STUDI EMPIRIS CAPAIAN MDGS DI PROVINSI RIAU

dokumen-dokumen yang mirip
(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator

DAFTAR ISI. RAD MDGs Jawa Tengah

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Universitas Indonesia. Analisis pelaksanaan..., Rama Chandra, FE UI, 2010.

TINJAUAN PUSTAKA Masalah Gizi Ganda

TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes.

BAB I PENDAHULUAN. miskin mulai dari awal peradaban hingga sekarang ini. Kemiskinan

STATISTIK PENDIDIKAN DAN INDIKATOR BERWAWASAN GENDER

MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati

Sulit menciptakan keadilan dan kesetaraan gender jika negara terus menerus memproduksi kebijakan yang bias gender. Genderisasi kebijakan publik telah

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

CAPAIAN MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDG s) BERKAITAN DENGAN KESEHATAN ANAK DAN IBU DI PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Latar Belakang. Tujuan setiap warga negara terhadap kehidupannya adalah

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan serta penanganan ketimpangan pendapatan. dunia. Bahkan dari delapan butir Millenium Development Goals (MDGs) yang

& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERAN DAN FUNGSI LEGISLATIF DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN ABAD MILENIUN/MDGs. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI

LAMPUNG LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. strategi pembangunan daerah mulai dari RPJPD , RPJMD ,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG

STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2017 RINGKASAN

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

LAPORAN SINGKAT PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS INDONESIA 2010

SERIAL PEDOMAN TEKNIS

TINGKAT KEMISKINAN DI LUWU TIMUR KEADAAN MARET TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk

PERAN SUMBER INFORMASI DALAM MENINGKATKAN PENCAPAIAN PENDIDIKAN DASAR UNTUK SEMUA Sri Suharmini W 1

TINGKAT KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2013 SEBESAR 15,03 PERSEN

KEMISKINAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN

TINGKAT KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MARET 2014 SEBESAR 15,00 PERSEN RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar

Aplikasi System Dynamic pada Model Perhitungan Indikator Millennium Development Goals (MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. indikator perbaikan dunia yang tercantum dalam Millenium Development Goals

MENYUSUN INDIKATOR YANG BERPERSPEKTIF GENDER


PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan

II. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2016 adalah 515,40 ribu atau 7,98 persen dari total penduduk.

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2017 adalah 514,62 ribu jiwa atau 7,78 persen dari total penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA

TINGKAT KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MARET 2013 SEBESAR 15,43 PERSEN RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional guna

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2014 RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

MENGGAPAI TARGET MDGs DALAM PROGRAM KB NASIONAL. Oleh : Drs. Andang Muryanta

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat.

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia?

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. antara delapan tujuan yang dituangkan dalam Millennium Development Goals

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

PERENCANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS-DATA MEMPERTAJAM INTERVENSI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

LPF 1 MEMAHAMI KONSEP PERENCANAAN BERBASIS HAK (90 MENIT)

SEBAGAI UPAYA PENURUNAN AKI & AKB PROVINSI NTT

KINERJA PENDIDIKAN BERDASARKAN INDEKS PENGEMBANGAN PENDIDIKAN UNTUK SEMUA DAN TUJUAN PEMBANGUNAN MILENIUM TAHUN 2011/2012

Tingkat Kemiskinan Jawa Barat Maret 2015

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

LATAR BELAKANG DAN KONDISI UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu isi deklarasi milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel

MEWASPADAI DATA STATISTIK PADA PENCAPAIAN SASARAN MDGS. Fatia Fatimah Tati Rajati Andriyansah. UPBJJ-UT Padang

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

MAKALAH KONSEP SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan Kesehatan Nasional

Transkripsi:

