III. METODE PENELITIAN. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. langsung terhadap gejala dalam suatu masyarakat baik populasi besar atau kecil.

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Klaster adalah konsentrasi spasial dari industri industri yang sama atau

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

BAB III METODE PENELITIAN. daerah penelitian ini dilakukan secara sengaja atau purposive pada agroindustri

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng,

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Wajak Kabupaten Malang, tepatnya di

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI KERIPIK TEMPE SKALA RUMAH TANGGA (Studi Kasus Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang)

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data 3.3 Metode Analisis Data Analisis Biaya Produksi

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

JIIA, VOLUME 1 No. 3, JULI 2013

III. METODE PENELITIAN. Kumpulan dan i seluruh elemen (responden) tersebut dinamakan populasi.

Lampiran 1. Analisis Biaya Produksi Pala Menjadi Sirup Pala Dalam Sebulan (3x produksi) di Kabupaten Bireuen

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. PENDAHULUAN Latar Belakang. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU KETUT MARINI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

IDENTIFIKASI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH DI KPHL TARAKAN

PEREKONOMIAN WILAYAH

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

METODE PENELITIAN. mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

IV. METODE PENELITIAN

dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU

PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA KOPI BUBUK ROBUSTA DI KABUPATEN LEBONG (STUDI KASUS PADA USAHA KOPI BUBUK CAP PADI)

Analisis Cost-Volume- Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Jangka Pendek Pada Pabrik Roti Lestari. Ryzmelinda EB10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS NILAI TAMBAH BAWANG MERAH LOKAL PALU MENJADI BAWANG GORENG DI KOTA PALU

JIIA, VOLUME 3 No. 1, JANUARI 2015 ANALISIS RANTAI PASOK DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI PROVINSI LAMPUNG

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah peternak sapi perah yang berada di wilayah kerja

ANALISIS NILAI TAMBAH BUAH PISANG MENJADI KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU

BAB I PENDAHULUAN. dicapai. Ketiga tujuan tersebut antara lain: laba perusahaan yang maksimal,

ANALISIS NILAI TAMBAH. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan

ANALISIS AGROINDUSTRI KERIPIK TEMPE BU SITI DI DESA BULUH RAMPAI KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KOPI ATENG YANG MENJUAL DALAM BENTUK GELONDONG MERAH (Cherry red) DENGAN KOPI BIJI

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

ANALISIS COST VOLUME PROFIT SEBAGAI ALAT PERENCAAN LABA DAN PENJUALAN PADA TOKO BAKPIA SUAN. : Stephanie Lauwrentina : 2A214454

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

47. Kriteria Kelayakan Investasi Kompos & Listrik Akibat Penurunan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai oleh perusahaan adalah pencapaian laba optimum. Pencapaian laba dirasa

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PABRIK TEMPE YANTO

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH EMPING TEKI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA DESA KERTASADA KABUPATEN SUMENEP

3. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS AGROINDUSTRI KRIPIK UBI KAYU DI KELURAHAN KULIM KECAMATAN TENAYAN RAYA KOTA PEKANBARU

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI DAGING SAPI

III. METODE PENELITIAN Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI GULA SEMUT (Studi Kasus pada Perajin Gula Semut di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

NILAI TAMBAH OLAHAN HASIL PERTANIAN PADA USAHA GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) MESRA JAYA KELURAHAN SAWAH LEBAR LAMA KOTA BENGKULU PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

VI. ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU (IPK)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA PANERUSAN KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

BAB III MATERI DAN METODE. Kegiatan ini akan dilaksakan mulai Oktober 2016 Januari 2017, di

ANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU

JIIA, VOLUME 1, No. 4, OKTOBER 2013

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI KERUPUK KULIT SAPI DI KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pada saat ini perkembangan usaha di Indonesia semakin tumbuh pesat. Hal

BAB IV METODE PENELITIAN. kabupaten, yaitu Kabupaten Badung dan Kabupaten Karangasem, Propinsi Bali.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengemukakan suatu kesimpulan serta saran-saran yang kiranya dapat bermanfaat

