LIBERALISASI PERDAGANGAN. Pengembangan SDM Kompeten Menghadapi Pasar Global. Urip Sedyowidodo

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

PERAN PERDAGANGAN JASA DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL

Pengembangan MRA Sektor Perbankan Menyongsong MEA 2015 dan ABIF Ir. Sumarna F. Abdurahman M.Sc. Ketua BNSP

KESIAPAN TENAGA KERJA INDONESIA MENGHADAPI MEA PELUANG DAN TANTANGAN. Dasril Rangkuti. Wakil KOMITE TETAP PELATIHAN KETENAGAKERJAAN

STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KESEHATAN DALAM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

BAHAN KULIAH HUKUM PERDAGANGAN JASA INTERNASIONAL SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2008

PROFESI AKUNTANSI MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

STRATEGI DAN PROGRAM INDONESIA KOMPETEN DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

CROSS-CUTTING ISSUES ANTARA SERVICES CHAPTER DAN INVESTMENT CHAPTER DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL (FTA/EPA/CEPA)

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015

Professional Veterinarian

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN INVESTASI

PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING (TK-WNA) DI INDONESIA. Dr. Untung Suseno Sutardjo, M.Kes BADAN PPSDMK KEMENTERIAN KESEHATAN RI

SIARAN PERS Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta Phone/Fax:

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi secara luas telah membuka perekonomian dunia dalam skala yang hampir

PERANAN JASA DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI SEKTOR ENERGY

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. jasa, aliran investasi dan modal, dan aliran tenaga kerja terampil.

Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya. WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama. Fungsi WTO. Tujuan WTO 4/22/2015

Kondisi Tenaga Kesehatan RI memasuki ASEAN Community 2015

PELUANG TENAGA KERJA INDONESIA DALAM MENGHADAPI MEA Oleh: Tiesnawati Wahyuningsih, SH., MH (FISIP)

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III PENGARUH LIBERALISASI JASA ASEAN DI INDONESIA. 3.1 Sektor Jasa Prioritas yang Diliberalisasi ASEAN

PERKEMBANGAN ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (AFAS) DAN KES APAN INDONESIA. Komunitas Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015.

ARAH KEBIJAKAN NASIONAL DALAM PERJANJIAN INTERNASIONAL PERDAGANGAN JASA DAN INVESTASI

ASEAN CHINA FREE TRADE AREA

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA KUNJUNGAN MISI EKONOMI FEDERASI EKONOMI KANSAI (KANKEIREN) JAKARTA, 08 MARET 2016

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN CINA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA (Studi Kasus : Dampak pada Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia (TPT))

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

TANTANGAN BANK NASIONAL MENJALANKAN BISNIS KONGLOMERASI DI INDONESIA. Susy Liestiowaty

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden telah melahirkan. Royong, dengan misi : (1) Mewujudkan keamanan nansional yang mampu

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Pengembangan Ekspor Jasa Ritel Dalam ASEAN Framework Agreement in Services/AFAS (Suatu Upaya Pemanfaatan Peluang) Oleh Muhammad Fawaiq

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup

hambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

: Institute Of Southeast Asian Studies

KEDUDUKAN BILATERAL INVESTMENT TREATIES (BITs) DALAM PERKEMBANGAN HUKUM INVESTASI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan

BAB I PENDAHULUAN. membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA TERHADAP PERSAINGAN PERDAGANGAN JASA DI BIDANG KONSTRUKSI DALAM RANGKA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

BAB III KEBIJAKAN DAFTAR NEGATIF INVESTASI DI INDONESIA. 1. Dasar Hukum Kebijakan Daftar Negatif Investasi (DNI)

: : PANGKAT/ GOL

MEMBANGUN & MEMELIHARA KOMPETENSI BIDAN DI ERA MEA. Yogyakarta, 20 Agustus 2016 DEFINISI BIDAN

Ketentuan Pengaturan Jasa Dalam Percepatan Penerapan Asean Economic Community

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya sangat besar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat itu sendiri.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

