BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. wisata, agar dapat menarik untuk dikunjungi oleh para wisatawan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membangun perekonomian nasional dalam konteks perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

DASAR DESAIN MODE BUS 132

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Alat perencanaan yang digunakan untuk mekondisi desain karawo

BAB I PENDAHULUAN TESA APRILIANI, 2015 APLIKASI TEKNIK SABLON DENGAN OBJEK SIMBOL NAVAJO SEBAGAI ELEMENT ESTETIK RUANGAN

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan/Penciptaan

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia saat ini adalah cafe. Pada tahun 2016 ini banyak bisnis cafe

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna

BAB I PENDAHULUAN. masyrakatnya juga terkenal dengan handmade dan handicraftnya. salah satunya Koto

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VII USAHA BUTIK BUSANA INOVASI

INTERAKSI SOSIAL KOMUNITAS PENGRAJIN KARAWO (Suatu Penelitian di Kecamatan Batudaa Kabupaten Gorontalo) 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Nako terdiri dari 7 orang pengrajin kemudian kelompok ketiga diketuai oleh Ibu

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

ANALISA PROSES PRODUKSI SULAMAN KERAWANG KHAS GORONTALO. Hariana Jurusan Teknik Kriya - Universitas Negeri Gorontalo

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Liliek Apriani Komala, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan objek-objek pariwisata di Indonesia. Masyarakat

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya dalam sehari-hari. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan salah satu jenis anak berkesulitan yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis dari bab ke bab berikutnya yang. terurai diatas, dapat disimpulkan bahwa pembagian jenis ragam

Teknologi Informasi untuk Peningkatan Hasil Penjualan Perajin Karawo sebagai Upaya Mempertahankan Eksistensi Industri Kreatif Tradisional

2016 LIMBAH KAYU SEBAGAI BAHAN CINDERAMATA SITU LENGKONG PANJALU CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. bertambah. Hal ini terlihat pada tuntunan dalam menjalankan profesi / pekerjaan,

Kreasi Jilbab, Bisnisnya Mudah Omsetnya Jutaan Rupiah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan busana yang terus meningkat pesat membuat para desainer. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

DEFINISI- DEFINISI A-1

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi negara yang kaya dengan keunikan dari masing-masing suku tersebut.

BAB II. KONSEP PENCIPTAAN. kaki yang lainnya ( Dimana

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam memprediksikan perilaku pembelian konsumen terhadap suatu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aset yang menguntungkan bagi suatu negara. Dalam UU

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

JOKO PRAYITNO. Kementerian Pariwisata

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PUSAT BATIK DI PEKALONGAN (Showroom,Penjualan,Pelatihan Desain,dan Information center)

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang

BAB IV KONSEP PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK

ANALISIS KEPUASAN WISATAWAN TERHADAP DAYA TARIK WISATA MALIOBORO KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atas penyatuan minat dari negara anggota ASEAN untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Suprihan (Supriharyono, 2002:1). Setiap kepulauan di Indonesia memiliki

PERTEMUAN 9 Divisi Ekonomi Lingkungan Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni rupa adalah salah satu dari cabang seni yang dapat dilihat dan

BAB II PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN

KKS PENGABDIAN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurysta Tresna Sundi, 2014 Kajian Visual Desain Pada Kaos Pariwisata Pantai Pangandaran

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk membangun jaringan pasar, aspek tersebut adalah : 1. Membangun sistem promosi untuk penetrasi pasar

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembuatannya penuangan motif tenunan hanya berdasarkan imajinasi

BAB V PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP SULAMAN KARAWO. kebutuhan para wisatawan selama mereka berwisata. Ketika wisatawan memiliki

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nur Akmalia, 2013

PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR. Disusun Oleh: Nama : Heru Sudrajat NIM : D

