BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III OBYEK PENELITIAN. Sehubungan dengan pemberian hak otonom kepada daerah, pemerintah daerah

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. III.1 Gambaran Umum Kantor Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI

BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 27 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENERBITAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Pada Kantor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH PELAYANAN TATA KOTA

BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK. A. Pengertian Pajak Daerah dan Pajak Kendaraan Bermotor

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat Berdirinya UPT Dinas Pendapatan Daerah Provinsi. Sumatera Utara (Kantor SAMSAT Sidikalang)

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999;

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

Oleh Nama : Dede Bahrudin

BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum UP3AD Samsat Karanganyar Seksi inidibentuk berdasarkan surat keputusan DPD Peralihan Provinsi

BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN Sejarah Singkat Unit Pelaksana TeknisPendapatan Duri Dinas Pendapatan Provinsi Riau

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Pajak Kendaraan Bermotor di Propinsi DKI Jakarta

BAB II GAMBARAN DINAS PENDAPATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH K O T A L H O K S E U M A W E

11 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2002 tentang Ketentuan Umum Pajak Daerah; 12 Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pajak Parkir;

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN ALOKASI BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH MENTERI DALAM NEGERI

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. III.1.1 Sejarah Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN KOTA BATU

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, melalui pajak tersebut Pemerintah mampu membiayai pengeluaran

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

WALIKOTA LHOKSEUMAWE

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BAB I PENDAHULUAN menyatakan bahwa Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 22 TAHUN 2003

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA PEKANBARU. 2.1 Sejarah singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 37 TAHUN 2003

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat,

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

BAB 1 PENDAHULUAN. Orde Baru yang menghendaki tegaknya supremasi hukum, demokratisasi dan

PAJAK PENERANGAN JALAN ATAS PENGGUNAAN TENAGA LISTRIK DARI PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN)

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II GAMBARAN DINAS PENDAPATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Derah Provinsi Sumatera Utara

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR : 9 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,

5. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Raperda (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) ;

2. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685);

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH PELAYANAN PERTAMANAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 3 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 05 TAHUN 2004 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR: 5 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BIAK NUMFOR NOMOR 6 TAHUN 1998 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PARKIR

Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah; Pemeriksaan di Bidang Retribusi Daerah;

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 03 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 07 TAHUN 2003 TENTANG BIAYA PEMUNGUTAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 58 TAHUN 2001

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri merupakan induk dari semua

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 02 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah;

PEMERINTAH KOTA MEDAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Mekanisme Pemungutan Restoran di DKI Jakarta. Tahap-tahap mekanisme pemungutan dari pajak restoran antara lain:

Analisis Perhitungan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan Pada Dispenda Provinsi Kepulauan Riau

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 10 Tahun 2006 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 8 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 6 TAHUN 2011 T E N T A N G PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

Transkripsi:

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.1 Latar Belakang Objek Penelitian III.1.1 Dinas Pendapatan Daerah Prop. DKI Jakarta 1. Sejarah Dinas Pendapatan Daerah Penyusunan Struktur Organisasi dan Tata Kerja yang menangani Pendapatan Daerah, untuk menciptakan alat penampung kegiatan dalam bentuk organisasi dan menyatukan penafsiran yang berbeda-beda dalam menunaikan tugas. Pada tahun 1952 berdasarkan Surat Keputusan Dewan Perwakilan Kota Sementara Djakarta Raja Nomor 18/DK/tanggal 15 September 1952 (Lembar Kota 1952 Nomor 27) dibentuk Suku Bagian Padjak pada bagian Perundang-undangan di bawah Sekretariat Walikota Djakarta Raja, yang sekarang ini disebut Dinas Pendapatan Daerah. Menurut Peraturan Daerah Propinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2001 tentang bentuk organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi DKI Jakarta menjadikan sebutan Dinas Pendapatan Daerah yaitu unit kerja yang murni milik Daerah yang dibentuk, karena memang harus ada dan bukan karena menerima pelimpahan wewenang dari pusat. Perkembangan Dipenda sejalan dengan tingkat pertumbuhan kota dan perkembangan pemerintah di Daerah, tentunya berkaitan erat dengan perkembangan potensi sumber-sumber pendapatan daerah yang merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh Dipenda Propinsi DKI Jakarta. Dalam rangka mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat, masalah dana yang bersumber dari pendapatan daerah menjadi penting dan berperan sebagai faktor 29

