BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISTILAH 1. Corporate Social Responsibility (CSR) atau Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) adalah suatu tindakan atau konsep yang

KATA PENGANTAR PEKANBARU, DESEMBER 2017 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU. Ir. Darmansyah NIP

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

Standar Pelayanan Minimal

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

SEKILAS TENTANG RAWAN PANGAN. Written by adminbkpp2 Wednesday, 20 May :37 - Last Updated Wednesday, 20 May :59

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 15 TAHUN 2015 TENTANG

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI

WALIKOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Samarinda, April 2016 Kepala, Ir. Fuad Asaddin, M.Si. Nip

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

KATA PENGANTAR. MULKAN SYARIF, SE Pembina Utama Muda NIP PEKANBARU, OKTOBER 2012 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROFIL DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU

I. LATAR BELAKANG POKOK BAHASAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI KETAHANAN PANGAN NASIONAL Posisi Pangan dalam Pembangunan Nasional

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

Ketahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

4.1. Sejarah Berdirinya Pemerintah Provinsi Riau

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN I. PENDAHULUAN

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

: a, bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah

PEMENUHAN PANGAN BAGI MASYARAKAT

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 36

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR \l TAHUN 2017 TENTANG CADANGAN PANGAN

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYALURAN CADANGAN PANGAN POKOK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENGADAAN, PENGELOLAAN, DAN PENYALURAN CADANGAN PANGAN

1. KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN, TANTANGAN DAN HARAPAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA 2. PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN KEMISKINAN

ANALISIS KEBUTUHAN PANGAN DI KECAMATAN RUMBAI PESISIR KOTA PEKANBARU. Niken Nurwati, Enny Mutryarny, Mufti 1)

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

GUBERNUR KEPULAUAN BANG`KA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENYALURAN CADANGAN PANGAN POKOK DAERAH

GUBERNUR SUMATERA BARAT

Transkripsi:

BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU PEKANBARU 2015

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas RahmatNya telah dapat disusun Buku Statistik Ketahanan Pangan Provinsi Riau Tahun 2015, dimana buku ini berisikan data-data tentang perkembangan situasi pangan di Provinsi Riau pada tahun 2014. Disadari sepenuhnya bahwa buku ini belumlah sempurna dan masih banyak kekurangannya, untuk itu sumbang saran dari semua pihak sangatlah diharapkan demi kesempuranaan di masa akan datang, semoga buku ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Demikianlah disampaikan, akhirnya ucapan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dan berperan aktif dalam penyusunan buku Statistik ini. PEKANBARU, DESEMBER 2015 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU Ir. Darmansyah NIP. 19590207 198503 1 009 i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii I. PENDAHULUAN 3 II. KEADAAN UMUM PROVINSI RIAU 5 A. Keadaan Umum 5 B. Penduduk 7 Tabel 1. Penduduk Provinsi Riau menurut Kabupaten/Kota 8 C. Iklim 9 III. KONDISI KETAHANAN PANGAN 10 Tabel 2. Produksi Pangan Riau Tahun 2010-2014 (Ton) 10 Tabel 3. Ketersediaan Pangan Riau Tahun 2010-2014 12 Tabel 5. Pasokan Pangan dari luar Propinsi Riau Tahun 2010-2014 (Ton) 16 Tabel 6. Perkembangan Harga Rata-Rata Komoditi Pangan Tahun 2010-2014 18 Tabel 7. Konsumsi Pangan Riil Penduduk Riau Tahun 2010-2014 20 Tabel 8. Kebutuhan Konsumsi Pangan Riau Th.2010-2014 22 Tabel 9. Perkembangan Konsumsi Pangan Provinsi Riau Tahun 2010-2014 24 Tabel 10. Konsumsi Energi per kelompok bahan pangan 2010-2014 25 Tabel 11. Konsumsi Protein per kelompok bahan pangan 2010-2014 27 ISTILAH 29 ii

I. PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-Undang No 18 Tahun 2012 tentang pangan, Ketahanan Pangan merupakan kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi,merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Ketahanan pangan merupakan hal yang penting dan strategis, karena berdasarkan pengalaman di banyak negara menunjukkan bahwa tidak ada satu negarapun yang dapat melaksanakan pembangunan secara mantap sebelum mampu mewujudkan ketahanan pangan terlebih dahulu (Penjelasan PP No 68 Tahun 2002). Perwujudan Ketahanan Pangan yang mantap dan berkesinambungan dibangun berdasarkan tiga pilar ketahanan pangan, yaitu: (1) ketersediaan pangan yang cukup dan merata; (2) distribusi pangan yang efektif dan efisien; serta (3) konsumsi pangan yang beragam dan bergizi seimbang. Ketahanan Pangan merupakan masalah pembangunan berkelanjutan yang kompleks, berhubungan tidak hanya dengan pangan dan pertanian tetapi juga berhubungan dengan kesehatan, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, lingkungan dan juga perdagangan. Sehingga dalam pelaksanaannya, pembangunan ketahanan pangan yang berkesinambungan terkait dengan semua sektor pembangunan nasional. Pencapain pembangunan ketahanan pangan sebagai salah satu bagian dari pembangunan nasional tidak dapat terlepas dari ketersediaan data yang berkesinambungan dalam berbagai tahapan pembangunan ketahanan pangan, mulai dari perencanaan, pemantauan hingga evaluasi. Tersedianya statistik tentang ketahanan pangan merupakan hal yang sangat mendasar untuk digunakan sebagai tolok ukur dalam mengestimasi dan menilai keberhasilan pembangunan ketahanan pangan serta memprediksi situasi ketahanan pangan sebagai isyarat dini untuk upaya perbaikan. 3

