala Daerah tentang Pedoman Penyusunan RKA-SKPD 2014 kepada Seluruh SKPD dan RKA-PPKD kepada SKPKD berdasarkan Nota Kesepakatan KUA dan PPAS Tahun 2014 yang telah disetujui antara DPRD dengan Kepala Daerah. Surat Edaran dimaksud dibuat dalam rangka memadukan, sinkronisasi dan menjamin keselarasan pelaksanaan program dan kegiatan yang pro poor, pro job dan pro growth secara adil dan merata dengan memperhatikan sinergisitas

antara pemerintah pusat, propinsi dan pemerintah kabupaten maupun antar SKPD lingkup Pemerintah Kabupaten Lumajang. Oleh sebab itulah pedoman penyusunan RKA sangat diperlukan, sebagai acuan Kepala SKPD beserta jajarannya dalam menyusun RKA-SKPD T.A. 2014. II. Prioritas Pembangunan Daerah Tahun 2014 Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) merupakan bagian penting dari mekanisme tahunan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional serta Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Proses penyusunan PPAS yang berlandaskan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lumajang Tahun 2010-2014, dimulai dari penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) melalui forum musyawarah perencanaan pembangunan pada semua tingkatan mulai dari desa, kecamatan, satuan kerja perangkat daerah (SKPD) serta kabupaten, yang merupakan penjabaran agar dapat dicapai hasil yang optimal. Selanjutnya dari RKPD disusun Kebijakan Umum APBD (KUA) yang memuat kerangka ekonomi makro daerah yang meliputi perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya dan rencana target ekonomi makro pada tahun perencanaan, asumsi dasar yang digunakan dalam APBD, laju inflasi, pertumbuhan PDRB, gaji PNS, kebijakan pendapatan daerah, belanja daerah serta pembiayaan daerah dan didetailkan pada program dan kegiatan yang dituangkan dalam PPAS-APBD. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor: 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah diubah terakhir kalinya dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 mengamanatkan pula bahwa prinsip dasar pelaksanaan otonomi yang mengarah pada terciptanya kepemerintahan yang baik (GOOD GOVERNANCE). Maka penyusunan PPAS- APBD makin diupayakan untuk memenuhi azas Tertib, Taat pada perundangundangan, Efektif, Efisien, Ekonomis, Transparan dan Bertanggung jawab dengan memperhatikan azas Keadialan, Kepatutan dan Manfaat. Tujuan penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) APBD T.A. 2014 adalah : a. Sinkronisasi dan keterpaduan program kegiatan Kabupaten Lumajang dengan Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Pusat yang didasarkan atas prioritas pembangunan yang telah ditetapkan. b. Sebagai penjabaran dari Kebijakan umum Anggaran dan Belanja Daerah Tahun 2014. 2