penunjang yang dominan di dalam pelaksanaan pemerintahan di daerah. Untuk mendapatkan dana dimaksud, perlu adanya intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan pendapatan Daerah yang bersumber pada PAD, dana perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-lain Pendapatan Daerah yang sah. 2. Tugas Pokok dan Fungsi Dipenda Tugas Pokok : Menyelenggarakan pemungutan pendapatan daerah dan mengadakan koordinasi dengan instansi lain dalam perencanaan. Pelaksanaan serta pengendalian pemungutan pajak daerah. Fungsi Dipenda : 1. Perumusan kebijakan teknis di Bidang pendapatan daerah 2. Penyusunan rencana dan program kegiatan di bidang pendapatan daerah 3. Penelitian, pengkajian, evaluasi, pengggalian, dan pengembangan pendapatan daerah 4. Pembinaan pelaksanaan kebijakan pelayanan di bidang pemungutan pendapatan daerah 5. Penyelenggaraan pelayanan dan pemungutan pendapatan daerah 6. Pengkoordinasian pelaksanaan pemungutan dana perimbangan 7. Pemberian izin tertentu di bidang pendapatan daerah 8. Evaluasi, pemantauan dan pengendalian pungutan pendapatan daerah 9. Pengelolaan dukungan teknis dan administrasi 10. Pembinaan teknis pelaksanaan kegiatan suku dinas dan unit pelayanan pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor. 30

3. Visi dan Misi Dipenda Visi : Menjadikan Dipenda sebagai organisasi yang efisien dan efektif dalam pengelolaan pendapatan daerah dengan dukungan aktif masyarakat. Misi : 1. Menyelenggarakan pemungutan pendapatan daerah 2. Mengadakan koordinasi dengan Instansi lain dalam perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian pemungutan pendapatan daerah. 4. Susunan Organisasi Dipenda Susunan organisasi Dinas Pendapatan Daerah Propinsi DKI Jakarta yang berlaku sejak awal tahun 2001 dan sesuai dengan Perda Nomor 3 tahun 2001 terdiri dari : 1. Kepala Dinas 2. Wakil Kepala Dinas 3. Bagian Tata Usaha 4. Subdinas Perencanaan dan Pengembangan Pendapatan Daerah 5. Subdinas Peraturan Daerah dan Penyuluhan 6. Subdinas Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil bukan Pajak 7. Subdinas Pengendalian 8. Subdinas Pemeriksaan Pendapatan Daerah 9. Subdinas Informasi Pendapatan Daerah 31

10. Unit Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) 11. Unit Penagihan Aktif Pendapatan Daerah 12. Suku Dinas Pendapatan Daerah Wilayah Kotamadya (yang terdiri dari 9 suku dinas) 13. Seksi Pendapatan daerah Kecamatan 14. Kelompok Jabatan Fungsional. III.1.2 Kantor Samsat Jakarta Barat 1. Sejarah Kantor Samsat Berawal dari adanya pungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang sejak tahun 1934, dimana sistem pemungutannya telah beberapa kali mengalami perubahan sampai akhirnya sejak tahun 1974 mulai dirintis untuk diberlakukan sistem pemungutan yang disebut Sistem Administrasi Manunggal Dibawah Satu Atap (SAMSAT). Kantor Samsat adalah Sistem Administrasi Manunggal Dibawah Satu Atap, merupakan sistem pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dengan mengkaitkan pada pengesahan STNK, perpanjangan STNK dan pendaftaran STNK, termasuk pungutan lain seperti Asuransi Jasa Raharja dan sebagainya. Sistem pemungutan ini untuk pertama kalinya dilaksanakan di DKI Jakarta pada tahun 1974, dimana didalam Kantor Samsat terdapat bentuk kerjasama terpadu antara Pemerintah Daerah DKI Jakarta, Polri dan PT.(Persero) Asuransi Kerugian Jasa Raharja dalam rangka pengelolaan kendaraan bermotor secara terpadu di bidang pembayaran PKB,BBN-KB, STNK dan SWDKLLJ. 32