OLEH : TUNGGUL PRIYONO (Kepala Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Kelembagaan Kopertis Wil V DIY) Materi disampaikan dalam acara BIMTEK KERJASAMA PTS

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor : 31 / PRT / M /2006 TENTANG

VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN PENELITIAN LANJUTAN

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL KENDARI, 30 MEI 2013

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA PENINJAUAN PEMBANGUNAN PABRIK BAHAN BAKU OBAT PT. KALBE FARMA Tbk CIKARANG, JAWA BARAT RABU, 27 JANUARI 2016

Pembangunan, Migrasi, dan Kebijakan

VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. *

Dr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian. Workshop Pra-Konferensi PERHEPI Bogor, 27 Agustus 2014

INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA: MASA DEPAN DAN TANTANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Skema CEPT-AFTA Dalam Kerjasama Perdagangan

ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN (1) GLOBALISASI DAN LIBERALISASI DALAM PENDIDIKAN. Perubahan2 dalam Masyarakat: 4/7/2012 DAYA SAING PENDIDIKAN INDONESIA

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. menampung dan mewujudkan aspirasi tersebut.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasaran pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya,

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 7 WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO)

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN

GLOBALISASI DAN LIBERALISASI DALAM PENDIDIKAN

INSTRUMEN INTERNASIONAL DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

KERJASAMA PROGRAM PROFESI INSINYUR KEMENTERIAN PUPR DENGAN KEMENTERIAN RISTEK DIKTI. DIREKTUR JENDERAL BINA KONSTRUKSI Jakarta - Senin,10 Oktober 2016

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia

I. PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok menurut Simchy-Levi dan Kaminsky (2003) adalah

BAB 2 MUTUAL RECOGNITION ARRANGEMENT

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

REPUBLIK DEMOKRASI RAKYAT (RDR) LAOS. Komitmen Jadwal Spesifik. (Untuk Paket Komitmen Pertama)

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

EKONOMI KREATIF DALAM PERSPEKTIF PERDAGANGAN, HAMBATAN DAN PERAN PERGURUAN TINGGI

SKRIPSI PENGARUH GENERAL AGREEMENT ON TRADE IN SERVICES (GATS) TERHADAP SEKTOR KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA

"Jalan Pintas Menuju AFTA

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi Free Trade Area (AFTA) dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. pada ASEAN Economic Community (AEC) yang mana merupakan pedoman

TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts

I. PENDAHULUAN. strategi rantai pasok tersebut umumnya terjadi trade off antara kecepatan

Transkripsi:

LIBERALISASI PERDAGANGAN JASA TENAGA KERJA Pengembangan SDM Kompeten Menghadapi Pasar Global Urip Sedyowidodo 1

ASEAN Mutual Recognition Arrangement Pada tgl.19 November 2007, negara-negara ASEAN menandatangani ASEAN Mutual Recognition Arrangement (MRA) on Architectural Services, yang merupakan bagian dari ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) yaitu program liberalisasi perdagangan dan jasa di tingkat ASEAN.

ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 (Single Market and Production Base) Free Flow of Goods Free Flow of Services Free Flow of Investment Free Flow of Capital Free Flow of Professionals and Skilled Labors

TARGETED MRA 2008 (Regulated Professions) Engineering (2007) Accountant Architecture Land Surveying Medical Practitioners Nursing (2007)

PRINSIP DASAR LIBERALISASI PERDAGANGAN JASA 1. Policy Objectives 2. Recognition 3. Most Favored Nation Treatment 4. National Treatment 5. Transparency 6. Increasing Participation of Developing Countries 7. Autonomous Liberalization 8. Progressive Liberalization 9. Emergency Safeguard Measures Vc Flexibility

RAMBU-RAMBU LEBERALISASI JASA TENAGA KERJA PROFESIONAL 1. Ketentuan Umum 2. Qualification Requirements 3. Qualification Procedures 7. Regulation Governing Entry and Stay of Natural Persons for Purpose of Supplying Professional Services 8. Professional Ethics 9. Appeal Mechanism and Dispute Resolution Procedures 4. Recognition 10. Contact Points Arrangements 5. Licensing Requirements 11. Additional Information 6. Licensing Procedures

