JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman ISSN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman ISSN"

Transkripsi

1 SINTESIS, KARAKTERISASI DAN APLIKASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG WANGKANG (Penaeus orientalis) SEBAGAI KOAGULAN DALAM MENURUNKAN KADAR BAHAN ORGANIK PADA AIR GAMBUT Stefunny 1*, Titin Anita Zaharah 1, Harlia 1 1 Progam Studi Kimia, Fakultas MIPA, UniversitasTanjungpura, Jln. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi 78124, Pontianak * stefunnisme@gmail.com ABSTRAK Udang Wangkang (Penaeus orientalis) merupakan salah satu komoditas udang unggulan di Kalimantan Barat. Umumnya, cangkang udang hanya dibuang sebagai limbah, padahal di dalam cangkang udang mengandung senyawa kitin yang dapat meningkat nilai guna dari cangkang udang. Penelitian ini bertujuan mensintesis kitosan dari kitin cangkang udang wangkang serta diaplikasikan sebagai koagulan untuk menurunkan kadar bahan organik pada air gambut, mengingat daerah Kalimantan Barat yang didominasi oleh perairan gambut. Cangkang udang wangkang mengandung kitin 23,151%, mineral 51,129% dan protein 21,039% yang diperoleh melalui proses demineralisasi, deproteinasi dan deasetilasi. Kitosan dari cangkang udang wangkang memiliki derajat deasetilasi 72,85%, kadar abu 0,55% dan kadar air 9,08%. Hasil karakterisasi kitosan dengan menggunakan spektrofotometri FTIR menunjukkan adanya gugus OH str dan N H str yang saling tumpang-tindih pada bilangan gelombang 3410,15 cm -1, 2877,79 cm -1 (gugus C H alifatik str), 1597,06 cm -1 (gugus N H bend), dan 1419,61 cm -1 (gugus C H bend), 1257,59 cm -1 (gugus C N str) dan 1080,14 cm -1 (gugus C O str). Proses koagulasi bahan organik oleh kitosan dipengaruhi oleh massa dan ph. Kondisi optimum koagulasi dicapai pada massa 7 gram dan ph 3, dengan total penurunan bahan organik sebesar 2959,29 mg/l dan persen penurunan bahan organik sebesar 67,82%. Kata kunci: cangkang udang wangkang, kitosan, koagulasi, bahan organik, air gambut PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia yaitu sepanjang km dan kaya akan potensi baharinya. Salah satu potensi yang dikembangkan adalah sumber daya perikanan yang sekaligus merupakan sumber utama biopolimer. Berdasarkan Data Pusat Statistik dan Informasi (2012), produksi udang di Kalimantan Barat pada tahun 2010 mencapai ton. Angka produksi ini akan terus meningkat seiring dengan tingkat konsumsi yang semakin tinggi pula tiap tahunnya sehingga produksi limbah cangkang udang juga akan menjadi aspek yang perlu diperhatikan sebagai akibat dari peningkatan tersebut. Cangkang udang memiliki nilai ekonomis yang rendah. Cangkang udang yang apabila dibuang begitu saja maka akan terhidrolisis dan menghasilkan bau busuk serta meningkatkan BOD (Biological Oxygen Demand) air sehingga dapat merusak kualitas air (Cahyaningrum, 2008). Apabila ditinjau dari komposisinya, cangkang udang mengandung mineral (45-50%), protein (25-40%) dan kitin (15-20%). Kitin yang kehilangan gugus asetilnya dikenal dengan kitosan yang dapat meningkatkan nilai guna dari cangkang udang. Keberadaan kitin yang cukup melimpah pada cangkang biota laut mendorong banyak penelitian tentang isolasi kitin untuk sintesis kitosan. Beberapa penelitian telah dilakukan dalam mensintesis kitosan, seperti dari cangkang kerang hijau, cangkang udang windu dan cangkang rajungan (Sinardi, dkk, 2013; Suharjo dan Harini, 2005; Pitriani, 2010). Pemanfaatan kitosan antara lain digunakan sebagai koagulan (Ningrum, 2007; Prayudi dan Susanto, 2000 dan Mahatmanti dan Sumarni, 2003), adsorben logam berat (Alfian, 2003) dan antibakteri (Killay, 2013). 52