Tujuan dibentuknya Kantor Bersama Samsat adalah mengamankan penerimaan Negara, meningkatkan pelayanan dengan cara mendekatkan pelayanan kepada masyarakat bahkan menciptakan kemudahan-kemudahan dalam penyelesaian yang menyangkut kendaraan bermotor. Sesuai dengan Surat Kapolda Metro Jaya tanggal 14 November 1995 Nomor B/0444/XI/1995/Datro perihal Pembangunan Kantor Bersama Samsat secara desentralisasi yang disampaikan kepada Gubernur KDKI Jakarta, Kapolda/Pangab mengusulkan agar dibangun Kantor Bersama Samsat di tiap wilayah salah satunya adalah Kantor Samsat Jakarta Barat. Pelaksanaan / pembangunan Kantor samsat Jakarta Barat diupayakan dan direncanakan dapat dioperasikan pada bulan Mei tahun 2000, yang peresmiannya pada bulan Juni Tahun 2000. 2. Tugas Pokok Samsat Melaksanakan pelayanan kepada masyarakat secara terpadu dan terkoordinasi meliputi Tata Laksana Pendaftarn Kendaraan Bermotor, Tata Laksana Pemungutan PKB dan BBN-KB sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku dan Tata Laksana Pemungutan SWDKLLJ. 3. Struktur Organisasi Samsat Unit yang terkait pada Kantor Bersama Samsat terdiri dari Polda Metro Jaya, Dipenda Propinsi DKI Jakarta dan PT.Asuransi Kecelakaan Jasa Raharja. Masingmasing unit mempunyai struktur organisasi yang didasarkan kepada peraturan yang dikeluarkan oleh masing-masing induk instasinya. Struktur organisasi Dipenda DKI Jakarta ditetapkan berdasarkan peraturan daerah DKI Jakarta Nomor 9 tahun 1995, dimana unit pelayanan PKB dan BBN-KB 33

dibagi dalam lima wilayah pelayanan dan masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Unit yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Unit pelayanan PKB dan BBN-KB terdiri dari Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Pendaftaran dan Pemeriksaan, Seksi Penetapan Pendaftaran Kendaraan Baru, Seksi Penetapan Pendaftaran Tukar Nama dan Mutasi, Seksi Penetapan Pendaftaran Ulang dan Seksi Penagihan, dimana masing-masing Seksi bertanggung jawab kepada Kepala Unit PKB dan BBN-KB. III.2. Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Berdasarkan keputusan Gubernur Kepala DKI Jakarta No.26 Tahun 1999 telah ditetapkan Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor yang mengacu pada Perda DKI Jakarta No.1 Tahun 1998 tentang Pajak Kendaraan Bermotor. Dengan diberlakukannya Perda Prop. DKI Jakarta No.4 Tahun 2002 tentang Ketentuan Umum Pajak Daerah dan Perda Prop. DKI Jakarta No.4 Tahun 2003 tentang Pajak Kendaraan Bermotor, perlu menyempurnakan keputusan Gubernur No.26 Tahun 1999 tersebut karena sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini. Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna dalam pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor. 34

III.2.1. Pendaftaran dan Pelaporan 1. Setiap orang pribadi atau badan yang memiliki dan/atau menguasai kendaraan bermotor wajib mendaftarkan dan/atau melaporkan ke Dipenda dalam hal ini Unit Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nomor Kendaraan Bermotor selambatlambatnya : a. 30 hari sejak terjadinya pemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor baru b. Sejak tanggal berakhirnya masa pajak bagi pelaporan PKB tahunan (pendaftaran ulang) c. 30 hari sejak tanggal fiskal antar daerah bagi kendaraan bermotor pindah dari luar daerah 2. Pendaftaran dan pelaporan kendaraan bermotor menggunakan SPOPD atau SPPKB atau SPPKB Pengesahan dan harus diisi / ditulis dengan benar, jelas, dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya 3. SPOPD atau SPPKB atau SPPKB Pengesahan sekurang kurangnya memuat : a. Identitas pemilik kendaraan bermotor b. Identitas kendaraan bermotor c. Jenis pendaftaran kendaraan bermotor 4. Definisi SPOPD atau SPPKB atau SPPKB Pengesahan : a. Surat Pendaftaran Objek Pajak Daerah (SPOPD) adalah surat yang digunakan Wajib Pajak untuk mendaftarkan diri dan melaporkan objek pajak atau usahanya ke Dipenda 35