STUDI EMPIRIS CAPAIAN MDGS DI PROVINSI RIAU Riski Robi Juhardi, Wahyu Hamidi dan Syapsan Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Millenium Development Goals (MDGs) merupakan paradigma pembangunan global yang disepakati secara internasional yang menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan serta memiliki tenggang waktu dan kemajuan yang terukur. MDGS memiliki 8 tujuan dimana masing-masing tujuan memiliki target yang terukur. Untuk mendapatkan informasi tentang MDGS dibutuhkan data-data yang akurat dan tepat. Data ini diperoleh dari instansi pemerintahan yang berkaitan dengan masalah kependudukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana capaian MDGs pada bidang kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan ibu di provinsi Riau dengan menggunakan target dan indikator MDGs itu sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan yang menjadi sasaran MDGs pada tahun 2015 setengah dari tahun dasar (2005) ialah sekitar 6,25 persen, untuk menurunkan proporsi jumlah penduduk miskin menjadi setengahnya pada tahun 2015 dibutuhkan penurunan persentase penduduk miskin sekitar 3,23 persen dari tahun 2009. APM SD/MI (7-12 tahun), pada tahun 2009 sebesar 95,52% maka Provinsi Riau dalam APM SD/MI (7-12 tahun), memerlukan 4,48%, Indikator APM SMP/MTs (13-15 tahun) di Provinsi Riau, pada tahun 2009 sebesar 70,57%, maka Provinsi Riau dalam APM SLTP/MTs (13-15 tahun) memerlukan 29,43%, sedangkan Indikator angka melek huruf, Provinsi Riau pada tahun 2009 yaitu 98,11% berarti angka buta aksara di provinsi riau sekitar 1,89%, maka Provinsi riau dalam angka melek huruf memerlukan 1,89% agar Indikator angka melek huruf pada tahun 2015 tercapai. Untuk penurunan angka kematian ibu sebesar tiga-perempatnya yang menjadi sasaran MDGs pada tahun 2015 ialah sekitar 96,34 orang, dibutuhkan penurunan angka kematian ibu sekitar 99.02 orang dari tahun 2009. Kata kunci : MDGS pada bidang Kemiskinan, Pendidikan dan Kesehatan Ibu, serta Sistem Integrasi Databas. - 272 -

PENDAHULUAN Millenium Development Goals (disingkat MDGs) dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium (TPM). Tujuan Pembangunan Milenium merupakan paradigma pembangunan global yang disepakati secara internasional oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium PBB bulan September 2000 silam. Majelis Umum PBB kemudian melegalkannya ke dalam Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 55/2 tanggal 18 September 2000 Tentang Deklarasi Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (A/RES/55/2. United Nations Millennium Declaration). Lahirnya Deklarasi Milenium merupakan buah perjuangan panjang negara-negara berkembang dan sebagian negara maju. Deklarasi ini menghimpun komitmen para pemimpin dunia, yang belum pernah terjadi sebelumnya, untuk menangani isu perdamaian, keamanan, pembangunan, hak asasi, dan kebebasan fundamental dalam satu paket. Negara-negara anggota PBB kemudian mengadopsi MDGs. Setiap tujuan memiliki satu atau beberapa target dan indikatornya. MDGs menempatkan pembangunan manusia sebagai fokus utama pembangunan serta memiliki tenggang waktu dan kemajuan yang terukur. MDGs didasarkan atas konsensus dan kemitraan global, sambil menekankan tanggung jawab negara berkembang untuk melaksanakan pekerjaan rumah mereka, sedangkan negara maju berkewajiban mendukung upaya tersebut. Secara ringkas, arah pembangunan yang disepakati secara global meliputi : 1. menghapuskan kemiskinan dan kelaparan berat 2. mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang 3. mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan 4. menurunkan kematian anak 5. meningkatkan kesehatan Ibu 6. melawan penyebaran HIV/AIDS, dan penyakit kronis lainnya (malaria dan tuberkulosa) 7. menjamin keberlangsungan lingkungan dan 8. mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. - 273 -