2 Salah satu jenis udang yang paling banyak ditemukan di Kalimantan Barat, khususnya di Pontianak adalah jenis udang wangkang (Penaeus orientalis). Sementara itu, kota Pontianak dikenal sebagai daerah yang kaya dengan tanah gambut dimana penyebaran air gambut sangat melimpah. Namun, apabila ditinjau dari segi kualitasnya maka air gambut tidak dapat langsung digunakan karena keberadaan bahan organiknya (KMnO mg/l) yang menjadi prekursor trihalometana yang bersifat karsinogenik. Selain itu, penampilan fisik dari air gambut yang berwarna kecoklatan dan memiliki rentang ph rendah ( 5) menyebabkan air gambut tidak dapat digunakan sebagai air bersih (Afritha, 2011; Elfiana dan Zulfikar, 2012). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang sintesis kitosan dari cangkang udang wangkang (Penaeus orientalis) yang bertujuan untuk meningkatkan nilai guna dari cangkang udang wangkang melalui pemanfaatkannya sebagai koagulan dalam menurunkan kadar bahan organik pada air gambut. METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat gelas, kertas saring, neraca analitik, oven, ph meter, spektrofotometer UV-Vis (Varian Cary conc.), spektrofotometer FTIR, stirrer plate dan magnetic stirrer. Bahan-bahan yang digunakan adalah akuades (H 2 O), asam klorida (HCl), asam oksalat (H 2 C 2 O 4 ), asam sulfat (H 2 SO 4 ), kalium permanganat (KMnO 4 ) dan natrium hidroksida (NaOH). Cara Kerja Sintesis Kitosan dari Cangkang Udang Wangkang Cangkang udang wangkang dicuci bersih dan dikeringkan serta dihaluskan dan diayak dengan ukuran 100 mesh. Sintesis kitosan dalam penelitian ini merujuk pada prosedur Suharjo dan Harini (2005). 1. Tahap demineralisasi Serbuk cangkang udang wangkang direaksikan dengan larutan HCl 1,25 N dengan perbandingan 1:10 (b/v) dan dipanaskan pada suhu 100 selama 2 jam sambil diaduk. Residu yang dihasilkan kemudian disaring, dicuci hingga ph netral dan dikeringkan dalam oven. 2. Tahap deproteinasi Residu yang dihasilkan dari tahap demineralisasi direaksikan dengan larutan NaOH 3,5% dengan perbandingan 1:6 (b/v) dan dipanaskan pada suhu selama 1 jam sambil diaduk. Residu yang dihasilkan disebut kitin, dicuci hingga ph netral dan dikeringkan dalam oven. 3. Tahap deasetilasi Kitin yang diperoleh direaksikan dengan larutan NaOH 50% dengan perbandingan 1:20 (b/v) dan dipanaskan pada suhu 120 selama 1 jam sambil diaduk. Residu yang dihasilkan disebut kitosan, dicuci hingga ph netral dan dikeringkan dalam oven. Penentuan Kualitas dan Karakterisasi Kitosan Kitosan yang dihasilkan dari cangkang udang wangkang dikarakterisasi dengan spektrofotometri FTIR dan ditentukan kualitasnya melalui 3 parameter yaitu, kadar air, kadar abu dan derajat deasetilasi. 1. Kadar Air Kitosan ditimbang sebanyak 1,000 gram dan dimasukkan ke dalam cawan porselen yang telah diketahui bobotnya. Cawan beserta kitosan dimasukkan ke dalam oven pada suu 105 selama 3 jam. Cawan berisi kitosan dimasukkan ke dalam desikator dan ditimbang. Pengeringan dan penimbangan diulangi setiap jam sampai diperoleh bobot konstan dan dihitung persentase kadar air kitosan (Kurniasih dan Kartika, 2011). 2. Kadar Abu Cawan porselen dibersihkan dan dipanaskan dalam tanur, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 0,5000 gram kitosan dimasukkan ke dalam cawan porselen dan dibakar dalam tanur pengabuan dengan suhu 600 sampai diperoleh abu berwarna putih. Cawan berserta isinya didinginkan dalam desikator dan ditimbang serta dihitung persentase kadar abu kitosan (Kurniasih dan Kartika, 2011). 3. Derajat Deasetilasi Derajat deasetilasi kitosan dari cangkang udang wangkang ditentukan dengan merujuk pada prosedur Khan et al (2002). Penentuan derajat deasetilasi 53

3 kitosan dihitung berdasarkan metode baseline atau garis dasar yang diperoleh dari spektra IR kitosan, dimana rumus yang digunakan adalah sebagai berikut. [( )] Penentuan Kadar Bahan Organik dalam Air Gambut dengan Metode Permanganometri Penentuan bilangan permanganat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut menurut SNI No (2004). Sebanyak 100 ml air gambut diambil dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer serta ditambahkan beberapa batu didih. Ditambahkan beberapa tetes larutan KMnO 4 0,01 N ke dalam sampel air gambut hingga terbentuk berwarna merah muda. Kemudian, ditambahkan sebanyak 5 ml larutan H 2 SO 4 8 N ke dalam sampel air gambut serta dipanaskan pada suhu 105. Larutan baku KMnO 4 0,01 N dipipet sebanyak 10 ml ke dalam sampel dan dipanaskan hingga mendidih selama 10 menit. Setelah itu, ditambahkan 10 ml larutan H 2 C 2 O 4 0,01 n. Sampel tersebut kemudian dititrasi dengan larutan KMnO 4 0,01 N hingga terbentuk warna merah muda. Dicatat volume KMnO 4 0,01 N yang digunakan untuk mencapai titik akhir titrasi. [( ) ( )] Penentuan Kondisi Optimum Koagulasi (Ningrum, 2007 dengan modifikasi) 1. Penentuan massa optimum kitosan Sebanyak 500 ml sampel air gambut ditempatkan dalam 5 erlenmeyer. Masingmasing Erlenmeyer ditambahkan serbuk kitosan sebanyak 4; 5; 6; 7 dan 8 gram. Larutan diaduk dengan kecepatan 120 rpm (fast mixing) selama 3 menit, setelah itu diturunkan kecepatan pengadukan menjadi 40 rpm (slow mixing) selama 10 menit dan didiamkan selama 15 menit. Kemudian larutan diambil dengan menggunakan pipet, larutan (filtrat) yang diperoleh diukur absorbansinya pada panjang gelombang 254 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Prosedur dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan. 2. Penentuan ph optimum Sebanyak 500 ml sampel air gambut ditempatkan dalam 5 erlenmeyer dan divariasikan ph yakni 2; 3; 4; 5; dan 6 dengan menambahkan HCl atau NaOH. Masing-masing Erlenmeyer ditambahkan serbuk kitosan dengan massa optimum yang diperoleh dari prosedur (1). Larutan diaduk dengan kecepatan 120 rpm (fast mixing) selama 3 menit, setelah itu diturunkan kecepatan pengadukan menjadi 40 rpm (slow mixing) selama 10 menit dan didiamkan semala 15 menit. Kemudian larutan diambil dengan menggunakan pipet, larutan (filtrat) yang diperoleh diukur absorbansinya pada panjang gelombang 254 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Prosedur dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Kitosan dari Cangkang Udang Wangkang Cangkang udang wangkang dicuci bersih, dikeringkan dan dihaluskan membentuk serbuk dengan ukuran 100 mesh. Serbuk cangkang udang wangkang yang disintesis membentuk kitosan melewati 3 tahapan, yakni proses demineralisasi, deproteinasi dan deasetilasi. Tahap demineralisasi bertujuan untuk memisahkan atau menghilangkan mineral yang terkandung dalam cangkang udang yaitu kalsium karbonat. Sehingga HCl yang digunakan pada proses demineralisasi akan melarutkan garam-garam kalsium seperti persamaan reaksi berikut ini (Kurniasih dan Kartika, 2011). Berdasarkan persamaan reaksi di atas, maka dapat diasumsikan bahwa penghilangan kalsium karbonat terjadi melalui dua bentuk senyawa yaitu dalam bentuk kalsium klorida (yang larut dalam air dan hilang pada saat proses pencucian) serta karbon dioksida yang berbentuk gas. Tahap deproteinasi bertujuan untuk mereduksi protein yang terdapat pada cangkang udang. Pemutusan protein dari kitin dapat terjadi apabila struktur protein menjadi rusak akibat suhu reaksi yaitu antara Selain itu, penghilangan protein pada struktur kitin dapat disebabkan 54

