BAB I PENDAHULUAN. dan perlu dikembangkan untuk mendukung kelangsungan dan keberhasilan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahaya, sekaligus kesempatan bagi organisasi. Menurut pakar perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. internasional dalam bidang yang menyangkut core businessnya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Industri Manufaktur Indonesia yang bergerak dalam bidang produk militer

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian diartikan sebuah cara untuk menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa studi yang mengkorelasikan antara tingginya job. Perusahaan tidak lagi hanya mencari calon karyawan yang memiliki

BAB I PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya yang dimiliki perusahaan seperti modal, metode, dan mesin. visi dan misi yang telah ditargetkan (Dessler, 2010).

BAB II LANDASAN TEORI. Kahn (1990) mendefinisikan engagement sebagai hasrat karyawan

Hubungan employee engagement dan burnout pada karyawan divisi IT

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, dengan keadaan yang selalu berkembang maka setiap perusahaan baik

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah

1 PENDAHULUAN Latar belakang

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK.

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakpastian yang tinggi telah menuntut organisasi-organisasi modern untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Permasalahan. memiliki batasan reaktif yang dapat diidentifikasi serta bekerja bersama-sama untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis employee engagement di

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Iklim organisasi (atau disebut juga suasana organisasi) adalah. serangkaian lingkungan kerja di sekitar tempat kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam dinamika yang kian mengglobal, ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya adalah cabang Solo Raya dan Madiun Raya. Pada bulan April 2016

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kemampuan marketing, dan sumber daya manusia (SDM).

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. 1. Pengertian Kinerja. tujuan organisasi (Viswesvaran & Ones, 2000). McCloy et al. (1994)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting karena manusia merupakan penggerak utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. segala kegiatan bisnis dan perekonomian, hal ini menyebabkan terjadinya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kahn (dalam May dkk, 2004) work engagement dalam. pekerjaan dikonsepsikan sebagai anggota organisasi yang melaksanakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian kuantitatif, lebih menekankan pada pengujian teori melalui angka,

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK DENGAN KINERJA KARYAWAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TELAAH PUSTAKA. mengenai penelitian ini, berdasarkan variabel-variabel yang menjadi obyek

Bab I. Pendahuluan. pengelolaan yang baik pula organisasi akan mendapatkan karyawan-karyawan

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang terlibat dalam kegiatan operasional perusahaan mulai dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang berusaha sebaik mungkin untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan kepada karyawan, jika mereka melakukan pekerjaan sesuai dengan target-target

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh perilaku dan sikap orang-orang yang berperan didalamnya.

HUBUNGAN ANTARA SELF DETERMINATION DENGAN KETERIKATAN KERJA (WORK ENGAGEMENT) PADA KARYAWAN PT JAPFA COMFEED INDONESIA CABANG SIDOARJO

SELF REGULATION, KEPUASAN TERHADAP INFORMASI PEKERJAAN DAN WORK ENGAGEMENT: Studi Kasus pada Dosen FISIP UT

HUBUNGAN ANTARA JOB CRAFTING DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN GENERASI Y DI KANTOR PUSAT PT. BANK BUKOPIN, TBK JAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Work Engagement. Work engagement atau worker engagement merupakan sebuah konsep

KEPRIBADIAN PROAKTIF DAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, sumber daya alam, dan sumber-sumber ekonomi lainnya untuk mencapai

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga banyak yang menyebut keterikatan kerja merupakan old wine in

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. manajemen sumber daya manusia (Saks, 2006). Para praktisi organisasi dan para

BAB I PENDAHULUAN. laba semaksimal mungkin, menjaga kelangsungan hidup perusahaan, serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

2015 HUBUNGAN FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISORY BEHAVIORS DAN TRUST IN SUPERVISOR DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah PT Studio Cilaki Empat Lima Gambar 1.1 Logo Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, dimana mereka sadar biaya (cost conscious) dan sadar nilai (value

