Problematika Nasional di Bidang Pangan 1. Kemampuan Negara Menjalankan Kewajiban dalam Pemenuhan dan PemenuhanHak Atas Pangan 2. Kasus Daerah Rawan Pa

dokumen-dokumen yang mirip
Komite Penasehat Dewan HAM PBB Dorong Adopsi Deklarasi Hak Asasi Petani Sebagai Instrumen HAM Internasional

Tujuan 2. Menghentikan kelaparan, meningkatkan ketahanan pangan dan nutrisi, serta mempromosikan pertanian berkelanjutan

La Via Campesina. International peasants movement. Movimiento campesino internacional. Mouvement paysan international. Pergerakan Petani Internasional

TANGGUNG JAWAB NEGARA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL KORPORASI

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia (Badan Pusat Statistik, 2013). Walaupun Indonesia

Tata Kelola Tenurial Yang Bertanggung jawab

Surat Pernyataan Pers: Wujudkan Kedaulatan Pangan Rakyat: Hentikan Proyek MIFEE di Papua

Mendorong masyarakat miskin di perdesaan untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia

I. PENDAHULUAN. yang mendasar atau bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) yang penyelenggaraannya

2 TINJAUAN PUSTAKA. Etnobotani

KOMENTAR UMUM NO. 2 TINDAKAN-TINDAKAN BANTUAN TEKNIS INTERNASIONAL Komite Hak Ekonomi, Sosial, Dan Budaya PBB HRI/GEN/1/Rev.

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari

SEKILAS TENTANG RAWAN PANGAN. Written by adminbkpp2 Wednesday, 20 May :37 - Last Updated Wednesday, 20 May :59

Statement INFID Menyambut UN High Level Event on MDGs, 25 September 2008

Konsep dan Implementasi Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan: Upaya Mendorong Terpenuhinya Hak Rakyat Atas Pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dari perspektif sejarah, istilah ketahanan pangan (food security) mulai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Problem Pelaksanaan dan Penanganan

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. bagi setiap manusia untuk tercukupi kebutuhannya. Pangan merupakan bahan

SAMBUTAN PEMBUKAAN MENTERI PERTANIAN RI. PADA KONFERENSI INTERNASIONAL HAK ASASI PETANI Jakarta, 21 Juni 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Makalah. WORKSHOP Memperkuat Justisiabilitas Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya : Prospek dan Tantangan. Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

Pemahaman Hak Asasi Manusia untuk Hakim Seluruh. oleh Pusham UII bekerjasama dengan Komisi Yudisial RI dan Norwegian Centre for Human Rights.

MENYUSUN INDIKATOR YANG BERPERSPEKTIF GENDER

pangan menyebabkan rendahnya produktivitas yang berakibat pada rendahnya pendapatan (Andersen, 1982 diacu dari Haddad, Lawrence, Frankenberger,

100 Hari Pemerintahan SBY- Boediono: Timpangnya Kebijakan Makroekonomi dengan Kesejahteraan Rakyat. Jakarta, 31 Januari 2010

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. tahun 1970an bersamaan dengan adanya krisis pangan dan kelaparan dunia

hambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l

Versi ke 3 akan diluncurkan tahun 2013

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. sudah ada sejak dahulu, namun jenis dan karakternya selalu berubah.

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

HAK ATAS PERUMAHAN YANG LAYAK: MASYARAKAT ADAT/BANGSA PRIBUMI

REFORMA AGRARIA DAN REFLEKSI HAM

KOMENTAR UMUM no. 12

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MAKALAH HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

Oleh: Wahyu Susilo dalam Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil untuk SDGs Jakarta, 6-7 Oktober 2015

BAB V KESIMPULAN. negara berkembang tidak selalu mengalami kegagalan karena faktor-faktor

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA : 58/PUU-X/2012

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

Hak Atas Standar Penghidupan Layak dalam Perspektif HAM. Sri Palupi Peneliti Institute for Ecosoc Rights

