PENGARUH WAKTU PROSES DEASETILASI KITIN DARI CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) TERHADAP DERAJAT DEASETILASI

dokumen-dokumen yang mirip
4. Hasil dan Pembahasan

DERAJAT DEASETILASI KITOSAN DARI CANGKANG KERANG DARAH DENGAN PENAMBAHAN NaOH SECARA BERTAHAP

Makalah Pendamping: Kimia Paralel E PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG TERHADAP EFISIENSI PENJERAPAN LOGAM BERAT

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR

Karakterisasi Kitosan dari Limbah Kulit Kerang Simping (Placuna placenta) Characterization of Chitosan from Simping Shells (Placuna placenta) Waste

PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI ION LOGAM Cu 2+ MENGGUNAKAN KITIN TERIKAT SILANG GLUTARALDEHID ABSTRAK ABSTRACT

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Osteoarthritis (OA) 2.2 Glukosamin hidroklorida (GlcN HCl)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

3. Metodologi Penelitian

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Beaker glass 50 ml pyrex. Beaker glass 100 ml pyrex

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Kulit udang yang diperoleh dari pasar Kebun Roek Ampenan kota

PEMANFAATAN KITOSAN CANGKANG KEONG BAKAU (Telescopium sp) SEBAGAI PENGIKAT ION LOGAM TIMBAL (Pb) DALAM LARUTAN

PENGARUH ph DAN WAKTU KONTAK PADA ADSORPSI Cd(II) MENGGGUNAKAN ADSORBEN KITIN TERFOSFORILASI DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) ABSTRAK

Karakterisasi Kitosan dari Cangkang Rajungan dan Tulang Cumi dengan Spektrofotometer FT-IR Serta Penentuan Derajat Deasetilasi Dengan Metode Baseline

TRANSFORMASI KITIN DARI HASIL ISOLASI LIMBAH INDUSTRI UDANG BEKU MENJADI KITOSAN

3 Metodologi Penelitian

PEMANFAATAN KITOSAN DARI CANGKANG RAJUNGAN PADA PROSES ADSORPSI LOGAM NIKEL DARI LARUTAN NiSO 4

DERAJAT DEASETILASI DAN KELARUTAN CHITOSAN YANG BERASAL DARI CHITIN IRRADIASI

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

PENGGUNAAN KITOSAN DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI (LOLIGO PEALLI) UNTUK MENURUNKAN KADAR ION LOGAM Cd DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PEMANFAATAN KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT SEBAGAI ADSORBAN LOGAM TEMBAGA

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

TINGKATAN KUALISTAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI. Abstrak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINGKATAN KUALITAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI. Abstrak

PENJERAPAN LEMAK KAMBING MENGGUNAKAN ADSORBEN CHITOSAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif dan

PENGARUH SUHU DAN WAKTU REAKSI PADA PEMBUATAN KITOSAN DARI TULANG SOTONG (Sepia officinalis)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

BAB II LANDASAN TEORI

4 Hasil dan Pembahasan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab III Metodologi Penelitian

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

Jurnal Teknologi Kimia Unimal

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut :

DAFTAR ISI. Halaman PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI PENGESAHAN DEDIKASI RIWAYAT HIDUP PENULIS ABSTRAK

VARIASI KONSENTRASI DAN ph TERHADAP KEMAMPUAN KITOSAN DALAM MENGADSORPSI METILEN BIRU. Turmuzi Tammi, Ni Made Suaniti, dan Manuntun Manurung

OPTIMASI PEMBUATAN KITOSAN DARI KITIN LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN (Portunus pelagicus) UNTUK ADSORBEN ION LOGAM MERKURI

Jurnal ILMU DASAR Vol. 10 No : Bagus Rahmat Basuki & I Gusti Made Sanjaya Jurusan Kimia,FMIPA, Universitas Negeri Surabaya

Oleh: ANURAGA TANATA YUSA ( ) Pembimbing 1 : Drs. M. Nadjib M., M.S. Pembimbing 2: Lukman Atmaja, Ph.D

3 Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

SINTESIS DAN KARAKTERISASI FISIKA-KIMIA KITOSAN (Synthesis and Physicochemical Characterization of Chitosan)