c. Sebagai dasar acuan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah dengan pagu maksimal pada setiap rancangan program dan kegiatan tahun anggaran 2014 yang disepakati. Adapun Program prioritas Nasional yang ditetapkan sebanyak 11 (sebelas) dan 3 (tiga ) Prioritas lainnya yang harus disinergikan dengan prioritas pembangunan daerah, maka pada tahun 2014 Pemerintah Kabupaten Lumajang tetap konsisten untuk melaksanakan program/ kegiatan dalam upaya pencapaian target tujuan tahun 2014 RPJMD Kabupaten Lumajang 2010-2014 yang meliputi: Pertumbuhan ekonomi sebesar 6,33 persen. Pendapatan perkapita 5,91 juta rupiah. Persentase Satuan Kerja yang memperoleh indeks kepuasan pelayanan masyarakat dengan kategori baik mencapai diatas 95 persen. Persentase penurunan keluhan dan pengaduan masyarakat 4% (68% menjadi 64%). Persentase penurunan jumlah pelanggaran disiplin pegawai dibanding jumlah pegawai 0,5 persen (4,5% menjadi 4%). Persentase penurunan kejadian gangguan ketentraman dan ketertiban 4 persen (26% menjadi 22%). III. Pokok Pokok Penyusunan RKA-SKPD Tahun 2014 Pokok-pokok kebijakan yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RKA SKPD tahun 2014 terkait dengan Pendapatan dan Belanja SKPD adalah sebagai berikut : A. Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki kepastian serta dasar hukum penerimaannya. Terhadap penetapan target pendapatan asli daerah, berdasarkan perhitungan yang akurat atas potensi penerimaan yang menjadi kewenangan SKPD, sehingga penentuan dan penetapan yang dianggarkan dalam APBD secara rasional dapat tercapai dalam satu tahun anggaran. Penganggaran Pendapatan daerah yang bersumber dari PAD memperhatikan hal- hal sebagai berikut : 1. Kondisi perekonomian yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, perkiraan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014 dan realisasi penerimaan PAD tahun sebelumnya, serta ketentuan perundangundangan terkait. 2. Tidak memberatkan masyarakat dan dunia usaha. 3. Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu Perda Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sehingga dilarang menganggarkan penerimaan Pajak Daerah dan 3

Retribusi Daerah yang bertentangan dengan Perda Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 4. Penerimaan atas jasa layanan kesehatan masyarakat yang dananya bersumber dari dana Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) atau Jaminan Persalinan (JAMPERSAL) pada Dinas Kesehatan, dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok pendapatan PAD, jenis pendapatan Retribusi Daerah, Obyek pendapatan Retribusi Jasa Umum, rincian objek Pendapatan Retribusi Pelayanan Kesehatan. 5. Rasionalitas hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan atas penyertaan modal atau investasi daerah lainnya, dengan memperhitungkan nilai kekayaan daerah yang dipisahkan, baik dalam bentuk uang maupun barang sebagai penyertaan modal (investasi daerah) sesuai dengan tujuan penyertaan modal dimaksud. 6. Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD). Penerimaan BLUD RS Dr Haryoto dianggarkan dalam jenis Pendapatan Lain-lain PAD Yang Sah, Objek Pendapatan dari BLUD, rincian objek pendapatan BLUD RS Dr. Haryoto. B. Pengelolaan Dana Perimbangan Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari dana perimbangan perlu diperhatikan sebagai berikut : Penganggaran Dana Bagi hasil Pajak (DBH) pajak yang terdiri atas DBH Pajak penghasilan (DBH-PPh) dan DBH- Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT) dialokasikan sesuai Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi Sementara DBH-Pajak Tahun Anggaran 2014. C. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Penganggaran Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Dana Penyesuaian Lainnya dan Dana Transfer Lainnya dialokasikan sesuai dengan Permenkeu mengenai Pedoman Umum dan Alokasi Dana tersebut. Dalam hal Permenkeu dimaksud belum ditetapkan, penganggaran dana-dana tersebut didasarkan pada alokasi dana Tahun 2013. Apabila Permenkeu tersebut diterbitkan setelah Perda tentang APBD Tahun Anggaran 2014 ditetapkan, maka akan disesuaikan pada P-APBD Tahun Anggaran 2014. 2. Penganggaran pendapatan kabupaten/kota yang bersumber dari Bagi Hasil Pajak Daerah yang diterima dari pemerintah propinsi didasarkan pada alokasi belanja bagi hasil pajak daerah dari pemerintah propinsi 4