Sehingga statistik ketahanan pangan sangat diperlukan dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan ketahanan pangan. Indikator-indikator statistik ketahanan pangan mencakup data-data sektor dan non-sektoral yang terkait dengan ketahanan pangan yang dihimpun sebagai statistik ketahanan pangan, mencakup: (1) Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, meliputi: Ketersediaan Energi dan Protein, Perkembangan Produksi Beberapa Komoditas Pangan Penting, Pertumbuhan Ketersediaan Komoditas Pangan Penting, dan Proyeksi Kebutuhan Pangan Penting ; (2) Aspek Distribusi Pangan, meliputi: Perubahan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), Pemasukan dan Pengeluaran Beras, perkembangan Harga Gabag Kering Panen di Tingkat Petani, dan Perkembangan Harga-Harga Komoditas Penting; (3) Aspek Konsumsi dan Keamanan Pangan, meliputi: Tingkat Konsumsi Pangan Nasional berdasarkan Pola Pangan Harapan, Perkembangan Rata-rata Konsumsi Energi dan Protein, Rata-rata Konsumsi Kelompok Pangan Rumah Tangga, Konsumsi Penduduk Indonesia Terhadap Berbagai Kelompok Makanan, Sasaran Pola Pangan Harapan Tahun 2010 sampai 2015, Perkembangan Kualitas Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia Tahun 2007 2011, Perkembangan Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan, Data Kejadian Keracunan Pangan, dan Hasil Uji Laboratorium Keamanan Pangan Beberapa Komoditas dari 12 Kabupaten/Kota ; (4) Aspek Kegiatan Strategis Ketahanan Pangan, meliputi: Program Aksi Desa Mandiri Pangan, Pengembangan Lumbung, Program Kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP), Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM), Peta Kerawanan dan Kerentanan Pangan / Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA; serta (5) Aspek Umum yang terkait dengan ketahanan pangan lainnya, meliputi: perkembangan jumlah penduduk miskin, serta bentuk kelembagaan Ketahanan Pangan. 4

II. KEADAAN UMUM PROVINSI RIAU A. Keadaan Umum Provinsi Riau terdiri dari daerah daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 8.915.015,09 Ha (89.150 Km2), Keberadaannya membentang dari lereng Bukit Barisan sampai dengan Selat Malaka terletak antara 01 05 00 Lintang Selatan - 02 25 00 Lintang Utara atau antara 100 00 00-105 05 00 Bujur Timur. Disamping itu sesuai Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 terdapat wilayah lautan sejauh 12 mil dari garis pantai. Di daratan terdapat 15 sungai, diantaranya ada 4 sungai besar yang mempunyai arti penting sebagai sarana perhubungan seperti Sungai Siak (300 Km) dengan kedalaman 8-12 m, Sungai Rokan (400 Km) dengan kedalaman 6-8 m, Sungai Kampar (400 Km) dengan kedalaman lebih kurang 6 m dan Sungai Indragiri (500 Km) dengan kedalaman 6-8 m. Ke 4 sungai yang membelah dari pegunungan daratan tinggi Bukit Barisan Bermuara di Selat Malaka dan Laut Cina Selatan itu dipengaruhi pasang surut laut. Adapun batas-batas Provinsi Riau bila dilihat posisinya dengan negara tetangga dan provinsi lainnya adalah sebagai berikut : a. Sebelah Utara : Selat Malaka dan Provinsi Sumatera Utara b. Sebelah Selatan : Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Barat c. Sebelah Timur : Provinsi Kepulauan Riau dan Selat Malaka d. Sebelah Barat : Provinsi Sumatera Barat dan Sumatera Utara. 5

Pada Tahun 2009 Provinsi Riau terdiri dari 10 (sepuluh) Kabupaten dan 2 (dua) Kota, dimana pada tahun 2009 berdasarkan UU 12 tahun 2009 dibentuk Kabupaten Kepulauan Meranti, luas wilayah masing-masing Kabupaten/Kota seperti terlihat pada tabel berikut ini : Riau Nama-nama Ibukota dan Luas Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi NO KABUPATEN/KOTA IBUKOTA LUAS (Ha) LUAS AREA (%) 1 2 3 4 5 1. Kuantan Singingi Taluk Kuantan 520.216,13 5,84 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Indragiri Hulu Rengat 767,626,66 8,61 Indragiri Hilir Tembilahan 1.379.837,12 15,48 Pelalawan Pangkalan Kerinci 1.240.413,95 13,9 Siak Siak Sri Indrapura 823.357,00 9,24 Kampar Bangkinang 1.092.819,71 12,26 Rokan Hulu Pasir Pangaraiyan 722.977,68 8,11 Bengkalis Bengkalis 1.200.715,21 13,47 Rokan Hilir Bagan Siapi-api 896.142,93 10,05 Pekanbaru Pekanbaru 63.300,86 0,71 Dumai Dumai 203.900,00 2,29 Kepulauan Meranti Selat Panjang 3.707,84 0,04 Provinsi Riau 8.915.015,09 100,00 6

Secara makro posisi tersebut merupakan posisi strategis karena berbatasan langsung dengan jalur pelayaran internasional di Selat Malaka dan Laut Cina Selatan serta berhadapan dengan negara-negara di Asia tenggara yaitu Malaysia Singapura Thailand Kamboja dan Vietnam. Singapura sebagai negara pusat perdagangan dunia di belahan Timur merupakan negara yang secara langsung berbatasan dengan wilayah Provinsi Riau. Wilayah daratan Provinsi Riau terdapat 15 sungai, 4 (empat) diantaranya mempunyai arti penting sebagai prasarana perhubungan dan tempat domisili serta sumber penghasilan sebahagian penduduk. Sungai sungai tersebut adalah Sungai Siak (300 km) dengan kedalaman 8 12 meter, Sungai Rokan (400 km) dengan kedalaman 6 8 meter, Sungai Kampar (400 km) dengan kedalaman lebih kurang 6 meter dan Sungai Indragiri (500 km) dengan kedalaman 6 8 meter. Ke 4 sungai yang membelah dari pegunungan dataran tinggi Bukit Barisan bermuara di Selat Malaka dan Laut Cina Selatan itu dipengaruhi pasang surut air laut. Provinsi Riau memiliki keunggulan komparatif selain posisi strategis berbatasan dengan kawasan perdagangan dan pelayaran internasional, juga memiliki cadangan sumberdaya alam baik yang bersifat nonrenewable resources berupa kandungan minyak dan bahan tambang galian di perairan dan daratan serta renewable resources berupa potensi sumberdaya hutan dan pertanian. B. Penduduk Penduduk Riau berdasarkan hasil olahan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS), Sensus Penduduk dan Proyeksi Susenas tahun 2007 sebesar 5.070.952 jiwa. Kabupaten/Kota yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah Kota Pekanbaru dengan jumlah penduduk 779.899 jiwa, sedangkan Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kota Dumai sebesar 231.121 jiwa. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010 7