1. Business Services; 8. Health Related and Social Services; 2. Communication Services; 9. Tourism and Travel Related Services; 3. Construction and Related Engineering Services; 4. Distribution Services; 10. Recreational, Cultural, and Sporting Services; 5. Educational Services; 6. Environmental Services; 7. Financial Services; 11. Transport Services; 12. Other Services not included elsewhere. 7

MODA TRANSAKSI DI BIDANG JASA (Mode of Supply) Mode of Supply Mode 1: Cross Border Trade Mode 2: Consumption Abroad Mode 3: Commercial Presence Mode 4: Movement of Natural Person Contoh Programmer komputer Negara A mengerjakan kontrak untuk perusahaan Negara B melalui internet Penduduk A belajar program komputer di Negara B Perusahaan komputer di Negara A membuka cabang usaha di Negara B Programmer Negara A bekerja di perusahaan Negara B Untuk masalah tenaga kerja terkait dengan mode 3 dan 4 8

POSISI NEGOSIASI KERJASAMA PASAR KERJA GLOBAL NEGARA MAJU 1. Membatasi diri untuk mode 4 hanya untuk profesional dan terkait dengan investasi (mode 3). 2. Offer lebih banyak hanya kepada mode 1, 2, 3. 3. Secara faktual mereka kekurangan tenaga kerja level lower skills - D3) 4. Mode 4 tetap merupakan issue sensitif bagi negara 4. Mode 4 tetap merupakan issue sensitif bagi negara maju, terutama untuk lower skills.

NEGARA BERKEMBANG 1. Over supply untuk tenaga kerja lower skills. 2. Kemampuan untuk memanfaatkan mode 3 kecil. 3. Kemampuan untuk supply tenaga ahli terbatas. INDONESIA 1. Belum memiliki Grand Strategy untuk memanfaatkan Kerjasama Global 2. Kondisi Infrastruktur produksi tenaga kompeten untuk tingkat ahli dan skill masih lemah 3. Kurangnya koordinasi dan sinergi dalam menghadapi kerjasama global

General Agreement on Trade in Services GATS Legal basis persetujuan perdagangan bidang jasa Merupakan persetujuan umum yang mengatur perdagangan bidang jasa multilateral/internasional Merupakan salah satu persetujuan dalam persetujuan pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO), ditandatangani oleh para menteri sebagai utusan dari negaranya masing-masing, di Marakesh dalam tahun 1994 dan entry into force 1 Januari 1995 Indonesia termasuk salah satu negara penandatangan dan telah meratifikasi persetujuan tersebut dengan UU Nomor 7 tahun 1994, sehingga segala hak dan kewajiban sudah mengikat. Menjadi acuan bagi persetujuan perdagangan bidang jasa dalam fora regioanl, FTA, bilateral 11

Tujuan GATS Tujuan untuk memberikan kontribusi pada ekspansi perdagangan melalui liberalisasi dan transparansi, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ekspansi perdagangan bukan tujuan akhir, tetapi sebagai sarana untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Liberalisasi ditujukan untuk meningkatkan akses pasar dan perlakuan nasional bagi pemasok jasa asing Liberalisasi tidak termasuk deregulasi, meskipun diakui bahwa negara anggota masih diberi hak untuk mengatur dan mengeluarkan peraturan baru (yang tidak menghambat perdagangan bidang jasa) untuk mencapai tujuan kebijakan nasional. Persetujuan secara explisit mengakui hak masing-masing negara anggota untuk mengatur dan mengeluarkan peraturan baru ( the right to regulate ) 12