Tahun Anggaran 2014. Dalam hal penetapan APBD Kabupaten Lumajang Tahun Anggaran 2014 mendahului penetapan APBD propinsi, penganggarannya didasarkan pada alokasi Bagi Hasil Pajak daerah Tahun Anggaran 2013 dengan memperhatikan realisasi Bagi Hasil Pajak Daerah Tahun Anggaran 2012. Sedangkan bagian pemerintah Kabupaten Lumajang yang belum direalisasikan oleh Pemerintah Propinsi akibat pelampauan target Tahun Anggaran 2013, ditampung dalam P-APBD T.A. 2014 atau LRA bila tidak melakukan P- APBD T.A. 2014. 3. Pendapatan Daerah yang bersumber dari Bantuan Keuangan, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus yang diterima dari pemerintah Propinsi atau Pemerintah Kabupaten/Kota lainnya dianggarkan dalam APBD/P-APBD penerima bantuan, sepanjang sudah dianggarkan dalam APBD pemberi bantuan. Atau pada LRA bila tidak mengalami Perubahan APBD T.A. 2014. 4. Penganggaran penerimaan hibah yang bersumber dari APBN, pemerintah daerah lainnya atau pihak ketiga, baik dari badan, lembaga, organisasi swasta dalam negeri/ luar negeri, kelompok masyarakat maupun perorangan yang tidak mengikat dan tidak mempunyai konsekuensi pengeluaran atau pengurangan kewajiban pihak ketiga atau pemberi hibah dianggarkan dalam APBD setelah adanya kepastian penerimaan dimaksud. Untuk kepastian penerimaan hibah yang bersumber dari pemerintah daerah lainnya tersebut didasarkan pada perjanjian hibah antara Kepala Daerah/ pejabat yang diberi kuasa selaku penerima. Sedangkan untuk penerimaan hibah yang bersumber dari pihak ketiga juga didasarkan pada perjanjian hibah antara pihak ketiga selaku pemberi dengan kepala Daerah/ pejabat yang diberi kuasa selaku penerima. Dari aspek teknis penganggaran, penerimaan tersebut di atas dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok pendapatan lainlain pendapatan daerah yang sah dan diuraikan ke dalam jenis objek dan rincian objek pendapatan sesuai kode rekening berkenaan. 5. Dalam hal pemerintah daerah memperoleh dana darurat dari APBN dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah dan diuraikan ke dalam jenis objek pendapatan sesuai dan rincian objek pendapatan Dana Darurat. D. Belanja Daerah Belanja Daerah disusun untuk mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten, yang terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Belanja untuk 5

penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan jaminan sosial yang didasarkan pada Standart Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan. Pemerintah Daerah menetapkan target capaian kinerja setiap belanja baik dalam konteks daerah, SKPD, maupun program dan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran dan memperjelas efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran. Program dan kegiatan harus memberikan informasi yang jelas dan terukur serta memiliki korelasi langsung dengan keluaran yang diharapkan dari program dan kegiatan dimaksud ditinjau dari aspek indikator, tolok ukur dan target kinerjanya. 1. Belanja Tidak Langsung Belanja tidak langsung adalah jenis belanja yang tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, diantaranya Belanja Pegawai, Belanja Bunga, Belanja Subsidi, Belanja Hibah dan Bansos, Belanja Bagi Hasil, Belanja Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga yang diatur dengan ketentuan perundang-undangan, termasuk didalamnya belanja pegawai yang telah diatur dengan ketentuan seperti sistem penggajian, tunjangan serta penghasilan lainnya termasuk tunjangan kinerja yang diberikan oleh daerah. Belanja Pegawai, meliputi penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan PNSD sesuai ketentuan Perundang-undangan, dengan memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok dan tunjangan PNSD serta pemberian gaji ketiga belas, accres gaji ditetapkan 1,5% (satu koma lima persen), sejak tahun 2014 penganggarannya disentralkan di DPKD, sedangkan SKPD berkewajiban membuat rincian masing-masing termasuk di dalamnya tambahan penghasilan berupa uang makan Rp 15.000 (lima belas ribu rupiah) per orang per hari bagi yang melaksanakan 5 (lima) hari kerja dalam seminggu, dan Rp 12.750 (dua belas ribu tujuh ratus lima puluh rupiah) per orang per hari bagi yang melaksanakan 6 (enam) hari kerja dalam seminggu. Penyediaan dan penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi PNSD yang dibebankan pada APBD berpedoman pada UU nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), Insentif Pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah 6