diperoleh angka jumlah penduduk Riau yaitu sebanyak 5.543.031 orang. Rincian jumlah penduduk per Kabupaten/Kota se Provinsi Riau dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Penduduk Provinsi Riau menurut Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Kuantan Singingi 285.570 292.116 302.674 310.060 317.265 02. Indragiri Hulu 352.471 363.442 376.578 388.916 401.201 03. Indragiri Hilir 654.384 661.779 685.698 689.938 697.814 04. Pelalawan 284.850 301.829 312.738 332.075 352.207 05. Siak 362.979 376.742 390.359 405.850 421.477 06. Kampar 664.579 688.204 713.078 739.655 766.351 07. Rokan Hulu 452.251 474.843 492.006 517.577 543.857 08. Bengkalis 486.046 498.336 516.348 530.191 543.786 09. Rokan Hilir 533.240 553.216 573.211 595.695 618.355 10. Kepulauan Meranti 175.546 176.290 182.662 183.135 183.912 71. Pekanbaru 867.239 897.767 930.215 964.558 999.031 73. D u m a i 246.203 253.803 262.976 271.522 280.027 Jumlah/Total 5.365.356 5.538.367 5.738.543 5.929.172 6.125.283 Sumber/source. 1 : Estimasi mundur hasil Sensus Penduduk 2010 2 : Sensus Penduduk 2010/ Population Census 2010 3 : Proyeksi berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 8

C. Iklim Daerah Riau beriklim tropis basah dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 2000-3000 mm per tahun yang dipengaruhi oleh musim kemarau dan musim hujan. Daerah yang paling sering ditimpa hujan setiap tahun adalah Rokan Hulu yaitu 217 hari, Pekanbaru 207 hari, Kabupaten Indragiri Hulu dan Kota Dumai 190 dan 169 hari, dan yang terakhir adalah Kabupaten Rokan Hilir dengan jumlah hari hujan 63 hari. Jumlah Curah Hujan tertinggi pada tahun 2010 terjadi di Kota Pekanbaru dengan curah hujan sebesar 3 068,3 mm, disusul Kota Dumai sebesar 2 794,5 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi di Kabupaten Rokan Hilir sebesar 1 944,0 mm. Selanjutnya menurut catatan Stasiun Meteorologi Simpang Tiga, suhu udara rata-rata di Kota Pekanbaru tahun 2010 menunjukkan 27,2 celcius dengan suhu maksimum 34,6 celcius dan suhu minimum 22,0 celcius. 9

III. KONDISI KETAHANAN PANGAN Tabel 2. Produksi Pangan Riau Tahun 2010-2014 (Ton) No Komoditi Pangan Ton 2010 2011 2012 2013 2014 1 Beras 363.314 338.618 323.878 276.138 245.625 2 Jagung 41.862 33.197 31.433 28.052 28.651 3 Kedelai 5.830 7.100 4.182 2.211 2.332 4 Kc. Tanah 2.007 1.692 1.622 1.243 1.134 5 Kc. Hijau 1.228 995 920 619 645 6 Ubi Jalar 9.967 9.912 9.424 8.462 8.038 7 Ubi Kayu 75.904 79.480 88.577 103.070 117.287 8 Sagu 222.097 249.497 249.497 250.000 216.083 9 Buah-buahan 108.199 210.360 188.874 189.931 224.749 10 Sayuran 81.395 88.712 83.509 101.247 171.189 11 Daging 37.983 55.878 54.197 54.833 59.488 12 Telur 6.176 4.161 5.840 5.541 4.757 13 Ikan 132.990 149.939 181.169 185.073 211.342 Jumlah 1.086.444 1.212.012 1.223.122 1.206.420 1.291.320 10

Grafik Produksi Pangan Provinsi Riau 2010-2014 Beras 400.000 350.000 Jagung Kedelai Kc. Tanah 300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000-2010 2011 2012 2013 2014 Kc. Hijau Ubi Jalar Ubi Kayu Sagu Buah-buahan Sayuran Daging Telur Ikan 11

Tabel 3. Ketersediaan Pangan Riau Tahun 2010-2014 No Komoditi Pangan Ton 2010 2011 2012 2013 2014 1 Beras 846.877 834.980 827.818 810.137 824.463 2 Jagung 50.399 41.892 40.201 36.983 37.740 3 Kedelai 78.676 72.489 68.840 74.166 75.018 4 Kc. Tanah 15.243 14.928 15.532 15.539 15.788 5 Kc. Hijau 12.162 11.929 12.023 11.818 12.016 6 Ubi Jalar 16.686 16.631 11.564 12.019 13.012 7 Ubi Kayu 80.027 83.603 92.701 107.406 121.624 8 Sagu 222.097 249.497 249.497 250.000 216.083 9 Buah-buahan 244.761 370.963 361.295 364.076 400.618 10 Sayuran 356.544 385.777 387.770 411.594 482.821 11 Daging 48.364 66.259 66.244 66.449 72.487 12 Telur 52.110 54.280 56.919 59.212 59.388 13 Ikan 194.263 211.212 245.214 251.891 278.437 Jumlah 1.129.256 1.184.898 1.212.499 1.264.870 1.318.175 12

Grafik Ketersediaan Pangan Propinsi Riau 2010-2014 900.000 800.000 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 Beras Jagung Kedelai Kc. Tanah Kc. Hijau Ubi Jalar Ubi Kayu Sagu Buah-buahan Sayuran Daging Telur Ikan - 2010 2011 2012 2013 2014 13

Tabel 4. Ketersediaan Energi dan Protein Provinsi Riau Tahun 2010-2014 Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 Ketersediaan Energi Pangan (Kkalori/kap/hr) 2.965 3.002 3.212 3.365 3.283 Ketersediaan Energi Pangan Nabati (Kkalori/kap/hr) 2.786 2.808 3.018 3.171 3.121 Ketersediaan Energi Pangan Hewani (Kkalori/kap/hr) 179 179 194 191 195 Ketersediaan Protein (gram/kap/hr) 76,61 73,31 74,26 71,53 70,07 Ketersediaan Protein Nabati (gram/kap/hr) 58,38 53,55 53,05 52,15 50,05 Ketersediaan Protein Hewani (gram/kap/hr) 18,23 19,76 21.21 19,39 20,06 14

Grafik Ketersedisan Energi dan Protein 2010-2014 3.500 3.000 2.965 3.002 3.212 3.365 3.283 2.500 2.000 Ketersediaan Energi Pangan (Kkalori/kap/hr) 1.500 1.000 Ketersediaan Protein (gram/kap/hr) 500-76,61 73,31 74,26 71,53 70,07 2010 2011 2012 2013 2014 15

