DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA MATERIAL KOMPOSIT FLY ASH-MGO

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN

SIFAT FISIK DAN KEKUATAN BENDINGPADA KOMPOSIT FELDSPAR-KAOLINE CLAY

PENGARUH PROSES WET PRESSING DAN SUHU SINTER TERHADAP DENSITAS DAN KEKERASAN VICKERS PADA MANUFACTUR KERAMIK LANTAI. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH KOMPOSISI FLY ASH DAN SUHU SINTER TERHADAP DENSITAS PADA MANUFACTURE KERAMIK LANTAI. Dosen Jurusan Teknik Mesin

Keramik. KERAMIKOS (bahasa Yunani) sifat yang diinginkan dari material ini secara normal dapat dicapai melalui proses perlakuan panas Firing

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

I. PENDAHULUAN. untuk pembuatan kampas rem. Dalam perkembangan teknologi, komposit

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

PENGARUH TEKANAN KOMPAKSI DAN SUHU SINTERING TERHADAP KEKERASAN KERAMIK LUMPUR LAPINDO. Muh amin 1), Bagus Irawan 2)

BAB V KERAMIK (CERAMIC)

KEKUATAN BENDING KOMPOSIT CLAY DIPERKUAT DENGAN ALUMINA UNTUK APLIKASI FIRE BRICK

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Juli 2015 dan tempat penelitian ini

I. PENDAHULUAN. kekakuan, ketahan terhadap korosi dan lain-lain, sehingga mengurangi. konsumsi bahan kimia maupun gangguan lingkungan hidup.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

I. PENDAHULUAN. Pembangunan infrastruktur di tiap-tiap wilayah semakin meningkat, seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Komposit adalah kombinasi dari satu atau lebih material yang menghasilkan

Metode Uniaxial Pressing Proses Sintering...

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Fly ash dan bottom ash merupakan limbah padat yang dihasilkan dari. pembakaran batubara pada pembangkit tenaga listrik.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

TIN107 - Material Teknik #11 - Keramik #1 KERAMIK #1. TIN107 Material Teknik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3

I. PENDAHULUAN. rumah tangga dan bahan bangunan, yang selanjutnya keramik tersebut dikenal

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap

PENGARUH PERSENTASE ZEOLIT ALAM TERHADAP SHRINKAGE MATRIK ALUMINA ZEOLIT ALAM KERAMIK KOMPOSIT

ANALISA SIFAT MEKANIK POLIMER MATRIKS KOMPOSIT BERPENGUAT FLY ASH BATUBARA SEBAGAI BAHAN KAMPAS REM

Di dalam penggunaannya sebagai bahan keramik, tanah liat yang tergolong secondary clay kita kenal dengan nama dan jenis sebagai berikut :

SINTESIS KERAMIK Al 2 TiO 5 DENSITAS TINGGI DENGAN ADITIF MgO

: PEMBUATAN KERAMlK BERPORI CORDIERITE (2MgO. 2Ah03' 5SiOz) SEBAGAI BAHAN FILTER GAS. Menyetujui Komisi Pembimbing :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Efek Aditif 3Al 2 O 3.2SiO 2 dan Suhu Sintering terhadap Karakteristik Keramik α-al 2 O 3

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

PEMBUATAN BATAKO DENGAN MEMANFAATKAN CAMPURAN FLY ASH DAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN KADAR YANG TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius.

BAB 7 KERAMIK Part 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen.

PENGARUH KOMPOSISI TERHADAP SIFAT MEKANIK KERAMIK BERPORI MENGGUNAKAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

PENGARUH VARIABEL KOMPAKSI TERHADAP MODULUS ELASTISITAS KOMPOSIT Al/SiC p DENGAN PERMUKAAN PARTIKEL SiC TERLAPISI ZnO

BAB.I 1. PENDAHULUAN. Limbah pada umumnya adalah merupakan sisa olahan suatu pabrik atau industri.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium material teknik, Jurusan Teknik Mesin,

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

Sukolilo Surabaya, Telp , ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Komposisi kimia keramik bervariasi dari senyawa sederhana hingga campuran dari berbagai fasa komplek yang terikat bersamaan.