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Halaman Persetujuan Pembimbing... ii. Halaman Pengesahan Skripsi... iii. Halaman Pernyataan... iv

MAKALAH HAK SIPOL & HAK EKOSOB. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 99/PUU-X/2012 Tentang Hak-hak Petani Dalam Melakukan Kegiatan Pemuliaan Tanaman

SAMBUTAN KETUA UMUM KADIN INDONESIA SURYA BAMBANG SULISTO CLOSING SESSION JAKARTA FOOD SECURITY SUMMIT Februari 2012

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan nasional. Ketahanan pangan menurut Food and

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia 2015: Versi Rangkuman

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. ketimpangan struktur agraria, kemiskinan dan ketahanan pangan, dan

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI

Solusi Penyediaan Lahan untuk Kesejahteraan Petani Berkelanjutan?: Meneraca Ulang Program Injeksi Tanah dan Konversi Lahan

ANALISIS WILAYAH RAWAN PANGAN DAN GIZI KRONIS SERTA ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA 1)

Tujuan 6: Menjamin ketersediaan dan manajemen air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan bagi semua

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

1.1 LATAR BELAKANG DAN DASAR PEMIKIRAN PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN PROVINSI JAWA BARAT

Oleh Sugeng Bahagijo. International NGO Forum on Indonesian Development-INFID

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

BAB II PERENCANAAN KINERJA

PERSIAPAN RPJMN TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan yang melanda sebagian besar

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 2

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT

KOMENTAR UMUM 4 Hak atas Tempat Tinggal yang Layak (Pasal 11 [1] Perjanjian Internasional atas Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya)

SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009

Perempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk besar. Perhatian terhadap ketahanan pangan (food security) mutlak

Transkripsi:

Membangun Ownership G20: Penguatan Pangan yang Berkelanjutan; Pengelolaan Pangan dan Kesejahteraan Petani, Round Table Discussion, INFID, Jakarta 28 Maret 2011 Gunawan Sekjend IHCS (Indonesian Human Rights Committee for Social Justice); Anggota Pokjasus DKP (Kelompok Kerja Khusus Dewan Ketahanan Pangan 1

Problematika Nasional di Bidang Pangan 1. Kemampuan Negara Menjalankan Kewajiban dalam Pemenuhan dan PemenuhanHak Atas Pangan 2. Kasus Daerah Rawan Pangan, Busung Lapar dan Gizi Buruk 3. Kasus Keamanan Pangan 4. Kebutuhan Air Bersih 5. Buruknya Nasib Petani dan Nelayan sebagai Produsen Pangan 6. Minimnya Bantuan Pangan dan Pangan Sebagai Jaminan Sosial 2

1. Ketidakoptimalan Negara dalam Menjalankan Kewajiban Jungle of Regulation. Produk peraturan perundangan yang terkait persoalan agraria pada umumnya dan pertanian serta pangan pada khususnya, saling tidak singkron dan justru mengakibatkan akses masyarakat kepada sumber-sumber agraria dan pangan terhalangi, tetapi justru mengintegrasikan ik sumber-sumber b agraria dan sumber-sumber b pangan dengan internasionalisasi modal lewat liberalisasi, privatisasi, dan komersialisasi yang membawa dampak alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian, berkurangnya wilayah tangkap nelayan maupun kriminalisasi petani, nelayan dan masyarakat adat. Sektoralisme. Tidak singkronnya badan-badan pemerintahan yang berwenang mengelola pertanahan, pertanian, perkebunan, kehutanan, pertambangan, perindustrian dan perdagangan serta keuangan. Sebagai negara pihak dalam kontradiksi internasional. Di internasional telah terjadi ketidaksingkronan instrumen dan mekanisme dalam mekanisme di PBB, yaitu antara instrumen pelindung hak atas pangan dengan instrumen pelanggar hak atas pangan. Badan-badan PBB terlibat dalam blunder ini. Intrumen konstruktif hak atas pangan meliputi Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial, Budaya. Beberapa yang diinisiasi oleh FAO, seperti World Conference on Agrarian Reform and Rural Development tahun 1979 yang melahirkan Peasants Charter, World Food Summit setiap lima tahun mulai tahun 1996, Voluntary Guidelines to Support the Progressive Realization of the Right to Adequate Food in the Context of National Food Security (Pedoman Sukarela untuk Mendukung Realisasi Progresif Pemenuhan Hak Atas Pangan secara Layak dalam Kerangka Ketahanan Pangan Nasional) tahun 2004, dan International Conference on Agrarian Reform and Rural Development tahun 2007. Ada juga Pelapor Khusus Hak Atas Pangan (Special Rapporteur on the right to food) yang dibentuk oleh Commission on Human Rights bersandar resolution 2000/10 of 17 April 2000 dan resolution 2001 0f 20 April 2001,, Hak atas pangan juga muncul dalam UN Millenium i Development Goals tahun 2000. Sedangkan yang destruktif dengan hak atas pangan misalnya perjanjian-perjanjian dalam WTO, proyek-proyek World Bank, arahan-arahan IMF, dan berbagai perjanjian perdagangan bebas. 3