Tabel 5. Pasokan Pangan dari luar Propinsi Riau Tahun 2010-2014 (Ton) No Komoditi Pangan Pasokan Pangan 2010 2011 2012 2013 2014 1 Beras 483.563 496.362 503.940 533.999 578.838 2 Jagung 8.537 8.695 8.768 8.931 9.089 3 Kedelai 72.846 65.389 64.658 71.955 72.686 4 Kc. Tanah 13.236 13.236 13.910 14.296 14.654 5 Kc. Hijau 10.934 10.934 11.103 11.199 11.371 6 Ubi Jalar 6.719 6.719 2.140 3.557 4.974 7 Ubi Kayu 4.123 4.123 4.124 4.336 4.337 8 Sagu - - - - 9 Buah-buahan 136.562 160.603 172.421 174.145 175.869 10 Sayuran 275.149 297.065 304.261 310.347 311.632 11 Daging 10.381 10.381 12.048 11.616 12.999 12 Telur 45.934 50.119 51.079 53.671 54.631 13 Ikan 61.273 61.273 64.045 66.818 67.095 Jumlah 1.129.256 1.184.898 1.212.499 1.264.870 1.318.175 16

Grafik Pasokan Pangan 2010-2014 600.000 500.000 Beras Jagung 400.000 Kedelai Kc. Tanah Kc. Hijau 300.000 Ubi Jalar Ubi Kayu Sagu 200.000 Buah-buahan Sayuran 100.000 Daging Telur Ikan - 2010 2011 2012 2013 2014 17

Tabel 6. Perkembangan Harga Rata-Rata Komoditi Pangan Tahun 2010-2014 KOMODITI TAHUN / Rp 2010 2011 2012 2013 2014 Beras Premium 8.119 11.204 10.950 10.923 11.999 Beras Medium 7.686 10.328 9.967 10.038 10.552 Beras Termurah 6.178 8.283 8.017 8.013 8.796 Jagung 6.667 5.917 6.167 6.037 6.211 Kedelai 8.167 7.667 6.333 10.188 10.354 Cabe Merah Keriting 30.947 25.792 39.967 39.974 35.814 Bawang Merah 15.392 16.313 30.900 30.938 21.100 Minyak Goreng Curah 9.088 10.281 8.598 10.683 12.311 Gula Pasir Lokal 10.770 11.144 12.542 12.548 12.302 Tepung Terigu Segitiga Biru 7.494 7.479 8.758 8.772 8.429 Daging Sapi 61.210 68.583 93.175 98.111 107.544 Daging Ayam Ras 20.013 23.969 24.533 24.532 24.663 Telur Ayam Ras 930 993 1.150 1.145 1.221 18

Grafik Perkembangan Harga Pangan 2010-2014 120.000 100.000 80.000 2010 60.000 2011 2012 40.000 2013 2014 20.000-19

Tabel 7. Konsumsi Pangan Riil Penduduk Riau Tahun 2010-2014 Kg/Kap/Tahun Kelompk Bahan Pangan Kilogram/Kapita/Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 I. Padi-padian 121,5 121,8 122,7 123,5 122,7 a. Beras 103,3 103,5 104,3 105,0 104,7 b. Jagung 8,5 8,5 8,6 8,7 8,1 c. Terigu 9,7 9,7 9,8 9,9 9,9 II. Umbi-umbian 23,0 17,3 17,3 17,4 17,3 a. Singkong 18,6 14,0 14,1 14,1 14,1 b. Ubi Jalar 1,8 1,4 1,4 1,4 1,4 c. Kentang 1,4 1,0 1,0 1,1 1,0 d. Sagu 1,2 0,9 0,9 0,9 0,9 III. Pangan Hewani 55,5 55,9 43,7 44,1 38,4 a. Daging 11,1 11,2 8,8 8,8 6,1 b. Susu 0,9 0,9 0,7 0,8 6,3 c. Telur 9,3 9,4 7,3 7,4 7,8 d. Ikan 34,1 34,4 26,9 27,1 18,2 IV. Minyak dan Lemak 10,6 10,6 40,8 41,1 47,1 a. M. Kelapa 5,8 5,8 22,4 22,6 24,5 b. L. Hewan 4,8 4,8 18,4 18,5 22,6 V. Buah/Biji Berminyak 6,2 6,1 6,2 6,2 8,4 a. Kelapa 4,7 4,6 4,7 4,7 6,4 b. Kemiri 1,5 1,5 1,5 1,5 2,0 VI. Kacang-kacangan 7,7 7,6 7,7 7,7 9,6 a. Kedelai 3,9 3,8 3,9 3,9 4,8 b. K. Tanah 1,6 1,6 1,6 1,6 2,0 c. K. Hijau 2,2 2,2 2,2 2,2 2,7 VII. Gula 14,2 14,3 10,8 11,0 12,5 a. G. Pasir 9,5 9,6 7,3 7,3 8,1 b. G. Kelapa 4,7 4,7 3,6 3,6 4,5 VIII. Sayur dan Buah 76,3 77,6 79,9 80,2 73,1 a. Sayur 46,2 47,0 48,4 48,7 39,3 b. Buah 30,0 30,6 31,5 31,5 33,8 20

Grafik Konsumsi Pangan Provinsi Riau 2010-2014 (Kg/Kap/Th) 140,0 120,0 I. Padi-padian 100,0 80,0 60,0 40,0 II. Umbi-umbian III. Pangan Hewani IV. Minyak dan Lemak V. Bh/Biji Berminyak VI. Kacang-kacangan VII. Gula VIII. Sayur dan Buah 20,0 0,0 2010 2011 2012 2013 2014 21

Tabel 8. Kebutuhan Konsumsi Pangan Riau Th.2010-2014 No Komoditi Pangan Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 1 Beras 576.475 598.243 618.166 633.465 652.876 2 Jagung 49.887 51.647 48.026 48.269 53.220 3 Kedelai 53.213 55.090 23.717 23.529 24.135 4 Kc. Tanah 6.097 6.312 11.858 9.653 9.901 5 Kc. Hijau 6.097 6.312 13.637 13.273 13.614 6 Ubi Jalar 16.629 17.215 8.894 8.446 8.446 7 Ubi Kayu 74.277 76.896 84.194 85.065 85.065 8 Sagu 1.663 1.625 5.929 5.430 5.430 9 Buah-buahan 82.591 80.339 185.759 190.040 190.040 10 Sayuran 144.673 149.202 285.420 293.807 293.807 11 Daging 46.007 47.630 53.363 53.090 54.458 12 Telur 48.779 50.499 44.469 44.644 45.175 13 Ikan 148.553 148.628 160.088 163.494 166.468 Jumlah 1.254.942 1.289.639 1.543.520 1.572.205 1.602.635 22