STUDI PENAMBAHAN MgO SAMPAI 2 % MOL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK KERAMIK KOMPOSIT Al 2 O 3 ZrO 2

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan pembangunan. Dengan meningkatnya pembangunan akan. dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan adanya pencemaran.

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008

BAB IV ANALISIS & HASIL PERCOBAAN

BAB I PENDAHULUAN. Slag (terak) merupakan limbah industri yang sering ditemukan pada proses

PENGARUH PEMANFAATAN ABU KERAK BOILER CANGKANG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN (ADMIXTURE) SEMEN TERHADAP KUATTEKAN MORTAR

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

PENGARUH KOMPAKSI DAN HOLDING TIME TERHADAP DENSITAS PADUAN ALUMINIUM/FLY ASH YANG DIBUAT DENGAN METALLURGI SERBUK RINGKASAN

ANALISIS HARGA FRACTURE TOUGHNESS DENGAN METODE INDENTASI KEKERASAN VICKERS PADA KERAMIK KAOLIN. Muh Amin *)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini mengungkapkan metode penelitian secara keseluruhan yang

SIFAT MEKANIK KUAT TARIK BELAH DAN POROSITAS BETON MENGGUNAKAN LIMBAH ABU BATUBARA (POND ASH)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR

ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN ABU SERBUK KAYU TERHADAP KARAKTERISTIK PASIR CETAK DAN CACAT POROSITAS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM 6061 SIDANG TUGAS AKHIR

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

BAB IV PENGEMBANGAN MATERIAL PENYUSUN BLOK REM KOMPOSIT

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Efisiensi PLTU batubara

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat

Pengertian Keramik. Teori Keramik

METALURGI SERBUK. By : Nurun Nayiroh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II STUDI PUSTAKA

Transkripsi:

DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA MATERIAL KOMPOSIT FLY ASH-MGO Rahmat Doni Widodo, Rusiyanto Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang, Email: rahmat_doni@yahoo.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu sinter terhadap densitas komposit keramik fly ash/mgo, mendapatkan suhu sinter terbaik pada komposit keramik fly ash/mgo, mengetahui pengaruh penambahan komposisi MgO sebesar 0 %, 5 %, 10 %, 15 % dan 20 % berat terhadap kekuatan bending pada komposit keramik fly ash/mgo. Penelitian ini menggunakan bahan dasar fly ash dan MgO (teknis) dengan variasi penambahan MgO sebesar 0%, 5%, 10%, 15% dan 20% berat. Pencetakan dilakukan dengan beban kompaksi sebesar 3000 kgf atau sama dengan tekanan kompaksi 166,42 MPa untuk spesimen silinder (d = 15 mm dan t = 8 mm) dan 58,84 MPa untuk spesimen balok (B = 10mm, W = 8 mm, dan L = 50mm). Dilanjutkan proses sintering pada suhu 1100, 1150 dan 1200 o C yang kemudian diambil suhu sinter terbaik. Pengujian meliputi uji komposisi fly ash dan MgO, uji densitas dengan metode Archimedes, dan uji kekuatan bending dengan four point bending test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa densitas komposit keramik fly ash/mgo meningkat pada suhu sinter 1100-1150 o C dan turun kembali pada suhu sinter 1150-1200 o C. Suhu sinter optimum komposit keramik fly ash/mgo adalah 1150 o C. Kekuatan komposit keramik fly ash/mgo paling tinggi yaitu pada komposisi 95% fly ash dan 5% MgO sebesar 29,58 Mpa. Kata kunci : fly ash, MgO, densitas, dan kekuatan bending. PENDAHULUAN Batu bara merupakan bahan bakar padat yang banyak digunakan pada industri-industri power plant dan berbagai industri lainnya. Batu bara tersebut di dalam proses pembakarannya akan menghasilkan abu layang (fly ash). Menurut penelitian yang dilakukan Budhyantoro (2005) disebutkan bahwa saat ini jumlah limbah abu layang batu bara di dunia yang dihasilkan di PLTU sangatlah besar, termasuk di Indonesia. Untuk PLTU Paiton dan Suralaya pada tahun 1996 menghasilkan limbah ini sebesar hampir 1 juta ton per tahun. Abu layang mengandung oksida-oksida logam termasuk logam-logam berat dalam jumlah kecil. Oksida utama dari abu layang batu bara adalah silika (SiO 2 ), alumina (Al 2 O 3 ) dan besi oksida (Fe 2 O 3 ). Apabila fly ash tersebut dibiarkan terbang di udara, maka akan menyebabkan pencemaran udara. Namun pada saat ini banyak industri power plant dan industri lainnya yang telah mengantisipasinya dengan menyaring fly ash tersebut pada cerobong asap dapur 79 Vol. 8 No. 1 Juni 2010