2. Daerah Rawan Pangan dan Kasus Busung Lapar Serta Gizi i Buruk Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan/A Food Security And Vulnerability Atlas of Indonesia (FSVA) 2009 Dewan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian, World Food Progame FSVA dibuat Berdasarkan Pilar Ketahanan Pangan: Ketersediaan Pangan (Produksi Domestik, Impor/Perdagangan, Bantuan Pangan); Akses Terhadap Pangan (Kemampuan rumah tangga untuk memperoleh cukup pangan; Pemanfaatan Pangan dan situasi gizi(penyimpanan, ii( i pengolahan, lh penyajian, dll) dll,); Daerah Rawan Pangan yang memerlukan prioritas lebih tinggi 100 Kabupaten paling rentan berdasarkan index ketahanan pangan komposit 4

5

3. Keamanan Pangan Kasus pangan yang mengandung bahan tambahan makanan (BTM) dan bahan pengawet atau zat kimia berbahaya seperti boraks, formalin, Sulfit, rhodamin B, Metanil Kuning dan berbagai pewarna. Kasus Pangan Tercermar Bakteri 6

4. Kebutuhan Air Bersih Kelangkaan Air Bersih Pencemaran Air Komersialisasi i Sumber Air Sengketa Sumber Air Problematika Saluran Irigasi 7

5. Derita Petani, Nelayan, dan Masyarakat Adat Sempitnya lahan pertanian Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Non Pertanian Konflik Agraria Kriminalisasi Petani Pemulia Benih Monokultur dan Monopoli Pertanahan Subsidi idipet Pertanian nd dan nh Harga Pasca Panen Perubahan Iklim dan Bencana Alam 8

6. Bantuan Pangan dan Jaminan Sosial Baru sebatas respon bencana Raskin dan BLT serta Askes Jaminan Sosial mengandalkan anggaran atau redistribusi kekayaan alam melalui reforma agraria 9