Pemahaman perdagangan bidang jasa Definisi Tidak ada definisi komprehensif mengenai perdagangan bidang jasa GATS Pasal 1 Perdagangan bidang jasa adalah pemasokan jasa : Dari wilayah satu negara ke wilayah negara lain (pemasokan jasa lintas batas) mode of suppply 1 (cross-border supply) Dalam wilayah satu negara untuk konsumen jasa dari negara lain (konsumen di luar negeri) mode of supply 2 (Consumption abroad) Oleh pemasok jasa suatu negara dengan mendirikan usaha di negara lain (kehadiran komersial) mode of supply 3 (commercial presence) Oleh pemasok jasa dari suatu negara di dalam wilayah negara lain (perpindahan natural person) mode of supply 4 (movement of natural person) 13

Liberalisasi (Pasal XIX GATS) Pemahaman lanjutan Arti Menghapus atau mengurangi hambatan perdagangan bidang jasa (trade barriers) Mengembangkan aturan-aturan domestik yang tidak menghambat perdagangan (domestic regulations) e.g. persyaratan mengenai standard, kualifikasi, lisensi Prinsip Liberalisasi bertahap (progressive liberalization) Memperhatikan tingkat pertumbuhan ekonomi nasional (level of economic development) Sesuai dengan tujuan kebijakan nasional (national policy objectives) Fleksibel (flexibility) Mengikat secara hukum (legally binding) Perlakuan Most-Favoured-Nation (MFN) terhadap seluruh sektor jasa dan kepada seluruh negara anggota Setiap negara anggota, harus memberikan perlakuan yang tidak boleh kurang dari yang diberikannya kepada produk jasa dan pemasok jasa dari suatu negara anggota, dibandingkan dengan produk jasa sejenis dan pemasok jasa yang diberikan kepada negara anggota lainnya 14

Liberalisasi Mode 4 15

Arti perdagangan internasional jasa tenaga kerja (mode 4) Perdagangan internasional jasa tenaga kerja tidak berarti perpindahan para pekerja otonom dalam mencari peluang kerja, tetapi lebih pada penyampaian para pemasok jasa tenaga kerja dari suatu negara, yang diminta oleh negara lain, jadi berarti masuk dan tinggal sementara natural person di negara lain untuk tujuan penyediaan jasa. GATS Art I menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pemasokan jasa tenaga kerja (mode 4) adalah pemasokan jasa tenaga kerja yang dilakukan oleh individu pemasok jasa dari suatu negara anggota di dalam wilayah negara anggota lainnya. 16

Arti... lanjutan Perdagangan mode 4 tidak berlaku untuk kasus natural person yang mencari akses pasar tenaga kerja di negara lain (job seekers), disamping itu mode 4 juga tidak berlaku bagi pekerjaan sektor non jasa (pertanian, manufaktur). Migrasi besar-besaran tenaga kerja (eg. Indonesia) yang tidak melibatkan keterampilan tinggi, pelaku bisnis, dan profesional, dari negara yang surplus tenaga kerja sebagai respon terhadap kekurangan pekerja berketerampilan rendah dan menengah di negara yang berpendapatan lebih tinggi, tidak termasuk dalam pembahasan perdagangan internasional jasa tenaga kerja (mode 4). Jadi yang termasuk dalam pembahasan perdagangan internasional jasa tenaga kerja adalah pekerja migran sementara yang mempunyai pekerjaan di bidang jasa, dan yang dipekerjakan di negara lain dan terlibat dalam setiap kegiatan memproduksi barang dan jasa. 17

Pentingnya perdagangan internasional jasa tenaga kerja Perdagangan internasional jasa tenaga kerja adalah satu-satunya bidang dimana sebuah perjanjian internasional dan komitmen-komitmen yang terkait perpindahan lintas tenaga kerja melibatkan sebagain besar negara maju dan berkembang. Mode 4 menawarkan peluang yang sangat besar bagi tenaga kerja dari negara berkembang untuk mengakses pasar tenaga kerja di negara maju melalui perundingan dan perjanjian internasional. 18