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triyana, (2006:2) Mangkunegara (2008 : 67), Rivai dan Basri (2005:50)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah penanganan terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. demikian perhatian serius terhadap pengelolaan SDM adalah salah satu faktor

BAB III OBJEK DAN METODE TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Sumber Data. 1. Data Primer. mengenai kepemimpinan transformasional, work engagement, kinerja, dan OCB.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kankan Sopyan, 2016

BAB I PENDAHULUAN. dalam organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Sehingga perlu diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi yang efektif semakin menyadari bahwa faktor yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. individu menjadi tenaga kerja ahli yang terampil dan berkualitas. Ketika

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi

GAMBARAN WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN DI PT EG (MANUFACTURING INDUSTRY)

MEMBANGUN EMPLOYEE ENGAGEMENT EMPLOYEE ENGAGEMENT. Dian Yanuar Roffanna, S.Psi., M.Psi. Bagian Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital

BAB I PENDAHULUAN. Pada berbagai bidang khususnya kehidupan berorganisasi, faktor manusia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. satu dengan yang lain dalam menyeimbangkan perekonomian masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan nilai tambah dan manfaat ekonomi bagi para pemegang saham,

SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana S-1 Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada unsur manusianya. Unsur manusia yang paling menentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya dikerjakan dan mengapa harus dikerjakan, memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia mempunyai peranan penting dalam aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi kunci utama dari sekian banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beban operasional perusahaan sehingga mengakibatkan jumlah jabatan struktural

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peralatan, standar profesi dan peningkatan manajemen rumah sakit. Manajemen sumber

Abstrak. Kata kunci : Gaya kepemimpinan demokratis, iklim organisasi, kualitas kehidupan kerja.

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh perusahaan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini karyawan menjadi salah satu aset perusahaan yang penting dan perlu dikembangkan untuk mendukung kelangsungan dan keberhasilan suatu perusahaan. Karyawan merupakan komponen utama suatu perusahaan dan menjadi pelaku dalam setiap aktivitas perusahaan. Sumber daya yang dimiliki perusahaan seperti modal, metode, dan mesin tidak bisa memberikan hasil yang maksimum bagi perusahaan apabila tidak didukung oleh sumber daya manusia yang mempunyai totalitas kerja kepada perusahaan. Terlebih lagi melihat persaingan usaha yang semakin keras saat ini, setiap perusahaan membutuhkan dukungan karyawan handal dan memiliki totalitas kerja yang dapat membantu perusahaan mencapai visi dan misi yang telah ditargetkan (Dessler, 2010, p. 143-147). Perrin (2003, p. 10) berpendapat bahwa work engagement (totalitas kerja) harus menjadi perhatian serius oleh eksekutif di bidang sumber daya manusia maupun eksekutif puncak agar perusahaan dapat bertahan dari dampak krisis global saat ini. Pendapat ini juga diperkuat oleh beberapa studi yang mengkorelasikan antara tingginya work engagement dengan pencapaian target perusahaan, dan hasilnya sangat positif. Wacana work engagement biasanya selalu dikaitkan dengan talent management yang sebagian perusahaan masih menganggap itu sebagai program yang high cost, 1