OPTIMASI DEASETILASI KHITIN DARI KULIT UDANG DAN CANGKANG KEPITING LIMBAH RESTORAN SEAFOOD MENJADI KHITOSAN MELALUI VARIASI KONSENTRASI NaOH

JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman ISSN

3 Metodologi Penelitian

PENGGUNAAN KITOSAN DARI LIMBAH KULIT UDANG SEBAGAI INHIBITOR TERHADAP KEASAMAN TUAK SKRIPSI. Oleh: FIKRIATUN NURHIKMAWATI NIM.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 Metodologi Penelitian

PENGARUH ph DAN WAKTU KONTAK PADA ADSORPSI Pb(II) MENGGUNAKAN ADSORBEN KITIN TERFOSFORILASI DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI Ca 2+ MENGGUNAKAN ADSORBEN KITIN TERFOSFORILASI DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

Karakterisasi Kitin dan Kitosan dari Cangkang Kepiting Bakau (Scylla Serrata)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

4 Hasil dan Pembahasan

PENGARUH RASIO MASSA KITIN/NaOH DAN WAKTU REAKSI TERHADAP KARAKTERISTIK KITOSAN YANG DISINTESIS DARI LIMBAH INDUSTRI UDANG KERING

TUGAS AKHIR RK 0502 PEMANFAATAN KITOSAN LIMBAH CANGKANG UDANG PADA PROSES ADSORPSI LEMAK SAPI

3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lumpur dan di perairan depan hutan mangrove. Rajungan biasanya hidup dengan

PENGARUH KONSENTRASI ASAM HIDROKLORIDA TERHADAP KARAKTERISTIK KITIN TERIPANG HITAM (Holothuria edulis)

PEMBUATAN KOMPOSIT KITIN/KITOSAN YANG DIEKSTRAK DARI CANGKANG KEPITING DAN KARAKTERISASINYA. Oleh: Fitrah Rama Dhony S. ABSTRAK

ISOLASI KITIN, KARAKTERISASI, DAN SINTESIS KITOSAN DARI KULIT UDANG. * ABSTRAK ABSTRACT

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Hidrolisis Kitosan A dengan NaOH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG SEBAGAI BAHAN PENGAWET TAHU

PEMANFAATAN CANGKANG UDANG SEBAGAI BIOADSORBEN ION LOGAM Cu DAN Zn PADA SAMPEL AIR PERMUKAAAN KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya (2014), menyatakan bahwa udang vannamei (Litopenaeus vannamei) tertinggi sehingga paling berpotensi menjadi sumber limbah.

PENGARUH ph, DAN WAKTU KONTAK PADA ADSORPSI Co(II) MENGGUNAKAN ADSORBEN KITIN TERFOSFORILASI DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) ABSTRAK

PEMANFAATAN KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG KERANG HIJAU (Perna viridis) SEBAGAI ADSORBAN LOGAM Cu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan maret sampai juli 2013, dengan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) F-272

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KARAKTERISTIK MUTU DAN KELARUTAN KITOSAN DARI AMPAS SILASE KEPALA UDANG WINDU (Penaeus monodon)

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) F193

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti

Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Binawidya Jl. HR Subrantas Km 12,5 Pekanbaru ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. protein dari sampel, sedangkan demineralisasi merupakan proses pemisahan

PENGARUH KOMBINASI NaOH DAN SUHU BERBEDA TERHADAP NILAI DERAJAT DEASETILASI KITOSAN DARI CANGKANG KERANG KAMPAK (Atrina pectinata)

Sains dan Terapan Kimia, Vol.1, No.2 (Juli 2007),

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Jenis Asam dan Basa pada Pembentukan Senyawa Khitosan dari Limbah Kulit Rajungan

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan padi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Oktober 2014 sampai dengan Februari

4 Hasil dan Pembahasan

UTILIZATION OF Penaus monodon SHRIMP SHELL WASTE AS ADSORBENT OF CADMIUM(II) IN WATER MEDIUM

ADSORPSI ZAT WARNA PROCION MERAH PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI SONGKET MENGGUNAKAN KITIN DAN KITOSAN