4 oleh reaksi protein tersebut dengan basa yang menghasilkan natrium proteinat yang dapat larut dalam air. Residu yang dihasilkan dari tahap demineralisasi dan deproteinasi disebut sebagai kitin, dimana kitin yang kehilangan gugus asetilnya pada proses deasetilasi disebut kitosan. Berikut disajikan kandungan mineral, protein dan kitin dari cangkang udang wangkang (lihat Tabel 1.) Tabel 1. Kandungan mineral, protein dan kitin dari cangkang udang wangkang Komposisi Cangkang Udang Wangkang Persentase (%) Mineral 51,129 Protein 21,039 Kitin 23,151 Tahap deasetilasi atau reaksi pelepasan gugus asetil (COCH 3 ) pada kitin menjadi kitosan melibatkan reaksi pada suhu tinggi oleh basa kuat. Gugus OH pada basa kuat NaOH berperan sebagai gugus yang kaya elektron (nukleofilik). Sehingga gugus ini mampu menyerang gugus asetil khususnya pada atom karbon yang terikat pada gugus C=O yang mengakibatkan lepasnya gugus asetil pada kitin. Penentuan Kualitas dan Karakterisasi Kitosan dari Cangkang Udang Wangkang Beberapa parameter untuk menentukan kualitas kitosan adalah kadar air, kadar abu dan derajat deasetilasi. Tabel 2 menunjukkan data persentase kadar abu dan kadar air serta derajat deasetilasi kitosan dari cangkang udang wangkang yang dibandingkan dengan kitosan standar. Tabel 2. Perbandingan kualitas kitosan dari cangkang udang wangkang terhadap kitosan standar pada beberapa parameter Parameter Kualitas Kitosan Standar* Kitosan Cangkang Udang Wangkang Kadar Abu 2% 0,55% Kadar Air 10% 9,08% % DD 70% 72,85% Warna Putih Putih *Kitosan standar dari Biochitosan Indonesia Berdasarkan data dari Tabel 2, diperoleh persentase kadar abu kitosan dari cangkang udang wangkang yang telah memenuhi standar kualitas kitosan standar. Besarnya kadar abu diasumsikan sebagai parameter keberhasilan dari proses demineralisasi. Sedangkan persentase kadar air pada kitosan sebesar 9,08%, angka ini hampir mendekati batas maksimum kadar air dari standar kualitas kitosan standar. Menurut Kurniasih dan Kartika (2011), tingginya kadar air pada kitosan memungkinkan terjadinya proses swelling pada kitosan, mengingat sifat kitosan yang higroskopis. Karakterisasi kitin dan kitosan dari cangkang udang wangkang dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri FTIR. Berikut disajikan spektra IR dari kitin dan kitosan dari cangkang udang wangkang dan kitosan standar. Gambar 1.Spektra IR kitin dan kitosan dari cangkang udang wangkang serta kitosan standar Keterangan: Kitin cangkang udang wangkang (garis hitam); kitosan cangkang udang wangkang (garis ungu); kitosan standar (garis merah) Pada spektra IR kitosan dari cangkang udang wangkang, muncul pita serapan pada bilangan gelombang 3410,15 cm -1 yang menunjukkan adanya vibrasi streching pada gugus OH dan N H yang saling tumpang tindih, sedangkan pada kitosan standar pita serapan gugus ini muncul pada bilangan gelombang 3425,58 cm -1. Vibrasi stretching dari gugus N H amida pada kitin muncul pada bilangan gelombang 3271,27 cm -1, pita serapan ini sama sekali tidak muncul pada spektra kitosan cangkang udang wangkang maupun kitosan standar. Hal inilah yang memperkuat bahwa telah terjadi pelepasan gugus asetil. Pita serapan 55