meskipun hasilnya akan sangat bermanfaat dalam jangka panjang (Agustian, 2012). Pada beberapa perusahaan, totalitas kerja karyawan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan perusahaan, tidak terkecuali bagi perusahan yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan dari barang atau produk yang dihasilkan (Agustian, 2012). Agustian (2012) menyebutkan bahwa pentingnya work engagement tidak hanya pada perusahaan swasta, namun perusahaan negara (BUMN) juga instansi pemerintahan, bahkan organisasi. Work Engagement yang tinggi membuat seseorang termotivasi dalam bekerja serta memiliki komitmen, antusias, kompetensi, dan bersemangat. Work Engagement membuat seseorang keberadaannya dalam suatu perusahaan atau organisasi bermakna untuk kehidupan mereka hingga menyentuh tingkat terdalam yang pada ujungnya akan meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi. Perusahaan dituntut untuk memiliki karyawan yang kompeten dan memiliki kinerja yang baik. Peran karyawan sangat menentukan bagi berhasil tidaknya perusahaan mencapai sasarannya. Perusahaan senantiasa mengharapkan karyawannya untuk memiliki kinerja lebih tinggi, lebih berorientasi pada proses, lebih terlibat dalam kepemimpinan, dan lebih mampu dalam mendapatkan pengetahuan yang memberi nilai tambah bagi perusahaan dan diharapkan karyawan yang tepat dapat membuat perusahaan bersaing dengan perusahaan lain (Xanthopoulo, Bakker, Demerouti, & Schaufeli, 2009, p. 235). 2

Mengingat bahwa totalitas kerja seorang karyawan adalah untuk mencapai tujuan tertentu yang sudah ditetapkan oleh perusahaan di mana karyawan tersebut bekerja, maka informasi tentang kinerja perusahaan dan pekerjaan yang dilakukan menjadi suatu hal yang sangat penting bagi seorang karyawan. Totalitas kerja akan terbentuk apabila ada hubungan timbal balik yang baik antara karyawan dan perusahaan. Pengunaan konsep work engagement yang semakin popular terjadi dengan adanya kesepakatan umum yang menyatakan dampak positifnya bagi kinerja organisasi atau perusahaan. Pada tahun 2004 sebuah lembaga konsultan organisasi Gallup memperkenalkan konsep work engagement karyawan secara empiris, dengan responden lebih dari 2500 bisnis, pusat kesehatan, serta unit pendidikan, dan menunjukan adanya hubungan yang kuat antara konsep tersebut dengan hasil yang akan dicapai dalam perusahaan (www.isisurveys.com/ 20 oktober 2012) Pada saat perusahaan mengetahui tingkat engagement karyawan dan memeliharanya untuk tetap tinggi maka secara umum perusahaan atau organisasi akan diuntungkan dengan berbagai hal seperti: 1) Dapat mempertahankan dan meningkatkan produktivitas karyawan karena mereka merasa happy berkarya di perusahaan tersebut, 2) Membantu mempertahankan karyawan terbaik, karena mereka tidak mudah tergiur dengan tawaran perusahaan lain, 3) Membantu pencapaian target perusahaan, karena beberapa studi yang mengkorelasikan antara tingginya work engagement dengan pencapaian target perusahaan membuktikan kebenaran 3

hipotesanya bahwa korelasinya adalah sangat positif (Xanthopoulo, Bakker, Demerouti, & Schaufeli, 2009, p. 236). Work Engagement atau worker engagement merupakan sebuah konsep manajemen bisnis yang menyatakan bahwa karyawan yang memiliki engagement tinggi adalah karyawan yang memiliki keterlibatan penuh dan memiliki semangat bekerja tinggi dalam pekerjaannya maupun dalam hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan jangka panjang. Work Engagement juga mengacu pada keterlibatan, kepuasan, dan antusias karyawan dalam bekerja. Work Engagement telah berkembang dari berbagai konsep melingkupi motivasi, kepuasan kerja, dan komimen organisasi (Agustian, 2012). Menurut Kahn dalam (May & dkk, 2004) work engagement dalam pekerjaan dikonsepsikan sebagai anggota organisasi yang melaksanakan peran kerjanya, bekerja dan mengekspresikan dirinya secara fisik, kognitif dan emosional selama bekerja. Keterikatan karyawan yang demikian itu sangat diperlukan untuk mendorong timbulnya semangat kerja karyawan Karyawan yang memiliki work engagement tinggi akan bekerja lebih dari kata cukup baik, mereka bekerja dengan berkomitmen pada tujuan, menggunakan kompetensi pribadi untuk membuat pilihan bagaimana cara terbaik untuk menyelesaikan suatu tugas, memonitor tingkah laku mereka untuk memastikan apa yang mereka lakukan benar dan sesuai dengan tujuan yang akan mengambil keputusan untuk mengkoreksi jika diperlukan (Thomas, 2009). 4