Dari delapan kesepakatan Negara-negara anggota PBB, ada tiga hal yang menarik untuk di lihat yaitu masalah kemiskinan, pedidikan dan Masalah kesehatan Ibu. Persentase kemiskinan memang turun dari waktu ke waktu, namun jumlah penduduk miskin di Provinsi Riau dan Indonesia masih cukup besar, pada tahun 2005 Jumlah Penduduk Miskin yaitu 600,4 Ribu jiwa atau sekitar 12,51%, sedangkan Indonesia jumlah penduduk miskin yaitu 36802,2 Ribu jiwa sekitar 535,45%, pada tahun 2006 Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Riau menurun menjadi 564,9 Ribu jiwa atau sekitar 11,85%, sedangkan untuk Indonesia malah menglami peningkatan menjadi 39295,5 Ribu jiwa atau sekitar 621,29%, ini disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk di Indonesia bisa di lihat dengan pertambahan jumlah Provinsi di Indonesia tahun 2005 Provinsi di Indonesia sekitar 32 Provinsi dan pada tahun 2006 menjadi 33 Provinsi, Pada tahun 2007 Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Riau Mengalami peningkatan Menjadi 574,5 Ribu jiwa Sedangkan Porsentase penduduk miskin Mengalami Penurunan yaitu 11,20%, hal ini disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk di Provinsi Riau, sedangkan Indonesia jumlah penduduk miskin mengalami penurunan menjadi 37168,3 atau sekitar 582,19%, pada tahun 2008 Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Riau Mengalami penurun menjadi 566,7 Ribu jiwa atau sekitar 10,63%, sedangkan Indonesia juga mengalami penurunan 34543,2 Ribu jiwa atau sekitar 518,61%, sedangkan pada tahun 2009 Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Riau menurun menjadi 527,5 Ribu jiwa atau sekitar 9,48%, sedangkan untuk Indonesia juga mengalami penurunan menjadi 31762,7 atau sekitar 476,20%. MDGs seharusnya menjadi semacam panduan tujuan pembangunan manusia di tingkat lokal sampai tingkat kabupaten. Pandangan ini melihat, dengan langkah itu benar-benar bisa di tunjukkan begi segenap warga bangsa, bukan terbatas sebagai warga perkotaan, yang mungkin malah sudah melewati MDGs. Pertanyaan mendasar diatas terkait pula dengan pertanyaan seperti dapatkah MDGs dicapai kalau cara untuk mencapainya terkesan masih business as usual, atau dengan cara biasa saja?. - 274 -

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Riau. Sumber data yang digunakan untuk menghitung kemiskinan di provinsi riau digunakan data susenas bulan juli 2009 dengan jumlah sampel 280.000 rumah tangga. Untuk melihat target MDGs yang di khususkan pada tiga deklarasi millennium yaitu kemiskinan dilihat dari data indeks kedalaman kemiskinan, indeks keparahan kemiskinan dan data persentase penduduk dengan pendapatan dengan tingkat konsumsi dibawah garis kemiskinan. Pendidikan dilihat dari data angka melek huruf dan angka partisipasi murni sekolah (APM). Sedangkan kesehatan Ibu dilihat dari data Proporsi kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan Proporsi wanita 15-49 tahun berstatus kawin yang sedang menggunakan atau memakai alat keluarga berencana. Capaian MDGs di lihat dari target dan indikator yang digunakan dalam MDGs, pada aspek Kemiskinan yaitu : Target 1 Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah US$1 per hari menjadi setengahnya dalam kurun waktu 1990-2015. Indikatornya yaitu : a. Persentase penduduk dengan pendapatan di bawah US$1 (PPP) per hari di lihat dari angka Garis Kemiskinan (GK). b. Indeks kedalaman kemiskinan (Poverty Gap Index-P1), dan c. Indeks keparahan kemiskinan (Poverty Severity Index-P2). Pada aspek pendidikan di lihat dari Indikator : Target 3 Menjamin pada tahun 2015, semua anak, di manapun, laki-laki maupun perempuan, dapat menyelesaikan pendidikan dasar Indikatornya yaitu : a. Angka partisipasi murni (APM) sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (7-12 tahun). b. Angka partisipasi murni (APM) sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (13-15 tahun), dan c. Angka melek huruf usia 15-24 tahun. - 275 -

Sedangkan pada aspek Kesehatan Ibu yaitu : Target 6 Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga-perempatnya dalam kurun waktu 1990-2015 Indikatornya yaitu : a. Angka kematian ibu melahirkan (AKI) per 100.000 kelahiran hidup. b. Proporsi kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan (%), dan c. Proporsi wanita 15-49 tahun berstatus kawin yang sedang menggunakan atau memakai alat keluarga berencana (%). (Laporan Perkembangan MDGs, 2007:6) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Capaian MDGS dibidang Kemiskinan. Menurunkan proporsi penduduk dengan tingkat pendapatan di bawah US$1 (PPP) per hari menjadi setengahnya dalam kurun waktu 1990-2015 merupakan target MDGs terkait dengan pengurangan tingkat kemiskinan. Dalam kasus Indonesia dan Provinsi Riau, indikator yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Persentase penduduk dengan pendapatan di bawah US$1 (PPP) per hari di lihat dari angka Garis Kemiskinan (GK). 2. Indeks kedalaman kemiskinan (Poverty Gap Index-P1). 3. Indeks keparahan kemiskinan (Poverty Severity Index-P2). Keadaan dan kecendrungan capaian MDGs dibidang kemiskinan di Propinsi Riau pada indikator Persentase penduduk dengan pendapatan di bawah US$1 (PPP) per hari dilihat dari angka Garis Kemiskinan (GK), bisa dilihat pada tabel di bawah ini. - 276 -