berpedoman pada PP Nomor 69 Tahun 2010, Tunjangan profesi guru PNSD dan tambahan penghasilan Guru PNSD yang berasal dari dana Transfer dianggarkan dalam jenis belanja pegawai, obyek tambahan penghasilan PNS, rincian obyek sesuai kode rekening berkenaan. 2. Belanja Langsung Belanja langsung adalah jenis belanja yang terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang terdiri atas belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal. Penganggaran belanja langsung dalam rangka melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Alokasi belanja langsung dalam APBD digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintah daerah yang terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan yang dituangkan dalam bentuk program dan kegiatan yang manfaat capaian kinerjanya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik dan keberpihakan pemerintah daerah kepada kepentingan publik (masyarakat) dari pada kepentingan aparatur. b. Belanja Pegawai Belanja pegawai dalam kegiatan, terutama untuk penganggaran honorarium bagi pegawai harus dibatasi, dan keberadaan PNSD/ Non PNSD hanya didasarkan pada pertimbangan bahwa yang bersangkutan benar-benar memiliki peranan dan kontribusi nyata terhadap efektivitas pelaksanaan kegiatan dimaksud dengan memperhatikan pemberian tambahan penghasilan bagi PNSD sesuai ketentuan tersebut. Besaran Honorarium PNSD dan Non PNSD dalam kegiatan, ditetapkan dengan Peraturan Bupati tentang Standar Biaya Tahun Anggaran 2014. c. Belanja Barang dan Jasa 1) Alokasi untuk pemberian jasa instruktur/narasumber/tenaga ahli dalam kegiatan, dianggarkan pada jenis Belanja Barang dan Jasa sesuai kode rekening berkenaan dan besarannya ditetapkan dengan Peraturan Bupati tentang Standar Biaya Tahun Anggaran 2014. 2).Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihak ketiga/ masyarakat hanya diperkenankan dalam rangka pemberian hadiah pada kegiatan yang bersifat perlombaan atau penghargaan atas suatu prestasi. Alokasi belanja tersebut 7

dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa sesuai kode rekening berkenaan. 3) Penganggaran untuk belanja barang habis pakai agar disesuaikan dengan kebutuhan nyata SKPD yang didasarkan atas pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD, jumlah pegawai dan volume pekerjaan dengan memperhitungkan sisa persediaan barang tahun anggaran 2013. 4) Penganggaran belanja barang (termasuk berupa aset tetap) yang akan diserahkan/dijual kepemilikannya kepada masyarakat/ pihak ketiga pada tahun anggaran berkenaan, dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa. 5) Penganggaran untuk kegiatan perjalanan dinas dalam rangka kunjungan kerja dan studi banding/kunjungan belajar atau kegiatan sejenis lainnya dibatasi frekuensi dan jumlah pesertanya, dan dikhususkan untuk memenuhi substansi kebijakan yang sedang dirumuskan. Hasil studi banding dilaporkan sesuai peraturan perundang-undangan. 6) Belanja perjalanan dinas dalam daerah dan luar daerah. Penganggarannya harus secara selektif, frekuensi dan jumlah harinya dibatasi. Setiap PNS yang ditugaskan melakukan perjalanan dinas wajib membuat laporan kepada pejabat yang menugaskan. Laporan perjalanan dinas dimaksud bukan formalitas sebatas pertanggungjawaban keuangan tetapi memuat laporan hasil perjalanan dinas dan hal-hal yang direkomendasikan untuk diambil manfaatnya oleh pemerintah daerah. 7) Penganggaran untuk menghadiri pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis atau sejenisnya yang terkait dengan pengembangan SDM, pimpinan dan anggota DPRD serta pejabat / staf pemerintah daerah, yang tempat penyelenggaraannya di luar daerah harus dilakukan sangat selektif dengan mempertimbangkan aspek-aspek urgensi dan kompetisi serta manfaat yang akan diperoleh dari kehadiran pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis atau sejenisnya guna capaian efektifitas penggunaan anggaran daerah. Dalam rangka orientasi dan pendalaman tugas pimpinan dan anggota DPRD Kab/ kota agar berpedoman pada Permendagri Nomor 57 Tahun 2011. 8) Penganggaran untuk penyelengaraan kegiatan rapat, pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis atau sejenisnya 8