Secara lebih spesifik Schaufeli, Salanova, Gonzalez-Roma, dan Bakker (2002) mendefinisikan work engagement sebagai positivitas, pemenuhan, dan kerja dari pusat pikiran yang dikarakteristikkan. Work engagement merupakan sebuah motivasi dan pusat pikiran positif yang berhubungan dengan pekerjaan yang dicirikan dengan vigor, dedication, dan absorption (Schaufeli, Salanova, Gonzalez-Roma, & Bakker, 2002, p. 71-72). Berdasar pada penelitian yang dilakukan oleh Schaufeli diketahui bahwa karyawan yang terlibat dalam pekerjaan pasti akan memberikan sikap semangat, dedikasi, dan absopsi yang akan berpengaruh pada keterlibatan kerja pada perusahaan dan berhubungan pada komitmen organisasional yang dimiliki (Schaufeli, Salanova, Gonzalez-Roma, & Bakker, 2002, p. 72). PT. Pindad (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) strategis yang menjadi objek dalam penelitian ini. PT. Pindad (Persero) Turen adalah Perusahaan Industri Manufaktur Indonesia yang bergerak dalam bidang Produk Militer dan Produk komersial. Kegiatan Divisi Munisi PT. Pindad (Persero) Turen mencakup desain dan pengembangan, Rekayasa, Assembling, dan Fabrikasi serta Perawatan. Berdiri pada tahun 1908 sebagai bengkel peralatan militer di Surabaya dengan nama Artilleri Counstructie Winkel (ACW), bengkel ini berkembang menjadi pabrik dan sesudah mengalami perubahan nama pengelola menjadi Artillerie Inrichtingen (AI) kemudian pindah ke Bandung pada tahun 1921 (Pindad, 2003). PT. Pindad (Persero) berubah status menjadi BUMN dengan nama PT. Pindad (Persero) pada tanggal 29 April 1983, kemudian pada tahun 1989 5

perusahaan ini di bawah Pembinaan Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS) yang kemudian berubah lagi namanya menjadi PT. Badan Prakarya Industri Strategis (Persero). Pada tahun 2002 PT. BPIS (persero) dibubarkan oleh pemerintah, sejak itu PT. PINDAD beralih menjadi PT. Pindad (persero) di bawah pengelolaan kementerian BUMN sampai dengan sekarang. Berubahnya status Pindad menjadi persero dan di bawah kementerian BUMN maka pihak direksi PT. Pindad berupaya untuk meningkatkan totalitas kerja dari para pekerja yang bekerja di perusahaan tersebut, agar dapat memberikan pelayanan yang baik kepada para konsumen dan memenuhi target yang telah ditentukan oleh perusahaan. Langkah yang ditempuh oleh manajemen di PT. Pindad (Persero) Turen-Malang adalah dengan mengoptimalkan hasil kerja dari sumber daya manusia yang bekerja di instansinya. Hal ini dilakukan oleh perusahaan dengan harapan nantinya PT.Pindad (Persero) akan dapat meningkatkan totalitas kerja dari para karyawan yang bekerja di lingkungannya. Mengingat karyawan yang dibutuhkan agar dapat memberikan totalitas kerja dengan baik adalah karyawan yang memiliki kompetensi dan berkualitas baik dari segi pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap perilakunya. Namun realita yang ada sebagian besar karyawan yang bekerja di PT. Pindad (Persero) Turen-Malang tingkat totalitas kerja masih kurang. Fenomena tersebut menarik peneliti karena pada saat praktek kerja lapangan di PT. Pindad didapatkan fenomena lain yaitu komitmen organisasional yang sangat tinggi yang seharusnya memiliki hubungan yang positif dengan work engagement, akan tetapi realita di 6