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pariwisata Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain sebagai suatu aktivitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar masyarakat maju dan sebagian kecil masyarakat negara berkembang. Menurut Marpaung (2002 ;13) pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Aktivitas dilakukan selama mereka tinggal ditempat yang dituju dan fasilitas dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Menurut UU No.10 tahun 2009 pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Jadi dapat disimpulkan bahwa pariwisata merupakan perjalanan yang dilakukan manusia ke daerah yang bukan merupakan tempat tinggalnya dengan waktu paling tidak satu malam dengan tujuan perjalanannya bukan untuk mencari nafkah, pendapatan atau penghidupan ditempat tujuan. Pariwisata memiliki 3 komponen pariwisata, yaitu 1. Atraksi Atraksi wisata dapat diartikan segala sesuatu yang terdapat didaerah wisata yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung kesuatu daerah. Sesuatu yang dapat menarik wisatawan meliputi benda benda

yang tersedia didalam, hasil ciptaan manusia dan tata cara hidup masyarakat. 2. Aksesbilitas Aksesbilitas dalam pariwisata berkenan dengan tingkat kemudahan seorang wisatawan mencapai obyek wisata. Aksesbilitas penting diperhatikan, mengingat aspek tersebut dapat memberikan pengaruh yang besar bagi para wisatawan. Fasilitas transportasi dalam bidang kepariwisataan sangat erat hubungannya dengan aksesbilitas. Maksudnya frekuensi penggunaan kenderaan yang dimiliki dapat mengakibatkan jarak yang jauh seolah olah menjadi lebih dekat. Hal ini dapat mempersingkat waktu dan tenaga, serta lebih meringankan biaya perjalanan. Beberapa hal yang mempengaruhi aksesbilitas suatu tempat adalah kondisi jalan, tarif angkutan jenis kenderaan, jaringan transportasi, jarak tempuh dan waktu tempuh. Semakin baik aksesbilitas suatu obyek wisata, wisatawan yang berkunjung jadi semakin banyak jumlahnya. Sebaliknya, jika aksesbilitasnya kurang baik, wisatawan akan merasakan hambatan dalam kunjungan yang dilakukan dalam berwisata. 3. Fasilitas Fasilitas dapat diartikan suatu sarana dan prasarana yang harus disediakan oleh pengelolah untuk kebutuhan wisatawan. Kebutuhan wisatawan tidak hanya menikmati keindahan alam atau keunikan obyek wisata, melainkan memerlukan sarana dan prasarana wisata seperti

akomodasi (sarana kebersihan, kesehatan, keamanan, komunikasi, tempat hiburan hotel atau penginapan, toko cindera mata), transportasi (jalan alternative, aspal, hotmik, dan jalan setapak), kenderaan, angkutan umum, dll. Sarana merupakan kebutuhan yang penting bagi wisatawan. Apabila tersedia dengan baik, wisatawan akan merasa nyaman dalam melakukan kegiatan wisata. Pariwisata juga dapat dilihat sebagai industri atau bisnis, karena pariwisata juga sebagai kumpulan usaha yang menyediakan barang dan jasa untuk memfasilitasi kegiatan bisnis, bersenang senang, dan memanfaatkan waktu luang yang dilakukan jauh dari lingkungan tempat tinggalnya. Karena selain melihat karakteristik suatu obyek, wisatawan pasti selalu mencari yang namanya souvenir atau cinderamata 2.2 Pengertian Sulaman Karawo Manurut Buku Pola Pembiayaan Usaha Kecil Kerajinan Sulaman Kerawang (2010 ; 1) Karawo adalah sebuah produk kerajinan tradisional Gorontalo yang sejak turun temurun telah diwariskan menjadi sebuah keahlian kaum perempuan Gorontalo. Kerajinan karawo mulai dikenal sejak abad ke 17 tepatnya tahun 1713 diwilayah Ayula. Nama sulaman karawo berasal dari kata Mokarawo yang dapat diartikan mengiris atau melubang. Penamaan ini sesuai dengan teknik pembuatan sulaman karawo dimana serat benang pada kain sebagai media sulaman akan diiris atau dilubangi dengan cara mencabut serat benang pada bidang tertentu dimedia