5 % Penurunan Bahan Organik JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman ISSN pada panjang gelombang 2877,79 cm -1 menandakan adanya vibrasi stretching dari gugus C H alifatik. Munculnya pita serapan pada bilangan gelombang 1651,07 cm -1 menandakan adanya vibrasi stretching gugus fungsi C=O karbonil yang masih terdapat pada kitosan. Pada bilangan gelombang 1597,06 cm - 1 muncul pita serapan pada kedua kitosan yang mengidentifikasikan gugus N H (vibrasi bending), pita ini tidak muncul pada spektra kitin. Adanya vibrasi bending gugus C H ditunjukkan oleh puncak pada bilangan gelombang 1419,61 cm -1, Vibrasi stretching gugus C N kitosan muncul pada pita serapan 1257,59 cm -1 serta gugus C O stretching teridentifikasi pada bilangan gelombang 1080,14 cm -1. Gugus metil yang terdapat pada kitin dan kitosan ditunjukkan pada bilangan gelombang 1381,03 cm -1. Penentuan Kadar Bahan Organik dalam Air Gambut dengan Menggunakan Metode Permanganometri Analisis permanganometri bertujuan untuk mengetahui kadar awal bahan organik yang terkandung di dalam air gambut. Adapun prosedur untuk melakukan analisis ini mengacu pada SNI No (2004). Hasil analisis menggunakan metode ini diinterpretasikan dalam bentuk bilangan permanganat. Sehingga besarnya bilangan permanganat sebanding dengan banyaknya bahan organik yang terdapat pada air gambut. Besarnya bilangan permanganat hasil analisis bahan organik air gambut yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebesar 5212,43 mg/l. Angka ini menunjukkan bahwa air gambut yang yang digunakan dalam penelitian ini mengandung bahan organik yang tinggi. Selain menggunakan metode permanganometri, analisis kuantitatif terhadap bahan organik juga dapat dilakukan dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Bahan organik memiliki gugusgugus kromofor yang secara spesifik menyerap warna pada panjang gelombang tertentu, yaitu pada panjang gelombang 254 nm. Metode spektrofotometri UV-Vis mengasumsikan bahwa besarnya absorbansi sebanding dengan konsentrasi analit dalam sampel. Sehingga dalam penelitian ini, besarnya absorbansi bahan organik pada air gambut harus sebanding dengan bilangan permanganat yang menunjukkan banyaknya bahan organik. Oleh karena itu, dilakukan plot grafik antara bilangan permanganat dan absorbansi bahan organik pada air gambut yang menghasilkan suatu persamaan garis yaitu dengan nilai regresi sebesar. Penentuan Massa Optimum Kitosan sebagai Koagulan Massa optimum kitosan yang ditentukan pada proses koagulasi ini berkaitan dengan banyaknya bahan organik yang mempu dikoagulasikan oleh kitosan dalam jumlah tertentu hingga kondisi optimum tercapai. Adapun teknik koagulasi yang digunakan meliputi tiga tahapan yakni koagulasi (pengadukan cepat), flokulasi (pengadukan lambat) dan sedimentasi (pengendapan). Bahan organik dalam air gambut sebelum dan sesudah dikoagulasikan oleh kitosan dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 254 nm. Pengaruh massa kitosan terhadap persen penurunan bahan organik pada air gambut ditunjukkan pada Gambar 2 berikut ini Massa Kitosan (gram) Gambar 2. Pengaruh massa kitosan terhadap persen penurunan bahan organik air gambut Hubungan antara massa kitosan terhadap penurunan bahan organik yaitu berupa hubungan yang berbanding lurus. Dimana meningkatnya jumlah kitosan yang ditambahkan ke dalam sampel air gambut mengakibatkan semakin banyaknya bahan organik yang terkoagulasikan. Adanya muatan polikation dari kitosan menyebabkan terjadinya destabilisasi muatan negatif koloid (bahan organik pada air gambut). Destabilisasi oleh polikation kitosan mampu mengurangi gaya tolak menolak partikel bahan organik sehingga 56

6 % Penurunan Bahan Organik JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman ISSN memperkecil jarak antar partikel bahan organik tersebut. Hal ini memudahkan partikel bahan organik untuk saling bergabung membentuk flok dengan berat molekul yang lebih besar sehingga mudah mengendap. Oleh karena itu, semakin banyak jumlah kitosan yang ditambahkan ke dalam sampel air gambut akan menyebabkan semakin banyak pula bahan organik yang terkoagulasikan. Namun pada titik tertentu yaitu pada saat penambahan koagulan kitosan sebanyak 8 gram angka persen penurunan bahan organik justru mengalami penurunan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa massa optimum kitosan pada proses koagulasi ini terletak pada massa 7 gram dengan total bahan organik yang berhasil dikoagulasikan adalah sebanyak 3356,46 mg/l dan angka persen penurunan bahan organik sebesar 64,39%. Hal ini didukung juga oleh hasil perhitungan uji statistik dengan tingkat kepercayaan 95% (uji BNT) bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap persen penurunan bahan organik oleh variasi massa kitosan. Tercapainya kondisi optimum yang ditunjukkan pada Gambar 2 pada saat proses koagulasi oleh faktor massa koagulan ini menandakan bahwa kinerja maksimum kitosan sebagai koagulan telah terjadi tercapai. Selain itu, kondisi optimum juga dapat diartikan sebagai jumlah muatan negatif dari partikel koloid (bahan organik) dan muatan positif dari kitosan yang telah setimbang sehingga proses koagulasi terjadi dengan baik. Apabila kondisi optimum telah tercapai, penambahan koagulan dalam jumlah yang lebih banyak tidak akan meningkatkan angka penurunan bahan organik pada proses koagulasi. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan persen penurunan bahan organik pada saat massa kitosan dinaikkan menjadi 8 gram. Menurut Ningrum (2007), penambahan koagulan secara berlebihan justru akan menyebabkan terjadinya deflokulasi sebagai akibat dari berlebihnya muatan kation dalam sistem sehingga proses koagulasi menjadi tidak efektif. Penentuan ph Optimum Adanya keterkaitan antara air gambut, proses koagulasi dan kinerja kitosan terhadap parameter ph menjadi alasan perlunya dilakukan penentuan ph optimum dalam penelitian ini. Tujuan penentuan ph optimum proses koagulasi oleh kitosan adalah untuk mengetahui seberapa banyak bahan organik yang mampu dikoagulasikan oleh kitosan pada beberapa variasi ph. Kitosan memegang peranan penting sebagai koagulan, sifatnya yang mampu menghasilkan polikation pada suasana asam dipandang sangat cocok dalam mengkoagulasikan bahan organik dalam air gambut yang umumnya memiliki ph yang asam. Kecenderungan yang terjadi adalah semakin meningkatnya ph, dalam hal ini semakin basa suasana air gambut maka bahan organik yang terkoagulasikan semakin sedikit. Suasana basa pada sampel air gambut ini memberikan pengaruh terhadap kinerja dari kitosan sebagai koagulan. Pada rentang ph basa, kitosan tidak mampu memprotonasi gugus aktifnya yaitu gugus NH 2 menjadi NH3 + sehingga muatan polikation kitosan kurang mampu berinteraksi dengan muatan negatif dari partikel koloid (bahan organik) ph Gambar 3. Pengaruh ph air gambut terhadap persen penurunan bahan organik air gambut Berdasarkan Gambar 3 di atas, ph optimum proses koagulasi bahan organik dicapai pada ph 3 dengan total bahan organik yang terkoagulasikan sebanyak 2959,29 mg/l dan persen penurunan bahan organik sebesar 67,82%. Hal ini diperkuat pula melalui perhitungan uji statistik dengan tingkat kepercayaan 95% (uji BNT) yang menyatakan bahwa rata-rata persen penurunan bahan organik pada proses koagulasi dengan berbagai variasi ph saling berbeda signifikan. Tercapainya ph optimum pada ph 3 dapat diartikan bahwa pada kondisi asam, kitosan mampu mengkoagulasikan bahan organik dengan baik. Namun, hal ini justru berbanding 57