lapangan menunjukan bahwa totalitas kerja kurang. Pernyataan tentang hubungan di atas didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Demerouti bahwa work engagement is positively related to organizational commitment (Sonnentag, 2003, p. 518). Indikasi yang menunjukkan bahwa work engagement masih kurang tampak dari kurang adanya ide dalam menyelesaikan setiap pekerjaan yang dihadapi, perbedaan komitmen organisasional masing-masing karyawan, serta kurang memilki kreativitas dalam menjalankan pekerjaannya. Hal ini juga merupakan dampak dari tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepada pegawai tidak sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, kurangnya pengetahuan dalam menyelesaikan tugas, pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, dan kurangnya keahlian yang dimiliki karyawan tersebut dengan bidang yang dijalaninya (observasi tanggal 23-25 Juli 2012). Berdasar hasil wawancara yang dilakukan peneliti di lapangan pada saat pre research dengan salah satu staf departemen sumber daya manusia diperoleh keterangan bahwa kurangnya totalitas kerja yang dimiliki sebagian karyawan PT.Pindad (Persero) dipengaruhi pula oleh perbedaan komitmen terhadap organisasi dari masing-masing karyawan, perbedaan jenjang pendidikan, jabatan, usia, jenis kelamin, kelompok kerja, pemberdayaan pegawai, juga kompetensi yang dimiliki karyawan di masing-masing departemen (wawancara tanggal 27 Juli 2012). Ya kalau ditanya tentang totalitas kerja karyawan ya sekarang ini bisa dikatakan kurang, soalnya di tiap departemen juga kompetensinya beda, usia, pendidikan juga beda, belum lagi jenis 7

kelamin juga mempengaruhi kerjanya, kamu kan tahu sendiri di lapangan! (totalitas kerja kurang antara lain di departemen pengamanan dan TIK) Terus juga tergantung sama pimpinannya juga, kadang lo kebijakan yang dibuat pimpinan dirasa kurang bijaksana dan pas karyawan juga ga total kerjanya. Contoh aja sekarang yang bisa kamu lihat, kan ada departemen yang pimpinannya kosong karena purna tugas, alhasil sering terjadi komunikasi yang berbeda antar karyawan di bagian tersebut,nah dampaknya juga di totalitas kerjanya kan. (TW 1). Selain itu di PT. Pindad (Persero) Turen-Malang, fenomena menarik yang terjadi di lapangan yang berhubungan dengan totalitas kerja adalah fenomena komitmen organisasional. Komitmen karyawan terhadap falsafah bangsa dan perusahaan menjadi salah satu aspek dominan yang selalu dikedepankan dalam setiap aktivitas kerja di perusahaan tersebut. Pada saat peneliti melakukan praktek kerja lapangan di perusahaan tersebut, peneliti melihat di sebagian departemen sikap karyawan berusaha memberikan kinerja yang baik bagi perusahaan. Akan tetapi hal ini tidak terjadi di seluruh departemen yang berada di divisi munisi (observasi tanggal 27 Juli 2012). Karyawan yang memiliki komitmen yang tinggi akan memandang pekerjaan bukan sebagai beban atau kewajiban, tetapi sarana berkarya dan mengembangkan diri. Namun realita di lapangan banyak karyawan yang masih belum memahami arti komitmen yang sebenarnya. Padahal pemahaman tersebut sangatlah penting agar tercipta kondisi kerja yang kondusif Robbins dalam Sopiah (2008, p. 155) mendefinisikan bahwa komitmen organisasional sebagai suatu sikap yang merefleksikan perasaan suka atu tidak suka dari karyawan terhadap organisasi. Karyawan yang 8