b. Surat Pendaftaran dan Pendataan Kendaraan Bermotor (SPPKB) adalah surat yang berfungsi sebagai permohonan STNK, pendaftaran kendaraan bermotor, dasar penetapan pajak dan permohonan penetapan SWDKLLJ. c. SPPKB Pengesahan adalah surat yang berfungsi sebagai pernyataan pemilik kendaraan bermotor bahwa kendaraan bermotor yang dimilikinya tidak mengalami perubahan identitas pemilik, identitas kendaraan bermotor dan data kepemilikan 5. Pendaftaran dan/atau pelaporan kendaraan bermotor terdiri dari : a. Pendaftaran baru kendaraan bermotor b. Pendaftaran kendaraan bermotor dari luar daerah dan ke luar daerah c. Pelaporan pajak kendaraan bermotor tahunan (pendaftaran ulang) III.2.2. Tata Cara Penetapan 1. Berdasarkan SPOPD atau SPPKB atau SPPKB pengesahan, besarnya PKB dihitung dan dituangkan ke dalam Nota Perhitungan Pajak, yang berfungsi juga sebagai Surat Setoran Pajak Daerah, untuk kemudian ditetapkan besarnya pajak terutang dengan menerbitkan SKPD 2. Wajib Pajak yang tidak atau terlambat mendaftarkan diri dan objek pajaknya dalam jangka waktu yang telah ditentukan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) dari pokok pajak terutang tahun yang bersangkutan. 3. Wajib Pajak yang tidak atau terlambat melaporkan pajak tahunan (pendaftaran ulang) dalam jangka waktu yang telah ditentukan, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan dari pokok pajak tahun yang bersangkutan untuk jangka waktu paling lama 24 bulan terhitung sejak tanggal jatuh tempo pelaporan (pendaftaran ulang) sampai dengan diterbitkannya ketetapan pajak. 36

4. Kepala Dinas Pendapatan Daerah dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah apabila : a. Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar b. Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga/denda 5. Jumlah kekurangan pajak terutang dalam Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan untuk paling lama 15 bulan sejak saat terutang pajak sampai diterbitkan STPD. III.2.3. Tata Cara Pembayaran dan Penundaan Pembayaran 1. Tata cara pembayaran a. PKB yang terutang dalam SKP wajib dilunasi sekaligus dimuka untuk masa 12 bulan b. SKPD berfungsi juga sebagai bukti pembayaran PKB, BBN-KB, SWDKLLJ, biaya administrasi STNK dan biaya Administrasi STNK dan biaya Adminstrasi Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB). c. Pajak terutang dalam Surat Ketetapan Pajak (SKP) wajib dilunasi dalam jangka waktu 30 hari sejak tanggal diterbitkan. d. Apabila pembayaran pajak dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran, dikenakan sanksi administrasi bunga sebesar 2% sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 bulan. e. Pembayaran PKB terutang dilakukan pada Kantor Pusat Kas Daerah atau bank atau tempat lain yang ditunjuk Gubernur. f. Kantor Pusat Kas Daerah yang menerima pembayaran PKB, baik tunai/nota kredit, wajib melakukan penelitian sebagai berikut : 37

1) Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang secara fisik tidak rusak dan telah ditandatangani atau diparaf oleh Kepala Unit PKB dan BBN-KB atau petugas yang ditunjuk untuk selanjutnya dilakukan validasi dengan teraan cash register sebagai bukti pembayaran. 2) SKP rusak atau terdapat hapusan penggantian data kendaraan bermotor dan data PKB, ditolak 3) SKP yang telah melebihi tanggal jatuh tempo pembayaran ditolak dan dikembalikan kepada Wajib Pajak 2. Tata cara penundaan pembayaran a. Apabila Wajib Pajak tidak dapat membayar pajak yang terutang sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam SKP dapat mengajukan permohonan penundaan pembayaran secara tertulis kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Unit PKB dan BBN-KB), selambat-lambatnya 7 hari sebelum tanggal jatuh tempo. b. Penundaan dikenakan bunga sebesar 2% sebulan. Apabila permohonan diterima, maka diterbitkan Surat Keputusan Penundaan Pembayaran. Penundaan pembayaran diberikan paling lama 3 bulan terhitung mulai tanggal jatuh tempo pembayaran. III.3 Metode Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan metode kepustakaan yang bersifat deskriptif dengan studi kasus dimana pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca sumber-sumber informasi untuk memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian dan 38

melakukan wawancara dengan pihak yang terkait data atau keterangan yang dibutuhkan dalam hal ini adalah Dinas Pendapatan Daerah DKI Jakarta dan Samsat Jakarta Barat. III.3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional adalah definisi yang diberikan kepada variabel dengan cara memberikan arti sehingga dapat memberikan gambaran tentang bagaimana variabel tersebut dapat diukur : 1. Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh suatu daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan. PAD terdiri dari : a) Hasil Pajak Daerah b) Hasil Retribusi Daerah c) Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah d) Lain-lainya Pendapatan Asli Daerah 2. Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak yang dipungut atas kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor. Besarnya tarif PKB yang ditetapkan adalah: a) 1,5% (satu setengah persen) untuk kendaraan bermotor bukan umum b) 1% (satu persen) untuk kendaraan bermotor umum c) 0,5% (setengah persen) untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar. 39