Tabel 1 : Capaian MDGs dibidang kemiskinan dilihat dari indikator Persentase penduduk dengan pendapatan di bawah US$1 (PPP) per hari. No Tahun Angka Garis Kemiskinan (Rp/Bulan) (1) (2) (3) 1 2005 167.260 2 2006 185.063 3 2007 214.034 4 2008 240.811 5 2009 270.504 Sumber : Badan Pusat Statistik 2005-2009. Persentase penduduk dengan tingkat konsumsi di bawah garis kemiskinan (Po). Dengan menggunakan garis kemiskinan Provinsi Riau, menurunkan angka kemiskinan setengahnya pada tahun 2015 dibandingkan posisi tahun 1990 merupakan tantangan yang sangat berat. Dalam kasus Provinsi Riau pada tahun 1990 masih satu Provinsi dengan Kepulauan Riau pada tahun 2003 mengalami pemekaran dalam hal ini seharusnya yang menjadi tahun dasar dari target capaian MDGs di Provinsi Riau yaitu pada tahun 2004 tetapi dengan kendala data yang tersedia di Badan Pusat Statistik Provinsi Riau masih satu dengan Kepulauan Riau, untuk Mempermudah melihat capaian MDGs di Provinsi Riau Peneliti Menggunakan Tahun dasarnya yaitu tahun 2005. Persentase penduduk dengan pendapatan di bawah US$1 (PPP) per hari di lihat dari angka Garis Kemiskinan (GK) pada tabel diatas dari tahun ketahun mengalami peningkatan pada tahun 2005 angka garis kemiskinan 167.260 (Rp/bulan), pada tahun 2006 angka garis kemiskinan meningkat sekitar 0,10% menjadi 185.063 (Rp/bulan), pada tahun 2007 angka garis kemiskinan meningkat sekitar 0,15% menjadi 214.034 (Rp/bulan), pada tahun 2008 angka garis kemiskinan meningkat sekitar 0,12% menjadi 240.811 (Rp/bulan), sedangkan pada tahun 2009 angka garis kemiskinan meningkat sekitar 0,12% menjadi 270.504 (Rp/bulan). - 277 -

Tabel 2 : Capaian MDGs dibidang Kemiskinan di Provinsi Riau Pada Indikator Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1). No Tahun Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1). (1) (2) (3) 1 2005 1,53 2 2006 1,43 3 2007 2,18 4 2008 2,44 5 2009 1,57 Sumber : Badan Pusat Statistik 2005-2009. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1). Indikator lain terkait dengan kemiskinan adalah indeks kedalaman kemiskinan. Indeks ini menunjukkan kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Pada tahun 2008, indeks kedalaman kemiskinan cenderung membaik dibandingkan kondisi tahun 2005. Pada tahun 2005, indek kedalaman kemiskinan (P1) sekitar 1,53%, Pada tahun 2006, indek kedalaman kemiskinan (P1) mengalami penurunan yaitu 1,43%, pada tahun 2007 mengalami pembaikan menjadi 2,18%, pada tahun 2008 mengalami peningkatan yaitu 2,44%, sedangkan pada tahun 2009 indeks kedalaman kemiskinan di Provinsi Riau mengalami penurunan kembali yaitu 1,57%. Tabel 3 : Capaian MDGs dibidang Kemiskinan di Provinsi Riau Pada Indikator Indeks keparahan kemiskinan (Poverty Severity Index-P2). No Tahun Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index-P2). (1) (2) (3) 1 2005 0,37 2 2006 0,40 3 2007 0,68 4 2008 0,75 5 2009 0,55 Sumber : Badan Pusat Statistik 2005-2009. - 278 -