memiliki komitmen yang tinggi pada organisasi cenderung lebih stabil dan produktif. Sebuah perusahaan tidak dapat dipungkiri dituntut untuk benar-benar memperhatikan komitmen organisasional para karyawan serta memaksimalkan efektifitas serta efisiensi kerja para karyawan dalam usaha untuk mencapai totalitas kerja. Berubahnya manajemen perusahaan yang awalnya berbasis militer dan akhirnya berubah menjadi BUMN secara tidak langsung berpengaruh pula pada komitmen masing-masing karyawan terhadap perusahaan. Diberlakukannya sistem kontrak dan karyawan outsourcing membuat karyawan merasa bekerja dikejar target. Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk memaksimalkan komitmen organisasi dan totalitas kerja dari para karyawan dan mendorong mereka untuk lebih produktif, karena karyawan yang mempunyai komitmen organisasional tinggi akan berusaha bekerja secara maksimal sehingga totalitas kerja tercapai. Mengingat peranan sumber daya manusia dalam suatu perusahaan khususnya di PT. Pindad (Persero) sangatlah penting, maka pembinaan harus dilakukan secara intensif oleh perusahaan. Jika dilihat dari kualifikasi pendidikan pegawai, maka pegawai yang berpendidikan SMA/ SMK di PT. Pindad (Persero) Turen-Malang lebih banyak jika dibandingkan dengan pegawai yang bependidikan Diploma Tiga (D3), Strata Satu (S1), maupun Strata Dua (S2), sehingga tingkat kemampuan, pengetahuan, dan keahlian yang dimiliki pegawai masih kurang optimal dan berpengaruh pada komitmen organisasional pegawai itu sendiri dan berhubungan dengan totalitas kerjanya (dokumentasi tanggal 20 Juli 2012). 9

Berdasar data di lapangan dan pernyataan salah satu staff departemen sumber daya manusia, totalitas kerja karyawan di Divisi Munisi PT. Pindad (Persero) Turen-Malang berhubungan pula dengan kompetensi pegawai. Kompetensi adalah suatu karakter mendasar dari seorang yang menyebabkannya sanggup menunjukkan kinerja yang efektif atau superior di dalam pekerjaannya (Manullang, 2004). Kompetensi merujuk kepada karakteristik yang mendasari perilaku yang menggambarkan motif, karakteritik pribadi, konsep diri, nilai-nilai, pengetahuan, atau keahlian yang dibawa seseorang yang berkinerja unggul (superior perfomer) di tempat kerja (Palan, 2005, p. 5). Kompetensi pegawai menjadi salah satu aspek penting dalam kemajuan suatu perusahaan. Di PT. Pindad (Persero) sendiri pengembangan soft skill menjadi bagian dari kompetensi yang harus dimiliki pegawai sebagai salah satu upaya meningkatkan totalitas kerja pegawai. Fenomena yang diuraikan di atas adalah data yang di dapatkan peneliti dalam pre research yang dilakukan peneliti pada saat melakukan praktek kerja lapangan di Divisi Munisi PT. Pindad (Persero). Peneliti juga merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu tentang totalitas kerja diantaranya Schaufeli, Wilmar, B., Arnol B. (2006, p. 707-711) dalam penelitiannya yang berjudul The Measurement of Work Engagement With a Short Questionnaire A Cross-National Study dengan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian ini mengambil sampel 27 kasus carried out diantara tahun 1999-2003 di 10 negara yang berbeda. Dari penelitian tersebut diperoleh 10