kain yang akan digunakan. Proses pengirisan dan pencabutan benang tersebut disesuaikan dengan jenis serat kain, ketebalan dan kerapatan kain serta besaran bentuk pola atau motif yang akan disulam. Kerajinan karawo memiliki keunikan atau ciri khas tersendiri jika dibandingkan dengan beberapa kerajinan sulaman yang ada didaerah lain di Indonesia. Keunikan sulaman karawo terletak pada pola pengerjaan, khususnya pada proses pngirisan atau pencabutan benang/serat kain yang membutuhkan kesabaran dan ketelitian tinggi sehingga media kain yang digunakan tidak rusak. Pada awalnya hasil sulaman karawo hanya diproduksi secara terbatas dengan motif dan corak yang sederhana dan sewarna. Motif awal sulaman karawo adalah motif Ikan yang maknanya cerdik, kreatif, indah dan bisa bermanfaat bagi kehidupan orang banyak. Namun sejalan dengan perkembangan, mendorong pada pengrajin sulaman karawo untuk menghasilkan motif-motif yang baru lagi seperti motif kembang yang sudah banyak dibuat saat ini dan juga produk sulaman kain kerawang yang sekarang sudah tersedia sebagai bahan pakaian siap jahit khususnya untuk busana perempuan. Berbagai inovasi kreatif juga terus berkembang dimana hasil sulaman karawo juga telah ditemukan dalam bentuk yang lebih siap pakai seperti kipas, tas tangan, dompet, busana muslim/muslimah, mukena, kemeja, tempat tisu, sapu tangan, taplak meja, sandal, jas, dasi dengan bahan baku yang lebih bervariasi serta motif sulaman yang lebih berwarna.

2.3 Pengertian Minat Minat merupakan aspek yang terdapat pada setiap diri seseorang sehingga menjadi tertarik menyukai dan menyenangi terhadap suatu objek atau benda. Secara umum minat dapar diartikan sebagai suatu perasaan, pekerjaan, persoalan, atau situasi yang berkenan dengan dirinya dan dapat memberikan kepuasan pribadinya. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal lainnya, dan dapat pula dimenifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu objek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap objek tertentu. Minat juga sebagai sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas memilih, ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka akan menjadi berminat, kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan, ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun sehingga minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara atau dapat berubah-ubah. Dengan demikian minat sebagai unsur motivasi yang dapat memberikan keuntungan, kepuasan, dan dapat memenuhi kebutuhan seseorang. Suatu objek akan diminati seseorang sesuai dengan adanya kebutuhan pada orang itu, makin kuat kebutuhan makin kuat pola seseorang untuk meminati suatu objek atau situasi yang berkaitan dengan individu dan dapat memberikan kepuasan pribadinya.

Menurut Sutjipto (2001) menjelaskan bahwa minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, orang, masalah, atau situasi yang mempunyai kaitan dengan dirinya. Artinya minat harus dipandang sebagai sesuatu yang sadar, karenanya minat merupakan aspek psikologi seseorang untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu dan mendorong yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. 1) Proses timbulnya minat Minat dapat berhubungan dengan daya gerak yang mendorong individu menghadapi atau berurusan dengan orang, keinginan atau bisa juga sebagai pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri, dengan kata lain minat dapat menjadi penyebab kegiatan dan partisipasi individu melakukan suatu kegiatan, arah pikir individu barulah berpengaruh kalau minat individu itu sesuai dengan situasi yang individu temukan sendiri. Tingkah laku manusia dipengaruhi oleh pengalaman dan kesadaran yang bersifat tanggapan atau jawaban sehingga memungkinkan berubahnya hubungan antara gagasan dan proses pemikiran ketika hal ini dialami dan diekspresikan. Sifat pengalaman yang dinamis pada suatu saat akan melahirkan suatu pemikiran yang kuat dan mantap, sedangkan pada saat berikutnya akan melahirkan yang lain. Walaupun demikian, dasar perubahan pemikiran dan pandangan berdasarkan kondisi lingkungan yang ada adalah karena pengaruh minat yang melahirkan pengalaman yang nantinya akan mengarah pada pola jiwa individu,

