REGULASI DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGI UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

dokumen-dokumen yang mirip
KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK. Ir. Linggi. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan S A R I

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERTENTU DI JAWA TIMUR

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat

DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam. membangun nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

BAB II PERENCANAAN KINERJA

INFRASTRUKTUR ENERGI DI PROVINSI BANTEN

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

KATA PENGANTAR. Semarang, Pebruari 2014 KEPALA DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH

PROGRAM KERJA TAHUN DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 8,4% per

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

KEBIJAKAN PEMANFAATAN PANAS BUMI UNTUK KELISTRIKAN NASIONAL

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja

LUMBUNG ENERGI DAN LISTRIK. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Penerima Penghargaan Energi Prabawa Tahun 2011 S A R I

BAB 6 P E N U T U P. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (hydropower) adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir. Energi yang

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

ARAH KEBIJAKAN, PROGRAM, DAN KEGIATAN BIDANG PENINGKATAN DI DAERAH TERTINGGAL

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. #Energi Berkeadilan. Disampaikan pada Pekan Pertambangan. Jakarta, 26 September 2017

MENGATASI TINGKAT KEMISKINAN DESA DENGAN AIR

KEBIJAKAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI LISTRIK DI BALI

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ENERGI DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

AKSES ENERGI DAN PENGEMBANGAN ENERGI TERBARUKAN DI DIY

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan akan energi bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE UNTUK MEMENUHI TARGET KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

PETA REGULASI KONSERVASI ENERGI

Indonesia Water Learning Week

Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80%

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI (RUED-P) JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan energi

KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Berdasarkan PP KEN 79/2014

Versi 27 Februari 2017

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kementerian ESDM. Alokasi. Pemanfaatan. Gas Bumi.

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGALISTRIKAN

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan

I. PENDAHULUAN. Salah satu paradigma pembangunan perdesaan yang bersifat bottom-up

PERENCANAAN URUSAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI BENGKULU DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI BENGKULU

I. PENDAHULUAN. listrik. Dimanapun kita tinggal, listrik sudah menjadi kebutuhan primer yang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB III VISI DAN MISI

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL

Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi

Oleh: Maritje Hutapea Direktur Bioenergi. Disampaikan pada : Dialog Kebijakan Mengungkapkan Fakta Kemiskinan Energi di Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. PENDAHULUAN. manusia dan makhluk hidup lainnya. Dengan air, maka bumi menjadi planet

PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN

Kata Kunci : PLTMH, Sudut Nozzle, Debit Air, Torsi, Efisiensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

LAMPIRAN A. STRUKTUR ORGANISASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kekayaan alam yang tersedia dalam bumi negara kita ini. Contohnya

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INOVASI PEMANFAATAN BRINE UNTUK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN. PT Pertamina Geothermal Energi Area Lahendong

BAPPEDA Planning for a better Babel

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan mempunyai potensi energi air yang besar. Penggunaan PLTMh sebagai energi alternatif yang cost friendly,

BERITA NEGARA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

ENERGI DAN KESEJAHTERAAN

Transkripsi:

REGULASI DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGI UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Penerima Penghargaan Energi Prabawa Tahun 2011 S A R I Pemerintah Provinsi Jawa Tengah adalah salah satu Penerima Penghargaan Energi Prabawa Tahun 2011 yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2232 K/74/MEM/2011 Tanggal 27 September 2011 tentang Penerima Penghargaan Energi Prabawa tahun 2011. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam Keputusan Menteri ESDM tersebut dinyatakan berjasa luar biasa mengimplementasikan peran, tanggung jawab, dan wewenang utama Pemerintah Provinsi sebagai penggerak perubahan mewujudkan capaian tahun 2011 rasio Desa berlistrik 100 %, rasio elektrifikasi Provinsi Jawa Tengah 73,48 %, serta Desa Mandiri Energi (DME) yang berdampak besar terhadap pembangunan Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral, Masyarakat, Bangsa dan Negara 1. BALI NDESO MBANGUN DESO Mengacu pada prioritas pembangunan yang diamanatkan oleh RPJP 2005-2025, untuk periode pembangunan 2008-2013, telah dipilih pendekatan implementasi (implementation approach) untuk pengembangan kawasan dan pemberdayaan masyarakat perdesaan melalui rumusan motto Bali Ndeso Mbangun Deso. Rumusan motto tersebut kemudian diwujudkan dalam Visi, Misi, Tujuan, Strategi dan Sasaran Provinsi Jawa Tengah, yang pada akhirnya dalam 5 tahun dapat dirumuskan tujuan-tujuan, seperti diantaranya adalah: Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Jawa Tengah di segala bidang; Mewujudkan masyarakat yang berkemampuan (empowered), berdayasaing (competitive) yang mengarah kepada kemandirian, melalui peran aktif pemerintah, swasta dan masyarakat; Memanfaatkan secara optimal sumberdaya alam maupun buatan sesuai dengan RTRW di Provinsi Jawa Tengah yang merupakan hasil penelitian serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna kalangan perguruan tinggi untuk mendorong terwujudnya kesejahteraan rakyat yang lebih baik; Memanfaatkan potensi ekonomi lokal melalui kerjasama lokal, regional dan antar wilayah dalam mendukung pengembangan ekonomi daerah provinsi guna meningkatkan daya tarik investasi; Membangun dan mengembangkan jaringan bisnis ekonomi lokal melalui Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang diarahkan pada pengelolaan usaha oleh pelaku bisnis secara mandiri; Meningkatkan kemampuan, kompetensi dan profesionalisme aparatur Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam melaksanakan 72 M&E, Vol. 9, No. 4, Desember 2011

tugas pokok dan fungsinya yang diarahkan kepada pelayanan serta peningkatan kemampuan masyarakat; serta Meningkatkan demokratisasi dan penegakan HAM serta pemberantasan Korupsi Kolusi dan Nepotisme dalam rangka memberikan kepercayaan kepada para investor serta dapat membangkitkan gairah masyarakat dalam berkarya membangun bangsa. Potensi sumber energi di Jawa Tengah cukup besar dan beraneka ragam, namun demikian dalam pemanfaatannya bahan bakar minyak (BBM) paling banyak digunakan dari pada bahan bakar yang lain. Sedangkan sumber energi lain seperti energi angin, energi surya, energi gelombang laut, biomassa, biodiesel, bioethanol, panas bumi, dan tenaga air, sebagai belum dimanfaatkan secara optimal. Secara umum permasalahan di bidang energi yang dihadapi oleh Pemerintah Provinsi Jawa tengah adalah: Rasio elektrifikasi (RE) Jawa Tengah hingga awal tahun 2011 baru mencapai 73,48%. Walaupun rasio tersebut lebih tinggi dari ratarata nasional yang hanya sekitar 67 persen, namun dianggap masih belum optimal. Sebagian besar pasokan listrik untuk Provinsi Jawa Tengah dipasok oleh Pembangkit Unit Paiton, Jawa Timur, hal ini disebabkan belum optimalnya sejumlah pembangkit listrik yang sudah direncanakan untuk dioperasikan. Sejumlah proyek pembangunan pembangkit telah selesai dan siap dioperasikan, maka bisa dipastikan provinsi ini akan jadi pemasok listrik untuk transmisi Jawa-Bali, namun karena belum beroperasi maka masih memanfaatkan beberapa pembangkit yang masih beroperasi antara lain Pembangkit Listrik Tenaga Uap Sluke, Rembang dengan kapasitas dua kali 215 Megawatt, Pembangkit Tanjung Jati B, Jepara dengan kapasitas dua kali 600 Megawatt dan beberapa proyek pembangunan pembangkit listrik tengah dibangun, diantaranya PLTU Batang dengan kapasitas dua kali 1000 Megawat. Belum optimalnya pemanfaatan, diversifikasi (penganekaragaman) dan konservasi (baik EBT maupun non EBT). 2. KEBIJAKAN DAN REGULASI DI BIDANG ENERGI Berdasarkan potensi energi yang tersedia, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah berupaya mengembangkan berbagai aspek potensi energi, mulai dari pembuatan regulasi hingga pengembangan infrastruktur. Kebijakan yang dibuat diantaranya adalah penyusunan Rencana Umum Pengelolaan Energi Daerah (RUPED) dan Rencana Umum Kelistrikan Daerah serta penerbitan Pergub Jateng No. 98 tahun 2010 tentang kegiatan Minyak dan Gas Bumi, dan Bahan Bakar Nabati di Provinsi Jawa Tengah, sebagai pedoman operasional untuk melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian di bidang Migas dan pengelolaan kegiatan di bidang BBN yang mandiri, transparan, tepat sasaran, efektif, efisien serta dapat mendorong perkembangan potensi Migas dan BBN di Jawa Tengah. Pembangunan ketenagalistrikan di Jawa Tengah bertujuan untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik dalam jumlah yang cukup, kualitas yang baik, dan harga yang wajar dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Dengan semangat tersebut Provinsi Jawa Tengah menerbitkan Regulasi di bidang energi dalam bentuk Pergub Jateng No. 28 Tahun 2011 Tentang Ketenagalistrikan yang menganut azas: a) manfaat; b) efisiensi berkeadilan; c) berkelanjutan; d) optimalisasi ekonomi dalam pemanfaatan sumber daya energi; e) mengandalkan pada kemampuan sendiri; f) kaidah usaha yang sehat; g) keamanan dan keselamatan;dan h) kelestarian fungsi lingkungan. M&E, Vol. 9, No. 4, Desember 2011 73

3. PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR ENERGI Prinsip pengembangan energi di Provinsi Jawa Tengah diantaranya adalah penyediaan infrastruktur energi berbasis potensi sumber energi setempat; optimalisasi pemanfaatan sumber-sumber energi alternatif; penguatan kelembagaan dalam pengelolaan infrastruktur energi; serta penguatan kelembagaan pengelola PLTMH. Beberapa kegiatan pembangunan infrastruktur yang telah dilaksanakan oleh Provinsi Jawa Tengah, diantaranya: 1) Pengembangan pemanfaatan potensi Gas Rawa Gambar 1. Sumur eksploitasi gas rawa dangkal Kebutuhan akan energi, khususnya BBM bagi masyarakat terutama masyarakat yang tinggal di pedesaan sebagian besar dipenuhi oleh minyak tanah. Bagi masyarakat di pedesaan minyak tanah ini sebagian besar digunakan untuk keperluan rumah tangga terutama untuk memasak. Salah satu upaya untuk menanggulangi masalah semakin mahalnya dan semakin langkanya BBM adalah mencari sumber energi baru yaitu gas rawa yang potensinya terdapat di Kabupaten Banjarnegara (Gambar 1). Pada Tahun anggaran 2010, Dinas ESDM melaksanakan pembangunan jaringan pendistribusian gas ke penduduk di Desa Sidengok, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara dan bantuan kompor 25 buah yang dimanfaatkan penduduk sekitar untuk sumber energi, khususnya dalam hal memenuhi kebutuhan memasak (Gambar 2). 2) PLTMH Sidomulyo dan Kayupuring Dalam rangka memenuhi kebutuhan energi untuk masyarakat pedesaan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas ESDM Provinsi Jateng telah melaksanakan Gambar 2. Kompor gas rawa di Banjarnegara berbagai kegiatan pembangunan penyediaan energi dengan memperkenalkan teknologi energi baru terbarukan yang belum dikenal masyarakat di pedesaan. Mengingat lokasi pemukiman di pedesaan masih ada yang belum terjangkau jaringan listrik, maka Sistem Penyediaan Energi Alternatif (Terbarukan) sangat membantu dalam ikut menumbuhkan produktifitas masyarakat desa. Salah satu bentuk Sistem Pembangkit Energi Listrik Terbarukan yang ada yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). 74 M&E, Vol. 9, No. 4, Desember 2011