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI DESA NEGARATENGAH KECAMATAN CINEAM KABUPATEN TASIKMALAYA

ANALISIS NILAI TAMBAH PISANG NANGKA (Musa paradisiaca,l) (Studi Kasus di Perusahaan Kripik Pisang Krekes di Loji, Wilayah Bogor)

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

JIIA, VOLUME 3 No. 2, APRIL 2015

BAB I PENDAHULUAN. dan seimbang, meningkatkan nilai tambah dari setiap produk yang dihasilkan

ANALSIS NILAI TAMBAH KERIPIK BUAH DI KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dhiyan Nublina 1, Sofyan 1, Rahmaddiansyah 1 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG AN-NUR

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI KERUPUK SINGKONG (Studi Kasus di Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Wisata Batu)

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN LABA CV. SERANGKAI SETIA KAWAN

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

2.2.2 Penggolongan Biaya Menurut sifatnya, biaya dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya

ANALISIS BREAK EVEN POINT PADA WARUNG BAKSO MANTAP DALAM PERENCANAAN LABA. Andika Hari Saputro

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti

Transkripsi:

29 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian. Unit Usaha Pengolahan kelapa sawit adalah suatu sistem yang terdiri dari pengadaan bahan baku bahan olah sawit berupa TBS (Tandan buah segar) dan pengolahanya menjadi CPO (Crude Palm Oil). Bahan baku adalah bahan mentah berupa TBS sebelum dilakukan proses produksi yang akhirnya akan menghasikan produksi jadi (kg). Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi dikurangi nilai bahan baku dan nilai input lainnya selain tenaga kerja. Pengukurannya dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg). Produksi adalah suatu proses mentransformasikan berbagai faktor produksi untuk menghasilkan output berupa produk barang atau produk jasa tertentu.

30 Masukan (Input) adalah bahan yang digunakan dalam proses pengolahan Sawit. Masukan (Input) seperti Sawit dalam satuan kilogram (kg), modal dalam satuan rupiah (Rp) dan tenaga kerja dalam satuan HOK. Keluaran (Output) adalah hasil dari proses produksi yaitu CPO, diukur dalam jumlah satuan kilogram (kg). Proses pengolahan Sawit adalah usaha memproses bahan baku bahan olah sawit menjadi CPO yang dihasilkan setiap kali periode produksi yang diukur dalam satuan kilogram (kg). Faktor konversi adalah banyaknya produk yang dapat dihasilkan dari satu satuan bahan baku yang ditunjukkan dengan hasil dari perbandingan antara ouptut produk dengan input produk Bahan pendukung adalah bahan produksi selain bahan baku yang digunakan dalam kegiatan proses produksi untuk membantu agar bahan baku dapat diproses lebih lanjut, diukur dalam satuan rupiah (Rp). Jumlah bahan baku adalah banyaknya bahan olah kelapa sawit berupa TBS yang digunakan dalam satu kali produksi CPO, diukur dalam satuan kilogram (kg). Tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang digunakan dalam satu kali produksi pengolahan sawit diukur dalam satuan HOK. Koefisien tenaga kerja adalah perbandingan antara tenaga kerja dengan jumlah bahan baku produksi.