Pentingnya perdagangan... lanjutan Jasa merupakan bidang yang mempunyai pertumbuhan tercepat di perdagangan dunia dan perkonomian secara umum di negara berkembang dan negara maju. Elastisitas pendapatan yang tinggi dari permintaan jasa di negara maju mempercepat pertumbuhan ini. Sektor jasa merupakan tiga perempat jumlah pekerjaan di negara berpenghasilan tinggi dan mempunyai pangsa yang lebih tinggi dari semua pekerjaan baru yang tercipta. Disamping itu pertumbuhan yang cepat dalam permintaan jasa tenaga kerja pada gilirannya akan menawarkan peningkatan jumlah kesempatan kerja baru bagi negara berkembang. Perluasan dan perdagangan jasa domestik melibatkan sebuah proporsi yang tinggi dari tenaga kerja berketerampilan tinggi baik ke dalam maupun ke luar, dan berpotensi memberikan kontribusi pada peningkatan produktivitas jasa, peningkatan basis modal sumber daya manusia dan kapasitas ekspor tenga kerja berketerampilan dan profesional ke dalam pasar dalam negeri, dan sebaliknya ke luar menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dan meningkatkan ilmu di luar negeri. 19

Pentingnya bagi Indonesia Perdagangan jasa tenaga kerja membantu mengurangi kemiskinan. Migrasi sementara dapat mengurangi pengangguran. Perdagangan jasa tenaga kerja memberikan kontribusi kepada pertumbuhan ekonomi. Transfer tenaga kerja memberikan remittance sebagai kunci cadangan devisa, yang memicu investasi yang berguna untuk membangun perekonomian. Migrasi sementara dapat mengurangi tekanan pengangguran. Surplus tenaga kerja karena pertambahan penduduk yang tinggi dapat mengisi kesenjangan pasar tenaga kerja di perekonomian lain yang membutuhkan. 20

Pentingnya... lanjutan Perdagangan jasa tenaga kerja dapat dipakai sebagaai salah satu cara untuk mengimpor keterampilan yang langka. Migrasi sementara para penyedia jasa berketerampilan tinggi dan profesional ke Indonesia dapat menambah stok modal sumber daya manusia, sehingga meningkatkan produktivitas dan pembangunan. Impor jasa terampil dapat menambah kapabilitas perekonomian untuk menghadapi perubahan struktural dan pertumbuhan dan membantu dalam pengembangan sektor-sektor kunci perekonomian jasa untuk meningkat ke standar internasional. 21

Kepentingan Indonesia 22

Apa kepentingan Indonesia dalam Perundingan Perdagangan Jasa? Kepentingan ekspor : Meningkatkan ekspor jasa RI ke negara tujuan (anggota ASEAN) Kepentingan impor : Mengelola impor jasa, diselaraskan dengan tujuan pembangunan nasional/sektor jasa 23

Posisi ekspor Indonesia saat ini Indonesia menyampaikan request kepada negara anggota untuk membuka mode 4 yaitu Contractual Service Supplier (CSS) dan Independent Professional (IP) Tujuannya meminta mitra dagang menghapus hambatan kepada penyedia jasa RI memasuki pasar CSS dan IP. Namun negara anggota biasanya lebih mengakomodir Mode 4 kategori ICT (Intra Corporate Transferee), karena menguntungkan mereka (ICT terkait Mode 3) 24

Studi tentang Ekspor Indonesia Indonesia punya keunggulan kompetitif pada sektor-sektor tertentu, khususnya Mode 4, yang perlu menjadi Request RI ke negara anggota. Keberhasilan ekspor jasa Mode 4 memberi remittance bagi pembangunan, mengurangi kemiskinan, dan membawa masuk skill baru ke ekonomi nasional. Perlu memperjuangkan pengiriman technical specialists (termasuk semi-skilled professional categories), karena 63.8% penganggur RI tamatan sekolah menengah, 30.8% SD, dan 5.3% perguruan tinggi. Target pasar utama adalah negara maju. 25