individu tak menyadari atau kenyataan bahwa demikian menonjol dan kuatnya selektif yang digerakan oleh minat dan perasaan individu. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya minat, antara lain: a. Faktor kebutuhan dari dalam. Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan rohani. b. Faktor motif sosial. Timbulnya minat dalam diri seseorang dapat didorong oleh motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, penghargaan dari lingkungan dimana ia berada. c. Faktor emosional. Faktor ini merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian terhadap sesuatu kegiatan atau objek tertentu. 3) Unsur-unsur minat, antara lain: a. Minat adalah suatu gejala psikologis. b. Adanya pemusatan perhatian, perasaan dan pikiran dari subyek karena tertarik. c. Adanya kemauan atau kecenderungan pada diri subyek untuk melakukan kegiatan guna mencapai tujuan. Remaja pada umumnya merujuk pada golongan manusia berumur 12-21 tahun, dimana dalam usia seperti itu biasanya remaja lebih suka menggunakan motif-motif bunga kecil, atau motif motif binatang seperti burung hantu, kupu kupu atau motif heart atau hati

2.4 Pengertian Desain Desain dapat diartikan rancangan sesuatu yang dapat diwujudkan pada benda nyata atau prilaku manusia, yang dapat dirasakan, dilihat, didengar, dan diraba. Khusus mengenai pengertian desain busana yaitu rancangan model busana yang berupa gambar dengan mempergunakan unsur garis, bentuk, siluet, ukuran, tekstur yang dapat diwujudkan menjadi busana. Jadi, suatu desain busana harus dapat mengilustrasikan dengan jelas apa yang ada dalam pikiran seorang perancang sehingga yang ada dalam pikirannya dapat dibaca oleh orang lain. Tanpa dapat diwujudkan dalam bentuk gambar, maka belum dapat dikatakan desain busana. Desain busana yang dimaksud lebih lengkap belum dapat dikatakan desain busana. Desain busana yang dimaksud lebih lengkap lagi apabila dilengkapi dengan warna atau corak dari kain yang dirancangkan. Dalam mendesain busana, para perancang (designer) memerlukan pengetahun, ide, pemikiran yang akan dituangkan dalam bentuk rancangan busana berupa gambar. Manusia dalam kaitan sebagai perancang atau desainer busana ini juga akan memerlukan peralatan untuk menggambar rancangan busana tersebut. Sifat dan kemampuan manusia ini yang menurut Prof.Drs.Harsojo (1977 ; 116) antara lain sebagai homo sapiens (makhluk biologis yang dapat berpikir), dan homo faber (makhluk yang pandai membuat alat dan mmpergunakannya). Dengan demikian bahwa manusia pada hakikatnya dapat berpikir, yang dari hasil pemikiran dan keterampilannya dapat dituangkan dalam bentuk rancangan berupa gambar

model busana. Dari hasil rancangan ini akan dapat diwujudkan dalam bentuk busana yang dapat dipergunakan oleh orang yang menyenanginya, menginginkannya atau membutuhkannya. Pada hakekatnya desain busana ialah sebagai suatu desain struktur, desain dekoratif dan desain fungsional. Desain struktur merupakan suatu desain busana yang lebih memfokuskan pada susunan bentuk dan garis, sedangkan desain dekoratif yaitu suatu desain yang pada bagian bidangnya diperindah dengan berbagai cara. Dekorasi yang dilakukan dapat berupa garis hias, garis sablon, batik, jumputan, sedangkan desain fungsional yaitu desain busana yang berfungsi untuk kesempatan yang bersifat temporer (seperti baju hamil). Desain fungsional dapat pula berfungsi sebagai hiasan, misalnya penempelan saku akan dapat berfungsi sebagai hiasan dan juga berfungsi untuk menyimpan sesuatu. Para perancang busana akan membuat rancangannya disesuaikan dengan trend mode yang ada dimasyarakat atau justru para perancang akan membuat atau memperkenalkan rancangannya untuk menjadi trend mode pada suatu periode tertentu. Desain desain busana yang ditawarkan para perancang melalui masa media cetak ataupun elektronik akan mempengaruhi motivasi masyarakat untuk memilih model busana dengan desain yang terbaru, terutama para konsumen yang selalu mengikuti trend mode. Teknologi busana yang demikian maju dengan pesat, akan mendorong akselerasi munculnya desain desain busana terbaru yang menyesuaikan dengan teknologi produksi tekstil dan teknologi pembuatan busana.