Transkripsi:

PENGARUH WAKTU PROSES DEASETILASI KITIN DARI CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) TERHADAP DERAJAT DEASETILASI [EFFECT OF CHITIN DEACETYLATION PROCESSING TIMES FROM SHELLS OF SNAILS (Achatina fulica) TO DEGREE OF DEACETYLATION] Wahyuni 1*, Ahmad Ridhay 1, Nurakhirawati 1 1) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Tadulako, Palu Diterima 11 Agustus 2015, Disetujui 27 November 2015 ABSTRACT Research on the effect of chitin deacetylation processing times from shells of snails on the degree of deacetylation has conducted with a variations of 60 minutes, 90 minutes, 120 minutes and 150 minutes. The purpose of this study was to determine the effect of times improvement in the chitin deacetylation process of the degree of deacetylation. The degree of deacetylation is determined using Fourier Transform Infrared spectroscopy (FTIR). The results show the degree of deacetylation increases with the length of time the process of deacetylation that is 60 minutes to produce the degree of deacetylation of 55.6%, a degree of deacetylation of 90 minutes produces 62.4%, 120 minutes produces 70.3% degree of deacetylation, and time 150 minutes to produce the degree of deacetylation of 84.3%. So that, the length of time spent on the process of deacetylation of chitin from a snail shells, can increase the degree of deacetylation. Keywords: Snail Shells, Times, Degree of Deacetylation, Chitin, Chitosan. ABSTRAK Telah dilakukan penelitian pengaruh waktu proses deasetilasi kitin dari cangkang bekicot terhadap derajat deasetilasi dengan variasi waktu 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh peningkatan waktu dalam proses deasetilasi kitin terhadap derajat deasetilasi. Derajat deasetilasi ditentukan dengan menggunakan spektroskopi Fourier Transform Infrared (FTIR). Hasil penelitian menunjukkan derajat deasetilasi meningkat seiring dengan semakin lamanya waktu proses deasetilasi yaitu pada waktu 60 menit menghasilkan derajat deasetilasi 55,6 %, waktu 90 menit menghasilkan derajat deasetilasi 62,4 %, waktu 120 menit menghasilkan derajat deasetilasi 70,3 %, dan waktu 150 menit menghasilkan derajat deasetilasi sebesar 84,3 %. Sehingga, makin lamanya waktu yang digunakan pada proses deasetilasi kitin dari cangkang bekicot, dapat meningkatkan derajat deasetilasi. Kata Kunci: Cangkang Bekicot, Waktu, Derajat Deasetilasi, Kitin, Kitosan. *) Coresponding Author : wahyunni12@gmail.com 1