Grafik Kebutuhan Konsumsi Pangan 2010-2014 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 2010 2011 2012 2014 100.000-23

Tabel 9. Perkembangan Konsumsi Pangan Provinsi Riau Tahun 2010-2014 Tahun Padi- Padian Pangan Hewani Umbiumbian Kacangkacangan Kelompok Pangan Sayur dan Buah Buah/Biji Berminyak Minyak dan Lemak Gula Lainnya 2010 Kg/Kap/Th 123 19 45 13 48 5 11 15 0 279 Jumlah Gr/Kap/Hr 337 53 123 35 132 15 30 40 0 764 Energi Kkal/Kap/Hr 1.201 98 172 75 66 60 254 147 0 2.073 2011 Kg/Kap/Th 122 17 44 8 59 6 41 11 0 308 Gr/Kap/Hr 334 47 121 22 162 16 112 30 0 844 Energi Kkal/Kap/Hr 2012 1.201 73 173 75 68 60 253 147 0 2.050 Kg/Kap/Th 123 17 44 8 80 6 41 11 0 329 Gr/Kap/Hr 336 47 120 21 219 17 112 30 0 902 Energi Kkal/Kap/Hr 1.209 73 174 75 70 60 255 148 0 2.064 2013 Kg/Kap/Th 124 17 44 76 71 61 257 149 0 799 Gr/Kap/Hr 338 48 121 208 195 167 704 408 0 2.189 Energi Kkal/Kap/Hr 1.217 73 175 75 70 60 255 148 0 2.073 2014 Kg/Kap/Th 123 17 38 10 73 8 47 13 0 329 Gr/Kap/Hr 336 47 105 26 200 23 129 34 0 902 Energi Kkal/Kap/Hr 1.161 70 167 74 75 96 231 99 0 1.973 24

Tabel 10. Konsumsi Energi per kelompok bahan pangan 2010-2014 Kelompk Bahan Pangan Kkal/Kap/Hari 2010 2011 2012 2013 2014 I. Padi-padian 1201 1201 1209,0 1217 1161,2 a. Beras 1020,9 1020,9 1027,7 1034,5 1028,6 b. Jagung 84,1 84,1 84,6 85,2 74,2 c. Terigu 96,1 96,1 96,7 97,4 58,3 II. Umbi-umbian 98 73 73,0 73 69,6 a. Singkong 53,7 40,0 40,0 40,0 26,4 b. Ubi Jalar 20,1 15,0 15,0 15,0 23,0 c. Kentang 11,8 8,8 8,8 8,8 11,1 d. Sagu 11,8 8,8 8,8 8,8 9,1 III. Pangan Hewani 172 173 174,0 175 167,5 a. Daging 21,7 21,8 21,9 22,1 32,6 b. Susu 6,9 6,9 7,0 7,0 4,6 c. Telur 56,4 56,7 57,1 57,4 54,1 d. Ikan 87,0 87,5 88,0 88,6 76,2 IV. Minyak dan Lemak 254 253 255,0 257 230,6 a. M. Kelapa 223,0 222,1 223,9 225,6 116,0 b. L. Hewan 31,0 30,9 31,1 31,4 114,6 V. Bh/Biji Berminyak 60 60 60,0 61 95,6 a. Kelapa 45,0 45,0 45,0 45,8 25,5 b. Kemiri 15,0 15,0 15,0 15,3 70,1 VI. Kacang-kacangan 75 75 75,0 76 73,8 a. Kedelai 38,0 38,0 38,0 38,5 28,1 b. K. Tanah 16,0 16,0 16,0 16,2 18,1 c. K. Hijau 21,0 21,0 21,0 21,3 27,6 VII. Gula 147 147 148,0 149 99,4 a. G. Pasir 112,3 112,3 113,1 113,8 50,1 b. G. Kelapa 34,7 34,7 34,9 35,2 49,2 VIII. Sayur dan Buah 67 68 70,0 71 75,4 a. Sayur 38,5 39,0 40,2 40,8 36,8 b. Buah 28,5 29,0 29,8 30,2 38,5 Total Energi 2074,0 2050 2064 2079 1973,0 Skor PPH 79 78,5 79,5 80.1 79,5 25

Grafik Konsumsi Energi Kelompok Pangan 2010-2014 Kkal/Kap/Hr 1400 1200 1000 800 2010 2011 600 400 2012 2013 2014 200 0 26

Tabel 11. Konsumsi Protein per kelompok bahan pangan 2010-2014 Kelompk Bahan Pangan Gram Protein/Kap/Hari 2010 2011 2012 2013 2014 I. Padi-padian 24,0 25,0 23,0 23,5 23,3 a. Beras 19,8 20,7 19,0 19,4 19,3 b. Jagung 2,1 2,2 2,0 2,0 2,0 c. Terigu 2,1 2,2 2,0 2,0 2,0 II. Umbi-umbian 0 0 3,0 3,1 3,0 a. Singkong 0,0 0,0 1,0 1,0 1,0 b. Ubi Jalar 0,0 0,0 1,0 1,0 1,0 c. Kentang 0,0 0,0 1,0 1,0 1,0 d. Sagu 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 III. Pangan Hewani 18,0 21,0 20,0 19,7 14,0 a. Daging 0,9 1,1 1,0 1,0 1,0 b. Susu 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 c. Telur 1,8 2,1 2,0 2,0 2,0 d. Ikan 15,3 17,9 17,0 16,7 11,0 IV. Minyak dan Lemak 1,0 1,0 1,0 1,3 7,0 a. M. Kelapa 1,0 1,0 1,0 1,3 1,0 b. L. Hewan 0,0 0,0 0,0 0,0 6,0 V. Bh/Biji Berminyak 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 a. Kelapa 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 b. Kemiri 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 VI. Kacang-kacangan 6,0 4,0 4,0 4,1 3,0 a. Kedelai 3,0 2,0 2,0 2,1 1,0 b. K. Tanah 1,5 1,0 1,0 1,0 1,0 c. K. Hijau 1,5 1,0 1,0 1,0 1,0 VII. Gula 0 0 0,0 0,0 0,0 a. G. Pasir 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 b. G. Kelapa 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 VIII. Sayur dan Buah 2,0 0 0,0 0,0 1,0 a. Sayur 0,0 0,0 0,0 0,0 1,0 b. Buah 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Total Protein 52 52 52 52,7 52,0 27