pembakaran batu bara. Akan tetapi fly ash yang telah disaring, sebagian besar hanya dibuang begitu saja tanpa pemanfaatan lebih lanjut. Fly ash merupakan material yang terdiri dari paduan unsur yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran seperti semen, batu bata bangunan, aspal serta keramik. Keramik adalah bahan padat organik bukan logam, yang pada saat ini telah dikembangkan dalam bidang bahan teknik. Secara umum keramik memiliki sifat keras, tahan aus dan stabil pada temperatur tinggi. Namun keramik juga memiliki kelemahan yang bersifat getas dan ketangguhan retaknya rendah (Surdia dan Saito, 1992). Untuk menanggulangi kelemahan tersebut, maka dibuat suatu bahan komposit keramik dengan menambahkan material lainnya yang dimaksudkan agar dihasilkan suatu material baru yang memiliki sifat lebih baik. Dalam penelitian ini diharapkan agar material fly ash yang banyak terbuang sebagai limbah, dapat dimanfaatkan lagi sebagai bahan utama keramik. Supaya material keramik dari bahan fly ash dapat memiliki sifat fisik dan mekanik yang lebih baik, maka ditambahkan MgO sebesar 3-20% dari berat bahan keramik tersebut (Kingery dkk, 1976). Dalam hal ini penambahan komposisi MgO dimaksudkan untuk memperoleh sifat densitas, dan kekuatan bending yang lebih baik dari bahan utama fly ash. Keramik dengan bahan dasar fly ash dan MgO ini diharapkan dapat diaplikasikan pada pembuatan furnace lining, crucible dan bahan isolator listrik. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan solusi terhadap melimpahnya limbah fly ash yang masih kurang pemanfaatannya. Penelitian ini betujuan untuk mendapatkan data dan informasi tentang pengaruh penambahan MgO sebesar 0 %, 5 %, 10 %, 15 % dan 20 % berat terhadap densitas, dan kekuatan bending material komposit keramik fly ash, sehingga dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk pengembangan industri komposit keramik. Bahan keramik adalah bahan padat organik yang bukan logam dan mempunyai karakteristik yaitu merupakan senyawa logam dan bukan logam. Senyawa ini memiliki ikatan ionik dan atau ikatan kovalen sehingga sifatnya berbeda dengan logam (Van Vlack,1985). Ikatan ion disebabkan oleh gaya tarik-menarik elektrostatik yang terjadi antara ion positif dan ion negatif sebagai akibat dari hilang atau bertambahnya elektron dalam atom. Ikatan ini menyebabkan bahan keramik mempunyai stabilitas yang cukup tinggi. Sedangkan ikatan kovalen adalah ikatan atom yang menggunakan elektron bersama. Ikatan kovalen ini bersifat sangat kuat sehingga kristal bersifat keras dan mempunyai titik cair yang tinggi (Surdia dan Saito, 1992). Pada umumnya keramik mempunyai sifat-sifat yang baik yaitu: keras, kuat, dan stabil pada suhu yang tinggi, tetapi keramik bersifat getas dan mudah patah seperti halnya pada porselen, keramik Cina ataupun gelas. Keramik juga memiliki sifat yang lain yaitu temperatur leleh tinggi, 80 Vol. 8 No. 1 Juni 2010