31 Upah rata rata tenaga kerja adalah biaya upah yang dikeluarkan perusahaan untuk tenaga kerja per satu hari orang kerja (HOK), yang diukur dalam satuan Rp/HOK. Umur ekonomis alat adalah jumlah tahun alat selama digunakan, terhitung sejak tahun pembelian sampai alat tersebut tidak dapat digunakan lagi, diukur dalam satuan tahun. Umur ekonomis bangunan adalah jumlah tahun bangunan selama digunakan, terhitung sejak tahun selesai dibangun dan siap pakai sampai bangunan tidak dapat digunakan lagi, diukur dalam satuan tahun. Rasio nilai tambah adalah perbandingan antara nilai tambah dengan nilai produk diukur dalam satuan persen (%). Harga bahan baku adalah jumlah nilai yang harus dikorbankan untuk per kilogram sawit, diukur dalam satuan rupiah (Rp). Break even point (BEP) adalah suatu titik atau keadaan dimana agroindustri dalam kegiatan produksinya menghasilkan output tanaman agroindustri kelapa sawit berupa CPO yang dapat menutupi biaya-biaya produksi yang timbul, dihitung dengan jumlah total biaya dibagi dengan selisih harga kelapa sawit per kilogram dikurangi dengan biaya variabel per kilogram, diukur dalam satuan kilogram (Kg). Unit keluaran adalah jumlah kapasitas produksi CPO yang dihasilkan dalam setiap proses produksi, diukur dalam satuan kilogram (Kg).

32 Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak bergantung pada besar kecilnya produksi dan dapat digunakan lebih dari satu kali produksi diukur dalam satuan rupiah (Rp). Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan dengan besar kecilnya produksi dan habis dalam satu kali proses produksi, merupakan biaya yang dipergunakan untuk membeli faktor produksi, seperti bahan baku, upah tenaga kerja dan bahan tambahan yang diukur dalam satuan rupiah (Rp). Biaya total adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel, diukur dalam satuan rupiah (Rp). Laba adalah penerimaan dikurangi biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dalam satu kali periode produksi yang diukur dalam satuan rupiah (Rp). B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Rejosari Natar. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan daerah ini merupakan unit usaha dari PT Perkebunan Nusantara VII di Propinsi Lampung yang mengolah CPO dalam jumlah yang paling besar dibandingkan dengan Unit Usaha lainya dan kemudahan akses penulis dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian

33 C. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus pada PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Rejosari. Menurut Nazir (1988), Studi kasus adalah penelitian tentang suatu subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Data yang dikumpulkan hanya data sekunder. Data sekunder diperoleh melalui pencatatan dari berbagai kepustakaan, instansi atau lembaga yang terkait dalam penelitian, laporan produksi, laporan manajemen dari Unit Usaha Rejosari serta laporanlaporan lainnya yang digunakan dalam penelitian ini. Data yang diambil dapat berupa daftar jumlah karyawan di dalam PPKS, data evaluasi biaya teknik dan pengolahan bulan Februari 2013-Februari 2014, data laporan bulanan teknik & teknologi bulan 2013-Februari 2014, Pembukuan Keuangan PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Rejosari Februari 2013-Februari 2014, Jurnal Penjualan lelang CPO KPBPTPN Februari 2013-Februari 2014 D. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis kuantitatif. 1. Analisis Nilai Tambah (Metode Kuantitatif) Metode analisis kuantitatif digunakan untuk menjawab tujuan pertama dan tujuan kedua. Untuk mengolah data yang didapatkan yaitu data sekunder

34 dapat digunakan alat bantu komputerisasi dimana untuk menjawab tujuan pertama adalah program Microsoft Excell Pengertian nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditi karena adanya input fungsional yang diberikan pada komoditi yang bersangkutan. Input fungsional tersebut berupa proses mengubah bentuk (form utility), memindahkan tempat (place utility), maupun menyimpan (time utility) (Hayami dkk 1987). Kegiatan mengolah bahan olah TBS Sawit menjadi CPO mengakibatkan bertambah nilai komoditi tersebut. Untuk menjawab tujuan pertama mengenai besarnya nilai tambah dari TBS menjadi CPO pada unit usaha pengolahan sawit di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Rejosari Natar dilakukan dengan menggunakan metode nilai tambah Hayami pada Tabel 5.