Dibandingkan dengan kondisi tahun 2005, indeks keparahan kemiskinan tahun 2008 cenderung membaik. Pada tahun 2005 indeks keparahan kemiskinan yaitu 0,37%, pada tahun 2006 indeks keparahan kemiskinan mengalami pembaikan yaitu 0,40%, pada tahun 2007 indeks keparahan kemiskinan juga mengalami pembaikan yaitu 0,68%, begitu juga dengan tahun 2008 indeks keparahan kemiskinan mengalami peningkatan yaitu 0,75%. Dan pada tahun 2009 Indeks keparahan kemiskinan Provinsi Riau mengalami penurunan yaitu 0,55%. Tingkat kemiskinan atau proporsi jumlah orang miskin Provinsi Riau pada tahun 2005 yaitu 600 400 jiwa sekitar 12,51 %, terus mengalami penurunan pada tahun 2009 yaitu 527 500 jiwa sekitar 9,48%. Sesuai dengan yang telah dijelaskan pada capaian MDGs di Provinsi Riau diatas maka yang menjadi tahun dasar atau basis data yaitu pada tahun 2005, tingkat kemiskinan yang menjadi sasaran MDGs pada tahun 2015 ialah sekitar 6,25 persen (setengah dari tahun dasar), maka untuk menurunkan proporsi jumlah penduduk miskin menjadi setengahnya pada tahun 2015 dibutuhkan penurunan persentase penduduk miskin sekitar 3,23 persen dari tahun 2009 untuk mencapai sasaran MDGs di bidang kemiskinan di Provinsi Riau. Hal ini bisa di liahat capaian MDGs dibidang kemiskinan di Provinsi Riau pada tabel dibawah ini. Tabel 4 : Capaian MDGs dibidang Kemiskinan di Provinsi Riau No Tahun Jumlah Penduduk Miskin (000) Porsentase Penduduk Miskin (000) Tercapai Capaian MDGs Belum tercapai (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 2005 600,4 12,51 2 2006 564,9 11,85-3 2007 574,5 11,20-4 2008 566,7 10,63-5 2009 527,5 9,48 - Sumber : Badan Pusat Statistik 2005-2009. - 279 -

Capaian MDGs di bidang Pendidikan. Angka partisipasi murni (APM), merupakan proporsi jumlah anak pada kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuia dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang bersangkutan. Sebagai gambaran misalnya APM SD adalah proporsi jumlah murid SD yang berusia 7-12 tahun terhadap jumlah seluruh anak yang berusia 7-12 tahun. Angka partisipasi murni (APM) sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (7-12 tahun), dari tahun 2005-2009 mengalami penurunan dan peningkatan. Pada tahun 2005 Angka Partisipasi Murni yaitu 94,95%, pada tahun 2006 mengalami penurunan yaitu 94,72%, pada tahun 2007 mengalami peningkatan yaitu 94,80%, pada tahun 2008 juga mengalami peningkatan yaitu 95,04%, sama halnya dengan tahun 2009 juga mengalami peningkatan yaitu 95,52%. Dalam upaya pencapaian sasaran MDGs dibidang pendidikan Memastikan semua anak laki-laki maupun perempuan di manapun untuk dapat menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2015. Kondisi ini Provinsi Riau dalam Angka partisipasi murni (APM) sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (7-12 tahun), memerlukan 4,48% agar indikator APM yang berusia 7-12 tahun tercapai pada tahun 2015. Tabel 5 : Capaian MDGs dibidang Pendidikan di Provinsi Riau Pada Indikator Angka partisipasi murni (APM) sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (7-12 tahun). No Tahun Angka partisipasi murni (APM) sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (7-12 tahun). Tercapai Capaian MDGs Belum tercapai (1) (2) (3) (4) (5) 1 2005 94,95 2 2006 94,72-3 2007 94,80-4 2008 95,04-5 2009 95,52 - Sumber : Badan Pusat Statistik 2005-2009. - 280 -

Tabel 6 : Capaian MDGs dibidang Pendidikan di Provinsi Riau Pada Indikator Angka partisipasi murni (APM) sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (13-15 tahun). No Tahun Angka partisipasi murni (APM) sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (13-15 tahun). Tercapai Capaian MDGs Belum tercapai (1) (2) (3) (4) (5) 1 2005 72,50 2 2006 72,93-3 2007 70,00-4 2008 70,66-5 2009 70,57 - Sumber : Badan Pusat Statistik 2005-2009. Angka partisipasi murni (APM) sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (13-15 tahun), seperti yang terlihat pada tabel diatas pada tahun 2005 Angka Partisipasi Murni (APM) yaitu 72,50% padatahun 2006 mengalami peningkatan yaitu 72,93%, pada tahun 2007 mengalami penurunan yaitu 70,00%, pada tahun 2008 mengalami peningkatan yaitu 70,66%, pada tahun 2009 mengalami penurunan yaitu 70,57%. Dalam kondisi ini Provinsi Riau dalam Angka partisipasi murni (APM) sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (13-15 tahun), memerlukan 29,43% agar indikator APM yang berusia 13-15 tahun tercapai pada tahun 2015. Keadaan dan kecendrungan capaian MDGs dibidang Pedidikan di Propinsi Riau pada Indikator Angka melek huruf, bisa dilihat pada tabel di bawah ini. - 281 -