Objeknya adalah kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor Sedangkan subjeknya adalah orang pribadi atau badan yang memiliki kendaraan bermotor. 3. Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan Undang-Undang yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. III.3.2 Tehnik Pengumpulan Data Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengumpulkan data dan keterangan yang akan digunakan sebagai bahan masukan dengan cara melakukan Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu data dan keterangan diperoleh dari tempat penelitian dalam hal ini adalah Dipenda DKI Jakarta dan Samsat Jakarta Barat melalui : 1. Metode Survei Pada metode ini penulis melakukan wawancara kepada pihak yang dianggap mengetahui masalah yang akan diteliti untuk mendapatkan data primer serta beberapa keterangan lain yang berkaitan dengan penelitian di Dinas Pendapatan Daerah dan Samsat Jakarta Barat. 2. Metode Kepustakaan Pada metode ini penulis melakukan pengumpulan data sekunder dengan cara mencari, membaca dan memilih sumber-sumber informasi yang berkaitan dengan pembahasan masalah seperti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, makalah serta buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang hendak dibahas. 40

III.3.3 Metode Analisis Data 1. Metode Analisis Kualitatif Dalam metode ini penulis menyusun teori-teori Pajak Kendaraan Bermotor, Pendapatan Asli Daerah serta Pajak Daerah itu sendiri, dimana dalam hal ini datadata yang ada didapat dari Dipenda DKI Jakarta dan Samsat Jakarta Barat serta dari buku-buku tertentu, yang disusun melalui proses pengumpulan data, klasifikasi data dan pengembangan pola dari data tersebut guna mengetahui perkembangan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah. 2. Metode Analisis Kuantitatif Dalam metode ini penulis berusaha menghitung angka-angka yang berkaitan dengan rencana dan realisasi penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Daerah, Pendapatan Asli Daerah, serta realisasi penerimaan dan biaya dari Upaya optimalisasi pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor yang sedang dilaksanakan pada periode tertentu yang dicanangkan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta. Untuk menganalisis data-data yang ada pada penulis membandingkannya dari tahun ke tahun (2003-2007) sehingga dapat diketahui apakah ada peningkatan atau penurunan dari penerimaan pajak tersebut. Data-data yang diperoleh kemudian diolah, selanjutnya dibandingkan dengan hasil studi kepustakaan, kemudian dilakukan analisis, dari analisis yang dilakukan ditarik kesimpulan dan diajukan saran-saran yang dianggap perlu. Untuk memecahkan permasalahan yang ada akan dipergunakan tehnik analisis sebagai berikut: 41

1. Analisis Comparative, yaitu membandingkan rencana dari pajak dengan realisasi penerimaan pajak tersebut yang kemudian dianalisis. Adapun rumus-rumus yang digunakan antara lain: a. Untuk mengukur laju pertumbuhan PAD %PAD = PAD t / PAD t-1 x 100% b. Untuk mengukur pertumbuhan Pajak Kendaraan Bermotor Tax Performance Index = Pajak tahun t / Pajak tahun t-1 x 100% 2. Analisis Statisik melalui pendekatan Korelasi. Cara menghitung korelasi ( r ) adalah sebagai berikut: r = n xy ( x) ( y) 2 2 2 [ n x ( x) ] [ n y ( y) 2 ] Dimana : r = koefisien korelasi y = Pendapatan Asli Daerah (PAD) x = Pajak Kendaraan Bermotor Rumus ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar kuatnya hubungan antara Pajak Kendaraan Bermotor dengan PAD. Setelah mengetahui berapa besarnya peranan PKB terhadap PAD maka perlu mengetahui sejauh mana upaya optimalisasi pelaksanaan pemungutan PKB yang sedang dilaksanakan dan sejauh mana pengaruh upaya tersebut berguna untuk menunjang peningkatan penerimaan PKB. Dari hasil analisis maka dapat ditarik simpulan dan diajukan saran-saran yang dianggap perlu. 42