Grafik Konsumsi Protein Per Kelompok Pangan Tahun 2010-2015 Gr/Kap/Hr 25,0 20,0 15,0 2010 10,0 2011 2012 5,0 2013 2014-28

ISTILAH 1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak, diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan atau pembuatan makanan dan minuman. 2. Ketahanan pangan (UU NO.7 Tahun 1996) adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. 3. Ketahanan Pangan (UU NO.18 Tahun 2012) adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. 4. Mandiri pangan diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan yang dapat dicukupi oleh kemampuan sumberdaya yang dimiliki, dilihat dari bekerjanya subsistem ketersediaan, subsistem distribusi dan subsistem konsumsi pangan. 5. Desa Mandiri Pangan adalah desa/kelurahan yang masyarakatnya mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi melalui pengembangan subsistem ketersediaan, subsistem distribusi, dan subsistem konsumsi pangan dengan memanfaatkan sumberdaya setempat secara berkelanjutan. 6. Program Aksi adalah rancangan kegiatan untuk melaksanakan tujuan yang akan dicapai. 7. Program Aksi Desa Mandiri Pangan adalah gerakan yang dilaksanakan secara berkelanjutan dan berkesinambungan untuk mewujudkan ketahanan pangan masyarakat, melalui pendekatan sub sistem ketersediaan, sub sistem distribusi dan sub sistem konsumsi. 8. Gerakan adalah perubahan suatu kondisi tertentu melalui usaha atau kegiatan yang dilakukan secara perorangan atau kelompok. 29

9. Gerakan Kemandirian Pangan adalah upaya bersama berbagai komponen masyarakat dan pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat untuk memobilisasi, memanfaatkan dan mengelola aset setempat (yang meliputi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya finansial, sumberdaya fisik/teknologi, serta sumberdaya sosial) untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga dan masyarakat melalui penanganan Desa Rawan Pangan menjadi Desa Mandiri Pangan. 10. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses dimana masyarakat atau mereka yang kurang beruntung dalam sumberdaya pembangunan didorong untuk mandiri dan mengembangkan kehidupan sendiri. Dalam proses ini masyarakat dibantu untuk mengkaji kebutuhan, masalah dan peluang dalam pembangunan sesuai dengan lingkungan sosial ekonomi kehidupan mereka sendiri. 11. Ketahanan pangan masyarakat adalah kondisi dimana seluruh anggota masyarakat (rumah tangga/individu) mendapatkan pangan yang aman, dapat diterima secara kultural, cukup, bergizi, secara berkelanjutan dengan memaksimalkan kemandirian masyarakat dan keadilan sosial. 12. Desa rawan pangan adalah kondisi suatu daerah yang tingkat ketersediaan, akses, dan/atau keamanan pangan sebagian masyarakat dan rumah tangganya tidak cukup untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan. 13. Kemandirian adalah sikap kesadaran/kemampuan untuk mengembalikan keadaan ke normal setelah terjadinya suatu tekanan, gejolak, atau bencana. Dalam keadaan normal, dimana tidak terjadi tekanan, bencana atau gejolak, maka kemandirian dapat diartikan sebagai kesadaran/kemampuan untuk meningkatkan keadaan masa depannya menjadi lebih baik tanpa bergantung pada orang lain. 14. Kemandirian pangan (UU No. 41 Tahun 2009) adalah kemampuan produksi pangan dalam negeri yang didukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup di tingkat rumah tangga, baik dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang didukung oleh sumber-sumber pangan yang beragam sesuai dengan keragaman lokal. 15. Kelompok afinitas adalah kelompok yang tumbuh atas dasar ikatan kebersamaan dan kecocokan antar anggota yang 30

mempunyai kesamaan visi dan misi dengan memperhatikan sosial budaya setempat. 16. Kelompok wanita adalah sekumpulan wanita dengan jumlah 20-30 orang dari anggota dasa wisma yang bergabung menjadi satu kelompok untuk melakukan gerakan penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat desa. 17. Kelompok lumbung pangan adalah kelompok yang ditumbuhkan dalam rangka pemenuhan cadangan pangan masyarakat. Kelompok sasaran adalah kelompok yang telah ada atau kelompok baru yang memiliki potensi untuk pengembangan lumbung pangan yang berasal dari desa tersebut, belum pernah mendapat penguatan modal, atau fasilitasi lain pada saat yang bersamaan atau pada tahun-tahun sebelumnya, menyediakan lahan yang mudah dijangkau dan tidak bersengketa untuk pembangunan fisik lumbung atas nama kelompok (Pedoman Teknis Pemberdayaan Lumbung Pangan Masyarakat) 18. Sekolah Lapangan Desa Mapan (SL-DMP) merupakan pendekatan penyuluhan yang dilakukan melalui proses belajar orang dewasa di desa mandiri pangan dengan berbagi pengalaman antara pemandu dan peserta SL-DMP (desa replikasi) untuk menemukan dan mengembangkan sendiri pengetahuan, teknologi dan upaya mewujudkan kemandirian pangan. 19. Data Dasar Rumah Tangga (DDRT) adalah kegiatan pendataan lengkap (Sensus) rumah tangga untuk memperoleh gambaran karakteristik rumah tangga yang berada di dalamnya. Hasil dari pendataan tersebut adalah data dasar seluruh rumahtangga yang ada di suatu wilayah dan dapat melihat karakteristik rumah tangga serta mengidentifikasi rumah tangga miskin dan tidak miskin. 20. Rumah tangga miskin (RTM) adalah rumah tangga sasaran yang ditetapkan melalui survei DDRT dengan 13 indikator kemiskinan. Indikator Kemiskinan yang digunakan meliputi: (1). tingkat pendidikan, (2) jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan, (3) konsumsi pangan, (4) konsumsi non pangan, (5) modal (lahan, tabungan, hewan ternak), (6) sarana transportasi, (7) perabotan rumahtangga, (8) luas tempat tinggal, (9) kondisi tempat tinggal, (10) sumber air minum, (11) sumber penerangan, (12) asupan gizi, (13) porsi pangan antar anggota rumahtangga. 21. Lembaga Keuangan Desa (LKD) adalah lembaga yang ditumbuhkan oleh kelompok-kelompok afinitas untuk mengelola keuangan sebagai modal usaha produktif pedesaan. 31