hasil bahwa totalitas kerja memiliki hubungan positif dengan pemenuhan kebutuhan di suatu negara yang ditandai dengan semangat, dedikasi, dan penyerapan. Data dikumpulkan di 10 negara yang berbeda dengan jumlah sampel (N = 14.521), dan hasil menunjukkan bahwa 17-item Utrecht Work Engagement Scale (UWES) dapat disingkat menjadi 9 item (UWES-9). Validitas faktorial dari UWES-9 menunjukkan menggunakan analisis faktor konfirmatori, dan tiga nilai skala memiliki internal yang baik konsistensi dan uji-tes ulang reliabilitas. Selain itu, model dua faktor dengan mengurangi Burnout faktor (termasuk kelelahan dan sinisme) dan faktor totalitas diperluas (termasuk kekuatan, dedikasi, penyerapan, dan profesional) sesuai dengan data Hasil ini mengkonfirmasi totalitas kerja dapat dipahami sebagai antipoda positif dengan burnout. Hal ini disimpulkan bahwa UWES-9 skor memiliki sifat psikometrik diterima dan instrumen dapat digunakan dalam studi tentang perilaku organisasi yang positif. Sonnentag, Sabin. (2003, p. 521-525) dalam penelitiannya yang berjudul Recovery, Work Engagement, and Proactive Behavior: A New Look at the Interface Between Nonwork and Work. Dalam penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa studi ini memberikan dukungan untuk efek positif dari pemulihan pada totalitas kerja dan perilaku proaktif, dengan totalitas kerja menengahi efek pemulihan pada perilaku proaktif. Individu yang merasa bahwa mereka cukup pulih selama waktu luang mengalami tingkat yang lebih tinggi dalam totalitas kerja pada hari berikutnya. Totalitas kerja yang tinggi membantu mereka dalam mengambil inisiatif dan mengejar tujuan pembelajaran. Variabel demografi, 11

karakteristik pekerjaan, aspek sifat keterlibatan kerja, dan perilaku proaktif telah dimasukkan sebagai mengontrol variabel dalam analisis. Hal ini berarti bahwa interpretasi yang mengacu pada faktor-faktor sebagai variabel ketiga dapat dikesampingkan. Dengan demikian, tidak hanya kecenderungan umum individu untuk mengalami totalitas kerja atau untuk mengambil inisiatif, tetapi juga pemulihan yang bertanggung jawab atas perasaan totalitas kerja dan tindakan inisiatif pada pekerjaannya dan memiliki hubungan yang positif dengan komitmen organisasional. Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas maka penulis mengambil penelitian dengan tema totalitas kerja serta mengambil judul Hubungan antara Komitmen Organisasional dan Kompetensi Pegawai dengan Totalitas Kerja di Divisi Munisi PT. Pindad (Persero) Turen- Malang B. Rumusan Masalah 1. Berapa tingkat komitmen organisasional pegawai di Divisi Munisi PT. Pindad (Persero) Turen-Malang? 2. Berapa tingkat kompetensi pegawai di Divisi Munisi PT. Pindad (Persero) Turen-Malang? 3. Berapa tingkat totalitas kerja pegawai di Divisi Munisi PT. Pindad (Persero) Turen-Malang? 4. Apakah terdapat hubungan antara komitmen organisasional dan kompetensi pegawai dengan totalitas kerja pegawai di Divisi Munisi PT. Pindad (Persero) Turen-Malang? 12

C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tingkat komitmen organisasional pegawai di Divisi Munisi PT. Pindad (Persero) Turen-Malang. 2. Untuk mengetahui tingkat kompetensi pegawai di Divisi Munisi PT. Pindad (Persero) Turen-Malang. 3. Untuk mengetahui tingkat totalitas kerja pegawai di Divisi Munisi PT. Pindad (Persero) Turen-Malang. 4. Untuk mengetahui adakah hubungan antara komitmen organisasional dan kompetensi pegawai dengan totalitas kerja pegawai di Divisi Munisi PT. Pindad (Persero) Turen-Malang. D. Manfaat Penelitian 1. Teoretis : a) Memberikan sumbangan penelitian di bidang psikologi terutama pada pengembangan berkenaan dengan totalitas kerja. b) penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya dalam pengembangan totalitas kerja pada khususnya dan keilmuan lain pada umumnya 2. Praktis Memberikan pengetahuan tentang totalitas kerja di Divisi Munisi PT. Pindad (Persero) khususnya dan bagi setiap individu pada umunya. 13