7 terbalik pada ph 2 dimana kitosan hanya mampu mengkoagulasikan bahan organik sebanyak 0,38% saja. Kondisi ini dapat dijelaskan melalui dua kajian, yang pertama dikaji melalui bentuk bahan organik pada ph rendah. Air gambut dibentuk dari hasil pencucian tanah gambut yang mengandung komponen asam organik salah satunya asam humat (Stevenson, 1994). Menurut Nuryanti (2008), asam humat mulai larut pada ph 3 dan larut sempurna pada ph 6. Pada kondisi larutan (ph 3 9) asam humat membentuk sistem koloid yang bermuatan negatif, sedangkan pada ph rendah (ph kurang dari 3) asam humat berbentuk kaku dan cenderung membentuk padatan makromolekul. Hal inilah yang menyebabkan proses koagulasi pada ph 2 memiliki nilai persen penurunan bahan organik yang rendah. Kemudian, kajian kedua terletak pada kinerja kitosan sebagai koagulan. Pada ph rendah, seharusnya gugus NH 2 pada kitosan + mengalami protonasi membentuk NH 3 sehingga kitosan berbentuk sebagai polikation yang berbentuk rantai polimer. Namun ketika air gambut dikondisikan menjadi ph 2 melalui penambahan asam (H + ), terjadi persaingan antara NH + 3 dengan ion H + untuk berinteraksi dengan muatan negatif dari bahan organik yang larut pada ph 3. Akibatnya kinerja kitosan menjadi terganggu dalam proses koagulasi pada ph 2. SIMPULAN Kitosan dari cangkang udang wangkang yang dihasilkan memiliki derajat deasetilasi sebesar 72,85%, kadar abu sebesar 0,55% dan kadar air sebesar 9,08% dengan ciri fisik berwarna putih. Kondisi optimum koagulasi dalam menurunkan bahan organik air gambut oleh kitosan dicapai pada massa 7 gram dan ph 3, dengan total penurunan bahan organik sebesar 2959,29 mg/l dan persen penurunan bahan organik sebesar 67,82%. DAFTAR PUSTAKA Afritha, D., 2011, Pengurangan Bahan Organik di dalam Air Gambut dengan Menggunakan Resin Penukar Anion (Dowex Marathon 11), Pontianak: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura, (Skripsi). Alfian, Z., 2003, Study Perbandingan Penggunaan Kitosan Sebagai Adsorben dalam Analisis Logam Tembaga (Cu 2+ ) dengan Metode Pelarutan dan Perendaman, Jurnal Sains Kimia, 7 (1): Badan Standarisasi Nasional, 2004, SNI No , Air dan Air Limbah- Bagian 2: Cara Uji Nilai Permanganat Secara Titrimetri. Cahyaningrum, S. E., Narsito, Santoso, S. J, dan Agustini, R., 2008, Pemanfaatan Kitosan Limbah Udang Windu (Penaeus Monodon) Sebagai Adsorben Ion Logam Ca (II) dalam Medium Air, Jurnal Kimia Lingkungan, 10 (1): Data Pusat Statistik dan Informasi, 2012, Statistik: Perikanan Tangkap, Perikanan Budidaya dan Ekspor- Impor Setiap Provinsi Seluruh Indonesia, Sekretariat Jenderal Kementrian Kelautan dan Perikanan. Elfiana dan Zulfikar, 2012, Penurunan Konsentrasi Organik Air Gambut Secara AOP (Advanced Oxidation Processes) dengan Fotokimia Sinar UV dan UV-Peroksidasi, Politeknik Negeri Lhokseumawe: Khan, T. A, Peh, K. K, Ch ng, H. S., 2002, Reporting Degree of Deacetylation Values of Chitosan: The Influence of Analytical Method, J. Pharm Pharmaceut Sci, 5 (3): Killay, A., 2013, Kitosan sebagai Antibakteri pada Bahan Pangan yang Aman dan Tidak Berbahaya, Prosiding FMIPA Universitas Pattimura. Kurniasih, M, dan Kartika, D., 2011, Sintesis dan Karakterisasi Fisika-Kimia Kitosan, Jurnal Inovasi, 5 (1): Ningrum, J., 2007, Studi Efektivitas Koagulan Kitosan dalam Menurunkan Kadar Bahan Organik pada Air Gambut, Pontianak: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura, (Skripsi). Nuryanti, 2008, Asam Humat Terimobilisasi pada Lempung Kaolinit sebagai Adsorben Arsen dalam Larutan, Pontianak, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura, (Skripsi). 58

8 Pitriani, P., 2010, Sintesis dan Aplikasi Kitosan dari Cangkang Rajungan (Portunus Pelagicus) Sebagai Penyerap Ion Besi (Fe) dan Mangan (Mn) untuk Pemurnian Natrium Silikat, Jakarta: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, (Skripsi). Sinardi, Soewondo, P dan Notodarmojo, S., 2013, Pembuatan, Karakterisasi dan Aplikasi Kitosan dari Cangkang Kerang Hijau (Mytulus virdis Linneaus) Sebagai Koagulan Penjernih Air, Konverensi Nasional Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret, Oktober 2013, Prayudi, T dan Susanto, J. P., 2000, Chitosan Sebagai Bahan Koagulan Limbah Cair Industri Tekstil, Jurnal Teknologi Lingkungan, 1 (2): Suharjo dan Harini, N., 2005, Ekstraksi Chitosan dari Cangkang Udang Windu (Penaeus monodon SP) Secara Fisik-Kimia (Kajian Berdasarkan Ukuran Partikel Tepung Chitin dan Konsentrasi NaOH), GAMMA, 1 (1): Stevenson, F. J., 1994, Humus Chemistry: Genesis, Compotition Reaction, 2 nd ed, John Wiley and Sons, Inc., Canada. 59