Tabel 7 : Capaian MDGs dibidang Pendidikan di Provinsi Riau Pada Indikator Angka melek huruf. No Tahun Angka melek huruf.(%) (1) (2) (3) 1 2005 96,00 2 2006 97,54 3 2007 97,80 4 2008 97,81 5 2009 98,11 Indeks Pembangunan Manusia Riau, BPS Riau 2005-2009. Melek aksara (juga di sebut melek huruf) yaitu kemampuan membaca lawankatanya adalah Buta aksara atau buta huruf dapat didefenisikan sebagai ketidakmampuan membaca. Hal ini bisa dilihat pada tabel diatas angka melek huruf atau melek aksara Provinsi Riau dari tahun 2005-2009 mengalami peningkatan dari tahun ketahun, pada tahun 2005 angka melek huruf Provinsi Riau 96,00 % dengan kata lain hanya 4% yang buta aksara, pada tahun 2006 angka melek huruf mengalami peningkatan yaitu 97,80% berarti hanya 2,20% yang buta aksara, pada tahun 2007 angka melek huruf yaitu 97,80% berarti yang buta aksara hanya 2,20%, pada tahun 2008 angka melek huruf meningkat menjadi 97,81% berarti angka buta aksara sekitar 2,19%, sedangkan pada tahun 2009 angka melek huruf juga mengalami pembaikan yaitu 98,11% berarti angka buta aksara di provinsi riau sekitar 1,89%. - 282 -

Capaian MDGS dibidang Kesehatan Ibu. Indikator penilaian untuk penurunan angka kematian ibu sebesar tiga-perempatnya dalam kurun waktu tahun 1990 sampai 2015 ialah sebagai berikut: 1. Angka kematian ibu melahirkan (AKI) per 100.000 kelahiran hidup. 2. Proporsi kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan (%), dan 3. Proporsi wanita 15-49 tahun berstatus kawin yang sedang menggunakan atau memakai alat keluarga berencana (%). Keadaan dan kecendrungan capaian MDGs dibidang Kesehatan Ibu di Propinsi Riau pada Indikator Angka kematian ibu melahirkan (AKI) per 100.000 kelahiran hidup, bisa dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 8 : Capaian MDGs dibidang Kesehatan di Provinsi Riau Pada Indikator Angka kematian ibu melahirkan (AKI). No Tahun Angka kematian ibu melahirkan (AKI). Angka Lahir Hidup (1) (2) (3) (4) 1 2005 258 89 267 2 2006 168 106 677 3 2007 224 115 826 4 2008 213 128 465 5 2009 226 115 686 Sarkes Dinkes Prov Riau (Puskesmas)2005-2009. - 283 -

Tabel 9 : Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) Per 100 000 Kelahiran Hidup Provinsi Riau Tahun 2005-2009. No Tahun AKI Tercapai Capaian MDGs Belum tercapai (1) (2) (3) (4) (5) 1 2005 289,02 2 2006 167,80-3 2007 193,39-4 2008 165,80-5 2009 195,36 - Sumber : data diolah. Indikator penilaian untuk penurunan angka kematian ibu sebesar tiga-perempatnya dalam kurun waktu tahun 1990 sampai 2015 untuk Provinsi Riau sama halnya dengan capaian MDGs di bidang kemiskinan, yang menjadi tahun dasarnya adalah tahun 2005. Pada tabel diatas, jika tahun 2005 di jadikan tahun dasarnya maka menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga-perempatnya adalah sebesar 96,34, sedangkan angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2009 yaitu 195,36, maka untuk mencapai target MDGs pada tahun 2015 dibutuhkan penurunan Angka kematian ibu melahirkan (AKI) per 100.000 kelahiran hidup sekitar 99,02 orang. Keadaan dan kecendrungan capaian MDGs dibidang Kesehatan Ibu di Propinsi Riau pada Indikator Proporsi kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan (%), bisa dilihat pada tabel di bawah ini. - 284 -