Kepentingan impor RI didasarkan pada Kebijakan sektor untuk meningkatkan investasi dan memenuhi sasaran pembangunan di bidang masing-masing Komitmen AFAS dibandingkan dengan DNI sektoral Menurunkan biaya usaha melalui peningkatan produktifitas kebijakan Permintaan mitra di ASEAN kepada Indonesia untuk meningkatkan offer, pada sektor yang telah maupun belum dikomitmenkan. 26

Tantangan dan Rekomendasi 27

Tantangan bagi Indonesia Menggunakan perdagangan internasional bidang jasa untuk mendukung tujuan sektor jasa dalam negeri agar tumbuh - Meningkatkan perdagangan untuk memberi manfaat bagi Indonesia Dalam mengembangkan kebijakan perdagangan internasional bidang jasa - Indonesia memiliki daya saing internasional dalam: Sektor tenaga kerja (Moda 4) khususnya Jasa Konstruksi dan Teknik Terkait, Jasa Terkait Kesehatan dan Sosial, Jasa Transportasi dan sejumlah Jasa Bisnis kunci Ekspor lintas batas (Moda 1). Potensi yang signifikan untuk meningkatkan ekspor jasa Indonesia. Sektor kunci adalah Jasa Bisnis, sebuah bidang yang memiliki keterkaitan yang erat dengan industri kreatif Indonesia. - Kepentingan Impor Utama Indonesia Seluruh sektor jasa akan memperoleh manfaat dari meningkatnya investasi asing sejalan dengan Prioritas Pembangunan Nasional. Hal ini dapat dilakukan dengan cara yang selektif untuk mendukung pengembangan para penyedia jasa dalam negeri. 28

Kesulitan yang dihadapi 1) Oposisi dari negara lain (baik negara maju maupun negara berkembang) terhadap liberalisasi jasa tenaga kerja. Komitmen internasional yang dibuat oleh negara anggota menunjukkan penolakan untuk membuat komitmen yang signifikan untuk meliberalisasikan jasa tenaga kerja. Komitmen mode 4 hanya terbatas pada tenaga kerja profesional dan berketerampilan, khususnya yang terkait dengan pemasokan mode 3 dan pendirian penanaman modal asing. 2) Kesulitan membuka mode 4 karena berkaitan dengan perlindungan terhadap tenaga kerja nasional. 29

Kesulitan yang dihadapi... lanjutan 3) Legal constraints, hambatan karena peraturan perundangan yang membatasi liberalisasi. Untuk kasus tenaga kerja peraturan-peraturan dapat ditemukan pada perizinan yang membebani dan berbagai persyaratan kualifikasi atau penerapan secara luas berbagai instrumen seperti tes kebutuhan ekonomi (Economic Need Test) dan professioal requirement, yang membatasi akses para pemasok jasa tenaga kerja asing yang berketerampilan. 4) Stakeholder coordination, kesulitan berkoordinasi dengan para stakeholders karena berkaitan dengan kepentingan nasional 30

Langkah-langkah yang perlu dilakukan Meningkatkan perhatian dan kesiapan yang sungguh-sungguh dari semua sektor jasa dalam negeri untuk memantapkan posisi sektor/subsektor dalam menghadapi perundingan-perundingan Koordinasi penanganan bidang jasa yang lebih intensif untuk mempersiapkan posisi perundingan Meningkatkan kemampuan industri jasa domestik dengan meningkatkan efisiensi dan daya saing 31

Langkah-langkah... lanjutan Regulatory adjustment - Inventarisasi peraturan perundangan yang tidak sesuai dengan prinsip liberalisasi - Menyesuaikan peraturan yang berlaku dengan perkembangan tingkat liberalisasi - Menyusun aturan-aturan mengenai kualifikasi, lisensi, dan standar bagi jasa profesi yang belum ada aturannya Sosialisasi kepada para pejabat pusat dan daerah, akademisi, asosiasi profesi/pelaku usaha mengenai perkembangan perundingan perdagangan bidang jasa terkini dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi - Meningkatkan pemahaman liberalisasi - Mempersiapkan langkah-langkah untuk memperkuat para pelaku pasar - Menggalakkan penanganan perdagangan bidang jasa di masing-masing instansi 32