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

Makalah Pendamping: Kimia Paralel E PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG TERHADAP EFISIENSI PENJERAPAN LOGAM BERAT

Makalah Pendamping: Kimia Paralel E PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG TERHADAP EFISIENSI PENJERAPAN LOGAM BERAT 276 PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG TERHADAP EFISIENSI PENJERAPAN LOGAM BERAT Antuni Wiyarsi, Erfan Priyambodo Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY Kampus Karangmalang, Yogyakarta 55281

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan juni 2011 sampai Desember 2011, dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT. Indokom

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.2 ; November 2015 PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR Noor Isnawati, Wahyuningsih,

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama sintesis kitosan yang terdiri dari isolasi kitin dari kulit udang, konversi kitin menjadi kitosan. Tahap ke dua

Lebih terperinci

ADSORPSI ZAT WARNA PROCION MERAH PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI SONGKET MENGGUNAKAN KITIN DAN KITOSAN

ADSORPSI ZAT WARNA PROCION MERAH PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI SONGKET MENGGUNAKAN KITIN DAN KITOSAN Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 ADSORPSI ZAT WARNA PROCION MERAH PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI SONGKET MENGGUNAKAN KITIN DAN KITOSAN Widia Purwaningrum, Poedji Loekitowati Hariani, Khanizar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Universitas Lampung. Penyiapan alga Tetraselmis sp

Lebih terperinci

Karakterisasi Kitosan dari Limbah Kulit Kerang Simping (Placuna placenta) Characterization of Chitosan from Simping Shells (Placuna placenta) Waste

Karakterisasi Kitosan dari Limbah Kulit Kerang Simping (Placuna placenta) Characterization of Chitosan from Simping Shells (Placuna placenta) Waste Karakterisasi Kitosan dari Limbah Kulit Kerang Simping (Placuna placenta) Characterization of Chitosan from Simping Shells (Placuna placenta) Waste Nur Laili Eka Fitri* dan Rusmini Department of Chemistry,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Beaker glass 50 ml pyrex. Beaker glass 100 ml pyrex

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Beaker glass 50 ml pyrex. Beaker glass 100 ml pyrex BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Alat-Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Beaker glass 50 ml pyrex Beaker glass 100 ml pyrex Beaker glass 150 ml pyrex Beaker glass 200 ml pyrex Erlenmeyer

Lebih terperinci

PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI ION LOGAM Cu 2+ MENGGUNAKAN KITIN TERIKAT SILANG GLUTARALDEHID ABSTRAK ABSTRACT

PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI ION LOGAM Cu 2+ MENGGUNAKAN KITIN TERIKAT SILANG GLUTARALDEHID ABSTRAK ABSTRACT KIMIA.STUDENTJOURNAL, Vol.1, No. 1, pp. 647-653, UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Received 9 February 2015, Accepted 10 February 2015, Published online 12 February 2015 PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

Karakterisasi Kitosan dari Cangkang Rajungan dan Tulang Cumi dengan Spektrofotometer FT-IR Serta Penentuan Derajat Deasetilasi Dengan Metode Baseline

Karakterisasi Kitosan dari Cangkang Rajungan dan Tulang Cumi dengan Spektrofotometer FT-IR Serta Penentuan Derajat Deasetilasi Dengan Metode Baseline Karakterisasi Kitosan dari Cangkang Rajungan dan Tulang Cumi dengan Spektrofotometer FT-IR Serta Penentuan Derajat Deasetilasi Dengan Metode Baseline Risfidian Mohadi, Christina Kurniawan, Nova Yuliasari,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KITOSAN DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI (LOLIGO PEALLI) UNTUK MENURUNKAN KADAR ION LOGAM Cd DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PENGGUNAAN KITOSAN DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI (LOLIGO PEALLI) UNTUK MENURUNKAN KADAR ION LOGAM Cd DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Penggunaan Kitosan dari Tulang Rawan Cumi-Cumi (Loligo pealli) untuk Menurunkan Kadar Ion Logam (Harry Agusnar) PENGGUNAAN KITOSAN DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI (LOLIGO PEALLI) UNTUK MENURUNKAN KADAR ION

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk keperluan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Oktober 2014 sampai dengan Februari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Oktober 2014 sampai dengan Februari 30 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada Oktober 2014 sampai dengan Februari 2015, dengan tahapan kegiatan pengambilan sampel kulit udang di P.T Lola Mina,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PROSES DEASETILASI KITIN DARI CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) TERHADAP DERAJAT DEASETILASI

PENGARUH WAKTU PROSES DEASETILASI KITIN DARI CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) TERHADAP DERAJAT DEASETILASI PENGARUH WAKTU PROSES DEASETILASI KITIN DARI CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) TERHADAP DERAJAT DEASETILASI [EFFECT OF CHITIN DEACETYLATION PROCESSING TIMES FROM SHELLS OF SNAILS (Achatina fulica) TO

Lebih terperinci

JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman ISSN ADSORPSI BESI DAN BAHAN ORGANIK PADA AIR GAMBUT OLEH KARBON AKTIF KULIT DURIAN

JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman ISSN ADSORPSI BESI DAN BAHAN ORGANIK PADA AIR GAMBUT OLEH KARBON AKTIF KULIT DURIAN JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman 31-39 ISSN 2303-1077 ADSORPSI BESI DAN BAHAN ORGANIK PADA AIR GAMBUT OLEH KARBON AKTIF KULIT DURIAN Risa Arisna 1*, Titin Anita Zaharah 1, Rudiyansyah 1 1 Program

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut :

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut : 3 Percobaan 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut : Gambar 3. 1 Diagram alir tahapan penelitian secara umum 17 Penelitian ini dibagi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif dan eksperimental. Penelitian deskriptif eksploratif meliputi isolasi kitin, transformasi

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material dan Laboratorium Kimia Analitik Program Studi Kimia ITB, serta di Laboratorium Polimer Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga April 2008 di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Institut Teknologi Bandung. Sedangkan pengukuran

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel. Mata air yang terletak di Gunung Sitember. Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat

Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel. Mata air yang terletak di Gunung Sitember. Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel Mata air yang terletak di Gunung Sitember Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat 48 Air minum yang dialirkan menggunakan pipa besi Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS O L E H: NAMA : HABRIN KIFLI HS STAMBUK : F1C1 15 034 KELOMPOK : V (LIMA) ASISTEN : SARTINI, S.Si LABORATORIUM KIMIA ANALITIK FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KITOSAN DARI CANGKANG RAJUNGAN PADA PROSES ADSORPSI LOGAM NIKEL DARI LARUTAN NiSO 4

PEMANFAATAN KITOSAN DARI CANGKANG RAJUNGAN PADA PROSES ADSORPSI LOGAM NIKEL DARI LARUTAN NiSO 4 PEMANFAATAN KITOSAN DARI CANGKANG RAJUNGAN PADA PROSES ADSORPSI LOGAM NIKEL DARI LARUTAN NiSO 4 Yuliusman dan Adelina P.W. Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia Kampus UI, Depok

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

VARIASI KONSENTRASI DAN ph TERHADAP KEMAMPUAN KITOSAN DALAM MENGADSORPSI METILEN BIRU. Turmuzi Tammi, Ni Made Suaniti, dan Manuntun Manurung

VARIASI KONSENTRASI DAN ph TERHADAP KEMAMPUAN KITOSAN DALAM MENGADSORPSI METILEN BIRU. Turmuzi Tammi, Ni Made Suaniti, dan Manuntun Manurung ISSN 1907-9850 VARIASI KONSENTRASI DAN ph TERHADAP KEMAMPUAN KITOSAN DALAM MENGADSORPSI METILEN BIRU Turmuzi Tammi, Ni Made Suaniti, dan Manuntun Manurung Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Pengaruh Suhu Aktivasi Terhadap Kualitas Karbon Aktif Berbahan Dasar Tempurung Kelapa Rosita Idrus, Boni Pahlanop Lapanporo, Yoga Satria Putra Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Tanjungpura, Pontianak

Lebih terperinci

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) Reaktor, Vol. 11 No.2, Desember 27, Hal. : 86- PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) K. Haryani, Hargono dan C.S. Budiyati *) Abstrak Khitosan adalah

Lebih terperinci

TRANSFORMASI KITIN DARI HASIL ISOLASI LIMBAH INDUSTRI UDANG BEKU MENJADI KITOSAN

TRANSFORMASI KITIN DARI HASIL ISOLASI LIMBAH INDUSTRI UDANG BEKU MENJADI KITOSAN Marina Chimica Acta, Oktober 2004, hal. 28-32 Vol. 5 No.2 Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Hasanuddin ISSN 1411-2132 TRANSFORMASI KITIN DARI HASIL ISOLASI LIMBAH INDUSTRI UDANG BEKU MENJADI KITOSAN Mustari

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a a Prodi Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura, Jalan Prof. Dr. Hadari Nawawi,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG KERANG HIJAU (Perna viridis) SEBAGAI ADSORBAN LOGAM Cu

PEMANFAATAN KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG KERANG HIJAU (Perna viridis) SEBAGAI ADSORBAN LOGAM Cu PEMANFAATAN KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG KERANG HIJAU (Perna viridis) SEBAGAI ADSORBAN LOGAM Cu Rudi Firyanto, Soebiyono, Muhammad Rif an Teknik Kimia Fakultas Teknik UNTAG Semarang Jl. Pawiyatan Luhur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Uji Akademi Kimia Analisis Penelitian dilakukan bulan Desember 2011 sampai dengan Februari 2012.

Lebih terperinci

Oleh: ANURAGA TANATA YUSA ( ) Pembimbing 1 : Drs. M. Nadjib M., M.S. Pembimbing 2: Lukman Atmaja, Ph.D

Oleh: ANURAGA TANATA YUSA ( ) Pembimbing 1 : Drs. M. Nadjib M., M.S. Pembimbing 2: Lukman Atmaja, Ph.D leh: ANURAGA TANATA YUSA (1407 100 042) Pembimbing 1 : Drs. M. Nadjib M., M.S. Pembimbing 2: Lukman Atmaja, Ph.D JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNLGI SEPULUH NPEMBER

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat-alat yang digunakan Ayakan ukuran 120 mesh, automatic sieve shaker D406, muffle furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat titrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Metode penelitian secara umum tentang pemanfaatan cangkang kerang darah (AnadaraGranosa) sebagai adsorben penyerap logam Tembaga (Cu) dijelaskan melalui

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

JKK, Tahun 2017, Vol 6(1), halaman ISSN

JKK, Tahun 2017, Vol 6(1), halaman ISSN SINTESIS ASAM OKSALAT DARI GETAH BATANG TANAMAN SRI REJEKI (Dieffenbachia seguine (Jacq.) Schott) MENGGUNAKAN METODE HIDROLISIS ASAM FOSFAT Winsen Irwanda 1*, Andi Hairil Alimuddin 1, Rudiyansyah 1 1 Progam

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA Unila, dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorim Fisika Material Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Laboratorium Metalurgi ITS Surabaya

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA Senin, 21 April 2014 Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH 1112016200040 KELOMPOK 1 MILLAH HANIFAH (1112016200073) YASA ESA YASINTA (1112016200062) WIDYA

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Agustus 2013 di Laboratorium Riset dan Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 53 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Mutu Kitosan Hasil analisis proksimat kitosan yang dihasilkan dari limbah kulit udang tercantum pada Tabel 2 yang merupakan rata-rata dari dua kali ulangan.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian 16 Bab III Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode titrasi redoks dengan menggunakan beberapa oksidator (K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4 dan KBrO 3 ) dengan konsentrasi masing-masing

Lebih terperinci

2. Metodologi 2.1. Sampling Tanah Gambut 2.2. Studi Adsorpsi Kation Kobal(II) dengan Tanah Gambut (Alimin,2000) Pengaruh Waktu Adsorpsi