Tabel 10 : Capaian MDGs dibidang Kesehatan Ibu di Provinsi Riau Pada Indikator Proporsi kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan (%). No Tahun Jumlah Persalinan Proporsi kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan. Jumlah Persentase (1) (2) (3) (4) (5) 1 2005 125 146 87 281 69,74 2 2006 127 382 95 919 75,30 3 2007 133 417 101 839 76,33 4 2008 136 214 102 081 74,94 5 2009 121 469 107 419 88,43 Profil Dinkes kab/kota dan Yankes Dinkes Prov. Riau 2005-2009. Pertolongan persalinan oleh petugas kesehatan terus mengalami peningkatan dari tahun 2005-2009 hanya saja persentase pada tahun 2008 mengalami penurunan. Pada tahun 2005 jumlah persalinan sekitar 125 146 sedangkan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan berjumlah 87 281 sehingga persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 69,74%, pada tahun 2006 jumlah persalinan meningkat menjadi 127 382 sedangkan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan berjumlah 95 919 persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 75,30%, pada tahun 2007 jumlah persalinan menurun menjadi 133 417 sedangkan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan meningkat menjadi 101 839 persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 76,33%, pada tahun 2008 jumlah persalinan meningkat menjadi 136 214 sedangkan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan berjumlah 102 081 persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menurun menajdi 74,94%, sedangkan pada tahun 2009 jumlah persalinan mengalami penurunan menjadi 121 469 sedangkan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan berjumlah 107 419 persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan meningkat menajdi 88,43%, - 285 -

Tabel 11 : Capaian MDGs dibidang Kesehatan Ibu di Provinsi Riau Pada Indikator Proporsi wanita berstatus kawin yang sedang menggunakan atau memakai alat keluarga berencana (%). No Tahun jumlah wanita yang sedang menggunakan atau memakai alat keluarga berencana. persentase wanita yang sedang menggunakan atau memakai alat keluarga berencana. (1) (2) (3) (4) 1 2005 410 068 55,21 2 2006 461 893 55,64 3 2007 438 332 49,70 4 2008 595 978 68,33 5 2009 595 340 70,98 Profil Dinkes kab/kota dan Yankes Dinkes Prov. Riau 2005-2009 Pada tabel diatas merupakan gambaran jumlah wanita yang sedang memakai KB Aktif dan porsentase yang menggunakan alat keluarga berencana dari tahun 2005-2009 terus mengalami peningkatan hanya pada tahun 2007 mengalami penurunan. Jumlah pemakai KB aktif pada tahun 2005 berjumlah 410 068 jiwa persentasenya sekitar 55,21, mengalami peningkatan pada tahun 2006 jumlah yang memakai KB aktif berjumlah 461 893 jiwa persentasenya sekitar 55,70, pada tahun 2007 jumlah pemakai KB aktif mengalami penurunan yaitu 438 332 jiwa berkurang sekitar 23 561 jiwa persentasenya sekitar 49,70, pada tahun 2008 jumlah pemakai KB aktif mengalami peningkatan yaitu 595 978 dan persentasenya sekitar 68,33, pada tahun 2009 jumlah pemakai KB aktif juga mengalami peningkatan yaitu 595 340 sedangkan porsentasenya sekitar 70,98. - 286 -

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Tingkat kemiskinan yang menjadi sasaran MDGs pada tahun 2015 setengah dari tahun dasar (2005) ialah sekitar 6,25 persen. 2. Untuk menurunkan proporsi jumlah penduduk miskin menjadi setengahnya pada tahun 2015 dibutuhkan penurunan persentase penduduk miskin sekitar 3,23 persen dari tahun 2009. 3. Angka partisipasi murni (APM) sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (7-12 tahun), pada tahun 2009 sebesar 95,52% maka Provinsi Riau dalam Angka partisipasi murni (APM) sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (7-12 tahun), memerlukan 4,48%, Indikator Angka partisipasi murni (APM) sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (13-15 tahun) di Provinsi Riau, pada tahun 2009 sebesar 70,57%, maka Provinsi Riau dalam Angka partisipasi murni (APM) sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (13-15 tahun) memerlukan 29,43%, sedangkan Indikator angka melek huruf, Provinsi Riau pada tahun 2009 yaitu 98,11% berarti angka buta aksara di provinsi riau sekitar 1,89%, maka Provinsi riau dalam angka melek huruf memerlukan 1,89% agar Indikator angka melek huruf pada tahun 2015 tercapai. 4. Untuk penurunan angka kematian ibu sebesar tiga-perempatnya yang menjadi sasaran MDGs pada tahun 2015 ialah sekitar 96,34 orang, dibutuhkan penurunan angka kematian ibu sekitar 99.02 orang dari tahun 2009. - 287 -