PENDAHULUAN Wilayah perairan Indonesia kaya akan sumber daya laut yang melimpah. Salah satunya adalah keanekaragaman Gastropoda. Siput atau bekicot (Achatina fullica) merupakan salah satu kelompok Gastropoda di Indonesia yang dagingnya banyak dimanfaatkan sebagai sumber protein dan menjadi komoditas ekspor, sementara cangkangnya menjadi limbah dalam jumlah yang cukup besar. Limbah cangkang bekicot belum diolah secara optimal, biasanya hanya dimanfaatkan sebagai campuran makanan ternak karena mempunyai kandungan kalsium tinggi. Melihat kandungan kitin pada cangkang bekicot yang mencapai 70% 80% (Srijanto, 2003 dalam Susanti, dkk, 2011) maka cangkang bekicot tersebut dapat dimanfaatkan sebagai salah satu penghasil kitin. Kitin merupakan biopolimer alam paling melimpah kedua setelah selulosa. Senyawa kitin atau ( (1-4)-N-asetil-Dglukosamin) merupakan suatu senyawa turunan selulosa, dimana gugus hidroksil pada atom C-2 digantikan oleh gugus asetamida (Pujiastuti, 2001 dalam Kusumaningsih, dkk, 2004). Deasetilasi merupakan proses pengubahan gugus asetamida (NHCOCH 3 ) pada kitin menjadi gugus amina (NH 2 ) pada kitosan dengan penambahan NaOH pekat atau larutan basa kuat berkonsentrasi tinggi (Srijanto dkk., 2006). Derajat deasetilasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti konsentrasi basa, temperatur, waktu reaksi, perbandingan antara kitin dengan larutan alkali, serta ukuran partikel. Menurut Sugita dkk., (2009), bahwa penggunaan waktu yang panjang dengan suhu yang tinggi pada proses deasetilasi menyebabkan penurunan rendemen dan bobot molekul, namun dapat meningkatkan derajat deasetilasi. Puspawati dan Simpen (2010) telah melakukan penelitian tentang optimasi deasetilasi kitin dari kulit udang dan cangkang kepiting dengan suhu deasetilasi 120 o C selama 4 jam menghasilkan derajat deasetilasi sebesar 88,04 %. Azhar, dkk (2010) melakukan penelitian terhadap kitin dari limbah kulit udang dengan menggunakan waktu deasetilasi selama 5 jam dengan suhu 100 o C, menghasilkan derajat deasetilasi 65,63%. Rizqiyah (2007) melakukan penelitian tentang isolasi kitin dan kitosan dari cangkang hewan mimi dengan waktu deasetilasi 2,5 jam pada suhu 140 o C hanya menghasilkan derajat deasetilasi sebesar 50,5 %. Sementara Suharjo dan Harini (2005) melakukan ekstraksi kitosan dari cangkang udang windu dengan suhu deasetilasi 120 o C dengan waktu deasetilasi hanya 1 jam dapat menghasilkan derajat deasetilasi yang cukup besar yakni 82,51 %. Berdasarkan dari data penelitian tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu pada proses deasetilasi kitin dari cangkang bekicot terhadap derajat deasetilasi. 2

METODE PENELITIAN Bahan dan Peralatan Bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cangkang Bekicot, NaOH, HCl 1 M, NaOCl, Aquadest, kertas ph dan kertas saring whatmann 42. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik, hot plate, alat refluks, oven, FTIR dan alat-alat gelas yang umum digunakan dalam laboratorium Prosedur Kerja Persiapan cangkang bekicot Cangkang bekicot yang akan digunakan, terlebih dahulu dihancurkan, dikeluarkan isinya dan dicuci dengan air hingga bersih, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. Cangkang yang yang telah bersih dan kering direduksi ukurannya dengan lumpang alu kemudian diayak dengan ayakan 60 mesh. Deproteinasi Serbuk cangkang bekicot ditambahkan dengan NaOH 3,5% (1:10 b/v). Campuran dipanaskan pada suhu 65 O C selama 2 jam. Setelah itu dinetralkan ph-nya dengan aquadest dan sedikit HCl dicuci, dan disaring. Kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 60 O C. Demineralisasi Cangkang bekicot yang sudah bebas protein direaksikan dengan larutan HCl 1 M (1:15 b/v). Campuran diaduk dengan pengaduk magnetik selama 1 jam pada suhu ruang. Setelah itu disaring menggunakan penghisap vakum, dicuci dengan air hingga ph netral, dan dikeringkan dalam oven pada suhu 60 o C sampai kering. Depigmentasi Residu kitin hasil demineralisasi ditambahkan NaOCl 0,315% (1:10 b/v). Campuran diaduk selama 1 jam pada suhu ruang. Lalu disaring kemudian dicuci dengan aquadest sampai ph netral. Setelah itu dikeringkan dalam oven pada suhu 60 O C. Deasetilasi Kitin yang diperoleh kemudian di deasetilasi dengan menambahkan NaOH 50% dengan perbandingan 1:10 (b/v) lalu diaduk pada suhu 120 O C dengan variasi waktu 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit. Residu hasil deasetilasi disaring dan dicuci menggunakan akuades hingga ph netral. Selanjutnya hasil deasetilasi dianalisis menggunakan FTIR untuk menentukan derajat deasetilasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Rendemen kitin dari cangkang bekicot Proses isolasi kitin dari cangkang bekicot (Achatina fullica) terdiri dari tiga tahap, pada tahap deproteinasi dilakukan penambahan NaOH untuk menghilangkan protein yang terkandung dalam cangkang bekicot, baik yang berikatan kovalen dengan kitin maupun yang berikatan secara fisik. Protein akan lepas dengan membentuk Na-Proteinat yang larut dalam air. Selanjutnya yaitu tahap demineralisasi, dimana penambahan HCl pada proses ini dimaksudkan untuk 3