tahan terhadap korosi, dan merupakan tahanan panas yang baik, serta dapat digunakan sebagai isolator terhadap arus listrik. Secara umum, keramik digolongkan dalam dua kelompok penggunaan, yaitu keramik tradisional dan keramik modern. Keramik modern menggunakan bahan-bahan dasar berupa senyawa, antara lain: oksida keramik, nitride, karbida, dan borida. Bahan-bahan keramik modern yang umum digunakan antara lain alumina (Al 2 O 3 ), silikon karbida (SiC), zirkonia (ZrO 2 ), dan silikon nitride (Si 3 N 4 ). Penggunaan dari keramik modern antara lain terdapat pada komponen elektronika, komponen otomotif dan industri permesinan. Pada saat ini pengembangan keramik modern banyak diarahkan pada pembuatan komposit matrik keramik (Ceramics Matrix Composites), salah satu contohnya adalah fly ash sebagai matrik dipadukan dengan unsur lain seperti MgO untuk mendapatkan suatu produk yang memiliki karakteristik lebih baik. Dengan paduan tersebut maka fly ash yang memiliki kandungan utama SiO 2 dan Al 2 O 3 ditambahkan MgO akan dapat membentuk komposit keramik dengan sistem MgO-Al 2 O 3 -SiO 2. Kekuatan mekaniknyq yang tinggi ini ditimbulkan karena munculnya kristal - cordierite (2MgO.2Al 2 O 3.5SiO 2 ) pada saat kristalisasi material (Strnad, 1986). Fly ash adalah abu ringan hasil pembakaran batu bara yang dipisahkan dari gas yang keluar pada batu bara yang terbakar di pembangkit listrik menggunakan electrostatic atau mechanical precipitators. Selama pembakaran batu bara di ruang pembakaran, kandungan airnya menguap dan sebagian besar karbonnya terbakar. Kandungan batubara seperti tanah liat, quartz, dan feldspar terurai menjdi bentuk yang berbeda. Kerak dan karbon yang tidak terbakar terkumpul menjadi bottom ash, fly ash atau economizer ash. Flue Gas Desulphurization (FGD) yang berupa serbuk batu kapur digunakan untuk menangkap Sox dari gas keluaran. Berikut adalah skema diagram alir terbentuknya fly ash, bottom ash, boiler slag dan economizer ash (Gikunoo, 2004). Menurut Benavidez dkk (2003) menyatakan bahwa hasil pembakaran batu bara yang berupa abu dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yakni fly ash (FA) dan bottom ash (BA) dengan perbandingan jumlah 80% adalah fly ash sedangkan 20% adalah bottom ash. METODE Penelitian ini bahan yang digunakan untuk pembuatan spesimen terdiri dari: Fly ash sebagai matrik atau bahan dasar gelas keramik yang diperoleh dari PT. Pura Barutama Kudus dan serbuk MgO (teknis) diperoleh dari Brataco Chemika. Kalsinasi atau pemanasan awal terhadap fly ash sampai suhu 900 o C di dalam tungku pemanas (furnace) selama 3 jam agar semua komponenkomponen yang menguap di bawah 900 o C dapat hilang. Menghaluskan butiran fly ash dengan menggunakan blender. Penyaringan terhadap fly ash dengan ayakan 100 mesh, sehingga Rahmat Doni W : Densitas Dan Kekuatan Bending 81

diperoleh ukuran butiran yang homogen. Menimbang material fly ash dan serbuk MgO dengan perbandingan komposisi: Fly ash 100%, Campuran fly ash 95% dan MgO 5%,Campuran fly ash 90% dan MgO 10%, Campuran fly ash 85% dan MgO 15%, Campuran fly ash 80% dan MgO 20% dalam perosentase berat. Mencampur kedua material dengan penambahan alkohol 400 ml tiap 400 g (fly ash + MgO) pada tiap item, kemudian dimixing selama 5 jam dengan bola kelereng. Dikeringkan di udara terbuka sampai kering kemudian dimixing kembali selama 3 jam. Serbuk campuran (fly ash + MgO) ditimbang berdasarkan kebutuhan tiap spesimen, dan ditambahkan tetes tebu sebanyak 20% dari berat campuran serbuk untuk memperoleh wet powder kemudian dimasukkan ke dalam cetakan. Pada proses ini dilakukan compaction (pressing) dengan uniaxial pressing single action pada produk untuk mendapatkan ikatan awal antar partikel walaupun masih lemah (green body). Pencetakan ini dilakukan dengan pencetakan basah dengan beban kompaksi 3000 Kgf atau sama dengan tekanan kompaksi 166,42 MPa untuk spesimen silinder dan 58,84 MPa untuk spesimen balok. Ukuran spesimen silindris dia.15 mm, tebal 8 mm, dan spesimen balok 10 x 8 x 50 mm. Kemudian disinter dengan variasi temperatur sinter 1100, 1150, dan 1200º C. Setelah tiu dilakukan uji densitas. Densitas komposit ditentukan berdasarkan pada teori Archimedes (Barsoum, 1997). (1) Dimana: bulk = densitas actual (g/cm 3 ) Wudara = berat spesimen di udara (g) fluida = berat jenis fluida (g/cm 3 ) W fluida = berat spesimen di dalam fluida (g) fail F F f ail S 2 ail F f 2 S 1 Gambar 1. Pengujian four point bending Dari uji densitas didapatkan temperatur sinter terbaik, untuk kemudian spesimen balok disinter dengan temperatur sinter terbaik tersebut. Setelah disinter, spesimen balok dilakukan uji 82 Vol. 8 No. 1 Juni 2010