Perjuangan Nasional: Menolak Fundamentalisme Pasar dan Reformasi PBB Di hadapan Majelis Umum PBB tahun 2002, Sekjen PBB melaporkan hasil temuan dan rekomendasi Pelapor Khusus Hak Atas Pangan. : Kesimpulan yang paling mengecewakan dari Pertemuan Puncak Pangan Dunia: 5 Tahun Berjalan (World Food Summit: 5 Years Later) ) adalah hanya sedikit kemajuan yang sudah dicapai dalam usaha menguragi kelaparan, meski sudah dinyatakan komitmen tahun 1996 untuk mengurangi kelaparan sampai dengan setengah. Pelapor khusus percaya bahwa hal itu berakar pada persoalan mengenai dampak dari model fundamentalisme-pasar yang ada sekarang, dan lebih menekankan k model keamanan pangan yang berdasar perdagangan. Hal itu juga menjadi akar dari kegagalan untuk memecahkan masalah yaitu kontradiksi internal yang amat menyolok dalam sistem PBB, dimana badan PBB bekerja untuk mempromosikan keadilan sosial, sedang lembaga Bretton Woods (bersama dengan pemerintahan tertentu dan World Trade Organization), yang terus memaksakan Washington Consensus bahkan ketika semakin jelas bahwa hal itu bukanlah jawaban untuk merespon masalah kelaparan dan kemiskinan. Masalah yang dijabarkan sebagai pertanyaan haruslah mengenai model pembangunan yang sekarang ini didasarkan pada Washington Consensus.. Sedang produk ini menghasilkan negara kaya di dunia, hasilnya tidak secara memadai pemerataannya. Ketaksetaraan antar negara terus meningkat, dan model ini jelas tidak memecahkan masalah kelaparan dan kemiskinan di dunia. Kontradiksi internal yang amat nyata dalam sistem PBB dan dalam tindakan negara tertentu harus ditinjau. Kewajiban engara atas penduduk dari negeri lain, khususnya dalam soal hak atas pangan, haruslah diakui. Hal ini mendorong suatu pemahaman, misalnya, bahwa hubungan perdagangan harus diuji untuk memastikan bahwa kebijakan dagang dari suatu negara tidak mempunyai efek negatif terhadap hak atas pangan masyarakat di negeri lain. 10

Perjuangan Nasional : Menentang Perampasan Tanah Sekjend PBB menyatakan, Special Rappoteur on the right to food, percaya bahwa akses ke tanah adalah elemen kunci yang gp penting untuk menghapus kelaparan di dunia. Hal ini berarti bahwa pilihan kebijakan seperti reforma agraria harus memainkan peranan penting dalam suatu strategi suatu negara dalam hal keamanan pangan, di mana akses atas tanah adalah mendasar. Seringkali reforma agraria dinyatakan sebagai pilihan yang ketinggalan jaman dan tidak efektif, tetapi bukti tidaklah mendukung pernyataan itu. Aakses atas reforma agraria dan tanah harus menjadi kunci dari Hak atas Pangan (right to food). Dasar legal sudah jelas di dalam teks Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Di bawah artikel 11, paragraf 2 (a), negara-negara berkomitmen untuk mengembangkan atau memulai reforma sistem agraria dengan cara mana sehingga tercapai pembangunan yang paling efisien dan penggunaan sumber daya alam (developing or reforming agrarian systems in such a way as to achieve the most efficient development and utilization of natural resources). Sekarang ini terjadi peningkatan pengertian terhadap hal di mana pertanian skala kecil lebih efisien daripada d yang berskala besar, dan lebih mampu untuk melindungi i lingkungan. Hal ini i dapat dapat dipahami bahwa mempromosikan reforma agraria juga berarti mempromosikan pertanian skala kecil. General Comment 12, yang merupakan interpretasi yang otoritatif Komite Ekonomi, Sosial, Ekonomi, Budaya (CESCR) mengenai Hak atas Pangan, menyatakan secara jelas bahwa Hak atas Pangan memerlukan akses fisik dan ekonomi atas sumber daya. Komentar itu mengakui bahwa akses atas pangan datang baik dari akses atas pendapatan, p atau akses atas sumber daya produktif seperti tanah. Argumen yang diajukan adalah bahwa kelompok rentan, termasuk mereka yang tidak mempunyai tanah, membutuhkan perhatian khusus, dan bahwa masyarakat adat dan perempuan mempunyai hak atas warisan dan kepemilikan tanah. Jelas bahwa kewajiban pemerintah untuk menghormati Hak atas Pangan berarti bahwa negara harus mengambil segala langkah yang dapat memperbaiki akses atas pangan. Dengan ini, penggusuran tanpa kompensasi yang pantas berati pelanggaran atas Hak atas Pangan 11