diprioritaskan untuk menggunakan fasilitas aset daerah, seperti ruang rapat atau aula yang tersedia milik pemerintah daerah. d. Belanja Modal 1) Jumlah belanja modal yang dialokasikan dalam APBD sekurang-kurangnya 30 persen dari Belanja Daerah sesuai amanat Perpres Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN Tahun 2010-2014. 2) Penganggaran untuk pengadaan kebutuhan barang milik daerah, menggunakan dasar perencanaan kebutuhan barang milik daerah disusun dalam rencana kerja dan anggaran SKPD setelah memperhatikan ketersediaan barang milik daerah yang ada sebagaimana diatur dalam Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah dan memperhatikan Permendagri Nomor 7 Tahun 2006 tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemda, khusus pengganggaran untuk pembangunan gedung dan bangunan milik daerah memperhatikan Perpres Nomor 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan dan Gedung Negara. e. Surplus/Defisit APBD 1) Surplus atau defisit APBD adalah selisih antara anggaran pendapatan dengan anggaran belanja daerah. 2) Batas maksimal defisit APBD Tahun Anggaran 2014 ditetapkan sebesar 6% dari perkiraan pendapatan daerah Tahun Anggaran 2014. 3) Besaran defisit APBD sama dengan selisih lebih antara penerimaan pembiayaan dengan pengeluaran pembiayaan. E. Pembiayaan Daerah. 1. Penerimaan Pembiayaan : a. Penganggaran sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SILPA) dihitung berdasarkan perkiraan yang rasional dengan mempertimbangkan perkiraan realisasi anggaran yang tercantum dalam APBD Tahun Anggaran 2013. b. Penerimaan kembali dana bergulir dianggarkan dalam APBD pada akun pembiayaan, kelompok penerimaan pembiayaan daerah, jenis penerimaan kembali investasi pemerintah daerah, obyek dana bergulir dan rincian obyek dana bergulir dari kelompok masyarakat penerima. 9

c. Masa penghapusan piutang PBB-P2 sebagai konsekuensi pengalihan pengelolaan PBB-P2 menjadi PAD, berpedoman pada UU Nomor 28 Tahun 2009. 2. Pengeluaran Pembiayaan : a. Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Pemerintah Daerah dapat menganggarkan investasi jangka panjang non permanen dalam bentuk dana bergulir sesuai pasal 118 ayat (3) PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Penganggaran dana bergulir dalam APBD pada akun pembiayaan, kelompok pengeluaran pembiayaan daerah, obyek dana bergulir dan rincian obyek dana bergulir kepada kelompok masyarakat penerima. b. Penyertaan modal pemerintah daerah pada BUMN/BUMD dan/atau badan usaha lainnya ditetapkan dengan Perda tentang penyertaan modal. c. Dalam rangka meningkatkan akses pembiayaan bagi Usaha Masyarakat Kecil dan Menengah (UMKM), Pemerintah Daerah dapat melakukan penyertaan modal kepada bank perkreditan rakyat milik pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 3. Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA) Tahun Berjalan : a. Pemerintah Daerah melakukan pengendalian batas maksimal defisit APBD T.A. 2014 dengan berpedoman pada penetapan batas maksimal defisit APBD yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. b. Jumlah pembiayaan netto harus dapat menutup defisit anggaran sebagaimana diamanatkan pasal 28 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 dan pasal 61 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. 10