35 Tabel 5. Prosedur Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami No Variabel Nilai Output, Input dan Harga 1 Output (Kg/Bulan) 2 Bahan Baku (Kg/Bulan) 3 Tenaga Kerja (HOK/Bulan) 4 Faktor Konversi 5 Koefisien Tenaga Kerja 6 Harga Output (Rp/Kg) 7 Upah Rata-rata Tenaga Kerja (Rp/HOK) Pendapatan dan Keuntungan (Rp/Kg) 8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) 9 Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) 10 Nilai Output 11 a Nilai Tambah b Rasio Nilai Tambah 12 a Imbalan Tenaga Kerja b Bagian Tenaga Kerja 13 a Keuntungan b Tingkat Keuntungan A B C D = A/B E = C/B F G H I J = D x F K = J I H L% = (K/J) x 100% M = E x G N% = (M/K) x 100% O = K M P% = (O/K) x 100% Balas Jasa untuk Faktor Produksi 14 Margin a Keuntungan b Tenaga Kerja c Input Lain Sumber : Hayami dkk. 1987 Q = J H R = O/Q x 100% S = M/Q x 100% T = I/Q x 100% Keterangan : A = Output/total produksi CPO yang dihasilkan oleh unit usaha B = Input/bahan baku berupa TBS yang digunakan untuk memproduksi C = Tenaga kerja yang digunakan dalam memproduksi CPO dihitung dalam bentuk HOK (Hari Orang Kerja) dalam satu periode analisis F = Harga produk yang berlaku pada satu periode analisis G = Jumlah upah rata-rata yang diterima oleh pekerja dalam setiap satu periode produksi yang dihitung berdasarkan per HOK (Hari Orang Kerja) H = Harga input bahan baku utama per kilogram (kg) pada saat periode analisis

36 I = Sumbangan/biaya input lainnya yang terdiri dari biaya bahan baku penolong, biaya penyusutan, dan biaya packaging Kriteria nilai tambah adalah : 1. Jika NT > 0, berarti pengembangan agroindustri pengolahan sawit memberikan nilai tambah (positif). 2. Jika NT < 0, berarti pengembangan agroindustri pengolahan sawit tidak memberikan nilai tambah (negatif). 2. Analisis Kapasitas Produksi (Metode Kuantitatif) Kapasitas produksi adalah suatu ukuran atau tingkat keluaran tertinggi yang menyangkut kemampuan dari suatu proses produksi. Untuk menjawab tujuan kedua mengenai kapasitas produksi dimana apakah jumlah kapasitas produksi (dalam rupiah atau unit keluaran yang dihasilkan) oleh perusahaan sama dengan kapasitas produksi yang telah dikeluarkan perusahaan sebelumnya sehingga memberikan kontribusi laba terhadap perusahaan dapat menggunakan analisis titik impas atau titik break even point (BEP). Secara umum analisis titik impas dapat berguna sebagai dasar dalam merencanakan serta pengendalian kegiatan operasional perusahaan yang sedang berjalan dan sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan yang harus dilakukan oleh para pengusaha. Titik impas merupakan titik dimana penghasilan total (unit keluaran yang dihasilkan) sama dengan biaya total dimana rumus :

37 P x Q = F + (V x Q) Pada dasarnya jumlah unit keluaran yang harus dihasilkan (Q) merupakan perencanaan kapasitas produksi yang harus dicapai dan tidak diketahui. Untuk itu dirumuskan kembali dalam persamaan : maka: PQ = F + VQ F = (P V) Q Q = Keterangan : P = harga produk/kg Q = jumlah unit keluaran yang harus dihasilkan (kg) F = biaya tetap total V = biaya variabel per kg

38 Secara grafik, analisi BEP dapat digambarkan pada Gambar 4. Biaya dan Penerimaan (Y) Garis total Penerimaan Laba BEP Garis total biaya Rugi Biaya variabel Biaya tetap Output (X) Gambar 3. Kurva Break Even Point Kriteria BEP adalah ; a. Jika BEP > Q (jumlah unit keluaran yang dihasilkan), maka agroindustri kelapa sawit memperoleh laba. b. Jika BEP < Q (jumlah unit keluaran yang dihasilkan), maka agroindustri kelapa sawit menderita rugi.