2. Metodologi 2.1. Sampling Tanah Gambut 2.2. Studi Adsorpsi Kation Kobal(II) dengan Tanah Gambut (Alimin,2000) Pengaruh Waktu Adsorpsi Beberapa adsorben yang umum digunakan dalam proses adsorpsi logam yakni adsorben anorganik dan adsorben organik. Adsorben anorganik seperti zeolit, silika dan pasir kuarsa, mineral alam, maupun resin penukar

Lebih terperinci

Ekstraksi Silika Dari Fly Ash Batubara (Studi Pengaruh Variasi Waktu Ekstraksi, Jenis Asam Dan ph)

Ekstraksi Silika Dari Fly Ash Batubara (Studi Pengaruh Variasi Waktu Ekstraksi, Jenis Asam Dan ph) Ekstraksi Silika Dari Fly Ash Batubara (Studi Pengaruh Variasi Waktu Ekstraksi, Jenis Asam Dan ph) M. H. A. Fatony *, T. Haryati, M. Mintadi Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum mengenai pemanfaatan tulang sapi sebagai adsorben ion logam Cu (II) dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti TINJAUAN PUSTAKA Tanah Ultisol Tanah-tanah yang tersedia untuk pertanian sekarang dan akan datang adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti ordo Ultisol. Ditinjau dari

Lebih terperinci

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif Landiana Etni Laos, Arkilaus Selan Prodi Pendidikan Fisika STKIP Soe, Nusa Tenggara Timur E-mail: etni.laos@yahoo.com Abstrak. Karbon aktif merupakan

Lebih terperinci

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g) LAMPIRAN 42 Lampiran 1. Prosedur Analisis mutu kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC, 1984) Cawan porselen kosong dan tutupnya dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada suhu 100 o C.Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan

Lebih terperinci

DERAJAT DEASETILASI KITOSAN DARI CANGKANG KERANG DARAH DENGAN PENAMBAHAN NaOH SECARA BERTAHAP

DERAJAT DEASETILASI KITOSAN DARI CANGKANG KERANG DARAH DENGAN PENAMBAHAN NaOH SECARA BERTAHAP DERAJAT DEASETILASI KITOSAN DARI CANGKANG KERANG DARAH DENGAN PENAMBAHAN NaOH SECARA BERTAHAP [Chitosan Deacetilation Degree from Anadara granosa by Gradually Adding NaOH] Syaiful Bahri 1*), Erwin Abd.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode dalam proses elektrokoagulasi larutan yang mengandung pewarna tekstil hitam ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT 1. Waktu Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 2. Tempat Laboratorium Patologi, Entomologi, & Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Total produksi penangkapan dan perikanan udang dunia menurut Food and Agriculture Organization pada tahun 2009 berkisar 6 juta ton pada tahun 2006 [1] dan mempunyai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia FMIPA Unila. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si Oleh Kelompok V Indra Afiando NIM 111431014 Iryanti Triana NIM 111431015 Lita Ayu Listiani

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ). 3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2. Titrasi Permanganometri. Selasa, 6 Mei Disusun Oleh: Yeni Setiartini. Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2. Titrasi Permanganometri. Selasa, 6 Mei Disusun Oleh: Yeni Setiartini. Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 Titrasi Permanganometri Selasa, 6 Mei 2014 Disusun Oleh: Yeni Setiartini 1112016200050 Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah Huda Rahmawati Aida Nadia Rizky Harry Setiawan. PROGRAM

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan januari hingga maret 2008 percobaan skala 500 mililiter di laboratorium kimia analitik Institut Teknologi Bandung. III.2

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Pada tahap sintesis, pemurnian, dan sulfonasi polistiren digunakan peralatan gelas, alat polimerisasi, neraca analitis, reaktor polimerisasi, oil

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RK 0502 PEMANFAATAN KITOSAN LIMBAH CANGKANG UDANG PADA PROSES ADSORPSI LEMAK SAPI

TUGAS AKHIR RK 0502 PEMANFAATAN KITOSAN LIMBAH CANGKANG UDANG PADA PROSES ADSORPSI LEMAK SAPI TUGAS AKHIR RK 0502 PEMANFAATAN KITOSAN LIMBAH CANGKANG UDANG PADA PROSES ADSORPSI LEMAK SAPI HELMI RIZA SUSANTO NRP. 2307 030059 ABDULLAH AL MUKHSI NRP. 2307 030 063 Dosen Pembimbing Ir. Sri Murwanti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Berbagai macam industri yang dimaksud seperti pelapisan logam, peralatan listrik, cat, pestisida dan lainnya. Kegiatan tersebut dapat

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT SEBAGAI ADSORBAN LOGAM TEMBAGA

PEMANFAATAN KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT SEBAGAI ADSORBAN LOGAM TEMBAGA PEMANFAATAN KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT SEBAGAI ADSORBAN LOGAM TEMBAGA Rahmadani; Dewi Susanti 1) ; Timotius Agung Soripada 2) ; Ramlan Silaban 3) 1) Alumni Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Prosedur Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan kali ini secara keseluruhan digambarkan oleh Gambar III.1. Pada penelitian kali akan digunakan alum sebagai koagulan.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Kulit udang yang diperoleh dari pasar Kebun Roek Ampenan kota

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Kulit udang yang diperoleh dari pasar Kebun Roek Ampenan kota BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Isolasi Kitin dari Kulit Udang 5.1.1 Tepung kulit udang Kulit udang yang diperoleh dari pasar Kebun Roek Ampenan kota Mataram dibersihkan kemudian dikeringkan yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung untuk pengambilan biomassa alga porphyridium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudhi No.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas BAB III METODE PENELITIAN Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas minyak belut yang dihasilkan dari ekstraksi belut, dilakukan penelitian di Laboratorium Riset Kimia Makanan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri tapioka, yaitu : BOD : 150 mg/l; COD : 300 mg/l; TSS : 100 mg/l; CN - :

BAB I PENDAHULUAN. industri tapioka, yaitu : BOD : 150 mg/l; COD : 300 mg/l; TSS : 100 mg/l; CN - : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri tapioka merupakan industri rumah tangga yang memiliki dampak positif bila dilihat dari segi ekonomis. Namun dampak pencemaran industri tapioka sangat dirasakan

Lebih terperinci