1481.33 1442.75 1413.82 3346.50 873.75 3070.68 2991.59 1654.92 3641.60 667.37 711.73 1786.08 518.85 1068.56 2519.03 1012.63 KOVALEN, 2(1):1 7, April 2016 ISSN: 2477-5398 100 %T 90 80 70 60 50 40 30 20 menghilangkan mineral - mineral yang terkandung dalam cangkang bekicot seperti kalsium karbonat (CaCO 3 ) dan Ca 3 (PO 4 ) 2 menurut reaksi seperti yang ditampilkan dalam persamaan berikut : CaCO 3 + 2HCl CaCl 2 + H 2 O + CO 2 Ca 3 (PO 4 ) 2 + 6HCl 3CaCl 2 + 2H 3 PO 4 Dari proses demineralisasi dihasilkan serbuk cangkang bekicot berwarna kecoklatan, sehingga perlu dilakukan proses depigmentasi untuk menghilangkan zat warna yang terdapat pada cangkang bekicot dengan penambahan NaOCl. Pada proses ini terjadi oksidasi antara kitin dengan larutan NaOCl sehingga mampu mendegradasi pigmen (Whisler, 1992 dalam Sugihartini 2001). Hasil dari proses depigmentasi yaitu serbuk kitin cangkang bekicot berwarna putih kecoklatan dengan rendemen kitin sebesar 34,63% dari 600 g tepung cangkang bekicot. Gugus fungsional kitosan cangkang bekicot Identifikasi gugus fungsional kitosan dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer infra merah. 4000 kitwahyn 3500 3000 2500 2000 1750 Gambar 1. Spektrum Kitosan Waktu Deasetilasi 150 menit 1500 1250 1000 750 500 1/cm Pada gambar spektra kitosan cangkang bekicot, terlihat adanya pita serapan pada bilangan gelombang 3346.50 cm -1 yang menunjukkan gugus fungsi OH ulur dan NH ulur. Pita serapan pada bilangan gelombang 2991.59 cm -1 menunjukkan gugus fungsi CH 2 ulur, pita serapan pada bilangan gelombang 1654.92 cm -1 menunjukkan adanya gugus C=O amida, pita serapan pada bilangan gelombang 1012.63 cm -1 menunjukkan adanya gugus fungsi C-O-C dan pita serapan pada bilangan gelombang 873.75 cm -1 menunjukkan masih adanya mineral silika. Kitosan hasil deasetilaasi kitin cangkang bekicot Pembuatan kitosan dari kitin cangkang bekicot dilakukan dengan proses deasetilasi, penggunaan larutan NaOH 50% (b/v) pada proses deasetilasi kitin dimaksudkan untuk memutus ikatan antara karbon pada gugus asetil dengan atom nitrogen pada kitin, sehingga berubah menjadi gugus amina (-NH 2 ). Kitin tahan terhadap larutan basa konsentrasi tinggi, karena unit sel kitin berstruktur kristalin dan adanya ikatan hidrogen yang meluas antar atom nitrogen dan gugus karboksil tetangganya (Karmas, 1992 dalam Savitri, dkk, 2010). Transformasi kitin menjadi kitosan merupakan reaksi hidrolisis. Dimana mekanisme reaksinya diawali dengan masuknya gugus hidroksil (OH - ) dari NaOH ke atom C karbonil. Hal ini disebabkan 4