22. Tim Pangan Desa (TPD) adalah lembaga yang ditumbuhkan oleh masyarakat sebagai penggerak pembangunan ketahanan pangan di pedesaan. 23. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM) adalah bagian kegiatan program Peningkatan Ketahanan Pangan tahun 2010 yang bertujuan meningkatkan kemampuan Gapoktan dan unit-unit usaha yang dikelolanya (distribusi/pemasaran dan cadangan pangan) dalam usaha memupuk cadangan pangan dan memupuk modal dari usahanya dan dari anggotanya yang tergabung dalam wadah Gapoktan. Kegiatan Penguatan LDPM dibiayai melalui APBN TA 2010 dengan mekanisme dana bantuan sosial (Bansos) yang disalurkan langsung kepada rekening Gapoktan. 24. Harga Pembelian Pemerintah (HPP) adalah harga pembelian pemerintah untuk komoditas gabah/beras sesuai dengan Instruksi Presiden No. 7 tahun 2009 tentang Kebijakan Perberasan. 25. Harga Referensi Daerah (HRD) adalah harga referensi daerah untuk komoditas jagung yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Gubernur setempat. 26. Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) adalah kumpulan beberapa kelompoktani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha (Permentan No: 273/Kpts/OT.160/ 4/2007). 27. Kelompok Tani (Poktan) adalah kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk bekerjasama dalam meningkatkan, mengembangkan produktivitas usahatani, memanfaatkan sumberdaya pertanian, mendistribusikan hasil produksinya dan meningkatkan kesejahteraan anggotanya. 28. Rencana Usaha Gapoktan (RUG) adalah rencana usaha yang disusun oleh anggota kelompoktani secara sistematis dan partisipatif dalam memecahkan permasalahan permasalahan yang dihadapi petani/poktan dalam mendistribusikan/memasarkan/mengolah/menyimpan yang tidak dapat diselesaikan oleh petani/poktan tersebut sehingga membutuhkan kerja sama dan dukungan dalam skala yang lebih besar. 29. Unit usaha distribusi/pemasaran milik Gapoktan adalah unit usaha yang dibentuk atas keinginan, kebutuhan, dan kesepakatan dari anggota Gapoktan untuk dapat mendistribusikan atau 32

memasarkan hasil produksi (gabah/beras/ jagung) petani anggotanya dengan melakukan pembelian dan penjualan sehingga harga stabil di tingkat petani. 30. Unit usaha pengolahan milik Gapoktan adalah unit usaha yang dibentuk atas keinginan, kebutuhan, dan kesepakatan dari anggota Gapoktan untuk dapat mengolah/menggiling/mengepak/menyimpan gabah/ beras/ jagung hasil produksi petani anggotanya sehingga mampu meningkatkan nilai tambah produk petani. 31. Unit pengelola cadangan pangan adalah unit pengelolaan cadangan pangan yang dibentuk atas keinginan, kebutuhan dan kesepakatan dari anggota Gapoktan untuk dapat menyimpan pangan dalam jumlah yang cukup bagi anggotanya sehingga mampu mendekatkan akses pangan sepanjang waktu khususnya saat menghadapi musim paceklik. 32. Sentra produksi pangan (padi dan/atau jagung) adalah provinsi dan/atau kabupaten/kota yang produksi pangannya didominasi oleh komoditas padi dan/atau jagung. 33. Pemberdayaan Gapoktan adalah upaya untuk menciptakan, meningkatkan kapasitas dan kemandirian Gapoktan secara partisipatif agar mereka: (a) mampu menemukenali permasalahan yang terkait dalam penyediaan pangan di saat menghadapi musim paceklik dan pendistribusian/pemasaran/pengolahan hasil produksi petani; dan (b) mencari, merumuskan, dan memutuskan cara yang cepat dan tepat bagi anggotanya terhadap persoalan ketidakstabilan harga di tingkat petani, pemasaran hasil produksi petani, dan ketidak tersediaan pangan disaat paceklik. 34. Pendamping Penyuluh adalah Pertanian atau Petugas Lapangan yang diutamakan berpengalaman di bidang penyuluhan pertanian; 35. Pendampingan adalah proses pembimbingan dan pembinaan yang dilakukan secara rutin oleh seorang pendamping kepada Gapoktan binaannya agar mereka mampu menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan secara partisipatif; menyusun dan menetapkan aturan dan sanksi secara musyawarah dan mufakat; memupuk dan mengatur dana sendiri; membangun dan mengembangkan jejaring kemitraan usaha dengan pihak lain diluar wilayahnya; memupuk rasa tanggungjawab terhadap organisasi Gapoktan dengan melakukan pemantauan secara partisipatif, pengendalian dan pengawasan internal 33

36. Ketahanan Pangan adalah suatu kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik jumlah maupun mutu, aman, merata dan terjangkau. 37. Penganekaragaman Konsumsi Pangan adalah proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap bermacam-macam bahan pangan. 38. Pola Konsumsi adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata per orang per hari yang umum dikonsumsi/dimakan penduduk dalam jangka waktu tertentu. 39. Pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman adalah aneka ragam bahan pangan, baik sumber karbohidrat, protein, maupun vitamin dan mineral, yang bila dikonsumsi dalam jumlah berimbang dapat memenuhi kecukupan gizi yang dianjurkan. 40. Pola Pangan Harapan (PPH) adalah susunan beragam pangan yang didasarkan pada sumbangan energi dari kelompok pangan utama (baik secara absolut maupun dari suatu pola ketersediaan dan atau konsumsi pangan) 41. Pangan Lokal adalah pangan baik sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral yang diproduksi dan dikembangkan sesuai dengan potensi sumber daya wilayah dan budaya setempat. 42. Pekarangan menurut G.J.A. Terra (ahli pertanian Belanda) adalah sebidang tanah darat (mencakup kolam) yang terletak langsung di sekeliling rumah, dengan batas-batas yang jelas (boleh berpagar, boleh tidak berpagar) ditanami dengan berbagai jenis tanaman. Oleh Mahfoedi (ahli pertanian Indonesia) definisi ditambah dengan masih mempunyai hubungan pemilikan/fungsional dengan penghuninya. Menurut Prof. Otto Sumarwoto, pekarangan merupakan suatu ekosistem yang ditanami dengan berbagai tanaman yang masih mempunyai hubungan fungsional, sosial budaya, ekonomi dan biofisik. 43. Sosialisasi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman adalah menginformasikan (transfer kebiasaan) pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman kepada anak didik dan masyarakat, agar pengetahuan dan pemahamannya tentang penganekaragaman konsumsi pangan meningkat 44. Desa atau yang disebut dalam UU No. 32/2004 diartikan sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, berwewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat 34

setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 45. Desa Pelaksana P2KP adalah desa yang melaksanakan kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) yang berlokasi di Desa PUAP, Desa Mandiri Pangan tahun ke-3, 4 (desa mapan tahun 2007 2008), Desa PIDRA, P4K, PRIMA TANI, serta P4MI dan desa lainnya pada 200 kabupaten/kota di 33 provinsi. 46. Desa PUAP adalah desa pelaksana pengembangan agribisnis pedesaan sesuai dengan potensi pertanian desa sasaran melalui bantuan modal usaha. 47. Desa P4K adalah desa pelaksana gerakan penanggulangan kemiskinan melalui pembinaan dan pendidikan untuk memberdayakan Petani Nelayan Kecil (PNK) beserta keluarganya yang hidup di bawah garis kemiskinan, yaitu 320 kg setara beras per kapita per tahun. 48. Desa P4MI adalah desa pelaksana program peningkatan pendapatan petani melalui inovasi yang dananya bersumber dari ADB (Asian Development Bank). 49. Desa PIDRA (Participatory Integrated Development in Rainfed Areas) adalah desa pelaksana program pemberdayaan masyarakat di lahan kering yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup keluarga miskin di pedesaan. 50. SPFS (Special Programme For Food Security) adalah program peningkatan ketahanan pangan, revitalisasi ekonomi pedesaan dan pemberantasan kemiskinan yang bertujuan untuk peningkatan pendapatan dan perbaikan status gizi. 51. PRIMA TANI adalah suatu program rintisan dan akselerasi diseminasi inovasi teknologi dalam pembangunan pertanian dan pedesaan yang dilaksanakan bersifat integrative secara vertikal dan horizontal, diharapkan dapat menghasilkan keluaran yang bermuara pada ketahanan pangan, daya saing melalui peningkatan nilai tambah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. 52. Dasa Wisma adalah kelompok yang terdiri atas 10 20 kepala keluarga di satu Rukun Tetangga (RT) dan dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. 53. Sekolah Lapangan (SL) adalah suatu model pelatihan yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan untuk mempercepat proses peningkatan kompetensi sasaran, di mana 35

proses berlatih melatih dilaksanakan melalui kegiatan belajar sambil mengerjakan dan belajar untuk menemukan atau memecahkan masalah sendiri, dengan berasas kemitraan antara pelatih dan peserta. 54. Corporate Social Responsibility (CSR) atau Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap sosial/lingkungan sekitar tempat perusahaan tersebut berada. Bentuk tanggung jawab bermacam-macam mulai dari melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan yang bersifat sosial dan berguna bagi masyarakat banyak. 55. Kerawanan Pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami daerah, masyarakat atau rumah tangga, pada waktu tertentu untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat. 56. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) adalah suatu system pendeteksian dan pengelolaan informasi tentang situasi pangan dan gizi yang berjalan terus menerus. Informasi yang dihasilkan menjadi dasar perencanaan, penentuan kebijakan, koordinasi program, dan kegiatan penaggulangan rawan pangan dan gizi. 57. Rawan Pangan Kronis adalah ketidakmampuan rumah tangga untuk memenuhi standar minimum kebutuhan pangan anggotanya pada periode yang lama karena keterbatasan kepemilikan lahan, asset produktif, dan kekurangan pendapatan. 58. Rawan Pangan Transien adalah suatu keadaan rawan pangan yang bersifat mendadak dan sementara, yang disebabkan oleh perbuatan manusia (penebangan liar yang menyebabkan banjir atau karena konflik social), maupun karena alam berupa berbagai musibah yang tidak dapat diduga sebelumny, seperti: bencana alam (gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, banjir banding, tsunami) a. Transien Berat: apabila dampak bencana berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi lebih dari 30 persenpenduduk suatu wilayah. 36

b. Transien Ringan: apabila dampak bencana berpengaruh terhadap kondisi social ekonomi kurang dari 10-30 persen penduduk suatu wilayah 59. Keadaan darurat Pangan (Rawan Pangan Transien Berat): adalah keadaan kritis, tidak menentu yang mengancam situasi pangan masyarakat yang memerlukan tindakan serba cepat dan tepat di luar prosedur biasa. Keadaan darurat terjadi karena peristiwa bencana alam, paceklik yang hebat, dan sebagainya yang terjadi di luar kemampuan manusia untuk mencegah atau menhindarinya meskipun dapat diperkirakan (PP 68 tahun 2002) 60. Investigasi adalah kegiatan peninjauan ke tempat kejadian rawan pangan untuk melihat langsung dan melakukan cross check terhadap kejadian rawan pangan dan gizi, sekaligus mengumpulkan data dan informasi guna mengidentifikasi permasalahan, sasaran penerima manfaat, serta jenis bantuan yang diperlukan 61. Intervensi: adalah tindakan yang dilakukan oleh pemerintah bersama-sama masyarakat dalam menanggulangi kejadian rawan pangan transien maupun kronis, untuk mengatasi masyarakat yang mengalami rawan pangan sesuai dengan kebutuhannya secara tepat dan cepat a. Intervensi Jangka Pendek/Tanggap Darurat: adalah suatu kegiatan penanganan daerah rawan pangan bersifat segera. b. Intervensi Jangka Menengah: adalah suatu kegiatan penanganan rawan pangan yang dilakukan dalam kurun waktu 3 s.d.6 bulan c. Intervensi Jangka Panjang: adalah suatu kegiatan penanganan daerah rawan pangan yang dilakukan dalam kurun waktu di atas 6 bulan 37