Nilai Densitas (g/cm) bending. Pengujian bending dilakukan untuk mengetahui flextural strength atau modulus of rapture dengan menggunakan metode four point bending. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan four point bending yang mengacu standard JIS R 1601 (Somiya, 1989), dengan persamaan sebagai berikut: (2) (3) (4) (5) Dimana : σ = kekuatan bending (MPa) F fail = gaya tekan (N) S 1 = jarak antara kedua tumpuan (mm) S 2 = jarak antara kedua gaya (mm) B = lebar spesimen (mm) W = tinggi spesimen (mm) y = 2 W (mm) M = momen (N.mm) I = momen inersia (mm 4 ) HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian densitas dilakukan dengan menggunakan teori Archimedes pada spesimen silinder dengan temperatur sinter 1100, 1150 dan 1200 o C persamaan (1) yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar. 2. 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 1050 1100 1150 1200 1250 Suhu Sinter (oc) 0% MgO 5% MgO 10% MgO 15% MgO 20% MgO Gambar 2. Pengaruh suhu sinter terhadap densitas Rahmat Doni W : Densitas Dan Kekuatan Bending 83

Nilai Kekuatan Bending (MPa) Dari Gambar.2 pada suhu sinter 1150 o C, dengan penambahan komposisi 20% MgO nilai densitasnya adalah yang paling tinggi hal ini dikarenakan MgO memiliki nilai densitas tinggi yaitu 3,58 gram/cm 3. Pengujian kekuatan bending dilakukan dengan metode four point bending pada spesimen balok dengan suhu sinter terbaik (1150 o C). Hasil pengujian kekuatan bending ditampikan pada Gambar.3. 40 35 30 29.58 25 26.01 25.37 20 15 10 12.34 12.77 5 0 0 5 10 15 20 25 Komposisi MgO (% berat) Gambar 3. Pengaruh penambahan MgO terhadap nilai kekuatan bending. Dari Gambar.3 dengan penambahan komposisi 5% berat MgO nilai kekuatan bending ratarata mengalami kenaikan yang signififan sebesar 29,55 Mpa terhadap nilai kekuatan bending pada komposisi material komposit 0% berat MgO (12,34 MPa). Pembahasan Densitas meningkat pada suhu sinter 1100-1150 o C kemudian menurun pada suhu sinter 1150-1200 o C seperti yang ditampilkan pada Gambar.2. Rendahnya nilai densitas pada suhu sinter 1100 o C dikarenakan silika sebagai komponen utama dalam komposit keramik fly ash/mgo belum seluruhnya mengalami fase ke gelas dan mengikat unsur-unsur lain yang terkandung dalam badan keramik. Meningkatnya nilai densitas pada suhu sinter 1150 o C dikarenakan pada suhu tersebut silika telah mengalami fase ke gelas dan mengikat unsur-unsur lain yang terkandung dalam badan keramik serta terjadi ikatan antar partikel secara difusi. Berdasarkan unsur-unsur yang terkandung dalam komposit keramik fly ash/mgo, pada suhu sinter 1150 o C dapat terjadi pemisahan fasa-fasa kristal lain seperti spinel (MgO.Al 2 O 3 ), sapphirine (4MgO.Al 2 O 3.2SiO 2 ), enstatite (MgO.SiO 2 ), atau mullite (3SiO 2.2Al2O 3 ). Pada proses pemisahan fasa-fasa kristal ini gelas keramik sistem MgO-Al 2 O 3 -SiO 2 dapat terbentuk dan memiliki densitas yang tinggi (Strnad, 1986). 84 Vol. 8 No. 1 Juni 2010