Dengan kesimpulan yang ada, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut : Kemiskinan : 1. mendorong pertumbuhan yang berkualitas. 2. meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap pendidikan, kesehatan dan gizi termasuk pelayanan keluarga berencana, serta infrastruktur dasar seperti air bersih dan sanitasi. 3. Melakukan Pemerataan pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). 4. menyempurnakan serta memperluas cakupan perlindungan sosial, terutama bagi mereka yang rentan. Pendidikan : 1. Peningkatan akses dan perluasan kesempatan belajar bagi semua anak usia pendidikan dasar, dengan target utama daerah dan masyarakat miskin, terpencil, dan terisolasi. 2. Peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan dasar. 3. Peningkatan efisiensi manajemen pendayagunaan sumberdaya pendidikan, serta mengupayakan agar semua lembaga pendidikan dasar dapat melaksanakan fungsinya secara lebih efisien dan efektif. Kesehatan Ibu : 1. Meningkatkan pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan, dan pelayanan dasar serta komprehensif untuk darurat obstetri. 2. Meningkatkan tenaga bidan yang belum mencukupi dan Pemerataan penyebarannya. 3. Meningkatkan pelayanan KB oleh Pemerintah. 4. Membenahi sistem pendataan di Dinas kesehatan Provinsi Riau, sistem registrasi vital yang mencatat penyebab kematian ibu masih belum memadai. - 288 -

DAFTAR PUSTAKA Adiotomo Sri Moertiningsih. (2010). Dasar-Dasar Demografi, Salemba Empat, Jakarta. Alfurkaniati. (2005). Strategi Pengentasan Kemiskinan dan Kebodohan di Provinsi Riau Mencapai Visi 2020, Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Vol 14 No. 1, Pekanbaru. Badan Pusat Statistik. (2009). Analisis Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan Distribusi Pendapatan, BPS, Pekanbaru. Badan Pusat Statistik. (2009). Data dan Informasi Kemiskinan Tahun 2008 Buku 2 Kabupaten/kota, C.V Nario Sari, Jakarta. Badan Pusat Statistik. (2009). Indikators of Sustainable Development, BPS, Pekanbaru. Danim sudarwan. (2004). Ekonomi Sumber Daya Manusia, Pustaka Setia, Bandung. Deliarnov. (2007). Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Edisi kelima, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Elfindri. (2008). Strategi sukses membangun daerah, Gorga Media, Sumatra Barat. Hasan Iqbal. (2005). Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif), Edisi Kedua, PT Bumi Aksara, Jakarta. Muchtar Rusdi. (2006). Peran Pendidikan dalam rangka Otonomi Daerah, Majalah Ilmiah Populer komunikasi dalam pembangunan Vol 9 No. 2, Jakarta. Sjafrizal. (2008). Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi, Baduose Media, Sumatra Barat. Soemanto. (2005). Kebijakan Kependudukan di bidang kesehatan, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 8, No. 2, Surakarta. Subri Mulyadi (2003). Ekonomi Sumberdaya Manusia, PT Raja Grafindo Persada, jakarta. Sulistyo budi dkk. (2010). MDGs (Millenium Develovment Goals) Sebentar Lagi Sanggupkah Kita Menghapuskan Kemiskinan di Dunia, PT Kompas Media Nusantara, Jakarta. Suparmoko. (2002). Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan daerah, Edisi Pertama, C.V Andi Offset, Yogyakarta. Suradi. (2007). Pembangunan Manusia, Kemiskinan dan Kesejahteraan Sosial, Jurnal Penelitian dan Pengembangan kesejahteraan sosial, Vol 12, No. 03, Jakarta. Syafrinaldi. (2005). Pembangunan Sumberdaya Manusia di Provinsi Riau di tengah Kemiskinan dan Kebodohan, Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Vol 14 No. 1, Pekanbaru. W. Gulo. (2002). Metodologi Penelitian, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. - 289 -