IV. Teknis Penyusunan RKA SKPD Dalam menyusun RKA SKPD sebagai bagian dari penyusunan APBD secara khusus perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Prioritas Pembangunan Daerah sebagaimana telah ditetapkan dalam RKPD tahun 2014 menjadi acuan utama SKPD dalam menyusun RKA-SKPD Tahun Anggaran 2014. 2. Secara materi wajib memperhatikan sinkronisasi antara RKPD, KUA dan PPAS, dan RKA-SKPD. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan APBD yang menggambarkan keterpaduan dari seluruh kegiatan dan program dalam upaya peningkatan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat. 3. Input data RKA-SKPD dilakukan dengan menggunakan program aplikasi RKA-SKPD Tahun 2014. 4. Tim Peneliti RKA-SKPD melakukan evaluasi dan konseling RKA- SKPD sesuai jadwal. 5. Untuk memudahkan evaluasi dan penilaian oleh TAPD apakah sebuah kegiatan searah dengan RPJMD Kabupaten atau tidak, maka indikator kinerja, tolok ukur kinerja, dan target kinerja kegiatan pada format RKA-SKPD diisi dengan lengkap dan terukur. 6. RKA-SKPD yang telah disusun dan disampaikan kepada PPKD akan dibahas lebih lanjut oleh TAPD untuk dievaluasi dan ditelaah kesesuaiannya dengan semua dokumen perencanaan yang telah ditetapkan. V. Teknis Penyusunan APBD. Dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2014, Pemerintah Daerah dan DPRD harus memperhatikan hal- hal sebagai berikut : Tahapan dan Jadwal Proses Penyusunan APBD NO. URAIAN WAKTU LAMA 1 Penyusunan RKPD Akhir Mei 2 Penyampaian KUA dan PPAS Minggu 1 bl Juni 1 Minggu oleh Ketua TAPD kepada Kepala Daerah 3 KUA dan PPAS oleh Kepala Pertengahan bl Juni 6 Minggu Daerah kepada DPRD 4 KUA dan PPAS disepakati antara Akhir bulan Juli Kepala Daerah dan DPRD 5 Surat Edaran Kepala Daerah perihal Pedoman RKA-SKPD Awal bulan Agustus 1 Minggu 11

6 Penyusunan dan pembahasan RKA-SKPD dan RKA-PPKD serta Penyusunan Rancangan APBD, dengan rincian : a. Penyusunan RKA-SKPD b. Pengiriman hardcopy RKA- SKPD (rangkap 6) c. Penelitian dan pemaparan akhir RKA-SKPD d. Penyusunan RAPBD 7 Penyampaian Rancangan APBD kepada DPRD Awal bulan Agustus s/d akhir September 21 Agustus s.d 17 September 18 September 23 s.d 26 September 27 s.d 30 September Minggu Pertama Bulan Oktober 7 Minggu 2 bulan 8 Pengambilan persetujuan Bersama DPRD dan Kepala Daerah Paling lama 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan 9 Hasil Evaluasi Rancangan APBD 15 hari kerja (bulan Desember) 10 Penetapan Perda APBD dan Perkada Penjabaran APBD sesuai dengan hasil Evaluasi Paling lambat akhir Desember (31 Desember) VI. Hal-Hal Khusus Penyusunan RKA-SKPD Tahun Anggaran 2014, selain memperhatikan kebijakan dan teknis penyusunan RKA SKPD, juga memperhatikan halhal khusus, antara lain sebagai berikut : 1. Dana DAK yang berasal dari tahun-tahun anggaran sebelumnya digunakan untuk mendanai kegiatan DAK pada Bidang yang sama dengan mengacu pada petunjuk teknis Tahun anggaran sebelumnya atau Tahun Anggaran 2014. Dana sisa tender kegiatan yang bersumber dari DAK Tahun Anggaran 2014, digunakan untuk mendanai kegiatan baru atau untuk menambah volume/target capaian program dan kegiatan yang sesuai dengan bidang DAK yang sama. 2. Dalam rangka mendukung efektifitas implementasi program penanggulangan kemiskinan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Pedesaan dan Perkotaan, Pemerintah Daerah menyediakan dana pendamping yang bersumber dari APBD dan dianggarkan pada jenis belanja bantuan sosial sesuai Permenkeu Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan 12

Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan. 3. Belanja Tidak Terduga yang akan digunakan untuk mendanai tanggap darurat, penanggulangan bencana alam dan/ atau bencana sosial serta kebutuhan mendesak lainnya, dilakukan dengan cara : a. Bupati menetapkan kegiatan yang akan didanai dari belanja tidak terduga dengan Keputusan Bupati dan diberitahukan kepada DPRD paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak keputusan dimaksud ditetapkan. b. Atas dasar Keputusan Bupati tersebut, pimpinan intansi/ lembaga yang akan bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kegiatan mengajukan usulan kebutuhan. c. Bupati dapat mengambil kebijakan percepatan pencairan dana Belanja Tidak Terduga untuk mendanai penanganan tanggap darurat yang mekanisme pemberian dan pertanggungjawabannya diatur dengan Peraturan Bupati sebagaimana dimaksud Pasal 134 ayat (4) Permendagri Nomor 3 Tahun 2006 yang telah diubah dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011. 4. Dalam rangka memenuhi kaidah-kaidah pengelolaan keuangan daerah, pertanggungjawaban atas komponen perjalanan dinas khusus untuk hal-hal sebagai berikut dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai perjalanan dinas dalam dan luar daerah bagi pejabat negara, pegawai negeri dan pegawai tidak tetap: a. Sewa kendaraan dalam kota (khusus pejabat negara) dan biaya transport dibayarkan sesuai dengan biaya rill; b. Uang harian dan uang representasi dibayarkan secara lumpsum dan merupakan batas tertinggi; c. Biaya penginapan dibayarkan sesuai dengan biaya riil. Dalam hal pelaksana perjalanan dinas tidak menggunakan fasilitas hotel atau tempat menginap lainnya, kepada yang bersangkutan diberikan biaya penginapan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari tarif hotel di kota tempat tujuan sesuai dengan tingkatan pelaksana perjalanan dinas dan dibayarkan secara lumpsum; Standar biaya perjalanan dinas diatur dalam Peraturan Bupati tentang Standar Biaya Tahun Anggaran 2014. 5. Penyediaan anggaran untuk perjalanan dinas yang mengikutsertakan non PNSD diperhitungkan dalam belanja perjalanan dinas. Tata cara penganggaran perjalanan dinas dimaksud mengacu pada ketentuan 13

perjalanan dinas yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati tentang Standar Biaya Tahun Anggaran 2014. 6. Untuk mendukung pelaksanaan tugas sekretariat fraksi DPRD disediakan sarana dan anggaran sesuai dengan kebutuhan dan memperhatikan kemampuan APBD, sebagaimana dimaksud dalam pasal 33 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Tata Tertib DPRD. Penyediaan sarana meliputi ruang kantor pada sekretariat DPRD, kelengkapan kantor, tidak termasuk sarana mobilitas, sedangkan penyediaan anggaran untuk sekretariat fraksi meliputi kebutuhan belanja untuk alat tulis kantor dan makan minum bagi rapat fraksi yang diselenggarakan di lingkungan kantor sekretariat fraksi. 7. Tunjangan Perumahan Pimpinan dan Anggota DPRD disediakan dalam rangka menjamin kesejahteraan untuk pemenuhan rumah jabatan/rumah dinas bagi Pimpinan dan Anggota DPRD sebagaimana maksud Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD. Suami dan/atau istri yang menduduki jabatan sebagai pimpinan dan/atau anggota DPRD Kabupaten Lumajang hanya diberikan salah satu tunjangan perumahan. Bagi Pimpinan dan Anggota DPRD yang suami/istrinya menjabat sebagai Bupati/Wakil Bupati Lumajang tidak diberikan tunjangan perumahan. 8. Bagi RSD Dr. Haryoto agar : a. penyusunan RKA dalam APBD menggunakan format Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA); b. tahapan dan jadwal proses penyusunan RKA/RBA, mengikuti tahapan dan jadwal proses penyusunan APBD; Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU, khususnya dalam Pasal 11 ayat (3a), SKPD atau Unit Kerja pada SKPD yang telah menerapkan PPK-BLUD, pagu anggaran BLUD dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD yang sumber dananya berasal dari pendapatan dan surplus BLUD, dirinci dalam 1 (satu) program, 1 (satu) kegiatan, 1 (satu) output dan jenis belanja 9. Dalam rangka mengantisipasi pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran dalam APBD Tahun Anggaran 2014 untuk mendanai kegiatan penyempurnaan beberapa 14