Penurunan nilai densitas pada suhu sinter 1200 o C dikarenakan adanya unsur-unsur di dalam material penyusun komposit keramik yang mengalami penguapan dan berubah menjadi gas yang mengakibatkan terbentuknya pori-pori di dalam komposit keramik tersebut. Kekuatan bending pada komposit keramik tersebut dipengaruhi oleh komposisi yang terkandung di dalam material penyusunnya. Pada spesimen dengan penambahan komposisi 5% MgO nilai kekuatannya paling tinggi yaitu 29,58 MPa, hal ini disebabkan oleh pembentukan fase kristal -cordierite (2MgO. 2Al 2 O 3.5SiO 2 ) pada komposisi tersebut (Strnad, 1986). Namun pada spesimen dengan penambahan komposisi 10-20% nilai kekuatannya menurun, hal ini dikarenakan silika yang berfungsi sebagai fase ke gelas badan komposit keramik menjadi berkurang. Fase ke gelas ini memberikan sifat sbagai perekat dan mengikat unsur-unsur lain pada badan keramik yang berpengaruh untuk meningkatkan kekuatan dari komposit keramik fly ash/mgo. Selain itu alumina yang sangat berpengaruh untuk meningkatkan kekuatan komposit keramik juga berkurang. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian dapat diambil beberapa simpulan antara lain: Densitas komposit keramik fly ash/mgo meningkat pada suhu sinter 1100-1150 o C dan turun kembali pada suhu sinter 1150-1200 o C, dan suhu sinter optimum yang dapat dicapai pada komposit keramik fly ash/mgo adalah 1150 o C, ini dikarenakan pada suhu tersebut silika telah mengalami fase ke gelas dan mengikat unsur-unsur lain yang terkandung dalam badan keramik serta terjadi ikatan antar partikel secara difusi dan porositas menurun. Kekuatan komposit keramik fly ash/mgo meningkat pada penambahan komposisi 0%-5% MgO dan turun kembali pada penambahan komposisi 10%-20% MgO. Kekuatan komposit keramik fly ash/mgo paling tinggi yaitu pada komposisi 95% fly ash dan 5% MgO sebesar 29,58 Mpa, ini disebabkan oleh pembentukan fase kristal -cordierite (2MgO. 2Al 2 O 3.5SiO 2 ) pada komposisi tersebut. Saran Penelitian ini akan lebih baik lagi bila pada: Penelitian komposit keramik fly ash-mgo yang berikutnya perlu diadakan pengujian sifat mekanik yang lain seperti kekeraan, thermal shock resistance dan uji keausan serta pengamatan terhadap fasa yang terjadi di dalam badan keramik dengan XRD, dan SEM. Rahmat Doni W : Densitas Dan Kekuatan Bending 85

Berdasarkan data dari hasil pengujian karakteristik komposit keramik, dapat dilakukan penelitian lagi untuk aplikasi produk jadi. DAFTAR PUSTAKA Barsoum, M. 1997. Fundamentals of Ceramic. New York: Mc Graw-Hill Companies. Kingery W. D, H. K. Bowen. 1976. Introduction to Ceramics. 2 nd Edition. New York: John Willey and Son. Strnad, Zdenek. 1986. Glass-Ceramic Materials. New York: Elsevier. Somiya, S. 1989. Advanced Technical Ceramics. Tokyo: Acedemic Press Inc. Surdia Tata, Saito Shinroku. 2000. Pengetahuan Bahan Teknik. Edisi kelima. Jakarta: PT Pradnya Paramitha. Van Vlack dan Sriatie, D. 1992. Ilmu dan Teknologi Bahan. Edisi kelima, Jakarta: Erlangga. 86 Vol. 8 No. 1 Juni 2010