Teknologi pembuatan busana, teknologi menghias busana dengan mesin mesin yang sudah lebih canggih dengan sistem computer, dapat dijadikan sebagai salah satu pelindung bagi para perancang busana atau siapapun yang merancang busana untuk mendesain busana yang perwujudan busananya dapat mempergunakan mesin mesin dengan teknologi mutakhir tersebut. Pada desain yang dibuat akan merupakan rekayasa gambar, warna dan motif yang diatur, didesain sedemikian rupa sehingga merupakan suatu desain yang diasumsikan akan diterima masyarakat. 2.5 Pengertian Motivasi Pada awalnya motivasi berasal dari kata motif yang diambil dari suku dalam bahasa latin yaitu movere, yang berarti bergerak (Adair, 1999). Dari kata tersebut dapat ditarik arti dasar bahwa motivasi merupakan sesuatu yang membuat seseorang bergerak/melakukan suatu tindakan, motivasi dapat menarik maupun mendorong kita untuk terus maju. Motivasi yang dimiliki seseorang dapat tercermin dalam tingkah lakunya. Motivasi memiliki 3 fenomena yang penting untuk dipahami, yaitu (1) motivasi merupakan suatu kekuatan yang mendorong/menggerakan tingkah laku individu, kekuatan tersebut dapat berasal dari dalam maupun luar diri individu, (2) motivasi mengarah/menyalurkan tingkah laku dengan berorientasi pada tujuan, (3) motivasi mempertahankan/menghentikan tingkah laku melalui pemberian umpan balik. Ketiga hal tersebut merepresentasikan pentingnya tingkah laku individu dalam pekerjaannya (Steers & Porter, 1991)

Dalam konteks organisasi (Robbins, 2003) menjelaskan bahwa motivasi merupakan proses pemuasan kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan yang belum terpuaskan akan menimbulkan ketegangan yang kemudian dapat menimbulkan dorongan dalam diri seseorang. Dorongan tersebut menghasilkan tingkah laku yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan yang pada akhirnya dapat meredakan ketegangan. Robbins (2001) menjelaskan bahwa semakin besar ketegangan maka akan semakin besar usaha yang dilakukan untuk meredakannya. Berbagai teori motivasi yang telah dikembangkan pada umumnya lebih menekankan pada apa yang mendorong/mengarahkan tingkah laku seseorang, mengapa mereka memunculkan tingkah laku tersebut, serta bagaimana organisasi menjaga kondisi yang memunculkan tingkah laku yang dapat mendorong seseorang untuk mencapai tujuan organisasi (Munandar, 2001). Black and Porter (2002) mengategorisasikan teori-teori tersebut menjadi 2 yaitu process theories (teori motivasi proses) dan content theories (teori motivasi isi). Dalam teori motivasi proses, yang lebih ditekankan adalah bagaimana proses motivasi berlangsung yaitu dengan mempelajari proses-proses yang meprakarsai, mempertahankan dan mengakhiri prilaku seseorang (Munandar, 2001). Dengan kata lain teori motivasi proses menjelaskan mengapa suatu tingkah laku tertentu dimunculkan oleh seseorang.

Berbeda dengan teori motivasi proses. Teori motivasi ini meyakinkan bahwa terdapat kondisi internal dalam diri individu yang dinamakan kebutuhan atau motif (Munandar, 2001). Teori motivasi ini terfokus pada kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh seseorang dan bentuk lingkungan kerja yang dapat membuat mereka puas. Dengan kata lain, teori motivasi ini menjelaskan beberapa faktor yang dapat membuat seseorang menampilkan tingkah laku tertentu (Black and Porter, 2000)