karena gugus hidroksil memiliki pasangan elektron bebas yang bersifat nukleofilik. Masuknya gugus hidroksil terjadi pada atom C karbonil disebabkan karena adanya efek induksi sehingga elektron pada atom C karbonil mengarah ke atom O yang menyebabkan atom C karbonil sangat elektropositif. Hasil yang ditimbulkan akibat masuknya gugus hidroksil ke atom C karbonil menyebabkan putusnya ikatan π pada C=O karbonil. Atom O pada hidroksil (OH - ) mampu menarik elektron pada H sehingga menyebabkan terbentuknya proton. Atom N yang memiliki satu pasang elektron bebas dapat menarik proton sehingga membentuk ion ammonium. Untuk menstabilkan atom N maka terjadi pemutusan ikatan N-C yang disertai pembentukan ikatan C=O sehingga terbentuk kitosan. Tabel 1. Hasil Perhitungan Rendemen Kitosan Waktu Deasetil asi Kitin (menit) Berat Kitin (g) Berat Kitosan (g) I II Rata rata (g) Rendemen (%) 60 5 0,680 0,593 0,637 12,74 90 5 0,508 0,604 0,556 11,12 120 5 0,481 0,402 0,442 8,84 150 5 0,384 0,258 0,321 6,42 Dari hasil perhitungan rendemen kitosan, terlihat bahwa perlakuan waktu 60 menit memiliki kadar rendemen kitosan tertinggi dibandingkan dengan perlakuan waktu yang lainnya. Sedangkan perlakuan waktu 150 menit memiliki kadar kitosan yang paling rendah. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diketahui bahwa semakin lama waktu yang digunakan dalam proses deasetilasi maka rendemen kitosan yang dihasilkan semakin sedikit. Semakin lama waktu yang digunakan dalam proses deasetilasi, maka semakin lama proses reaksi NaOH, yang menyebabkan semakin banyak gugus asetil pada kitin yang tereduksi, sehingga rendemen kitosan yang diperoleh semakin sedikit, tetapi kualitas kitosan menjadi lebih baik (murni) (Suharjo dan Harini, 2005). Derajat deasetilasi kitosan cangkang bekicot Derajat deasetilasi menunjukkan berkurangnya gugus asetil dari kitin menjadi gugus amina pada kitosan. Derajat deasetilasi dapat ditentukan dari hasil spektrum spektroskopi IR dengan metode garis dasar (base line) yang dikemukakan oleh Domszy dan Roberts, dengan mencatat puncak tertinggi dan mengukur pita dasar yang dipilih (Sugita dkk, 2009). Berdasarkan hasil spektrum FTIR yang diperoleh dari kitosan hasil isolasi yang dioptimasi pada berbagai waktu, diperoleh derajat deasetilasi untuk waktu 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit seperti dalam Gambar 2. Dari Gambar 2 menunjukkan bahwa semakin lama waktu yang dibutuhkan dalam proses deasetilasi maka semakin besar pula derajat deasetilasi yang dihasilkan. Pada waktu deasetilasi 60 menit dihasilkan derajat deasetilasi 55,6%, berdasarkan ketentuan derajat deasetilasi kitin (<60%) dan kitosan (>60%), maka 5