PLTMH Sidomulyo memanfaatkan aliran sungai Kumenyep dengan debit sebesar 250 liter/detik, gross head 17 m dengan panjang penstock (pipa pesat) 96 m, panjang bendung 14 m serta memiliki panjang saluran pembawa sepanjang 122 m. Kapasitas Daya Pembangkit Turbin (Cross Flow) sebesar 25 Kw yang digunakan untuk melistriki 91 rumah termasuk fasilitas umum (Gambar 3). Gambar 3. Peresmian PLTMH Sidomulyo dan Kayupuring oleh Gubernur Provinsi Jawa Tengah 3) Pengembangan Desa Mandiri Energi Pengembangan biofuel di Kabupaten Banjarnegara dilaksanakan di desa Karangkemiri, Kec, Wanadadi dengan menggunakan bahan baku salak apkir atau salak yang tidak layak dijual. Dalam pengembangan tersebut Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas ESDM Provinsi memberikan bantuan berupa mesin produksi/pengolah berkapasitas 300 liter/ hari dengan bahan baku sekitar 3 ton salak apkir, sedang penerima bantuan adalah kelompok pemuda "Kompak" desa Karangkemiri, yang selanjutnya akan mengelolanya. Biofuel atau bioetanol yang dihasilkan dari desa ini memiliki kadar etanol lebih dari 80% dan digunakan oleh masyarakat desa tersebut untuk menyalakan kompor. Menggunakan biofuel yang diproduksi desanya sendiri memberikan keuntungan sebab biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan energi lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan minyak tanah, karena harga biofuel Rp 6.000,-/liter atau lebih rendah dibanding harga minyak tanah antara Rp 7.800,- sampai Rp 10.000,-/liter. Dengan demikian desa tersebut akan menjadi desa yang dapat memenuhi kebutuhan energi secara mandiri atau menjadi Desa Mandiri Energi. Dengan potensi salak sebanyak 162,48 ton/ tahun, yang berasal dan Kecamatan Madukara sebanyak 135,95 ton/tahun dan Kecamatan Banjarmangu sebanyak 26,52 ton/tahun serta harga jual yang tinggi, pengembangan biofuel di Kabupaten Banjarnegara mempunyai potensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bagi petani penghasil salak akan memperoleh tambahan pendapatan dari hasil penjualan salak yang seharusnya dibuang, bagi pembuat/pengembang biofuel akan memperoleh usaha baru, dan bagi Pemerintah akan memperoleh tambahan Pendapatan Asli Daerah. 4. DAMPAK YANG DIRASAKAN OLEH MASYARAKAT Dari kebijakan dan regulasi yang ditetapkan, capaian yang telah diperoleh oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, dari aspek ekonomi, dan sekaligus dampak yang dirasakan oleh masyarakat antara lain berkurangnya ketergantungan terhadap minyak tanah yang harganya mahal karena kebutuhan energi rumah tangga terutama untuk memasak dan penerangan dapat terpenuhi, memenuhi kebutuhan listrik masyarakat tidak mampu di M&E, Vol. 9, No. 4, Desember 2011 75

daerah pedesaan terpenuhi, memenuhi kebutuhan listrik masyarakat tidak mampu di daerah pedesaan dan terpencil serta dapat meningkatkan rasio elektrifikasi, serta meningkatkan perekonomian daerah dan masyarakat (multiplier effect), Sedangkan dari aspek sosial budaya meliputi meningkatkan daya saing masyarakat daerah terpencil (meningkatkan semangat belajar para siswa di daerah terpencil), meningkatkan pengetahuan pengelolaan hasil inovasi teknologi (mendorong masyarakat terutama kaum perempuan untuk menciptakan usaha kecil seperti menjahit dan usaha warung makan), serta mengembangkan kearifan energi (masyarakat dapat melakukan pengelolaan hasil pengembangan potensi energi setempat dengan membentuk organisasi/kelompok pengelola agar keberlanjutan fungsi alat tersebut dapat terjaga. * Disusun oleh Tendi Rustendi, Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara 76 M&E, Vol. 9, No. 4, Desember 2011