regulasi yang terkait, peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia, dan peningkatan serta pengembangan infrastruktur lainnya. 10. Pemberian pelayanan kesehatan kepada fakir miskin dan orang tidak mampu sesuai dengan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan BPJS Pemerintah Daerah harus menanggarkannya dalam bentuk program dan kegiatan pada SKPD yang menangani urusan kesehatan pemberi pelayanan kesehatan. 11. Pemerintah Daerah mensinergikan penganggaran program dan kegiatan dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2014 dengan kebijakan nasional, antara lain : a. pencapaian MDG s seperti : kesetaraan gender, penanggulangan HIV/AIDS dan malaria sebagaimana diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan; terkait dengan upaya percepatan pengarustamaan gender melalui perencanaan dan penganggaran responsif gender, pemerintah daerah agar mempedomani Surat Edaran Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor: 270/M.PPN/11/2012, Nomor: SE-33/MK.02/2012, Nomor: 050/4379A/SJ, Nomor: SE-46/MPP-PA/11/2011 tentang Strategi Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender (PUG) melalui Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG); b. Rehabilitasi dan perlindungan sosial bagi para lanjut usia sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, serta program rehabilitasi dan perlindungan sosial penyandang cacat; c. Dukungan pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten dengan mempedomani Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga; d. Penguatan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011; 15

e. Pengembangan kearsipan di daerah dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik mempedomani amanat Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan; f. Revitalisasi dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila dan pendidikan wawasan kebangsaan dengan mempedomani Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2011 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 71 Tahun 2012; g. Penanganan gangguan keamanan dalam negeri sebagaimana diamanatkan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2013 tentang Penanganan Gangguan Dalam Negeri di daerah; h. Penerapan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-ktp) berbasis NIK secara nasional dengan mempedomani Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006, Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil dan peraturan perundang-undangan lainnya; i. Fasilitasi pengaduan masyarakat dan pengembangan akses informasi secara transparan, cepat, tepat, dan sederhana dengan mempedomani Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik; dan j. Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Indonesia Tahun 2011-2014, sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Indonesia Tahun 2011-2014. 12. Sebagai kelengkapan Surat Edaran ini, dilampirkan KUA, PPAS Per SKPD, Kode Rekening APBD, Format RKA-SKPD dan RKA-PPKD dan Peraturan Bupati tentang Standar Biaya Tahun Anggaran 2014. Adapun Standar Satuan Harga untuk penyusunan RKA-SKPD Tahun Anggaran 2014 mengacu pada Standar Satuan Harga Tahun Anggaran 2013. 16

Demikian untuk dilaksanakan dan menjadi pedoman penyusunan RKA-SKPD Tahun Anggaran 2014. BUPATI LUMAJANG, ttd DR. H. SJAHRAZAD MASDAR, M.A. Tembusan : 1. Gubernur Jawa Timur di Surabaya 2. Ketua DPRD Kabupaten Lumajang di Lumajang 3. Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Kab. Lumajang 17