DD (%) KOVALEN, 2(1):1 7, April 2016 ISSN: 2477-5398 pada waktu 60 menit proses deasetilasi kitin belum sempurna, sehingga belum terbentuk kitosan. Sementara untuk waktu 90 dan 120 menit dihasilkan derajat deasetilasi secara berurutan yaitu 62,4% dan 70,3%. Derajat deasetilasi terbaik diperoleh pada waktu deasetilasi 150 menit sebesar 84,3%. Kitosan yang dihasilkan sesuai untuk penggunaan umum derajat deasetilasi yang dihasilkan juga semakin besar (Rokhati N, 2006). Semakin lama waktu proses maka reaksi akan berlangsung semakin lama, sehingga molekul NaOH yang teradisi ke molekul kitin semakin banyak, menyebabkan gugus asetil yang terlepas pun semakin banyak, sehingga derajat deasetilasi semakin meningkat. berdasarkan kualitas kitosan dengan derajat deasetilasi 65% - 85%. 90 85 80 75 70 65 60 55 50 Gambar 2. Hubungan Waktu Proses Deasetilasi terhadap Derajat Deasetilasi Kitosan Waktu proses yang terlalu singkat menyebabkan proses deasetilasi tidak berlangsung sempurna, dimana adisi hidroksil dari NaOH tidak memiliki waktu yang cukup untuk dapat mengeliminasi gugus asetil, sehingga pembentukan amina tidak banyak, karena masih banyak gugus asetil (-COCH 3 ) pada kitin yang belum tereduksi. 55,6 62,4 70,3 60 90 120 150 Waktu (menit) 84,3 Peningkatan waktu pemanasan pada proses deasetilasi menyebabkan semakin lama reaksi antar molekul NaOH dengan kitin, maka proses adisi dan eliminasi dari reaksi juga semakin meningkat sehingga KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa derajat deasetilasi meningkat seiring dengan semakin lamanya waktu proses deasetilasi. Derajat deasetilasi terbaik diperoleh pada waktu deasetilasi 150 menit sebesar 84,3%. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh waktu proses deasetilasi dengan perlakuan waktu di atas 150 menit, dengan range yang lebih lama yaitu 1 jam, 2 jam dan seterusnya. DAFTAR PUSTAKA Azhar, M., Efendi J., Syofyeni E., Lesi R. M., Novalina S,. 2010. Pengaruh Konsentrasi NaOH dan KOH Terhadap Derajat Deasetilasi Kitin dari Limbah Kulit Udang. EKSAKTA. 1(11): 1-8. Kusumaningsih, T., Abu M & Usman, A,. 2004. Pembuatan Kitosan dari Kitin Cangkang Bekicot (Achatina fulica). Biofarmasi. 2 (2): 64-68. Srijanto. B, Imam. P, Masduki & Purwantiningsih. 2006. Pengaruh Derajat Deasetilasi Bahan Baku 6

pada Depolimerisasi Kitosan. Akta Kimindo. 1 : 67-72. Sugita P., Wukirsan, T., Sjahriza, A & Wahyono, D,. 2009. Kitosan Sumber Biomaterial Masa Depan. Bogor: IPB Press. Puspawati, N. M dan Simpen, I. N,. 2010. Optimasi Deasetilasi Khitin dari Kulit Udang dan Cangkang Kepiting Limbah Restoran Seafood Menjadi Khitosan Melalui Variasi Konsentrasi NaOH. JURNAL KIMIA 4 (1): 79-90. Rizqiyah, R, D. N,. 2007. Isolasi dan Identifikasi Kitin, Kitosan dari Cangkang Hewan Mimi (Horseshoe Crab) Menggunakan Spektrofotometri Infra Merah. [Skripsi]. Malang: Jur Kimia FST UIN Malang. Mutu Khitosan dari Cangkang Rajungan, [Tesis]. Bogor: Prodi Teknologi Hasil Perikanan FPIK IPB. Suharjo dan Harini, N,. 2005. Ekstraksi Chitosan dari Cangkang Udang Windu (Penaeus monodon Sp.) Secara Fisika-Kimia (Kajian Berdasarkan Ukuran Partikel Tepung Khitin dan Konsentrasi NaOH). GAMMA. 1(1): 7-15. Susanti, R. D., Soripada, T. A & Silaban, R,. 2011. Pemanfaatan Kitosan dari Limbah Cangkang Bekicot Sebagai Adsorban Logam Tembaga. (digilib.unimed.ac.id/611/1/pemanfa atan%2520kitosan%2520dari%252 0limbah%2520cangkang%2520beki cot.pdf), diakses pada 3 Agustus 2015. Rokhati. N. 2006. Pengaruh Derajat Deasetilasi Kitosan Dari Kulit Udang Terhadap Aplikasinya Sebagai Pengawet Makanan. Reaktor. 10(2): 54-58. Savitri, E., Soeseno, N & Adiarto, T,. 2010. Sintesis Kitosan, Poli(2-amino-2- deoksi-d-glukosa), Skala Pilot Project dari Limbah Kulit Udang sebagai Bahan Baku Alternatif Pembuatan Biopolimer. Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan. Yogyakarta, 26 Januari 2010. Yogyakarta: Program Studi Teknik Kimia FTI UPN Veteran. Hlm 1-10. Sugihartini, L. 2001. Pengaruh Konsentrasi Asam Klorida dan Waktu Demineralisasi Khitin Terhadap 7